• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

data, f) teknik analisis data, g) pengecekan keabsahan data, h) tahap-tahap penelitian.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satunilmu yang penting dalam dan untuk kehidupan. Banyak hal disekitar kita yang berhubungan dengan matematika. Mencari nomor rumah seseorang, menelepon, jual beli barang, menukar uang, mengukur jarak dan waktu, dan masih banyak lagi. Karena matematika begitu penting, maka konsep dasar matematika yang benar, yang diajarkan kepada seorang anak,, haruslah benar dan kuat. Paling tidak, hitungandasar yang melibatkan perkalian, penjumlahan, pengurangan, dan pembagian harus dikuasi dengan sempurna. Setiap orang, pasti bersentuhan dengan salah satu konsep di atas dalam keseharianaya.

Menurut James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalm tiga bidang yaitu jalur aljabar, analisis dan geometri. Pembelajaran matematika adalah cara berpikir dan bernalar yang digunakan untuk memecahkan berbagai jenis persoalan. Objek matematika terdiri atas fakta, keterampila, konsep, dan prinsip. Fakta adalah semua kesepaatan dalam matematika, seperti simbol-simbol matematika.

Siswa dikatakan memahami fakta apabila ia telah dapat menyebutkan dan menggunakannya secara tepat. Keterampilan adalah operasi atau prosedur yang diharapkan dapat dikuasai siswa secara cepat dan tepat. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang dapat menentukan apakah suatu objek atau kejadian merupakan contoh atau bukan contoh

konsep. Prinsip adalah rangkaian beberapa konsep secara bersama-sama beserta hubungan (keterkaitan) antar konsep tersebut.

Proses pembelajarana matematika yang baik mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Pada level dasar, pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang konkret dan perlahan-lahan menuju pemahaman yang abstrak atau yang simbolis. Selain itu, unsur-unsur psikologi pembelajaran juga perlu diperhatikan.17 Pembelajaran matematika pada anak-anak khusunya anak usia dini, sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses mempelajarai matematika pada jenjang-jenjang berikutnya. Jika konsep dasar yang diberikan kurang kuat, maka akan sulit pada jenjang berikutnya. Langkah-langkah pembentuka konsep dasar matematika dalam otak dan memori anak haruslah memperhatikan aspek-aspek fisiologis dan fungsional otak, kematangan emosional, gaya belajar, kepribadian, dan tahap-tahap perkembangan anak itu sendiri.18

Soedjadi (2007) mengatakan matematika itu mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus yang mat ketat, terutama adalah:19

1. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak (hanya da di pikiran) 2. Bertumpu pada kesepakatan (lebih bertumpu pada aksioma formal) 3. Berpola pikir deduktif

4. Konsisten dalam sistemnya

5. Memiliki atau menggunakan symbol yang kosong dari arti 6. Meperhatikan semesta pembicaraan

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar kosep dan mengaplikasikan konsep.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

17Ariesandi Setyono, Mathemagics Cara Jenius …, hal. 8 18Ibid., hal.15

19M.J. Dewiyani S, Karakteristik Proses Berpikir Siswa dalam Mempelajari Matematika Berbasis Tipe Kepribadian, (Yogyakarta: Jurnal Tidak Diterbitkan, 2009) dalam http://eprints.uny.ac.id/12295/1/M_Pend_24_Dwiyani.pdf, diakses pada 30 September 2017

13

3. masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum matematika diajarkan di sekolah agar siswa memiliki kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2. Proses Berpikir

Setiap manusia yang terlahir di dunis tentunya memiliki kemampuan untuk berpikir. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir adalah dengan membaca, karena dengan membaca seorang individu akan mengalami proses berpikir. Berpikir merupakan kemampuan jiwa yang hanya dimiliki oleh manusia, sementara binatang dan makhluk lainnya tidak memiliki kemampuan berpikr dalam arti yang sesungguhnya. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, serta menimbang-nimbang dalam ingatan. Dalam menjelaskan pengertian secara tepat, beberapa ahli mencoba memberikan definisi sebagai berikut:20

a. Menurut Ross (1995), berpikir merupakan aktivitas mental dalam aspek teori dasar mengenai obyek psikologis.

b. Menurut Valentenie (1965), berpikir dalam kajian psikologis secara tegas menelaah proses dan pemeliharaan untuk suatu aktivitas yang berisi mengenai “bagaimana” yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang diarahkan untuk beberapa tujuan yan diharapkan.

c. Menurut Garret (1966), berpikir merupakan perilaku yang sering kali tersembunyi atau setengah tersembunyi di dalam lambing atau gambaran, ide, konsep yang dilakukan seseorang.

d. Menurut Gilmer (1970), berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambing-lamabang pengganti aktivitas yang tampak secara fisik. Selain itu, ia mendefinisiskan bahwa berpikir merupakan suatu proses dari penyajian suatu peristiwa internal dan eksternal, kepemilikan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang satu sama lain saling berinteraksi.

Selain dari pendapat para ahli di atas, Plato beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati.

Pengertian berpikir secara umum dilandasi pada asumsi aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Berpikir mendasari hampir semua tindakan manusia dan interaksinya, melalui berpikirlah manusia dapat mencapai kemajuan dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Manusia mampu beragama dan bertingkah laku susila atau berakhlak mulia dengan berpikir. Aktivitas berpikir pada manusia merupakan fungsi kejiwaan yang memiliki potensi atau kekuatan yang dapat menciptakan sesuatu yang baru dan selalu berdinamika, baik yang bersifat konseptual maupun material.

Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terncana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap obyek yang mempengaruhinya. Proses berpikir merupakan proses mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalam sebelumnya.21 Dalam proses berpikir seorang individu akan menghubungkan antara pengertiannya yang satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Ditinjau dari

15

aspek psikologi, berpikir erat kaitannya dengan kesadaran. Berpikir disebabkan oleh adanya perangkat sistem sensor dalam tubuh manusia. Sistem sensor berupa indra yang sangat peka terhadap setiap rangsangan yang dating dari lingkungan, dan dapat memacu kesadaran mengenai sesuatu yang terjadi di dalam atau di luar tubuh.

Floyd.L.Ruch (1967) membedakan berpikir pada esensi berpikir deduktif, induktif, dan evaluative. Berpikir induktif dilakukan erdasarkan suatu meted yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang khusus ke umum. Berpikir deduktif menggunakan suatu metode yang menerapkan hal-hal ynag umum terlebih dahulu untuk setrusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Adapun berpikir evaluative bersifat melakukan penilaian atas dasar tahapan-tahapan yang seharusnya terjadi sesuai dengan hokum-hukum atau kaidah yang ditetapkan, apakah telah sesuai atau tidak, dan bagaimana seterusnya.22

Proses berpikir yang tidak dilandasi pada pengetahuan formal atau empiris dan diolah secara terorganisasi serta dipraktikan sesuai dengan kriteria keilmuan, dikategorikan produk akal sehat dan tidak diterima oleh lingkungan keilmuan. Dengan demikian, dapat dikatakan berpikir merupakan istilah yang digunakan dalam menggambarkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang disadari maupun tidak sepenuhnya dalam kejadian sehari-hari sebagai tindakan rutin, tetapi memerlukan perhatian langsung untuk bertindak kearah lebih sadar secara sengaja dan refleksi atau membawa ke aspek-aspek tertentu atas dasar pengalaman.

Para ahli mengungkapkan adana tiga proses yang harus dilalui dalam berppikir, yakni membentuk pengertian membentuk pendapat dan membentuk kesimpulan.23

1) Pembentukan pengertian 22Ibid., hal. 7

Membentuk pengertian dapat diartikan sebagai suatu upaya dalam proses berpikir dengan memanfaatkan ingatan, bersifat riil, abstrak dan umum serta mengandung sifat hakiki sesuatu. pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis dibentuk melalui empat tingkat sebagai berikut:24

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.

b. Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu adadan mana yang tidak selalu ad, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang hakiki. Pengertian dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Pengertian pengalaman empiris, diperoleh melalui pengalaman masing-masing individu, karena itu pengertian individu yang satu dengan individu lainnya dapat berbeda.

2. Pengertian pengalaman ilmiah adalah pengertian yang dirumuskan oleh para ahli untuk koentingan-kepentingan yang bersifat ilmiah.

2) Pembentukan pendapat

Pembentukan pendapat merupakan lanjutan proses berpikir dengan mengategorikan pengertian atas subjek dan predikat, pemberian kualitas dan kuantitas terhadap pengertian, sehingga benar-benar mengandung hubungan arti. Membentuk pendapat dapat dilakukan dengan meletakkan hubungan antara dua pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:25

a. Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang mengyakan, yang secara tegasmenyatakan keadaan sesuatu.

24Sunardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada , 2002), hal. 55-56

17

b. Pendapat negative, yaitu pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.

c. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan ebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.

3) Pembentukan kesimpulan

Pembentukan kesimpulan dapat diartikan sebagai pembentukan pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat lain. Ada tiga macam kesimpulan jika dilihat dari segi sifat sebagai berkut:

a. Pembentukan kesimpulan secara induktif, membentuk pendapat baru yang bersifat umum dari pendapat-pendapat lain yang bersifat khusus.

b. Pembentukan kesimpulan secara deduktif, merupakan aktivitas berpikir dengan menggunakan pendapat-pendapat yang ebrsifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

4) Pembentukan kesimpulan analogi, kesimpulan yang ada kesamaanya, atau kesimpulan yang ditarik dengan dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain yang dikenal.

Taraf kemampuan fungsi pemikiran individu dalam memecahkan masalah banyak bergantung pada kekuatan ingatan dan juga intelegensi yang dimiliki oleh sitiap individu.

Zuhri mengelompokkan proses berpikir menjadi tiga yaitu:26

a. Proses berpikir konseptual

26 Indahsari Himatul Rohmah, Proses Berfikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Suku Banyak Berdasarkan Gender pada Siswa Kelas XI IPA 1MAN Kunir Blitar Tahun Ajaran 2015/2016, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016), hal. 25-27

Proses berpikir konseptual adalah proses berpikir yang selalu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki berdasarkan hasil pelajarannya selama ini. ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Memahami soal

2. Menyusun rencana penyelesaian 3. Melaksanakan rencana penyelesaian b. Proses berpikir secara semi konseptual

Proses berpikir semi konseptual adalah proses berpikir yang pada umumnya menyelesaikan soal menggunakan konsep tetapi mungkin karena pemahaman terhadap konsep kurang maka penyelesaiannya dicampur dengan menggunakan intuisi. Ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Memahami soal

2. Menyusun rencana penyelesaian 3. Melaksanakan rencana penyelesaian c. Proses berpikir komputasional

Proses berpikir komputasional merupakan proses berpikir yang pada umumnya menyelesaikan soal tidak menggunakan konsep tetapi lebih mengandalkan intuisi. Ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Memahami soal

2. Menyususn rencana penyelesaian 3. Melaksanakan rencana penyelesaian

Zuhri menentukan beberapa indikatort untuk menelusuri proses berpikir antara lain:27

19

a. Proses berpikir konseptual:

1) Mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri.

2) Mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal dengan kalimat sendiri.

3) Dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah dipelajari.

4) Mampu nyebutkan unsur-unsur konsep diselesaikan b. Proses berpikir semi konseptual

1) Kurang dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri.

2) Kurang mampu nengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanyakan soal.

3) Dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah dipelajari walaupun kurang lengkap.

4) Tidak sepenuhnya mampu menjelaskan langkah yang ditempuh. c. Proses berpikir komputasional

1) Tidak dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri.

2) Tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanya dalam soal

3) Dalam menjawab cenderung lepas dari konsep yang dipelajari 4) Tidak mampu menjelaskan langkah-langkah yang ditempuh

3. Kepribadian

a. Pengertian Kepribadian

Kepribadian atau yang biasa disebut dengan personality

mengandung pengrtian yang luas. Kata kepribadian biasanya dikaitkan dengan pola-pola tingkah laku manusia yang berhubungan dengan norma-norma tentang baik atau buruk, atau kata pribadi atau kepribadian digunakan untuk menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang ada pada seseorang. Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri.

Pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri orang sendiri.28 Secara filosof dapat dikatakan bahwa pribadi adalah “aku yang sejati” sedangkan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku. Dengan demikian muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang dipikir, dirasakan, dan diperbuat yang terungkap melalui perilaku.

G.W. Allport kepribadian adalah organisasi (susunan) dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaianya yang unik terhadap lingkungan.29 Dalam definisis tersebut, Allport menggunakan sistem psikofisik untuk menunjukkan jiwa dan raga. Istilah khas dalam bahasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiao individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian yang sama, dan karena itu tidak ada dua orang yan bertingkah laku samadalam penyesuaiannya dengan lingkungan.30 Sebagai organisasi yang dinamis, artinya kepribadian dapat berubah-ubah dan antar berbagai komponen kepribadian (sistem psikofisik seperti kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan,

28Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 2 29Ibid.

21

emosi, perasaan, dan motif) memiliki hubungan erat. Hubungan tersebut terorganisasi sedemikian rupa secara bersama-sama mempengerahi pola perilaku dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri seseorang. Dapat dikatakan kepribadian merupakan suatu proses dinamis di dalam diri, yang terus menrus dilakukan terhadap sistem psikofisik (fisik dan mental), sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang terhadap lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian diperinci kedalam tiga golongan antara lain:

1. Faktor biologis

Faktor ini berhubungan dengan keadaan jasmanai dan sering pula disebut factor fisiologis. Setiap individu sejak lahir telah menunjukkan adanya perbedaan dalam konstitusi tubuhnya, baik dari keturunan atau pembawaan individu (anak) itu sendiri. Kondisi jasmani yang berbeda –beda itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat temperamen yang berbeda juga.31

2. Faktor sosial

Faktor sosial yang dimaksud adalah masyarakat di sekitar individu yang mempengaruhi individu lain. Yang termasuk dalam factor social ini adalah tradisi-tradisi adat istiadat, dan peraturan-peraturan yang berlaku dimasyarakat. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak dinin sangat mendalam dan menetukan perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Hal tersebut karena

a. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama

b. Pengaruh yang diterima anak itu masih tebatas jumlah dan luasnya

c. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus-menerus siang dan malam

d. Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman dan bersifat intim dan bernada emosional.

3. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Adapun beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian itu, antara lain:

a) Nilai-nilai (values)

Seseorang untuk dapat diterima di dalam suatu masyarakat, maka harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku pada suatu masyarakat tersebut. Nilai-nilai hidup yang berlaku dalam masyarakat sangat erat hubungannya dengan kepercayaan, agama, adat istiadat, kebiasaan dan tradisi yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan.

b) Pengetahuan dan keterampilan

Pengetahuan yang dimiliki oelh seoran individu itu mempengaruhi tindakan dan sikapnya. Kadar dan luas serta jenis pengetahuan yang dimiliki oleh individu berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, hal tersebut membentuk kepribadian individu berbeda-beda pula. Begitu pula dengan kecakapan atau ketrampilan individu dalam mengerjakan sesuatu yang juga merupakan bagian dari kebudayaanya

c) Adat dan tradisi

Setiap adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah selain menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota masyarakat, juga menentukan cara-cara bertindak dan bertingkah laku manusi-manusianya.

23

d) Bahasa

Bahasa merupakan salah satu factor yang ikut serta menentukan karakteristik suatu kebudayaan. Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kepribadian manusia yang menggunakan dan memiliki bahasa itu. Bagaimana sikap dan cara-cara individu bertindak, bagaimana pergaulan hidup bermasyarakatnya, dan sebagainya sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa yang berlaku dalam masyarakat.

b. Kepribadian Extrovert-Introvert

Carl Gustav Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe-tipe manusia. Yang menjadi dasar tipologi Jung ialah arah perhatian manusia. Ia mengatakan bahwa perhatian manusia itu tertuju kepada dua arah, yakni ke luar dirinya yang disebut extrovert, dan ke dalam dirinya yang disebutnya introvert.32 Arah perhatian manusia yang terkuat itulah yang menetukan tipe orang itu. Menurut Jung, tipe manusia dibagi menjadi dua golongan besar, yakni:

1. Tipe extrovert, orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain, kepada masyarakat.

2. Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarahbkepada dirinya, kepada “aku”nya.

Pada diri individu yang introvert umumnya memiliki sifat-sifat cenderung ,enarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara sosial.

Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian

keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap, keputusan yang diambil lebih ditentukan oleh peristiwa yang terjadi diluar dirinya.33 Orang yang bersiat

32M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 150

extrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan mau menerima masukan dari pihak luar, aktif, suka berteman, dan ramah tamah.

(Crow and Crow) menguraika lebih terperinci lagi sifat-sifat dari

kedua golongan tipe tersebut sebagai berikut:34

a. Ekstrovert

1) Lancar/lincah dalam bicara

2) Bebas dari kekhawatiran/kecemasan 3) Tidak lekas malu dan tidak canggung 4) Umumnya bersifat konservatif 5) Mempunyai minat pada atletik 6) Dipengaruhi oleh data obyektif 7) Ramah dan suka berteman

8) Suka bekerja bersama orang-orang lain

9) Kurang memperdulikan penderitian dan milik sendiri 10) Mudah menyesuaikan diri dan luwes (fleksibel)

b. Introvert

1) Lebih lancar menulis dari pada bicara 2) Cenderung/sering diliputi kekhawatiran 3) Lekas malu dan canggung

4) Cenderung bersifat radikal

5) Suka membaca buku-buku dan majalah

25

6) Lebih dipengaruhi oleh perasaan-perasaan subyektif 7) Agak tertutup jiwanya

8) Menyukai bekerja sendiri

9) Sangat menjaga/berhati-hati terhadap penderitaan dan miliknya 10) Sukar menyesuaikan diri dan kaku dalam pergaulan

Perbedaan pokok dari kedua tipe tersebut kadang-kadang nyata terlihat, kadang tidak. Jung memasukkan 4 fungsi psikis ke dalam tipe

ekstrovert dan introvert yang menurut pendapatnya sangat mempengaruhi tindakan manusia yaitu perasaan, pikiran, intuisi, dan penginderaan. Jung membagi keempat fungsi psikis tersebut kedalam dua kelompok menurut sifatnya. Yakni yang rasional yaitu pikiran dan perasaan, serta nonrasional

yaitu intuisi dan penginderaan. Pikiran dan perasaan sebagai fungsi “rasional” karena fungsi tersebut merupakan sikap dan perbuatan yang mengandung pertimbangan, yang ditujukan pada suatu obyek.

Penginderaan dan intuisi disebut nonrasional karena di dalam penginderaan hubungan individu dengan obyek lebih bersifat pasif, obyek hanya dialami oleh individu. Dalam intuisi, individu tidak dapat mencari pengertian tentang obyek itu secara rasional, obyek diterima olehnya bukan karena kesadaran melainkan hanya secara intuitif. Menurut Jung, masing-masing dari kedua pasang fungsi psikis tersebut memiliki hubungan yang kompensatoris (imbang-mengimangi). Pikiran saling berimbangan dengan perasaan, sedangkan penginderaan saling berhubungan dengan intuisi. Dengan kata lain, jika pikiran lebih kuat maka perasaan menjadi melemah, dan jika penginderaan lebih kuat maka untuk mengimbanginya intuisi menjadi lemah, begitu pula sebaliknya.

a. Pengertian Sintem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

Sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) adalah suatu sistem persamaan linier dengan dua variabel. Bentuk umum sistem persamaan linier dua variabel x dan y adalah:

Dengan , , , , dan bilangan real; dan tidak keduanya 0; dan tidak keduanya 0.

: variabel real

: Koefisien variabel x : Koefisien variabel y : Konstanta persamaan

b. Menentukan Himpunan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

Di kelas VIII telah dipelajari metode untuk menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan linier dua variabel (SPLDV). Metode-metode tersebut adalah metode grafik, metode eliminasi, metode substitusi, dan metode campuran.

1. Metode grafik

SPLDV terbetuk dari dua persamaan linier yang saling terkait. Grafik persamaan linier dua variabel berupa garis lurus.

27

Langkah-langkah untuk menentukan solusi SPLDV dengan metode grafik

Dokumen terkait