• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal proses berpikir matematis siswa dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal proses berpikir matematis siswa dalam"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

Desi Maroatul Nafi’ah

NIM. 1724143066

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

(2)

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS X MAN KUNIR BLITAR

PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN

LINIER DUA VARIABEL (SPLDV) DITINJAU DARI

KEPRIBADIAN EXTROVERT-INTROVERT

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Tadris Matematika

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

Guna Menyusun Skripsi

Oleh:

Desi Maroatul Nafi’ah

NIM. 1724143066

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

OKTOBER 2017

(3)

rasa syukur atas karunia yang telah diberikan sehingga proposal Skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan proposal ini maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

2. Bapak Prof. H. imam Fu’adi, M.Ag., selaku Wakil Rektor bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. 3. Bapak Dr. H. Abdul Aziz, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

4. Bapak Dr. Muniri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri Tuungagung.

5. Segenap Bapak Ibu Dosen IAIN Tulungagung yang telah membimbing dan memberikan wawasan sehingga studi ini dapat terselesaikan.

6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan proposal ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT. dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca, dengan harapan adanya kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapar ridha Allah SWT.

Tulungagung, 30 September 2017

Penulis

Desi Maroatul Nafiah

DAFTAR ISI

(4)

HALAMAN JUDUL... i

PRAKATA... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Penegasan Istilah... 7

F. Sistematika Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori... 11

B. Penelitian Terdahulu... 29

BAB III METODE PENELITIAN A, Rancangan Penelitian... 33

B. Kehadiran Peneliti... 34

C. Lokasi Penelitian... 34

D. Sumber Data... 35

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F. Analisa Data... 38

(5)

G. Pengecekan Keabsahan Data... 40

H. Tahap-tahap Penelitian... 41

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting karena kualitas pendidikan akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sedangkan sumber daya manusia akan mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Sejak manusia lahir di dunia tentunya akan memperoleh pendidikan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya walaupun dalam cara sederhana. Seseorang dapat memperoleh pendidikan tidak hanya dari keluarga ataupun lingkungan sekitarnya saja, melainkan dapat memperoleh pendidikan dari lingkungan sekolah. Dengan memperoleh pendidikan seseorang dapat berperilaku dapat mengembangkan potensinya, kecakapan, serta karakteristik pribadinya kearah yang positif, baik bagi dirinya ataupun lingkungannya.1

Namun, permasalahannya sekarang ini tidak sedikit peserta didik yang mengabaikan pendidikan. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai alasan, salah satunya karena mata pelajaran yang dianggap sulit khusunya mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk di pelajari. Karena banyak hal disekitar kita yang berhubungan dengan matematika seperti mencari nomor rumah seseorang, menelepon, jual beli barang, menukar uang, mengukur jarak dan waktu dan masih banyak yang lainnya.2 Jadi matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari baik secara

langsung maupun tidak langsung. Walau demikian, matematika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Salah satu penyebabnya terletak pada proses pembelajaran matematika itu sendiri. Proses dasar yang

1Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) , hal. 4

2Ariesandi Setyono, Mathemagics Cara Jenius Belajar Matematika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) , hal. 1

(7)

seharusnya diajarkan dengan gembira dan seksama dilewatkan begitu saja. Hal ini mengakibatkan dasar matematika anak menjadi lemah dan tidak mampu mendukung proses pembelajaran pada level selanjutnya.3

Pada pembelajaran matematika lebih ditekankan pada pemecahan masalah matematika. Memecahkan suatu masalah merupakan suatu kegiatan dasar yang dilakukan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya setiap manusia akan menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang sangat perlu dilakukan dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan melalui pembelajaran pemecahan masalah:4 1) siswa dapat terampil menyeleksi informasi yang

relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya, 2) keputusan intelektual akan timbul dari dalam merupakan hadiah intrinsik bagi siswa, 3) potensi intelektual siswa meningkat, dan 4) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses pemecahan masalah.

Masalah dalam matematika sering diinterprestasikan dalam bentuk soal, baik soal cerita maupun tidak. Suatu soal matematika dapat dikatakan sebagai masalah bagi siswa jika dalam soal tersebut terdapat tantangan yang sulit untuk dipecahakan. Ide mengenai pemecahan masalah salah satunya dikemukakan oleh Polya. Polya mengembangkan empat langkah pemecahan masalah yaitu memahami masalah atau persoalan (understand the problem), menyususn rencana pemecahan masalah (make a plan ), melaksanakan rencana pemecahan (carry out plan), memeriksa kembali hasil pemecahan

(look back at the completed solution).5 Setiap individu tentunya memiliki cara

yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah.

3Ibid., hal.15

4 Titin Masfingatin, Proses Berfikir Siswa Sekolah Menegah Pertama dalam

Memecahkan MasalahMatematika Ditinjau Dari Adversity Quotient, (Surakarta: Jurnal Tidak Diterbitkan, 2013), hal. 2 dalam

http://ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/jipm/article/viewFile/491/452, diakses pada 29 September 2017

(8)

3

Dalam memecahkan masalah tentunya siswa akan berpikir sampai masalah yang diberikan terpecahkan. Berpikir adalah kemampuan jiwa taraf tinggi yang hanya bisa dicapai dan dimiliki oleh individu manusia.6 Berpikir

mendasari hampir semua tindakan manusia dan interaksinya. Setiap individu dalam hidupnya pasti akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya sehingga memperoleh skema (pengetahuan awal). Dengan demikian, dalam pikiran individu tentunya terdapat skema (pengetahuan awal) yang dapat dimodifikasi seiring dengan bertambahnya pengalaman. Dengan adanya skema itu seorang individu dapat mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk menambah atau mengganti skema yang sebelumnya sudah ada dengan menggunakan proses asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses menambah informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.7 Pada proses asimilasi tidak melakukan perubahan pada

skema melainkan mengembangkan skema yang sudah ada. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.8 Dalam proses ini dapat terjadi seorang individu tidak mampu

mengasimilasikan pengalaman yang baru diperoleh ke dalam skema yang telah dimiliki. Hasil berpikir tentunya akan diperoleh setelah melalui proses berpikir.

Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya.9 Dalam proses berpikir tersebut

individu akan menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya untuk mendapatkan kesimpulan. Para ahli logika mengemukakan adanya tiga proses yang harus dilalui dalam berpikir, yakni membentuk

6H. Baharudin, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007) , hal. 119 7Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) , hal. 159

(9)

beragam, dengan demikian pasti proses berpikir siswa pun juga tidak sama. Guru dapat mengetahui proses berpikir siswa dengan melakukan interpretasi informasi atau data yang dikumpulkan melalui pengamatan tingkah laku ketika siswa sedang belajar matematika baik dalam pembentukan konsep maupun pada saat pemecahan masalah. Setiap tingkah laku yang dilakukan siswa dapat menggambarkan kepribadian siswa.

Beberapa ahli menggolongkan kepribadian kedalam beberapa tipe, salah satunya C. G. Jung seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss. Menurut Jung tipe kepribadian individu dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tipe

extrovert dan introvert. Extrovert adalah orang yang perhatiannya lebih diarahkan ke luar dirinya, kepada orang lain, kepada masyarakat. Orang yang bertipe extrovert, karena banyak dipengaruhi oleh dunia obyektif (diluar dirinya), maka pikiran, perasaan dan tindakannya pun lebih banyak ditentukan oleh lingkungannya.11 Introvert adalah orang yang perhatiannya

mengarah kepada dirinya. Orang dengan tipe ini, karena banyak dipengaruhi dari dalam dirinya sendiri, maka pikiran, perasaan, dan tindakannya lebih ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam dirinya sendiri. Dalam satu kelas tentunya tidak semua siswa memiliki watak atau kepribadian yang sama. Watak dari siswa tersebut akan memberikan gambaran kesan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dibuat, yang terungkap melalui perilaku.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian agar mengetahui lebih lanjut tentang proses berpikir siswa ditinjau dari kepribadian khusunya kepribadian extrovert dan introvert. Pada penelitian ini peneliti memilih sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel

10H. Baharudin, Psikologi …, hal. 121 11Ibid., hal. 204

(10)

5

(SPLDV) karena pada soal SPLDV cenderung berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, yang tentunya akan memancing siswa untuk berpikir agar dapat menterjemahkan soal tersebut ke dalam bentuk matematika untuk memporeh jalan penyelesaiannya. Sehingga peneliti mengambil judul “Proses Berpikir Siswa Kelas X MAN Kunir Blitar Pada Sub Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Ditinjau Dari Kepribadian Extrovert-Introvert”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menetapkan focus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses berpikir siswa kelas X MAN Kunir yang berkepribadian Ekstrovert?

2. Bagaiman proses berpikir siswa kelas X MAN Kunir yang berkepribadian

Introvert?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendiskripsikan bagaimana proses berpikir siswa kelas X MAN Kunir yang berkepribadian Ekstrovert dalam sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

(11)

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui bagaimana proses berpikir siswa kelas X MAN Kunir dalam materi pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) jika ditinjau dari kepribadian

Ekstrovert-Introvert

2. Secara praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru untuk mengetahui proses berpikir siswa kelas X MAN Kunir dalam sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) jika ditinjau dari kepribadian Ekstronert-Introvert.

b. Bagi Sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan proses pembelajaran semua mata pelajaran pada umumnya dan khususnya pelajaran matematika, sehingga potensi sekolah dapat meningkat.

c. Bagi Guru Matematika

Diharapkan dapat memberikan masukan tentang bagaimana prose berpikir siswa jika ditinjau dari kepribadian ekstrover-Introvert agar dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar.

d. Bagi Siswa

(12)

7

e. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis dan dapat terus dikembangkan dan disempurnakan menjadi sebuah karya yang lebih baik.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan salah penafsiran, maka perlu dikemukakan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Secara Konseptual

a. Proses Berpikir

Berpiki artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.12 Berpikir

merupakan suatu kegiatan mental yang dialakukan oleh seseorang jika dihadapkan dalam situasi rumit atau masalah yang harus ditemukan jalan keluarnya. Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap obyek yang mempengaruhinya.13

b. Kepribadian (personality)

Secara etimologis istilah personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin persona, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through).14 Lambat laun istilah pesona yang mula-mula berarti topeng

kemudian diartikan dan menunjukkan pengertian dari kualitas karakter atau watak yang dimainkan dalam sandiwara. Istilah personality oleh para ahli

12Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir…, hal. 1 13Ibid., hal. 3

(13)

psikologi dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang nyata dan dapat dipercaya teentang individu, dan untuk menggambarkan bagaimana daan apa sebenarnya individu.15 Secara terminologi kepribadian mencangkup berbagai aspek dari

sifat-sifat fisik maupun psikis yang dimiliki oleh setiap individu.

Gordon W. Allport menyatakan, Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that the determines his unique adjustment to his environment. [Kepribadian adalah suatu organisasi dinamis dari sitem psikofisik individu yang memberikan corak yang khas dalam caranya menyesuaikan diri dengan lingkungannya].16

Sering kali istilah kepribadian dipersamakan dengan istilah karakter, oleh sebab itulah ilmu pengetahuan yang mempelajari kepribadian juga disebut dengan karakterologi (ilmu watak). C.G Jung seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss mengatakan bahwa tipe watak manusia dibagi menjadi dua golongan besar yaitu tipe ekstrovert yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan ke luar dirinya, kepada orang lain, kepada masyarakat dan tipe

introvert yaitu orang yang perhatiannya mengarah kepada dirinya.

2. Secara Operasional

Menurut pandangan peneliti, judul penelitian ini “Proses Berpikir Siswa Kelas X MAN Kunir dalam Sub Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Ditinjau dari kepribadian Ekstrovert-Introvert”, dimaknai dengan menelaah fakta mengenai proses berpikir siswa dalam memahami materi yang disampaikan dan memecahkan masalah matematika yang diberikan jika ditinjau dari kepribadian siswa. peneliti ingin mengetahui bagaimana proses berpikir siswa jika dilihat dari kepribadian mereka, yakni kepribadian ekstrovert dan introvert pada materi sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).

(14)

9

Untuk mengetahui kepribadian apa yang dimiliki siswa peneliti memberikan angket yang berisikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan sifat-sifat dari tipe ekstrovert-introvert. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru. Untuk mengetahui proses berpikir siswa, peneliti melakukan analisis dari hasil pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswadari masing-masing kelompok ekstrovert dan introvert. Peneliti memberikan masalah berupa soal untuk dipecahkan oleh siswa.

F. Sistematika Pembahasan

Agar dapat lebih mudah dalam mengkaji penelitian ini, maka peneliti membagi penalitian ini menjadi beberapa bab dan sub bab, sebagai berikut:

1. Bagian awal, terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul, prakata, daftar isi.

2. Bagian utama (inti), terdiri dari BAB I, BAB II, BAB III. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. BAB I (pendahuluan): a) konteks penelitian, b) focus penelitian, c) tujuan penelitian, d) kegunaan penelitian, e) penegasan istilah, dan f) sistematika pembahasan.

b. BAB II (kajian pustaka): a) deskripsi teori, terdiri dari beberapa sub bab diantaranya adalah pengertian matematika, proses berpikir, kepribadian, dan materi sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV).

(15)

data, f) teknik analisis data, g) pengecekan keabsahan data, h) tahap-tahap penelitian.

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satunilmu yang penting dalam dan untuk kehidupan. Banyak hal disekitar kita yang berhubungan dengan matematika. Mencari nomor rumah seseorang, menelepon, jual beli barang, menukar uang, mengukur jarak dan waktu, dan masih banyak lagi. Karena matematika begitu penting, maka konsep dasar matematika yang benar, yang diajarkan kepada seorang anak,, haruslah benar dan kuat. Paling tidak, hitungandasar yang melibatkan perkalian, penjumlahan, pengurangan, dan pembagian harus dikuasi dengan sempurna. Setiap orang, pasti bersentuhan dengan salah satu konsep di atas dalam keseharianaya.

Menurut James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalm tiga bidang yaitu jalur aljabar, analisis dan geometri. Pembelajaran matematika adalah cara berpikir dan bernalar yang digunakan untuk memecahkan berbagai jenis persoalan. Objek matematika terdiri atas fakta, keterampila, konsep, dan prinsip. Fakta adalah semua kesepaatan dalam matematika, seperti simbol-simbol matematika.

Siswa dikatakan memahami fakta apabila ia telah dapat menyebutkan dan menggunakannya secara tepat. Keterampilan adalah operasi atau prosedur yang diharapkan dapat dikuasai siswa secara cepat dan tepat. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang dapat menentukan apakah suatu objek atau kejadian merupakan contoh atau bukan contoh

(17)

konsep. Prinsip adalah rangkaian beberapa konsep secara bersama-sama beserta hubungan (keterkaitan) antar konsep tersebut.

Proses pembelajarana matematika yang baik mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Pada level dasar, pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang konkret dan perlahan-lahan menuju pemahaman yang abstrak atau yang simbolis. Selain itu, unsur-unsur psikologi pembelajaran juga perlu diperhatikan.17 Pembelajaran matematika

pada anak-anak khusunya anak usia dini, sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses mempelajarai matematika pada jenjang-jenjang berikutnya. Jika konsep dasar yang diberikan kurang kuat, maka akan sulit pada jenjang berikutnya. Langkah-langkah pembentuka konsep dasar matematika dalam otak dan memori anak haruslah memperhatikan aspek-aspek fisiologis dan fungsional otak, kematangan emosional, gaya belajar, kepribadian, dan tahap-tahap perkembangan anak itu sendiri.18

Soedjadi (2007) mengatakan matematika itu mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus yang mat ketat, terutama adalah:19

1. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak (hanya da di pikiran) 2. Bertumpu pada kesepakatan (lebih bertumpu pada aksioma formal) 3. Berpola pikir deduktif

4. Konsisten dalam sistemnya

5. Memiliki atau menggunakan symbol yang kosong dari arti 6. Meperhatikan semesta pembicaraan

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar kosep dan mengaplikasikan konsep.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

17Ariesandi Setyono, Mathemagics Cara Jenius …, hal. 8 18Ibid., hal.15

19M.J. Dewiyani S, Karakteristik Proses Berpikir Siswa dalam Mempelajari Matematika

(18)

13

3. masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum matematika diajarkan di sekolah agar siswa memiliki kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2. Proses Berpikir

Setiap manusia yang terlahir di dunis tentunya memiliki kemampuan untuk berpikir. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir adalah dengan membaca, karena dengan membaca seorang individu akan mengalami proses berpikir. Berpikir merupakan kemampuan jiwa yang hanya dimiliki oleh manusia, sementara binatang dan makhluk lainnya tidak memiliki kemampuan berpikr dalam arti yang sesungguhnya. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, serta menimbang-nimbang dalam ingatan. Dalam menjelaskan pengertian secara tepat, beberapa ahli mencoba memberikan definisi sebagai berikut:20

a. Menurut Ross (1995), berpikir merupakan aktivitas mental dalam aspek teori dasar mengenai obyek psikologis.

b. Menurut Valentenie (1965), berpikir dalam kajian psikologis secara tegas menelaah proses dan pemeliharaan untuk suatu aktivitas yang berisi mengenai “bagaimana” yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang diarahkan untuk beberapa tujuan yan diharapkan.

(19)

c. Menurut Garret (1966), berpikir merupakan perilaku yang sering kali tersembunyi atau setengah tersembunyi di dalam lambing atau gambaran, ide, konsep yang dilakukan seseorang.

d. Menurut Gilmer (1970), berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambing-lamabang pengganti aktivitas yang tampak secara fisik. Selain itu, ia mendefinisiskan bahwa berpikir merupakan suatu proses dari penyajian suatu peristiwa internal dan eksternal, kepemilikan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang satu sama lain saling berinteraksi.

Selain dari pendapat para ahli di atas, Plato beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati.

Pengertian berpikir secara umum dilandasi pada asumsi aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Berpikir mendasari hampir semua tindakan manusia dan interaksinya, melalui berpikirlah manusia dapat mencapai kemajuan dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Manusia mampu beragama dan bertingkah laku susila atau berakhlak mulia dengan berpikir. Aktivitas berpikir pada manusia merupakan fungsi kejiwaan yang memiliki potensi atau kekuatan yang dapat menciptakan sesuatu yang baru dan selalu berdinamika, baik yang bersifat konseptual maupun material.

Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terncana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap obyek yang mempengaruhinya. Proses berpikir merupakan proses mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalam sebelumnya.21 Dalam proses berpikir seorang

individu akan menghubungkan antara pengertiannya yang satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Ditinjau dari

(20)

15

aspek psikologi, berpikir erat kaitannya dengan kesadaran. Berpikir disebabkan oleh adanya perangkat sistem sensor dalam tubuh manusia. Sistem sensor berupa indra yang sangat peka terhadap setiap rangsangan yang dating dari lingkungan, dan dapat memacu kesadaran mengenai sesuatu yang terjadi di dalam atau di luar tubuh.

Floyd.L.Ruch (1967) membedakan berpikir pada esensi berpikir deduktif, induktif, dan evaluative. Berpikir induktif dilakukan erdasarkan suatu meted yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang khusus ke umum. Berpikir deduktif menggunakan suatu metode yang menerapkan hal-hal ynag umum terlebih dahulu untuk setrusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Adapun berpikir evaluative bersifat melakukan penilaian atas dasar tahapan-tahapan yang seharusnya terjadi sesuai dengan hokum-hukum atau kaidah yang ditetapkan, apakah telah sesuai atau tidak, dan bagaimana seterusnya.22

(21)

Membentuk pengertian dapat diartikan sebagai suatu upaya dalam proses berpikir dengan memanfaatkan ingatan, bersifat riil, abstrak dan umum serta mengandung sifat hakiki sesuatu. pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis dibentuk melalui empat tingkat sebagai berikut:24

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.

b. Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu adadan mana yang tidak selalu ad, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang hakiki.

Pengertian dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Pengertian pengalaman empiris, diperoleh melalui pengalaman masing-masing individu, karena itu pengertian individu yang satu dengan individu lainnya dapat berbeda.

2. Pengertian pengalaman ilmiah adalah pengertian yang dirumuskan oleh para ahli untuk koentingan-kepentingan yang bersifat ilmiah.

2) Pembentukan pendapat

Pembentukan pendapat merupakan lanjutan proses berpikir dengan mengategorikan pengertian atas subjek dan predikat, pemberian kualitas dan kuantitas terhadap pengertian, sehingga benar-benar mengandung hubungan arti. Membentuk pendapat dapat dilakukan dengan meletakkan hubungan antara dua pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:25

a. Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang mengyakan, yang secara tegasmenyatakan keadaan sesuatu.

24Sunardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada , 2002), hal. 55-56

(22)

17

b. Pendapat negative, yaitu pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.

c. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan ebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.

3) Pembentukan kesimpulan

Pembentukan kesimpulan dapat diartikan sebagai pembentukan pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat lain. Ada tiga macam kesimpulan jika dilihat dari segi sifat sebagai berkut:

a. Pembentukan kesimpulan secara induktif, membentuk pendapat baru yang bersifat umum dari pendapat-pendapat lain yang bersifat khusus.

b. Pembentukan kesimpulan secara deduktif, merupakan aktivitas berpikir dengan menggunakan pendapat-pendapat yang ebrsifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

4) Pembentukan kesimpulan analogi, kesimpulan yang ada kesamaanya, atau kesimpulan yang ditarik dengan dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain yang dikenal.

Taraf kemampuan fungsi pemikiran individu dalam memecahkan masalah banyak bergantung pada kekuatan ingatan dan juga intelegensi yang dimiliki oleh sitiap individu.

Zuhri mengelompokkan proses berpikir menjadi tiga yaitu:26

a. Proses berpikir konseptual

26 Indahsari Himatul Rohmah, Proses Berfikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Suku

(23)

Proses berpikir konseptual adalah proses berpikir yang selalu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki berdasarkan hasil pelajarannya selama ini. ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Memahami soal

2. Menyusun rencana penyelesaian

3. Melaksanakan rencana penyelesaian

b. Proses berpikir secara semi konseptual

Proses berpikir semi konseptual adalah proses berpikir yang pada umumnya menyelesaikan soal menggunakan konsep tetapi mungkin karena pemahaman terhadap konsep kurang maka penyelesaiannya dicampur dengan menggunakan intuisi. Ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Memahami soal

2. Menyusun rencana penyelesaian

3. Melaksanakan rencana penyelesaian

c. Proses berpikir komputasional

Proses berpikir komputasional merupakan proses berpikir yang pada umumnya menyelesaikan soal tidak menggunakan konsep tetapi lebih mengandalkan intuisi. Ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Memahami soal

2. Menyususn rencana penyelesaian

3. Melaksanakan rencana penyelesaian

Zuhri menentukan beberapa indikatort untuk menelusuri proses berpikir antara lain:27

(24)

19

a. Proses berpikir konseptual:

1) Mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri.

2) Mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal dengan kalimat sendiri.

3) Dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah dipelajari.

4) Mampu nyebutkan unsur-unsur konsep diselesaikan

b. Proses berpikir semi konseptual

1) Kurang dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri.

2) Kurang mampu nengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanyakan soal.

3) Dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah dipelajari walaupun kurang lengkap.

4) Tidak sepenuhnya mampu menjelaskan langkah yang ditempuh.

c. Proses berpikir komputasional

1) Tidak dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri.

2) Tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanya dalam soal

3) Dalam menjawab cenderung lepas dari konsep yang dipelajari

(25)

3. Kepribadian

a. Pengertian Kepribadian

Kepribadian atau yang biasa disebut dengan personality

mengandung pengrtian yang luas. Kata kepribadian biasanya dikaitkan dengan pola-pola tingkah laku manusia yang berhubungan dengan norma-norma tentang baik atau buruk, atau kata pribadi atau kepribadian digunakan untuk menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang ada pada seseorang. Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri.

Pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri orang sendiri.28 Secara filosof dapat dikatakan bahwa

pribadi adalah “aku yang sejati” sedangkan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku. Dengan demikian muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang dipikir, dirasakan, dan diperbuat yang terungkap melalui perilaku.

G.W. Allport kepribadian adalah organisasi (susunan) dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaianya yang unik terhadap lingkungan.29 Dalam definisis tersebut, Allport menggunakan

sistem psikofisik untuk menunjukkan jiwa dan raga. Istilah khas dalam bahasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiao individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian yang sama, dan karena itu tidak ada dua orang yan bertingkah laku samadalam penyesuaiannya dengan lingkungan.30 Sebagai organisasi yang dinamis,

artinya kepribadian dapat berubah-ubah dan antar berbagai komponen kepribadian (sistem psikofisik seperti kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan,

28Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 2 29Ibid.

(26)

21

emosi, perasaan, dan motif) memiliki hubungan erat. Hubungan tersebut terorganisasi sedemikian rupa secara bersama-sama mempengerahi pola perilaku dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri seseorang. Dapat dikatakan kepribadian merupakan suatu proses dinamis di dalam diri, yang terus menrus dilakukan terhadap sistem psikofisik (fisik dan mental), sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang terhadap lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian diperinci kedalam tiga golongan antara lain:

1. Faktor biologis

Faktor ini berhubungan dengan keadaan jasmanai dan sering pula disebut factor fisiologis. Setiap individu sejak lahir telah menunjukkan adanya perbedaan dalam konstitusi tubuhnya, baik dari keturunan atau pembawaan individu (anak) itu sendiri. Kondisi jasmani yang berbeda –beda itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat temperamen yang berbeda juga.31

2. Faktor sosial

Faktor sosial yang dimaksud adalah masyarakat di sekitar individu yang mempengaruhi individu lain. Yang termasuk dalam factor social ini adalah tradisi-tradisi adat istiadat, dan peraturan-peraturan yang berlaku dimasyarakat. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak dinin sangat mendalam dan menetukan perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Hal tersebut karena

a. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama

b. Pengaruh yang diterima anak itu masih tebatas jumlah dan luasnya

(27)

c. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus-menerus siang dan malam

d. Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman dan bersifat intim dan bernada emosional.

3. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Adapun beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian itu, antara lain:

a) Nilai-nilai (values)

Seseorang untuk dapat diterima di dalam suatu masyarakat, maka harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku pada suatu masyarakat tersebut. Nilai-nilai hidup yang berlaku dalam masyarakat sangat erat hubungannya dengan kepercayaan, agama, adat istiadat, kebiasaan dan tradisi yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan.

b) Pengetahuan dan keterampilan

Pengetahuan yang dimiliki oelh seoran individu itu mempengaruhi tindakan dan sikapnya. Kadar dan luas serta jenis pengetahuan yang dimiliki oleh individu berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, hal tersebut membentuk kepribadian individu berbeda-beda pula. Begitu pula dengan kecakapan atau ketrampilan individu dalam mengerjakan sesuatu yang juga merupakan bagian dari kebudayaanya

c) Adat dan tradisi

(28)

23

d) Bahasa

Bahasa merupakan salah satu factor yang ikut serta menentukan karakteristik suatu kebudayaan. Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kepribadian manusia yang menggunakan dan memiliki bahasa itu. Bagaimana sikap dan cara-cara individu bertindak, bagaimana pergaulan hidup bermasyarakatnya, dan sebagainya sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa yang berlaku dalam masyarakat.

b. Kepribadian Extrovert-Introvert

Carl Gustav Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe-tipe manusia. Yang menjadi dasar tipologi Jung ialah arah perhatian manusia. Ia mengatakan bahwa perhatian manusia itu tertuju kepada dua arah, yakni ke luar dirinya yang disebut extrovert, dan ke dalam dirinya yang disebutnya introvert.32 Arah perhatian manusia yang terkuat itulah yang

menetukan tipe orang itu. Menurut Jung, tipe manusia dibagi menjadi dua golongan besar, yakni:

1. Tipe extrovert, orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain, kepada masyarakat.

2. Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarahbkepada dirinya, kepada “aku”nya.

Pada diri individu yang introvert umumnya memiliki sifat-sifat cenderung ,enarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara sosial.

Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian

keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap, keputusan yang diambil lebih ditentukan oleh peristiwa yang terjadi diluar dirinya.33 Orang yang bersiat

32M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 150

(29)

extrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan mau menerima masukan dari pihak luar, aktif, suka berteman, dan ramah tamah.

(Crow and Crow) menguraika lebih terperinci lagi sifat-sifat dari

kedua golongan tipe tersebut sebagai berikut:34

a. Ekstrovert

1) Lancar/lincah dalam bicara

2) Bebas dari kekhawatiran/kecemasan

3) Tidak lekas malu dan tidak canggung

4) Umumnya bersifat konservatif

5) Mempunyai minat pada atletik

6) Dipengaruhi oleh data obyektif

7) Ramah dan suka berteman

8) Suka bekerja bersama orang-orang lain

9) Kurang memperdulikan penderitian dan milik sendiri

10) Mudah menyesuaikan diri dan luwes (fleksibel)

b. Introvert

1) Lebih lancar menulis dari pada bicara

2) Cenderung/sering diliputi kekhawatiran

3) Lekas malu dan canggung

4) Cenderung bersifat radikal

5) Suka membaca buku-buku dan majalah

(30)

25

6) Lebih dipengaruhi oleh perasaan-perasaan subyektif

7) Agak tertutup jiwanya

8) Menyukai bekerja sendiri

9) Sangat menjaga/berhati-hati terhadap penderitaan dan miliknya

10) Sukar menyesuaikan diri dan kaku dalam pergaulan

Perbedaan pokok dari kedua tipe tersebut kadang-kadang nyata terlihat, kadang tidak. Jung memasukkan 4 fungsi psikis ke dalam tipe

ekstrovert dan introvert yang menurut pendapatnya sangat mempengaruhi tindakan manusia yaitu perasaan, pikiran, intuisi, dan penginderaan. Jung membagi keempat fungsi psikis tersebut kedalam dua kelompok menurut sifatnya. Yakni yang rasional yaitu pikiran dan perasaan, serta nonrasional

yaitu intuisi dan penginderaan. Pikiran dan perasaan sebagai fungsi “rasional” karena fungsi tersebut merupakan sikap dan perbuatan yang mengandung pertimbangan, yang ditujukan pada suatu obyek.

Penginderaan dan intuisi disebut nonrasional karena di dalam penginderaan hubungan individu dengan obyek lebih bersifat pasif, obyek hanya dialami oleh individu. Dalam intuisi, individu tidak dapat mencari pengertian tentang obyek itu secara rasional, obyek diterima olehnya bukan karena kesadaran melainkan hanya secara intuitif. Menurut Jung, masing-masing dari kedua pasang fungsi psikis tersebut memiliki hubungan yang kompensatoris (imbang-mengimangi). Pikiran saling berimbangan dengan perasaan, sedangkan penginderaan saling berhubungan dengan intuisi. Dengan kata lain, jika pikiran lebih kuat maka perasaan menjadi melemah, dan jika penginderaan lebih kuat maka untuk mengimbanginya intuisi menjadi lemah, begitu pula sebaliknya.

(31)

a. Pengertian Sintem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

Sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) adalah suatu sistem persamaan linier dengan dua variabel. Bentuk umum sistem persamaan linier dua variabel x dan y adalah:

Dengan , , , , dan bilangan real; dan tidak keduanya 0;

dan tidak keduanya 0.

: variabel real

: Koefisien variabel x

: Koefisien variabel y

: Konstanta persamaan

b. Menentukan Himpunan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

Di kelas VIII telah dipelajari metode untuk menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan linier dua variabel (SPLDV). Metode-metode tersebut adalah metode grafik, metode eliminasi, metode substitusi, dan metode campuran.

1. Metode grafik

(32)

27

Langkah-langkah untuk menentukan solusi SPLDV dengan metode grafik adalah sebagai berikut:

a. Menentukan titik-titik potong terhadap sumbu koordinat untuk persamaan 1 dan persamaan 2.

b. Tarik garis lurus dari titik-titik tersebut.

c. Pada grafik tersebut, akan terdapat dua garis lurus yang berpotongan pada satu titik, dan pada titik berpotongan itulah himpunan penyelesaian sistem persamaan linier

2. Metode Eliminasi

Berdasarkan definisi diatas, bentuk umum SPLDV dengan variabel x dan y adalah:

Dengan , , , , dan bilangan real; dan tidak keduanya 0;

dan tidak keduanya 0.

Langkah-langkah untuk menetukan himpunan penyelesaian dengan menggunakan metode eliminasi adalah sebagai berikut:

a. Lakukan eliminasi terhadap variabel x dari persamaan 1 dan 2, hal ini

dilakukan jika koefisien dan keduanya tidak 0

b. Lakukan eliminasi terhadap variabel y dari persamaan 1 dan 2, hal ini

(33)

Himpunan penyelesaian

3. Metode Substitusi

Berdasarkan definisi diatas, bentuk umum SPLDV dengan variabel x dan y adalah

Dengan , , , , dan bilangan real; dan tidak keduanya 0;

dan tidak keduanya 0.

Dari persamaan 1 diperoleh

dan

(34)

29

subsitusikan ke persamaan dan diperoleh

Himpunan penyelesaian adalah

B. Penelitian Terdahulu

Secara umum terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang proses berpikir siswa. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. M. Riki Habibi, 2016

(35)

Darussa’adah Jember. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan siswa dengan kemampuan tinggi mampu memenuhi kelima standart yang ada di Examplars

Rubic dan digolongkan ke dalam ranah practitioner, siswa dengan

kemampuan sedang berhasil memenuhi ketiga standar dan digolongkan kedalam rana Apprentice, sedangkan siswa dengan kemampuan rendah hanya mampu memenuhi dua standart Examplars Rubic dan digolongkan kedalam rana Novice.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Riki Habibi adalah sama-sama meneliti tentang proses berpikir siswa dan sama-sama menggunakan penelitian kualitatif. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian peneliti pun juga cukup terlihat jelas jika penelitian dari M. Riki Habibi ini meneliti proses berpikir siswa menggunakan Math Examplars, penelitian yang dilakukan peneliti ingin mengetahui proses berpikir siswa yang memiliki kepribdian Ekstrovert-Introvert.

2. Rusida Hilda, 2015

(36)

31

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jika penelitian yang dilakukan peneliti ingin mengetahui proses berpikir siswa jika dilihat dari kepribadian siswa, sedangkan pada penalitian ini ingin mengetahui proses berpikir siswa jika dilihat dari kemampuan akdemik siswa. Namun, pada dasarnya penelitian yang dilakukan peneliti dan penelitian ini sama-samaingin mengetahui proses berpikir siswa, dan menggunakan jenis penelitian yang sama yaitu sama-sama menggunakan penelitian kualitatif.

3. Eka Agus Setia Ningsih, 2017

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Agus Setia Ningsih ini berjudul Proses Berpikir Siswa Dalam Meecahkan Masalah Matematika Pada Soal Persamaan Linier Berdasarkan Langkah-langkah Polya Ditinjau Dari Adversity Quotient di MA Ma’arif Tulungagung. Peelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena pembelajaran matematika yang lebih menekankan pada pemecahan masalah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui bagaimana proses berpikir siswa tipe climber, camper, dan quitter dalam memecahkan masalah program linier. Proses berpikir dalam penelitian ini menggunakan tiga indicator untuk menelususri proses berpikir yaitu proses berpikir konseptual, semi konseptual dan komputasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa climber melakukan proses berpikir konseptual dalam memahami masalah, yaitu siswa selalu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki sesuai dengan yang telah dipelajari selama ini. siswa camper melakukan proses berpikir semi konseptual yaitu dengan menyelesaikan suatu soal dengan menggunakan konsep tetapi karena pemahaman masih kurang maka pentyelesaiannya dicampur dengan cara penyelesaian menggunakan intuisi. Sedangkan siswa quitter melakukan proses berpikir komputasional yaitu dengan menyelesaikan soal tidak menggunakan konsep tetapi lebih mengandalkan intuisi.

(37)

Penelitian yang dilakukan oleh Nana Hasanah, Mardiyana, dan Sutrima berjudul “Analisis Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Extrovert-Introvert dan Gender”. Dari penelitian yang dilakukan mendapat kesimpulan bahwa siswa extrovert

laki-laki dalam memahami masalah menggunakan proses berpikir asimilasi, dalam membuat rencana pembelajaran menggunakan asimilasi, dalam melaksanakan rencana pembelajaran menggunkan akomodasi dan dalam memeriksa kembali jawaban menggunakan asimilasi. Siswa extrovert

perempuan dalam memahami masalah menggunakan proses berpikir, dalam membuat rencana pembelajaran, dalam melaksanakan rencana pembelajaran, dan memeriksa kembali jawaban menggunakan asimilasi. Siswa introvert laki-lakidalam memahami masalah menggunakan proses berpikir, dalam membuat rencana pembelajaran, dalam melaksanakan rencana pembelajaran, dan memeriksa kembali jawaban menggunakan asimilasi. Siswa introvert

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses berpikir siswa kelas X MAN Kunir pada sub pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) ditinjau dari kepribadian ektrovert-introvert. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.35

Dalam penelitian kualitatif obyek yang berkembang apa adanya sesuai dengan realita yang ada dilapangan tanpa adanya manipulasi dari peneliti. Instrument penelian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, sehingga peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar peneliti mampu menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Analisis data yang dilakukan berdasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan di lapangan yang kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif merupakan salah satu dari jenis penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis , faktual dan akurat mengenai fakta-fakta , sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

35Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, , (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 9

(39)

B. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai suber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menfsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dapat dikatakan dalam penelitian ini posisi peneliti adalah sebagai instrument kunci, sehingga sebagai instrument kunci kehadiran peneliti dan keterlibatan peneliti di lapangan lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran dari subjek penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN Kunir yang beralamatkan di Jl. Jend. Sudirman, Kunir, Wonodadi Blitar pada siswa kelas X. Adapun lokasi ini dipilih karena beberapa pertimbangan, diantaranya:

1. Kepala Sekolah dan guru yang menerima dengan terbuka jika diadakan penelitian di lembaga sekolahnya. Selain itu, kepala sekolah dan guru juga cukup terbuka untuk menerima pembaharuan dalam pendidikan terutama pada hal-hal dalam proses pendidikan, hal tersebut dimaksudkan agar dapat menjadi evaluasi dalam proses pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Penelitian terkait proses berpikir diperlukan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam pemecahan masalah untuk mengetahui proses berpikir siswa dan meningkatkan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan suatu masalah.

3. Proses berpikir siswa dengan kepribadian extrovert maupun introvert

(40)

35

4. Di MAN Kunir belum pernah dilakukan penelitian tentang proses berpikir siswa jika ditinjau dari kepribadiannya.

D. Sumber Data

Jika dilihat dari mana sumber data berasal, maka sumber data dapat dibagi kedalam sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer meliputi data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya atau tanpa perantara. Adapun data sekunder meliputi data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara atau diperoleh atau dicatat oleh pihak lain. Data primer dalam penelitian ini adalah siswa di salah satu kelas dari kelas X MAN Kunir, agar pengamatan lebih terfokus maka dipilih 4 siswa sebagai subjek penelitian yakni 2 siswa dengan kepribadian extrovert

dan 2 siswa dengan kepribadian introvert. Data sekunder dalam penelitian ini merupakan dokumen-dokumen pendukung yang berkaitan dengan penelitian ini seperti foto-foto kegiatan siswa, transkrip wawancara dan sebagainya. Penelitian kuantitatif menempatkan sumber data sebagai obyek, sedangkan penelitian kualitatif menempatkan sumber data sebagai subjek yang memiliki kedudukan yang penting.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidaka akan mendapatkan data.36

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan bebrapa cara diantaranya sebagai berikut:

(41)

1. Tes Tulis

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan dan penggunaan alat tertentu untuk mengetahui atau mengukur ketrampilan, pengetahuan atau bakat yang dimiliki siswa. tes tertulis yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untu mengukur kemampuan prose berpikir siswa antara siswa yang memiliki extrovert dengan yang memiliki kepribadian introvert dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan sitem persamaan linier dua variabel (SPLDV). Metode ini dilakukan untuk mencari informasi dan argument dari jawaban tes tulis.

2. Observasi

Selain dengan menggunakan tes tulis, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi pada hakikatnya adalah kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil dari observasi berupa aktifitas, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Ada beberapa macam observasi yaitu:37

a. Observasi partisipan

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

b. Observasi terus terang atau tersamar

(42)

37

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal saampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat penelti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

c. Observasi tak berstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tau secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

3. Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut. “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning

about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.38 Pewawancara melakukan

wawancara secara ketat sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Pewawancara masih memiliki kebebasan dalam mengajukan pertanyaan, tetapi relative kecil.

Peneliti melakukan wawancara untuk mengumpulkan data dengan langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan narasumber

b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan atau daftar pertanyaan

(43)

c. Melakukan wawancara denaga membuka atau mengawali wawancara terlebih dahulu

d. Menulis dan merekam hasil wawancara atau poin-poin yang disampaikan oleh informan

e. Mengakhiri wawancara

4. Dokumentasi

Salain melalui wawancara dan observasi, informasi juga dapat diperoleh melalui fakta-fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, cataatan harian, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen dapat dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti dapat mengambil foto kerika melakukan penelitian yang berkaitan dengan segala kegiatan atau aktifitas belajar siswa dan pada saat siswa sedang mengerjakan tes dan wawncara.

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai dilapangan. Namun dalam penelitian ini analisis data dilakukan selama di lapangan. Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari narasumber. Jika jawaban dari narasumber dirasa kurang memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai diperoleh data yang dianggap sudah cukup. Hal-hal yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data reduction)

(44)

39

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.39 Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, sehingga akan memudahkan peneliti dalam melakukan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.

2. Penyajian data (Data Display)

Setelah data direduksi, selanjutnya adalah menyajikan atau mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam benntuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan langkah selanjutnya sesuai berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Verification (Conclusion Drawing)

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.40 Setelah melakukan reduksi dan

penyajian data maka peneliti menarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan masih akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Hasil penelitian kualitatif banyak diragukan kebenarannya karena beberapa hal diantaranya subjektivitas peneliti, alat penelitian yang dilakukan adalah wawancara dan observasi dimana mengandung banyak kelemahan

(45)

jika dilakukan tidak secara terbuka dan tanpa control, serta sumber data yang kurang kredibel tentunya akan memppengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh sebab itu, diperlukan beberapa cara untuk menecek keabsahan data, yaitu: 1. Uji kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan:

a. Perpanjangan pengamatan

Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan dari responden dan kepercayaan diri peneliti tersebut.

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan maksudnya adalah melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti meningkatkan ketekunan agar peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak, selain itu peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

c. Triangulasi

Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk mengecek atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triagulasi digunakan untuk memantapkan keoercayaan dan konsistensi data serta bermanfaat sebagai alat bantu analisis di lapangan. Triagulasi dilakukan dengan jalan mengajukan beberapa pertanyaan, mengeceknya dengan berbagai sumber data lain seperti observasi, dokumentasi, atau hasil angket.

2. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi

(46)

41

memungkinkan untuk dapat berpikir secara kritis dan analogis serta membuat keputusan dengan tepat.

H. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peniliti melalui beberapa tahap penelitian. Tahap-tahap tersebut meliputi tahap pra lapangan (sebelum memasuki lapangan, tahap memasuki lapangan (selama di lapangan), tahap analisis data yang akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Tahap sebelum memasuki lapangan

Pada tahap ini peneliti mengajukan judul kepada Ketua Program Studi, setelah disetujui peneliti melanjutkan dengan menyusun proposal penelitian, namun sebelum peneliti menyusun proposal penelitian, peneliti mengumpulkan referensi yang relevan dengan judul penelitian. Kemudian setelah proposal penelitian siap, peneliti melanjutkan dengan seminar proposal yang dibimbing oleh dosen pembimbing. Setelah itu peneliti mengurus surat ijin penelitian.

2. Tahap memasuki lapangan (selama di lapangan)

Pada tahap ini peneliti memasukkan surat ijin penelitian di MAN Kunir untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat ijin peneliti malakukan penelitian dan mengumpulkan data yang sesuai denga fokus penelitian melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

3. Tahap analisis data

Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis data. Analisis data dilakukan mulai dari peneliti melakukan penelitian hingga tuntas, diamana data sudah jenuh atau sudah tidak ada lagi informasi terkait focus penelitian.

(47)
(48)

DAFTAR RUJUKAN

Baharudin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Djali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, M. Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setyono, Ariesandi. 2007. Mathemagics Cara Jenius Belajar Matematika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sunardi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Masfingatin, Titin, “Proses Berfikir Siswa Sekolah Menegah Pertama dalam

Memecahkan MasalahMatematika Ditinjau Dari Adversity Quotient”,

dalam

http://ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/jipm/article/viewFile/4

91/452, diakses pada 29 September 2017

S, M.J. Dewiyani, Karakteristik Proses Berpikir Siswa dalam Mempelajari

Matematika Berbasis Tipe Kepribadian, dalam

http://eprints.uny.ac.id/12295/1/M_Pend_24_Dwiyani.pdf, diakses pada 30 September 2017

Rohmah, Indahsari Himatul, Proses Berfikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Suku Banyak Berdasarkan Gender pada Siswa Kelas XI IPA 1MAN

Kunir Blitar Tahun Ajaran 2015/2016, dalam

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4021/4/BAB%20II.pdf , diakses pada 29 September 2017.

(49)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pernyataan tersebut, tim pengabdi kami memfokuskan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan daily conversation bahasa Inggris, pengelolaan web homestay ,

Terdapat variabel yang mempengaruhi penggunaan alat peraga terhadap peningkatan motivasi belajar firman Tuhan pada anak sekolah minggu GKKK Makassar POS PI Panakkukang yaitu alat

Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah baja karbon rendah, kemudian dilakukan pembuatan kampuh pada setiap spesimen dimana kampuh yang digunakan adalah

Namun demikian, kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa manajer yang juga sebagai pemilik dapat memainkan peranan yang dapat selaras dengan pemegang saham lainnya

Sesuatu yang berwarna dan dilengkapi dengan bentuk..

Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi

Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya

Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikologi, pendekatan sosiologi dan pendekatan