• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini ingin menguji hubungan dan pengaruh di antara peubah-peubah bebas dengan peubah-peubah tidak bebas. Dengan demikian penelitian ini lebih bersifat eksplanatoris, yaitu penelitian survai yang bertujuan menjelaskan pengaruh atau menyoroti hubungan antara peubah-peubah penelitian melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini tidak saja ingin menguji hubungan dan pengaruh peubah-peubah tersebut secara statistik, tetapi juga untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Sevilla et al., 1993). Sifat atau keadaan yang sementara berjalan dalam konteks penelitian ini adalah bagaimana kondisi kompetensi para Penyuluh Pertanian dan kinerjanya dalam era otonomi daerah. Penelitian ini termasuk juga kedalam jenis penelitian deskriptif korelasi

(correlation study), yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan peubah-peubah yang berbeda dalam suatu populasi tertentu. Dengan demikian dari penelitian ini dapat dipastikan seberapa besar pengaruh antara peubah-peubah yang ada, hubungan antara peubah dan kekuatan hubungan di antara peubah-peubah itu.

Populasi dan Sampel

Penelitian dilakukan di tiga Kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan di Pulau Timor dengan tipologi lahan kering dan Kabupaten Manggarai di Pulau Flores dengan tipologi lahan basah. Dari setiap kabupaten dipilih dua kecamatan, yang terdiri dari kecamatan sentra pangan dan kecamatan sentra hortikultura, sehingga semuanya berjumlah 6 kecamatan. Dari masing-masing kecamatan dipilih secara acak 3 desa pangan dan 3 desa hortikultura sehingga seluruhnya berjumlah 18 desa. Populasi, sampel penyuluh dan petani tampak pada Tabel 7.

Tabel 7 Populasi dan Sampel Penyuluh serta Petan Kab Populasi Sampel Penyuluh Petani Penyuluh (n = 72) Petani (180) P.Trampil P.Ahli P* H* Jlh P* H* Jlh P* H* Jlh Kupang 99 10.803 8 7 15 3 4 7 30 30 60 TTS 112 11.558. 10 10 20 4 4 8 30 30 60 Manggarai 98 9.884 8 7 15 4 3 7 30 30 60 Total 309 32.245 26 24 50 11 11 22 90 90 180

Keterangan: P* =Pangan; H* = Hortikultura; Kab = kabupaten, TTS = Timor Tengah Selatan.

Populasi penelitian adalah seluruh Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil yang berjumlah 309 orang dan para petani di tiga kabupaten yang menjadi lokasi penelitian . Sampel penyuluh diambil dari enam kecamatan dari tiga kabupaten (setiap kabupaten dua kecamatan) dengan sistem sensus sehingga komposisi jumlahnya adalah : kabupaten Kupang (22 orang Penyuluh), kabupaten Timor Tengah Selatan (28 orang Penyuluh), dan kabupaten Manggarai (22 orang). Jumlah keseluruhan 72 penyuluh (Tabel 7). Petani sampel dipilih dari 18 kelompok tani di 18 desa dengan sistem stratified random sampling. Setiap kelompok berjumlah 10 orang dipilih berdasarkan kemampuan melakukan adopsi inovasi. Dari 10 orang petani peneliti membaginya menjadi lima kategori yakni, petani pelopor (1 orang), petani perintis (1 orang), petani penganut dini (3 orang), petani penganut lambat (3 orang) dan petani tertinggal/kolot (2 orang) yang seluruhnya berjumlah 180 orang.

Selain responden penyuluh pertanian dan petani, peneliti juga mewawancarai pejabat di organisasi penyuluhan, baik di provinsi, kabupaten maupun kecamatan, unsur Pemerintah Daerah yakni Asisten II yang membidangi pembangunan, pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) yang mengkoordinasi pembangunan di Daerah, Kepala Diklat/Balai yang menangani pelatihan penyuluh, Komisi A DPRD yang menangani bidang pembangunan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan LSM. Masukan dari stakeholders ini melengkapi penilaian dan cara pandang terhadap kompetensi penyuluh pertanian dan kinerja penyuluhan.

Data dan Instrumentasi Data

Data penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden (penyuluh pertanian, petani) survai melalui kuesioner. Data primer juga diperoleh dari informan lain seperti atasan langsung penyuluh pertanian, penyelenggara diklat, unsur-unsur Pemda yang terkait. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, hasil penelitian, peraturan perundang-undangan dan data lain yang relevan dengan penelitian.

Keseluruhan data penelitian tersebut dikaji dengan menggunakan analisis statistik didukung oleh analisis kualitatif untuk memperkuat dan mempertajam analisis kuantitatif yang ada sebagaimana yang dikatakan oleh Miller, 1991; Black dan Champion, 1976; Dey, 1993, Moleong, 1991 (Sumardjo, 1999). Penelitian ini sejalan dengan pemikiran para ahli tersebut bahwa metoda yang digunakan pendekatan survai atau menggunakan paradigma kuantitatif sebagai tumpuan analisis, dilengkapi dengan informasi berdasarkan data kualitatif untuk mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif yang ada.

Data yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari data tentang empat peubah bebas dengan sub-sub peubahnya dan dua peubah terikat dengan sub-sub peubahnya:

(1) Karakteristik individu penyuluh pertanian (X1) yang terdiri dari sub-sub peubah yakni pendidikan formal (X11.), pendidikan Non Formal (X12), umur (X13), pengalaman sebagai penyuluh (X14), sifat kosmopolitan (X15), Pendapatan (X16), dan motivasi (X17.) yang terdiri dari dua sub peubah yakni motivasi intrinsik (X171) dan motivasi ekstrinsik (X172).

(2) Diklat (X2) yang terdiri dari enam sub peubah yakni kurikulum (X21), Pengalaman belajar (X22), Widyaiswara (X23), Komitmen Pengelola (X24), Sistim Evaluasi (X25), dan Dukungan dana, sarana dan prasarana (X26). (3) Lingkungan (X3), yang terdiri dari terdiri dari 9 (sembilan) sub peubah yakni

dukungan politik pemerintah (X311), dukungan pemda (X312), dukungan finansial, sarana dan prasarana (X313), kekondusifan kerja (X314), dukungan masyarakat (X315), perubahan paradigma penyuluhan (X316),

dukungan keluarga (X317), dukungan informasi (X318), dan dukungan teknologi pertanian (X319).

(4) Struktur organisasi penyuluhan (X4). Struktur organisasi terdiri dari enam sub peubah yakni ukuran organisasi (X41), pengawasan (X42), struktur wewenang (X43), struktur komunikasi (X44), pola kepemimpinan (X45), pola kepemimpinan dan sistem “reward and punishment” (X46).

(5) Kompetensi Penyuluh Pertanian (Y1) yang terdiri dari sub-sub peubah yakni:

(a) Persiapan Penyuluhan (b) Pelaksanaan Penyuluhan

(c) Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan (d) Pengembangan Penyuluhan

(e) Pengembangan Profesionalisme Penyuluh (f) Kompetensi Berkomunikasi

(g) Kompetensi Berinteraksi Sosial

(6) Karakteristik individu petani (X5) yang terdiri dari enam sub peubah, yaitu pendidikan formal (X51), pendidikan non formal (X52), umur (X53), sifat kosmopolitan (X54), kategori adopter (X55) dan pendapatan (X56).

(7) Kinerja Penyuluhan (Y2) adalah kepuasan petani sebagai pelanggan utama yang meliputi beberapa hal:

Y21. Manfaat organisasi penyuluhan sebagai pemasok jasa informasi penyuluhan

Y22. Kesesuaian materi penyuluhan dengan kebutuhan petani

Y23. Kepuasan petani akan metode penyuluhan dan manfaatnya bagi petani Y24. Manfaat kelompok tani dan lembaga ekonomi tani.

Y25. Manfaat kepemimpinan tani, wanita dan pemuda tani Y26. Kepuasan petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian

Instrumentasi

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peubah-peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Instrumentasi yang disusun itu mengikuti beberapa tahap sebagai berikut: (1) tahap uji coba

instrumen. Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner yang sesungguhnya, terlebih dahulu akan diadakan uji coba pengisian kuesioner pada responden terpilih baik dari Penyuluh maup un Petani. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dari penyebaran kuesioner selanjutnya dan tingkat pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Jika dalam uji coba ini ditemukan adanya kesulitan di dalam memahami isi pertanyaan, maka kuesioner akan dikaji ulang untuk disesuaikan. Jika pada uji coba ini, kuesioner diisi dengan benar, dan para responden yang terpilih memahami, mengerti apa yang mau diisi sesuai dengan pengalamannya, maka tahap uji coba akan dihentikan dan diteruskan dengan tahap berikutnya, yaitu (2) penyebaran kuesioner sesungguhnya kepada responden yang sudah terpilih melalui prosedur metodologi. Kuesioner yang disebarkan selalu mempertimbangkan prinsip-prinsip metodologis dalam penyusunan kuesioner yaitu unsur kesahihan (validity) dan reliabilitas instrumen.

Validitas Instrumen

Menurut Kerlinger (2002), validitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur. Titik berat dari uji coba validitas instrumen adalah pada validitas isi, yang dapat dilihat dari: (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan diukur, dan (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan.

Suatu alat ukur dikatakan valid, jika alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), kesahihan atau validitas (validity) menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Validitas menyangkut ketepatan dalam penggunaan alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih, apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur. Kuesioner dapat mempunyai validitas tinggi, dengan menyusun daftar pertanyaan dengan cara: (1) mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, (2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden, dan (3) memperhatikan masukan para pakar. Agar valid maka butir-butir pertanyaan didalam kuesioner dianalisis

menggunakan korelasi product moment (Arikunto, 1998). Adapun rumus tersebut adalah:

Keterangan :

rXY = koefisien korelasi product moment Y = Total butir soal dalam koesioner X = Butir soal ke-x

N = jumlah responden

Nilai rXY yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r-product moment dari tabel korelasi. Valid bila rXY > dari rtabel sedangkan bila lebih kecil maka perlu ada perbaikan atau butir tersebut dikeluarkan dari daftar pertanyaan.

Uji coba instrumen kepada 30 Penyuluh dan 30 petani di Desa Waebelang dan Meler Kabupaten Manggarai Flores kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment (Arikunto, 1998). Berdasarkan hasil analisis, nilai korelasi (r-hitung) dalam uji validitas item (butir) pada penelitian ini, berkisar antara 0,587 (pada taraf signifikansi sebesar 95%), sampai dengan 0,832 (pada taraf signifikansi sebesar 99%). Menurut Babbie (1992), bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator, positif dan lebih besar dari 0,3 (r >0,3), maka instrumen tersebut sudah valid (validitas kriteria). Dengan demikian, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini cukup valid (Tabel 8).

Tabel 8 Kisaran nilai koefisien korelasi uji validitas instrumen

No Variabel Kisaran Koefisien Korelasi

1 Karakteristik Individu Penyuluh Pertanian(X1) 0,735** - 0,832**

2 Diklat Penyuluhan (X2) 0,634** - 0,798**

3 Lingkungan (X3) 0,589** -0,771**

4 Struktur Organisasi Penyuluhan (X4) 0,631** -0,762**

5 Karakteristik Individu Petani (X5) 0,665** -0,756**

6 Kompetensi Penyuluh Pertanian (Y1) 0,737** -0,821**

7 Kinerja Penyuluhan (Y2) 0,587* -0,623** Keterangan: * nyata pada a =0,05, ** nyata pada a = 0,01.

( )( )

( )

{

}{

(

)}

− = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rXY

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana ketepatan alat tersebut untuk dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan konsisten suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendy, 1989:144). Suatu alat pengukur dikatakan memiliki reabilitas yang tinggi apabila reliabilitas alat tersebut memiliki sifat konsisten, ketepatan dan jika alat tersebut dipakai berulangkali terhadap suatu gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.

Reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan metode Cronbach-alpa, dimana pengukuran dilakukan hanya satu kali. Metode tersebut digunakan untuk kuesioner yang memiliki lebih banyak pilihan jawaban serta bukan merupakan skor 1 dan 0, melainkan dalam bentuk kategori dan uraian (Arikunto, 1998), sehingga menghasilkan konsistensi antar butir pertanyaan (inter item) (Kerlinger, 2002).

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk mengukur reliabilitas, yaitu: (1) suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali, memberikan hasil yang sama, (2) suatu alat ukur dikata kan reliabel, apabila alat ukur tersebut dapat mengukur hal yang sebenarnya dari sifat yang diukur, (3) reliabilitas suatu alat ukur dapat dilihat dari galat pengukurannya (galat acak yang merupakan himpunan akibat dari berbagai pengaruh). Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah metode Cronbach Alpha atau Cr. Alpha berdasarkan skala Cr. Alpha: 0 sampai dengan 1 dengan rumus:

n n

-

1

Keterangan: a = koefisien Alpha Cronbach (koefisien realibilitas) n = besar sampel pada uji instrumen

Vi = ragam bagian ke i kelompok indikator Vt = ragam skor total (perolehan)

? Vi

i=1

Vt 1 – a =

Apabila nilai hasil perhitungan (a ) dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan skala ya ng sama (0 sampai dengan 1), maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut (Triton, 2005):

(1) Nilai Koefisien Alpha berkisar 0,00 – 0,20, berarti kurang reliabel (2) Nilai Koefisien Alpha berkisar 0,21 – 0,40, berarti agak reliabel (3) Nilai Koefisien Alpha berkisar 0,41 – 0,60, berarti cukup reliabel (4) Nilai Koefisien Alpha berkisar 0,61 – 0,80, berarti reliabel (5) Nilai Koefisien Alpha berkisar 0,81 – 1,00, berarti sangat reliabel

Suatu instrumen (keseluruhan indikator) dianggap sudah cukup reliabel (reliabilitas konsistensi internal), bilamana a = 0,6 (Babbie, 1992). Berdasarkan hasil uji realibilitas terhadap peubah-peubah penelitian ini dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha (Cr-Alpha), diperoleh koefisien Alpha yang menunjuk kan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian ini cukup reliabel seperti pada Tabel 9.

Tabel 9 Nilai Koefisien Alpha Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Kisaran Koefisien Korelasi

1 Karakteristik Individu Penyuluh Pertanian(X1) 0,562 - 0,693 2 Diklat Penyuluhan (X2) 0,6494-0,8647

3 Lingkungan (X3) 0,6176-0,9345

4 Struktur Organisasi Penyuluhan (X4) 0,6617-0,8200 5 Karakteristik Individu Petani (X5) 0,7635-0,9273 6 Kompetensi Penyuluh Pertanian (Y1) 0,8046-0,8478 7 Kinerja Penyuluhan (Y2) 0,7935-0,9200

Pengukuran Peubah Penelitian

Pengukuran peubah menurut model penelitian diukur berdasarkan indikator-indikator peubah penelitian yang disusun sesuai arah penelitian. Pengukuran adalah pemberian angka atau bilangan pada obyek atau kejadian-kejadian berdasarkan kaidah-kaidah tertentu (Effendi, 1989 dan Kerlinger, 2000), pemberian nilai dalam bentuk angka pada suatu obyek (Cohen dan Nagel, 1984). Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemberian angka adalah pemetaan

(mapping) terhadap obyek tersebut. Angka-angka hasil akhir pengukuran yang diperoleh dari obyek pengamatan dengan menggunakan kaidah pemberian angka yang jelas, dapat digunakan untuk menghitung ukuran-ukuran relasi, analisis

variance, dan semacamnya (Kerlinger, 2000).

Pengukuran peubah menggunakan skala ordinal menurut Skala Likert jenjang lima (1, 2, 3, 4 dan 5). Untuk keperluan analisis statistik dilakukan proses transformasi mengubah skala ordinal menjadi skala interval atau rasio. Berdasarkan proses transformasi, ketujuh indikator akan memiliki nilai 0-100. Proses transformasi ini berpedoman pada pemberian nilai indeks indikator terkecil untuk jumlah skor terendah dan nilai 100 untuk jumlah skor maksimum. Rumus umum transformasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) Transformasi indeks indikator:

Jumlah skor yang didapat per indikator

Indeks indikator = x 100

Jumlah skor maksimum per indikator (2) Transformasi Indeks Peubah:

Jumlah skor indeks indikator tiap peubah

Indeks Peubah = x 100

Jumlah total indeks indikator maksimum tiap peubah

Maksud dari mengukur obyek adalah mengukur indikasi (indicant)

tentang sifat-sifat atau ciri-ciri obyek pengamatan, karena tidak mungkin dilakukan penilaian langsung terhadap obyek yang diamati, terutama obyek penelitian dibidang ilmu sosial. Karena itu, yang harus dilakukan adalah menginferensikan sifat-sifat atau ciri-ciri obyek pengamatan berdasarkan hal-hal yang diduga merupakan indikasi sifat-sifat obyek pengamatan tersebut (Kerlinger, 2000). Dalam penelitian ini ada lima peubah bebas/tidak terikat (X1, X2, X3, X4 dan X5), dan dua peubah tidak bebas/terikat (Y1 dan Y2):

Karakteristik Individu Penyuluh Pertanian(X1)

Data peubah karakteristik individu penyuluh pertanian ini mencakup (a) pendidikan formal, (b) pendidikan non formal, (c) jenjang jabatan penyuluh, (d) umur, (e) sifat kosmopolitan, (f) pendapatan ekonomi, dan (g) motivasi. Parameter

pendidikan formal dilihat dari tingkatan jenjang pendidikan (dalam hal ini minimal SLTA) ; parameter pendidikan non formal dilihat dari keberagaman diklat dan frekwensi diklat yang diikuti; umur dilihat dari jumlah tahun dari lahir sampai penelitian ini dilakukan; sifat kekosmopolitan dilihat dari parameter kekerapan mendengar radio, mendengar dan menonton siaran Televisi, kekerapan membaca surat kabar, buku, majalah, kekerapan berdiskusi dengan orang lain, mengikuti kegiatan seminar, keseringan bepergian ke kota atau tempat lain; pendapatan ekonomi dilihat dari parameter besaran gaji/pendapatan setiap bulan dan perbandingnnya dengan besaran tanggungan; motivasi ditinjau dari dua aspek, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dilihat dari parameter tingkatan keinginan dan kemauan dari dalam diri untuk meningkatkan kompetensi, keinginan yang tinggi untuk mencapai prestasi dan tingkat kemauan untuk mempelajari hal-hal yang baru. Motivasi ekstrinsik dilihat dari parameter untuk mendapatkan promosi/gaji yang lebih tinggi dan kenaikan pangkat atau karena adanya persaingan.

Pengukuran peubah karakteristik sosial individu Penyuluh dengan sembilan indikatornya menggunakan skala ordinal jenjang tiga (1, 2, 3). Untuk keperluan analisis statistik dilakukan proses transformasi mengubah skala ordinal menjadi skala interval atau rasio. Berdasarkan proses transformasi, ketujuh indikator akan memiliki nilai 0-100.

Diklat Penyuluhan (X2)

Data peubahdiklat mencakup: (a) kurikulum, (b), pengalaman belajar, (c) widyaiswara, (d) komitmen pengelola, (e) sistim evaluasi, dan (f) dukungan dana, sarana dan prasarana. Parameter kurikulum dilihat dari perumusan TIU dan TIK yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan; parameter pokok bahasan dan sub pokok bahasan dilihat dari kesesuaian dan relevansinya dengan pekerjaan/ profesi peserta sebagai penyuluh; parameter pengalaman belajar dilihat dari tingkat kesesuaian sistem penerapan belajar orang dewasa, tingkat penerapan demokrasi pendidikan dan tingkat pembelajaran direktif dan non direktif yang dialami; parameter widyaiswara dilihat dari tingkat persepsi peserta terhadap pendidikan, usia, pengalaman, jabatan/pangkatnya, persepsi peserta terhadap tingkat penguasaan materi, kompetensi dan keahlian yang dimiliki, persepsi

peserta terhadap stabilitas emosi dan sikap demokratisnya, persepsi peserta terhadap keluasan wawasan dan pengetahuan widyaiswara itu; parameter komitmen pengelola dilihat dari tingkat keseriusan penyelenggara diklat; parameter sistim evaluasi dilihat dari konsistensi pelaksanaan evaluasi diklat baik pada awal diklat, tengah diklat dan akhir diklat; parameter dukungan dana, sarana dan prasarana dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana (gedung, ruangan belajar, akomodasi, fasilitas olahraga, rekreasi dan lain-lain) dan ketersediaan ATK (alat tulis kantor), fasilitas dan sarana pelatihan, sarana untuk kegiatan studi lapang, demonstrasi, simulasi dan sebagainya.

Pengukuran data untuk parameter peubah X2 juga menggunakan skala ordinal jenjang tiga (1, 2, 3). Sebagaimana X1, metode pengukuran data dan proses transformasi peubah X2 dan parameternya juga menggunakan rumus yang dipakai pada peubah X1.

Lingkungan (X3)

Data peubah lingkungan ini mencakup: sikap politik pemerintah, pelaksanaan Otonomi Daerah, dukungan dana, sarana dan prasarana, kekondusifan kerja, dukungan masyarakat, perubahan paradigma penyuluhan, dukungan keluarga, dukungan informasi, dan dukungan teknologi pertanian. Parameter sikap politik pemerintah ini dilihat dari tingkat konsistensi pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang, KepMen, Keputusan Gubernur dan Bupati yang terkait dengan pembangunan pertanian dan penyuluhan pertanian; parameter pelaksanaan Otonomi Daerah dilihat dari ada tidaknya kebijakan dan program penyelenggaraan penyuluhan pertanian, penyusunan dan penyebarluasan metoda penyuluhan pertanian, pengembangan kelompok tani dan lembaga ekonomi petani, kemitraan dengan stakeholder lain, pengembangan kemampuan penyuluh dan lembaga penyuluhan, pembinaan kepemimpinan petani, wanita/pemuda tani, pengembangan perpustakaan, pengadaan sarana dan prasarana penyuluhan pertanian; parameter dukungan dana dilihat dari jumlah dana yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahun untuk kegiatan penyuluhan dan pengadaan sarana dan prasarana; parameter kekondusifan kerja dilihat dari suasana kerja yang sehat, adanya penghargaan terhadap prestasi, hubungan pimpinan dan bawahan yang harmonis; parameter

perubahan paradigma penyuluhan dilihat dari kemampuan orientasi penyuluhan dari orientasi produksi menjadi orientasi agribisnis yang dicirikan dengan kemampuan mengenai pengolahan pasca panen, pemasaran, manajemen, kedisplinan, ketelitian, menghargai waktu, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Parameter dukungan keluarga dilihat dari penghargaan keluarga terhadap profesi penyuluh; Parameter dukungan informasi dilihat dari ketersediaan informasi dalam membentuk kompetensi; parameter dukungan teknologi pertanian dilihat dari pengetahuan dan pemanfaatan teknologi pertanian oleh masyarakat.

Pengukuran data untuk parameter peubah X3 juga menggunakan skala ordinal jenjang tiga (1, 2, 3). Sebagaimana X1 dan X2, metode pengukuran data dan proses transformasi peubah X3 dan parameternya juga menggunakan rumus yang dipakai pada peubah-peubah sebelumnya.

Struktur Organisasi Penyuluhan (X4)

Data struktur organisasi penyuluhan adalah : (a) ukuran organisasi, (b) pengawasan, (c) struktur wewenang, (d) ko munikasi, (e) kepemimpinan, dan (f) sistem “reward and punishment”. Parameter besaran organisasi dilihat dari struktur kewenangan dan jumlah personil, kejelasan kewenangan dan perubahan organisasi akibat otda; parameter pola kepemimpinan dilihat dari pola kepemimpinan yang mendukung pengembangan kompetensi dan pola kepemimpinan yang mendukung kinerja penyuluhan; parameter hubungan antara anggota organisasi dilihat dari hubungan antara pimpinan dan bawahan, antara bawahan dengan bawahan; parameter sistem “reward and punishment” dilihat dari sistem penghargaan.

Karakteristik Individu Petani (X5)

Data peubah karakteristik individu petani adalah (a) pendidikan formal, (b) pendidikan non formal, (umur), (d) sifat kosmopolitan, (e) kategori adopter, dan (f) pendapatan.

Kompetensi Penyuluh Pertanian(Y1)

Data kompetensi penyuluh pertanian mencakup: (a) kompetensi umum dan (b) kompetensi khusus. Pengukuran data untuk parameter peubah Y1 ini juga menggunakan skala ordinal jenjang tiga (1, 2, 3) Sebagaimana X1 dan X2 dan X3,

metode pengukuran data dan proses transformasi peubah Y1 dan parameternya juga menggunakan rumus yang dipakai pada peubah-peubah sebelumnya.

Kinerja Penyuluhan (Y2)

Kinerja Penyuluhan adalah semua hasil kerja yang dituntut atau dihasilkan berkaitan dengan jabatan sebagai Penyuluh Pertanian. Kinerja itu terkait dengan mutu penyuluhan dan kepuasan pelanggan. Kinerja Penyuluhan menyangkut : (a) manfaat organisasi penyuluhan sebagai pemasok jasa informasi bagi petani, (b) kesesuaian materi penyuluhan dengan kebutuhan aktual petani, (c) kepuasan petani atas penerapan metode penyuluhan, (d) manfaat kelompok tani dan lembaga ekonomi tani, (e) tingkat kepuasan petani terhadap pembinaan kepemimpinan petani, wanita tani, dan pemuda tani, (f) manfaat kepemimpinan tani, wanita tani dan pemuda tani, dan (g) kepuasan petani terhadap kompetensi penyuluh. Pengukuran data untuk parameter peubah Y2 ini juga menggunakan skala ordinal jenjang tiga (1, 2,3,) Sebagaimana X1, X2, X3, X4 dan X5, metode pengukuran data dan proses transformasi peubah Y1 dan parameternya juga menggunakan rumus yang dipakai pada peubah-peubah sebelumnya.

Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS 10.1. Analisis data pada penelitian ini, bertujuan untuk melihat hubungan yang terjadi antar berbagai peubah untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian. Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup :

(1) Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data

(2) Setelah data dientri, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.

(3) Skoring terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian (4) Transformasi skor dalam bentuk skala 0-100 (5) Kategorisasi terhadap data skor hasil transformasi (6) Analisis deskriptif dan tabulasi silang

(7) Analisis statistik inferensia mencakup analisis korelasi Spearman dan regresi linier berganda.

(8) Analisis jalur (path analysis)

Seluruh data penelitian dikategorikan sesuai dengan sifatnya. Dalam teknik analisis digunakan regresi linier berganda karena peubah bebasnya lebih dari dua. Dalam penelitian ini ada empat peubah bebas, dan dua peubah tidak bebas. Karena jumlah peubahnya lebih dari dua, maka digunakan analisis regresi ganda sesuai dengan syarat utamanya yakni jika jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, Wibowo, 2001: 205).

Data faktor individu dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi (n) dan nilai tengah.

(1) Analisis Korelasi Rank Spearman, untuk menganalisis hubungan antar peubah dengan rumus:

Keterangan :

RS = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Perbedaan antara kedua ranking N = Banyaknya sampel

(2) Analisis Deskriptif, untuk menganalisis kondisi masing-masing peubah yang mempengaruhi kompetensi dan kinerja.

(3) Uji Statistik dengan Uji t, untuk membedakan dua buah mean sampel dengan rumus:

__ __ X1 – X2 SX1-X2 Keterangan:

t = Nilai statistik t (t hitung )

X1 = Mean dari pengamatan sampel 1 X2 = Mean dari pengamatan sampel 2 S x1 – x2 = Mean dari pengamatan sampel 2

Selanjutnya, nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel untuk mengetahui perbedaan antara mean sampel masing-masing peubah. Apabila nilai t hitung <= t

N ? di2 i=1 N(N2 – 1) 1 – RS = t =

tabel, maka terdapat perbedaan antara mean sampel. Sedangkan, bila t hitung > t tabel, maka tidak terdapat perbedaan antara mean sampel yang diuji pada level signifikansi p< 0,05 (a = 0,95) atau p< 0,01 (a = 0,99).

Secara rinci, analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah:

(1) Untuk menjawab tujuan pertama yakni menganalisis faktor-faktor yang menentukan/berpengaruh terhadap kompetensi penyuluh digunakan metode

Dokumen terkait