• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain penelitian menggunakan metode survai deskriptif. Metode penelitian survai menurut Singarimbun (2011) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dalam metode survai, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner, umumnya pengertian survai dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatif kuantitatif. Eksplanatif adalah metode yang menguji hubungan antara dua peubah, apakah suatu peubah dipengaruhi secara nyata ataukah tidak oleh peubah lainnya. Kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme dengan berlandaskan pada asumsi mengenai obyek empiris. Asumsi pertama bahwa obyek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat/jenis/struktur, bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih peubah tertentu dari suatu obyek penelitian dalam kelompok miskin binaan program READ tersebut. Selain itu untuk mendapatkan gambaran lebih mendalam, menggunakan penelitian deskriptif, untuk mengkaji secara kualitatif atas peubah-peubah tersebut.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada kelompok miskin binaan program READ di Kabupaten Parimo dan Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi kegiatan terdapat di lima kabupaten, adapun pemilihan dua kabupaten tersebut dikarenakan memiliki rumah tangga miskin cukup banyak. Selain itu, dua kabupaten tersebut memiliki lokasi strategis, salah satunya kabupaten yang menjadi akses jalur utama menuju ibu kota provinsi. Berdasarkan data BPS 2009 provinsi Sulawesi Tengah termasuk provinsi miskin di Indonesia. Kondisi kemiskinan tersebut sebagai dasar utama pemilihan lokasi kegiatan READ. Mengingat keterbatasan waktu dan dana sehingga pembatasan lokasi penelitian berada di dua kabupaten dan ditentukan masing-masing empat desa. Pemilihan desa dengan pertimbangan (a) desa pelaksanaan tahun 2011, (b) desa yang memiliki jarak dekat ke ibu kota kabupaten, serta (c) desa yang memiliki jarak jauh ke ibu kota kabupaten.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok miskin binaan program READ di Kabupaten Parimo dan Poso provinsi Sulawesi Tengah. Untuk mempermudah dalam menentukan sampel dalam penelitian ini maka menggunakan tehnik pengambilan sampel secara bertahap (multi-step random sampling) dengan tahapan pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Penetapan desa adalah desa tahun 2011, di mana masing-masing kabupaten dipilih 4 (empat) desa yang dijadikan lokasi penelitian berdasarkan beberapa kriteria yaitu, desa yang telah menerima dana pinjaman bergulir dan secara geografis memiliki lokasi dekat dan jauh dari ibu kota kabupaten. Pembedaan lokasi desa tersebut untuk mengetahui apakah ada perbedaan karakteristik dari desa dekat dan desa jauh.

2. Penetapan banyaknya sampel penelitian dengan presisi 10 %. Berdasarkan populasi angota kelompok selanjutnya menggunakan rumus Slovin (Kriyanto 2008) dengan sampel penelitian sebanyak 200 anggota kelompok (Kabupaten Poso 97 dan Parimo 97, dibulatkan menjadi masing-masing kabupaten 100).

3. Penetapan kelompok, di mana masing-masing desa diambil 5 kelompok secara acak proporsional (proportionate random sampling). Sampel kelompok ini dengan melihat keterwakilan jenis komoditas.

4. Penentuan responden setiap kelompok terpilih secara acak, di mana setiap anggota kelompok diambil 5 orang berdasarkan statusnya yaitu 2 orang pengurus kelompok dan 3 orang anggota kelompok. Pelibatan pengurus kelompok sebagai sampel penelitian dikarenakan meneroma pinjaman dana bergulir dan penerima manfaat program.

Berdasarkan tahapan tersebut jumlah sampel penelitian terdapat di 40 kelompok dengan perwakilan kelompok sebanyak 25 orang. Berikut disajikan sampel penelitian;

Tabel 3 Sampel penelitian pada kelompok miskin No Kabupaten Akses Desa Jumlah

kelompok (buah)

Responden (orang)

1 Parimo Jauh Baina‟a Barat 5 25

Silutung 5 25

Dekat Purwosari 5 25

Gandasari 5 25

2 Poso Jauh Pandayora 5 25

Wayura 5 25 Dekat Silanca 5 25 Betania 5 25 Jumlah 40 200 Dimana: n : jumlah sampel N : jumlah populasi

Data dan Instrumentasi

Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan melakukan; (1) observasi lapangan yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan lebih jelas mengenai aktivitas dan dinamika serta fakta-fakta di lapangan yang relevan dengan tujuan studi, (2) wawancara terstruktur yang berpedoman pada kuesioner, (3) wawancara mendalam, jika terdapat jawaban yang masih diragukan atau perlu pendalaman lebih lanjut. (4) Focus Group Discussion (FGD) untuk menggali data kualitatif dari sekelompok orang tentang sikap dan pendapat mereka terhadap suatu isu atau tema terkait dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur yaitu dokumen atau laporan dari pihak terkait (Kementerian Pertanian, LSM) dan studi terhadap penelitian terdahulu ataupun buku-buku yang relevan.

Instrumentasi

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto 2002). Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi variabel yang diteliti melalui kuesioner yang terbagi dari :

1. Daftar pertanyaan untuk variabel karakteristik kelompok meliputi jumlah anggota kelompok, jenis usaha, norma kelompok, tujuan kelompok, peran kelompok dan motif kelompok

2. Daftar pertanyaan untuk variabel faktor eksternal meliputi akses informasi, kebijakan pemerintah dan peran pendamping

3. Daftar pertanyaan untuk variabel komunikasi kelompok meliputi partisipasi kelompok, tujuan kelompok, posisi diskusi, keputusan diskusi, gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi

4. Daftar pertanyaan untuk variabel keberdayaan kelompok meliputi kemampuan kelompok untuk bertahan, kemampuan kelompok untuk berjejaring, kemampuan kolektif kelompok dan kemampuan kelompok melakukan kegiatan usaha produktif.

Operasionalisasi Variabel

Definisi operasional pada penelitian pengaruh aktivitas komunikasi kelompok terhadap keberdayaan kelompok miskin di dua kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah adalah:

(1) Karektaristik kelompok (X1.) adalah suatu ciri yang melekat pada kelompok

yang bersumber dan kemudian mengalami perkembangan dalam kelompok. Terdapat enam indikator karakteristik kelompok yang diukur yaitu, jumlah anggota kelompok, jenis usaha, norma kelompok, tujuan kelompok, peran kelompok dan motif kelompok.

Tabel 4 Indikator dan definisi operasional peubah karakteristik kelompok Sub peubah/ indikator Definisi operasional Jumlah anggota kelompok (X 1.1)

Banyaknya anggota yang masih terdaftar dalam kelompok (termasuk juga pengurus), dengan skala ordinal dalam satuan orang, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori kurang, cukup dan besar.

Jenis usaha (X 1.2) Diukur berdasarkan jenis komoditas yang dimiliki oleh

anggota pada saat penelitian dilakukan dengan menggunakan skala ordinal, dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu sangat bervariasi (campuran), bervariasi, cukup bervariasi dan tidak bervariasi.

Norma kelompok (X 1.3)

Diukur berdasarkan jenis aturan yang dibuat oleh kelompok, diukur dengan skala ordinal yang dikelompokkan menjadi empat kategori, sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi dan tidak tinggi.

Tujuan kelompok (X 1.4)

Diukur berdasarkan pemahaman anggota terhadap kesesuaian tujuan kelompok diukur dengan skala ordinal yang dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu sangat paham, paham, kurang paham dan tidak paham.

Peran kelompok (X 1.5)

Diukur berdasarkan pada keterlibatan dalam kelompok dengan memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengurus dan anggota kelompok. Menggunakan skala ordinal dengan dikelompokkan menjadi empat kategori sangat berperan, berperan, kurang berperan dan tidak berperan.

Motif berkelompok (X 1.6)

Diukur berdasarkan pada macam dorongan keterlibatan dalam kelompok. Menggunakan skala ordinal yang dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu motif sangat tinggi, tinggi, kurang dan tidak ada motif.

(2) Faktor eksternal (X2) adalah kondisi lingkungan yang menekan dan

mempengaruhi kelompok. Terdapat tiga indikator yang diukur yaitu, akses informasi, kebijakan pemerintah dan peran pendamping.

Tabel 5 Indikator dan definisi operasional peubah faktor eksternal Sub peubah/ indikator Definisi operasional Akses informasi (X 2.1)

Diukur berdasarkan macam informasi dan jenis media yang diperoleh oleh kelompok dalam menunjang kegiatan kelompok berkaitan tentang informasi pemberdayaan kelompok pertanian. Menggunakan skala ordinal dengan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Dukungan pemerintah daerah (X 2.2)

Diukur berdasarkan jenis intervensi pemerintah daerah yang berkaitan dalam meningkatkan keberdayaan kelompok. Menggunakan skala ordinal dengan empat kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Peran

pendamping (X 2.3)

Diukur berdasarkan intensitas pendamping dalam melakukan kunjungan/fasilitasi kelompok, kemampuan pendamping menjalin komunikasi dengan kelompok, kemampuan pendamping dalam mengidentifikasi potensi pasar dan hasil usaha kelompok, dengan menggunakan skala ordinal, dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

(3) Aktivitas komunikasi kelompok (Y1) adalah suatu proses kegiatan percakapan

oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban atau kebenaran atas suatu masalah dalam suatu pertemuan. Terdapat enam indikator, yaitu partisipasi kelompok, tujuan diskusi, posisi diskusi, keputusan diskusi, gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi kelompok.

Tabel 6 Indikator dan definisi operasional peubah aktivitas komunikasi kelompok Sub peubah/

indikator

Definisi operasional Partisipasi

kelompok (Y1.1)

Diukur berdasarkan keterlibatan dan kemampuan kelompok dalam mengemukakan pendapat, menggunakan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Tujuan diskusi (Y1.2)

Diukur berdasarkan pada pemahaman maksud pertemuan/diskusi kelompok, menggunakan skala ordinal dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Posisi diskusi (Y1.3)

Diukur berdasarkan kenyamanan diskusi anggota kelompok pada saat pertemuan/diskusi kelompok, menggunakan skala ordinal dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Lanjutan Tabel 6 Sub peubah/ indikator Definisi operasional Keputusan diskusi (Y1.4)

Diukur berdasarkan proses pertemuan/diskusi kelompok dalam mengidentifikasikan masalah, mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah yang dapat membantu membuat dan menentukan alternatif terbaik, menggunakan skala ordinal dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Gaya

kepemimpinan (Y1.5)

Diukur dari cara pemimpin memotivasi anggota, membina anggota dan mempengaruhi anggota pada saat diskusi/pertemuan kelompok, menggunakan skala ordinal dengan dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah

Iklim Komunikasi Kelompok (Y1.6)

Diukur berdasarkan keakraban hubungan antar anggota pada saat pertemuan/diskusi kelompok, menggunakan skala ordinal dengan dikelompokkan empat kategori yaitu sangat akrab, akrab, cukup akrab dan tidak akrab.

(4) Keberdayaan Kelompok (Y2) adalah suatu kondisi yang menggambarkan

perkembangan kelompok. Terdapat empat indikator yaitu kemampuan kelompok untuk bertahan, kemampuan kelompok dalam berjejaring, kemampuan kolektif kelompok dan kemampuan melakukan kegiatan usaha produktif.

Tabel 7 Indikator dan definisi operasional peubah keberdayaan kelompok Sub peubah/

indikator

Definisi operasional Kemampuan

bertahan (Y2.1)

Diukur berdasarkan kemampuan mengenali hambatan dari dalam kelompok dan kemampuan mengenali hambatan dari luar kelompok, menggunakan skala ordinal dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Kemampuan berjejaring (Y2.2)

Diukur berdasarkan kemampuan dalam menjalin hubungan dengan kelompok lain dan kemampuan dalam kerjasama dengan lembaga lain, menggunakan skala ordinal dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Kemampuan kolektif (Y2.3)

Diukur berdasarkan kemampuan kelompok dalam kebersamaan dan kepedulian sesama anggota kelompok skala ordinal dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Lanjutan Tabel 7 Sub peubah/ indikator Definisi operasional Kemampuan usaha produktif (Y2.4)

Diukur dari usaha kelompok berupa pengembalian modal bergulir dan pengembangan usaha produktif, menggunakan skala ordinal dikelompokkan menjadi empat kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen

Validitas instrumen menunjukkan apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan dikukur dan apakah informasi yang dikumpulkan sesuai dengan konsep yang digunakan (Kerlinger 2003). Ditambahkan titik berat dari uji

coba validitas instrumen adalah pada validitas isi yang dapat dilihat dari (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan dikukur (2)

apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan (Kerlinger 2003).

Dalam melakukan uji coba kuisoner ada beberapa hal yang harus dilakukan: 1. Menyusun pertanyaan dalam kuisioner sesuai dengan variabel dan peubah-

peubah penelitian.

2. Meninjau teori-teori yang digunakan dalam tinjauan pustaka 3. Melihat hasil penelitian sebelumnya

4. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing

Untuk melihat apakah instrumen mempunyai validitas dilakukan uji coba pada 10 kelompok. Kelompok yang dipilih pada desa akses dekat dan jauh dengan masing-masing kelompok 1 orang pengurus dan 2 orang anggota kelompok. Sehingga total responden untuk uji coba sebanyak 30 orang. Nilai koefisien validitas dengan product moment Pearson berkisar 0,518-0,843

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas kuesioner diperoleh jika terdapat jawaban seseorang pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Santoso 2001). Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode cronbach’s alpha. Pengujian realibilitas ini akan dilakukan dengan alat ukur formula

cronbach’s alpha (Arikunto 2002), yaitu:

 2 1 2

1

1

T i

S

Si

k

k

Keterangan :

k = banyaknya butir pertanyaan Si2 = jumlah varian butir

Hasil perhitungan dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut.

1. Nilai Cronbach‟s Alpha 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel 2. Nilai Cronbach‟s Alpha 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel 3. Nilai Cronbach‟s Alpha 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel 4. Nilai Cronbach‟s Alpha 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

5. Nilai Cronbach‟s Alpha 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel (Triton 2005) Berdasarkan hasil analisis reliabilitas instrumen diketahui bahwa instrumen yang disiapkan untuk keperluan penelitian sudah reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai reliabilitas (cronbach’s alpha) pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai uji reliabilitas instrumen penelitian

Peubah Nilai reliabel Keterangan

Karakteristik kelompok 0,659 Reliabel

Faktor eksternal 0,629 Reliabel

Aktivitas komunikasi kelompok 0,867 Sangat reliabel

Keberdayaan kelompok 0,789 Reliabel

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan alat analisis untuk menghasilkan suatu temuan atau informasi yang diinginkan dengan interpretasi dan deskripsi kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Menguraikan secara naratif-deskriptif suatu hasil data kuantitatif dan kualitatif untuk menggambarkan kondisi yang ada (existing) ataupun untuk memberi kesimpulan berdasar data-data yang telah diolah. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, berupa frekuensi, persentase, rataan skor dan tabulasi silang.

2. Analisis perbedaan dua rata-rata (uji t)

Uji-t menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan untuk membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua kelompok rancangan percobaan acak.

3. Analisis keofisien korelasi rank Spearman

Menganalisis hubungan antar peubah dengan peubah yang lain digunakan karena data peubah-peubah dalam penelitian ini berbentuk skala ordinal dan interval (Siegel & Castellan 1994).

4. Analisis jalur (path analysis)

Analisis jalur bertujuan untuk pengujian hubungan kausal antar berbagai variabel terpilih untuk menghitung besarnya pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung. Uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan analisis lintasan (path analysis).

Dokumen terkait