• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KUB Harapan Sejahtera Abadi yang terletak di Sawangan Permai A9 no.3 Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan lokasi tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2014 untuk pengambilan dan pengolahan data.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Selain itu, data kualitatif juga diperoleh dari industri pengolahan di sekitar KUB yang mencari informasi mengenai keadaan serta kondisi pasar. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian.

Data yang digunakan pada penelitian ini, merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian, serta wawancara dengan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi ataupun pihak pelaku industri. Sedangkan data sekunder, diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Kementerian Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, perpustakaan, penelitian atau riset yang telah dilakukan, serta penelusuran dari literatur yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan diskusi kepada para anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Wawancara yang dilakukan untuk mengetahui informasi jumlah produksi, jumlah penjualan, harga input dan harga jual produk, harga jual di tingkat industri pengolahan lain, serta informasi-informasi lain terkait penelitian.

Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pencarian data melalui internet dan instansi terkait mengenai data volume ekspor buah maupun olahan buah, jumlah produksi bahan baku berupa buah-buah di Kota Depok, serta

27

data pesaing industri olahan makanan dan olahan baik di dalam maupun luar negeri.

Metode Analisis Data

Rencana Pengembangan Usaha

Operasionalisasi rencana bisnis dalam hal ini adalah penjabaran langkah- langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk mengeksploitasi peluang usaha yang telah dirumuskan, menjadi suatu usaha yang nyata dan dapat menghasilkan keuntungan. Rencana bisnis diawali dengan suatu pengenalan usaha yang spesifik dapat memberikan panduan bagi seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam rencana eksploitasi peluang usaha. Rencana bisnis akan memberi arahan yang harus dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari suatu peluang usaha serta letak posisi perusahaan berada dibandingkan dengan pesaing dalam kegiatan bisnis. Rencana bisnis yang disusun perusahaan juga dapat digunakan sebagai pandua arah pengembangan usaha selam beberapa tahun mendatang (Solihin, 2007).

Rencana bisnis yang akan dilakukan dalam pengembangan usaha pelu mengetahui peluang dan kekuatan perusahaan. Apabila perusahaan yang sudah berjalan mempertimbangkan untuk memilih salah satu strategi dengan menggunakan model Product Market Expansion Matrix yang dikembangkan, berikut pilihan strategi :

Products

Market Current New

Current Market Penetration

Strategy

Product Development Strategy

New Market Development

Strategy Diversification Strategy

Gambar 3 Model product market expansion matrix

Perencanaan pengembangan usaha ini melakukan beberapa tahap untuk dianalisis kelayakannya yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Studi kelayakan usaha dilakukan setelah ide usaha diterjemahkan ke dalam suatu konsep usaha. Studi kelayakan usaha untuk mengolah data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan 2 jenis analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial (Nurmalina et al. 2010).

Rencana Non Finansial

Perencanaan pengembangan usaha akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai rencana bisnis non finansial seperti rencana pemasaran, rencana

28

produksi, rencana manajemen dan organisasi, rencana legalitas usaha, rencana kemitraan, serta analisis risiko. Aspek-aspek yang dikaji dalam rencana pemasaran, meliputi potensi pasar, analisis pelanggan, dan analisis pesaing. Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam potensi pasar meliputi analisa pasar dan bauran pemasaran. Rencana pemasaran dikatakan layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih pelaku usaha dalam melakukan pengembangan usaha atas produk keripik jambu biji merah dengan strategi pengembangan pasar. Langkah-langkah dalam rencana pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4 Diagram alur proses rencana pemasaran

Rencana produksi mencakup pemilihan dan ketersediaan bahan baku, perencanaan jumlah produksi, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan aktivitas produksi, perencanaan teknologi dan proses produksi, perencanaan letak dan tata letak (layout), dan pengawasan kualitas produksi. Analisis dikatakan layak jika lokasi dan tata letak usaha, proses produksi, skala usaha, dan teknologi yang digunakan dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha. Aliran rencana proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5.

Pencarian data sekunder

Data cukup

Potensi pasar keripik buah

Penentuan strategi pemasaran keripik jambu biji merah

Penentuan analisa pasar dan bauran pemasaran

Ya Tidak

29

Gambar 5 Diagram alur rencana produksi

Pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan didasari pada kemudahan untuk memproduksi produk dan melihat pada perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Perencanaan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antar aktivitas produksi dan disesuaikan dengan kebutuhan luas ruang pabrik.

Rencana manajemen dan organisasi meliputi aspek legalitas, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, dan deskripsi kerja. Rencana manajemen dikatakan layak jika kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan. Pengaturan organisasi sangat menentukan pelaksanaan usaha dan keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Gambar 6 menunjukkan aliran rencana manajemen dan organisasi.

Perencanaan jumlah produksi

Perencanaan kapasitas produksi

Perencanaan aktivitas produksi

Perencanaan teknologi dan prodes produksi

Perencanaan letak dan tata letak pabrik

Pengawasan kualitas produksi Perencanaan bahan baku

Perencanaan penanganan limbah produksi

30

Gambar 6 Diagram alur rencana manajemen dan organisasi

Rencana kemitraan meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengkaji pengaruh usaha keripik jambu biji merah berbasis wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtrera Abaditerhadap para petani, lingkungan dan masyarakat sekitar. Serta aspek ekonomi mengkaji suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, pendapatan nilai asli daerah, pendapatan dari pajak, serta dapat menambah aktivitas ekonomi. Rencana kemitraan juga membahas tentang peranan dari seluruh pihak yang terlibat.

Rencana Finansial

Rencana finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian melalui pengembangan usaha dan perbaikan sistem manajemen. Aspek non finansial diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Perencanaan usaha pengembangan di KUB Harapan Sejahtera Abadi memerlukan pendanaan untuk kebutuhan investasi dan modal kerja awal, maka dari itu KUB Harapan Sejahtera Abadi merencanakan akan mengajukan permohonan dana pada pihak lembaga keuangan syariah.

Konsep kewirakoperasian yang diterapkan di KUB Harapan Sejahtera Abadi menggunakan sistem bagi hasil sesuai laba yang diterima oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi dan akan dibagikan dengan kesepakatan persentase pembagian di awal perjanjian usaha. Beberapa pihak yang terlibat seperti para petani, anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi, dan seorang wirakoperasi akan mendapat pembagian hasil laba sesuai hasil penjualan produk dalam usaha pengembangan keripik jambu biji merah.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis rencana finansial menggunakan tingkat Break Even Point (BEP) untuk melihat titik impas dari kegiatan penjualan; proyeksi laba rugi untuk melihat total penerimaan, biaya, dan laba usaha; serta arus kas (cashflow) untuk menilai kriteria investasi seperti; Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), NetBenefit Ratio (Net B/C),

Payback Period (PP), yang bertujuan melihat perkembangan usaha tersebut layak atau tidak berdasarkan analisis finansial (Nurmalina et al. 2010). Berikut analisis finansial yang akan digunakan:

Aspek legalitas

Kebutuhan tenaga kerja

Struktur organisasi

31

1. Titik impas atau Break Event Point (BEP)

Break Event Point adalah titik peluang total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan, tergantung pada lama arus penerimaan sebuah bisnis dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan berserta biaya modal lainnya. Selama suatu usaha masih di bawah BEP, maka perusahaan masih mengalami kerugian.

2. Kriteria Kelayakan Investasi

a. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 (NPV < 0), maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010).

Dimana:

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t

T : tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2, ..., n) i : tingkat DR (%)

Jika:

NPV > 0, maka bisnis layak untuk dilaksanakan

NPV = 0, bisnis tidak menguntungkan juga tidak merugikan NPV < 0, bisnis tidak layak untuk dilaksanakan

b. Net B/C ratio

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungakn bisnis yang dihasilkan terhadap setiap 1 satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari 1 dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari 1 (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

32 Net B/C = ∑ ∑ Dimana :

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%) t : Tahun kegiatan bisnis Kriteria dari Net B/C:

1) Net B/C > 1, maka bisnis layak untuk dilakukan. Setiap biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih yang lebih besar dari pengeluaran tersebut.

2) Net B/C < 1, maka bisnis tidak layak untuk diteruskan. Setiap biaya yang di keluarkan akan menghasilkan manfaat bersih yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan tersebut.

c. Internal Rate Of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Ini dapat ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate Of Return (IRR). IRR adalah tingkat

Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakn layak apabila IRR-nya lebih besar dari opprtunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al. 2010).

Dalam praktiknya menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate

yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR:

IRR =

Dimana :

: Discount Rate yang menghasilkan NPV positif : Discount Rate yang menghasilkan NPV negatif : NPV Positif

: NPV Negatif Jika

IRR > i maka bisnis layak untuk dijalankan IRR < i maka binsis tidak layak untuk dijalankan d. Gross Benefit-Cost Ratio

Gross B/C merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Penggunaan Gross B/C akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Secara sistematis Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:

33 Net B/C = ∑ ∑ Dimana :

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%) t : Tahun kegiatan bisnis e. Payback Period

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode Payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al. 2010). Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini diantaranya yaitu:

a. Diabaikannya nilai waktu mata uang (time value of money) b. Diabaikannya cashflow setelah periode payback

Untuk mengatasi kelemahan yang pertama maka kadang dipakai

discountedpayback periode. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi.

Payback Period =

Dimana :

I : besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab : manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Dokumen terkait