• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK JAMBU

BIJI MERAH BERBASIS WIRAKOPERASI PADA

KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI

SAFIRA FATHIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Safira Fathin

(4)
(5)

v

ABSTRAK

SAFIRA FATHIN. Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Jambu biji merah merupakan salah satu jenis buah-buahan di Kota Depok yang dapat dijadikan bahan baku industri olahan menjadi keripik buah.Tujuan penelitian ini untuk mengkaji peran wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah dan sebagai alat untuk memperoleh pendanaan pada rencana pengembangan usaha pada KUB Harapan Sejahtera Abadi berbasis wirakoperasi. Proses produksi dan pengemasan dilakukan menggunakan teknologi modern. Pemasaran dilakukan ke pasar ekspor dengan target pasar untuk keripik jambu biji merah adalah masyarakat di Singapura. Hasil penelitian rencana pengembangan jambu biji merah dari aspek non finansial maupun finansial dapat dikatakan layak direalisasikan.

Kata kunci: Jambu biji merah, keripik jambu biji merah, rencana pengembangan usaha, wirakoperasi.

ABSTRACT

SAFIRA FATHIN. Business Development Plan of Guava Chips Based On Cooperative Entrepreneur in KUB Harapan Sejahtera Abadi. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Guava is one type of fruit in Depok which can be the raw material processed into chips fruit industry.The purpose of this research was to study the role of cooperative entrepreneur in the business development plan of guava chips based on cooperative entrepreneur, and as a tool to obtain financing on the business development plan in KUB Harapan Sejahtera Abadi. The production and packaging process are using modern technology. Marketing of guava chips are to export market, with target market for guava chips is people in Singapore. The results of this research show that guava development plan of financial and non financial aspects can be said to deserve to be realized.

(6)
(7)

vii

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK JAMBU

BIJI MERAH BERBASIS WIRAKOPERASI PADA

KUB HARAPAN SEJAHTERA ABADI

SAFIRA FATHIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(8)
(9)

ix

Judul Skripsi : Rencana Pengembangan Usaha Keripik Jambu Biji Merah Berbasis Wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi

Nama : Safira Fathin NIM : H34124010

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rahmina, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah pada KUB Harapan Sejahtera Abadi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian Kota Depok, dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi. Serta pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(12)
(13)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 7

Kegunaan Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Peran Wirakoperasi 8

Pengolahan Buah 10

Peran Rencana Pengembangan Usaha 11

KERANGKA PEMIKIRAN 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Kerangka Pemikiran Operasional 23

METODE PENELITIAN 26

Lokasi dan Waktu Penelitian 26

Jenis dan Sumber Data 26

Metode Pengumpulan Data 26

Metode Analisis Data 27

GAMBARAN UMUM 33

Sejarah dan Perkembangan KUB 33

Visi, Misi, dan Tujuan KUB Harapan Sejahtera Abadi 34

RENCANA PENGEMBANGAN USAHA 35

Rencana Pemasaran 36

Rencana Produksi 44

Rencana Manajemen dan Organisasi 54

Rencana Kemitraan 60

Analisis Risiko 63

Rencana Finansial 65

Hasil Rencana Pengembangan Usaha 74

SIMPULAN DAN SARAN 75

Simpulan 75

Saran 76

(14)

vi

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok 2

2 Volume realisasi ekspor terhadap produk olahan dari buah pada beberapa

negara di Asia tahun 2009 – 2013 6

3 Rekapitulasi rencana strategi pemasaran KUB dengan pesaing 44 4 Rencana jumlah produksi keripik jambu biji merah 45

5 Aktivitas pengumpulan jambu biji merah 46

6 Jadwal produksi harian keripik jambu biji merah pada tahun ke-5 47 7 Penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan 57 8 Pembiayaan usaha pengembangan keripik jambu biji merah 67 9 Nilai BEP rupiah dan BEP unit usaha keripik jambu biji merah 68 10 Penerimaan usaha keripik jambu biji merah dan minyak jelantah 68 11 Biaya investasi usaha keripik jambu biji merah 69 12 Biaya variabel usaha jambu biji merah tahun ke-5 70 13 Biaya tetap usaha keripik jambu biji merah tahun ke-5 71 14 Pembagian hasil usaha keripik jambu biji merah 72 15 Kriteria kelayakan investasi usaha keripik jambu biji merah 73

DAFTAR GAMBAR

1 Jenis-jenis pelanggan bisnis (business costumers) 17 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian 25

3 Model product market expansion matrix 27

4 Diagram alur proses rencana pemasaran 28

5 Diagram alur rencana produksi 29

6 Diagram alur rencana manajemen dan organisasi 30

7 Diagram alur distribusi pemasaran keripik jambu biji merah 40

8 Proses pembukaan pembayaran L/C 42

9 Timbangan 100 kg 47

10 Timbangan 2 gram 48

11 Fruit Cutter 48

12 Tray driyer 48

13 Vacuum Fryer 49

14 Spinner 49

15 Continous sealer 49

16 Vacuum packager 49

17 Carton sealer 50

18 Alur proses produksi keripik jambu biji merah 50 19 Struktur organisasi usaha KUB Harapan Sejahtera Abadi 58

(15)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Volume realisasi ekspor buah jambu biji merah tahun 2009 – 2013 79 2 Perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia 79

3 Uraian asumsi rencana pemasaran 80

4 Uraian asumsi rencana produksi 80

5 Layout produksi keripik jambu biji merah 81

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agribisnis digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri atas 5 subsistem yang saling terintegrasi, yaitu subsistem pembuatan, pengadaan, dan penyaluran berbagai sarana produksi pertanian, subsistem kegiatan produksi dalam usahatani yang menghasilkan berbagai produk pertanian, subsistem pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyaluran berbagai produk pertanian yang dihasilkan usahatani, dan subsistem lembaga penunjang (Firdaus 2008). Potensi alam Indonesia yang mendukung dapat dijadikan senjata ampuh untuk terus mengembangkan kondisi agribisnis di Indonesia. Salah satu subsektor potensial yang dapat menjadi konsentrasi bagi masyarakat Indonesia adalah subsektor hortikultura diantaranya, sayuran, buah-buahan, biofarmaka dan tanaman hias.

Subsektor hortikultura mempunyai potensi besar dalam peningkatan pendapatan petani dan pertumbuhan ekonomi nasional. Buah-buahan merupakan salah satu komoditi yang memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan dengan produk hortikultura lainnya. Menurut klasifikasi kementrian pertanian tahun 2010 – 2012, kontribusi hortikultura buah-buahan menduduki posisi tertinggi ke-2 diantara tanaman bahan makanan lainnya. Besarnya kontribusi buah-buahan terhadap nilai PDB sektor pertanian mengindikasikan bahwa usaha buah-buahan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan karena permintaannya relatif besar baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri.

Salah satu jenis buah yang dapat dibudidayakan di Indonesia, yaitu jambu biji merah. Perkembangan volume ekspor buah jambu biji merah di Asia juga relatif meningkat. Beberapa negara pengimpor tertinggi terhadap jambu biji merah dari Indonesia diantaranya Singapura, Uni Emirat Arab, dan Malaysia. Perkembangan volume ekspor buah jambu biji merah tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada Lampiran 1.

(18)

2

sebesar 42%, dan meningkat sebesar 11% di tahun 2011 dan 2% di tahun 2012, serta kembali menurun sebesar 31% di tahun 2013.

Tabel 1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok N

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2014

Mayoritas petani menjual jambu biji merah dalam bentuk segar. Variasi hasil panen hanya dibedakan berdasarkan kualitas jambu biji merah segar dan

digolongkan menjadi beberapa “grade”. Kualitas jambu biji merah juga dibagi menjadi 3 grade yaitu, grade A, berbobot di atas 350 gram, grade B berkisar 250

– 350 gram, dan grade C, kurang dari 250 gram. Jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan dengan grade A dan B, akan tetapi hasil panen jambu biji merah grade C mencapai sekitar 20% dari total produksi setiap panennya. Jambu biji merah grade C memiliki umur simpan yang singkat, apabila tidak cepat dimanfaatkan, akan mengalami kerusakan biologis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut dengan mengolah jambu biji merah untuk menambah daya tahan dan menginovasikan produk, agar mempunyai nilai tambah yang tinggi.

Peningkatan nilai tambah dapat diwujudkan melalui industri pengolahan buah, dengan mengubah buah segar menjadi makanan dan minuman. Industri pengolahan buah juga mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013, sektor yang memberi kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 1 864 897.05 miliar. Industri pengolahan produk agribisnis termasuk dalam bagian agroindustri. Agroindustri berperan sebagai komoditas yang memberi nilai tambah melalui pemrosesan bahan baku pertanian, baik makanan maupun non makanan, menjadi produk laku di pasaran. Dari segi produsen, hal ini akan memperbaiki tingkat penyimpanan, meningkatkan pendapatan, dan profitabilitas. Sementara dari sisi konsumen hal ini akan memperbaiki nilai gizi. Melalui pengembangan pascapanen, diharapkan agroindustri akan mengalami proses lebih lanjut yang memberikan daya tarik sendiri bagi konsumen baik di dalam maupun di luar negeri (Munandar 2011).

(19)

3

mengalami peningkatan nilai ekspor. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 yang menunjukkan angka perkembangan ekspor olahan makanan di Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2013.

Perkembangan ekspor di Indonesia juga merupakan salah satu dampak positif dari isu globalisasi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Nilai positif dari globalisasi bagi pembangunan nasionalisme dari sisi ekonomi yakni terbukanya pasar internasional yang dapat memperluas jangkauan pemasaran para pelaku industri di Indonesia. Jika mampu menguasai pasar internasional, maka hal itu akan meningkatkan kesempatan kerja dalam negeri maupun meningkatkan devisa negara yang dampaknya dapat memperkuat nasionalisme.1 MEA diharapkan akan membawa ASEAN menuju pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan meningkatkan kemampuan untuk berintegrasi dengan perekonomian global (Arifin 2008).

Ketersediaan bahan baku jambu biji merah dan berkembangnya perdagangan ekspor memberikan peluang terhadap industri pengolahan untuk mengembangkan kegiatan pascapanen (subsektor hilir). Namun, saat ini umumnya usaha jambu biji merah dilakukan pada lahan yang terpencar, maka pendekatan pengembangan agribisnis perlu dilakukan secara bersama-sama antar petani, sehingga total produksi yang dihasilkan dapat diproses dan dipasarkan secara besar dalam skala ekonomi yang efisien. Untuk mewujudkan terbentuknya usaha bersama ini, diperlukan peran seorang wirakoperasi (co-operative entrepreneurs), yaitu seorang wirausaha yang mengembangkan usaha secara bersama dengan para petani jambu biji merah. Konsep kewirakoperasian (co-operative entrepreneurship) merupakan salah satu contoh kompetensi inti gerakan koperasi. Adanya koperasi yang independen dan berkinerja dengan baik, maka lapisan wirausahawan akan mendapatkan wahana konsolidasi sumber daya guna memperpendek rantai produksi dan distribusi, demi tercapainya efisiensi. kewirakoperasian juga cukup menunjang target perekonomian makro, khususnya dalam penciptaan lapangan kerja (Ismawan 2001).

Salah satu unsur pembentuk kewirakoperasian yang efektif yaitu inovasi dalam gerak koperasi. Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari, dan dapat dipraktikkan (Ismawan 2001). Pemanfaatan jambu biji merah untuk diolah di industri pengolahan merupakan salah satu inovasi dari komoditi segar menjadi produk jadi dan bernilai tambah. Komoditi jambu biji merah dapat diolah kembali menjadi produk dalam bentuk makanan berupa keripik buah. Keripik buah merupakan sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari buah-buahan yang digoreng di dalam minyak nabati. Keripik buah adalah keripik hasil olahan buah yang digoreng dengan cara khusus, biasanya menggunakan mesin penggoreng hampa atau vacuum fryer. Hasil penggorengan dari mesin vacuum fryer tersebut tidak banyak mengubah aroma dan warna, serta lebih awet disimpan dalam jangka waktu lama walaupun tanpa menggunakan bahan pengawet tambahan.

Melihat peluang ini, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Sejahtera Abadi yang berada di Kota Depok ingin mengembangkan usaha pemanfaatan

1

(20)

4

buah grade C menjadi makanan olahan yaitu keripik jambu biji merah. Potensi dan peluang bisnis untuk memasarkan keripik jambu biji merah di pasar dalam negeri maupun luar negeri masih terbuka karena ketersediaan jambu biji merah berlimpah dan berkembangnya ekspor olahan makanan. Adanya peran seorang wirakoperasi dalam KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat memberikan keuntungan semua pihak yang terlibat, baik dari pihak penyedia bahan baku, pihak industri pengolahan dan lingkungan sekitar KUB. Hal tersebut dapat dilihat dari peran masing-masing pihak yang terlibat. Seorang wirakoperasi dapat menjadi sarana komplementor bagi petani buah dan KUB Harapan Sejahtera Abadi, yaitu untuk membantu menyediakan informasi teknologi maupun informasi pasar.

Salah satu peran wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah dengan cara meningkatkan jumlah produksi dengan menggunakan teknologi yang modern serta memperluas pasar di dalam negeri maupun luar negeri. Pengembangan usaha berbasis wirakoperasi diperlukan untuk mencapai keberhasilan usaha agar mencapai kesejahteraan bersama, karena sampai saat ini belum banyak koperasi yang memanfaatkan peluang tersebut. Pengembangan suatu usaha diperlukan adanya perencanaan pengembangan sebagai panduan arah pengembangan usaha yang akan dijalankan dan memberi kemudahan KUB Harapan Sejahtera Abadi untuk membuat kemungkinan apabila terdapat perubahan lingkungan eksternal maupun internal KUB tersebut.

Rumusan Masalah

Semakin beragam jenis dan pilihan produk olahan makanan dan minuman menggambarkan bahwa potensi pengembangan usaha kuliner di Indonesia masih sangat luas. Produk olahan tersebut diproduksi dari berbagai jenis komoditi agribisnis yang ada di Indonesia. Kondisi yang demikian menggambarkan bahwa antara sektor budidaya dan sektor pengolahan saling berintegrasi satu sama lain. Pengembangan usaha di bidang budidaya dapat secara langsung meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan disisi lain, pengembangan usaha industri olahan berdampak langsung terhadap pendapatan pelaku usaha industri olahan. Industri olahan dalam memproduksi produk olahan membutuhkan pasokan bahan baku dari petani. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besarnya jumlah produksi olahan berbahan baku komoditi agribisnis berbanding lurus dengan jumlah pendapatan petani komoditi bahan baku tersebut. Namun, masyarakat petani indonesia seolah-olah tidak dapat mengambil manfaat dari potensi tersebut, padahal usaha agribisnis ini dapat menjadi sumber pendapatan yang beragam bagi para petani.

(21)

5

tahun 2013. Penurunan jumlah poduksi jambu biji merah ini salah satunya disebebkan petani tidak lagi memiliki lahan dan beralih profesi ke luar dari sektor pertanian. penyebab lainnya yakni hasil budidaya jambu biji merah selalu mengalami keragaman kualitas dalam setiap proses pemanenan. Ketersediaan jambu biji merah grade C tahun 2013 mencapai 260.4 ton. Kondisi ini perlu diperhatikan untuk menghindari kerugian yang mungkin terjadi. Salah satu cara yang dapat dipilih untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan membuat produk olahan dari jambu biji merah yang tidak memenuhi standar kualitas di pasaran. Beberapa pengusaha olahan makanan dan minuman di Kota Depok sudah memanfaatkan jambu biji merah sebagai bahan baku. Jumlah jambu biji merah tahun 2013 yang telah terserap sebesar 79 ton dari jumlah keseluruhan, karena itu terdapat kesenjangan kapasitas produksi yaitu sebesar 181.4 ton yang belum termanfaatkan. Tidak optimalnya usaha budidaya jambu biji merah tidak lepas dari permasalahan yang dihadapi petani. Petani tidak memberikan nilai tinggi terhadap potensi tersebut, karena pada tingkat lokal di pedesaan komoditi jambu biji merah grade C relatif kurang bernilai ekonomis.

Masalah berikutnya terkait dengan peningkatan nilai tambah produk melalui proses pengolahan pascapanen dan pemasaran. Umumnya petani menjual produk dalam bentuk segar, sehingga sangat berpengaruh pada rendahnya tingkat harga yang diterima petani. Permasalahan juga dijumpai pada ketidakpahaman petani tentang potensi pasar karena pengetahuan petani terhadap askes sumber informasi dan teknologi juga masih terbatas. Mayoritas petani di Kota Depok juga masih melakukan budidaya di lahan yang tersebar dan petani hanya tergantung pada pengumpul desa.

Beberapa masalah juga biasa dihadapi oleh pelaku usaha industri pengolahan. Pelaku usaha industri pengolahan membutuhkan kontinuitas bahan baku dari petani, sedangkan petani umumnya tidak dapat memastikan ketersediaan hasil panennya karena beberapa faktor dalam kegiatan budidaya dan lemahnya posisi tawar hasil panen para petani. Pelaku industri pengolahan juga memiliki kelemahan dalam kemampuannya untuk menembus pasar ekspor.

Persoalan diantara petani dan industri pengolahan dapat diatasi dengan melakukan usaha bersama untuk mencapai kesejahteraan seluruh pihak yang terkait. Usaha bersama dapat diwujudkan dengan peran seorang wirakoperasi yang merupakan insan terdidik lulusan perguruan tinggi yang relatif lebih paham mengenai teknologi dan informasi pasar, namun tidak memiliki lahan, tidak memiliki modal yang cukup, dan tidak mampu bekerja di ladang sebagaimana petani. Salah satu kelompok usaha bersama yang memproduksi olahan jambu biji merah dari petani jambu biji merah di Kota Depok adalah KUB Harapan Sejahtera Abadi. KUB Harapan Sejahtera Abadi melihat peluang dalam mengolah jambu biji merah menjadi produk turunan yang bernilai ekonomis serta memperpanjang umur simpan. Jambu biji merah grade C yang belum termanfaatkan dapat dikembangkan menjadi keripik jambu biji merah.

(22)

6

ekspor produk olahan dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa negara-negara di dunia khususnya di Asia berpotensi untuk menjadi sasaran pasar para pengusaha industri olahan makanan buah. Beberapa negara yang menerima volume ekspor terbanyak terhadap produk olahan buah dari Indonesia dan cenderung mengalami peningkatan volume adalah Jepang, Singapura, dan Saudi Arabia.

Tabel 2 Volume realisasi ekspor terhadap produk olahan dari buah pada beberapa negara di Asia tahun 2009 – 2013

Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2014.

Direktorat Jenderal Perdagangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) mencatat produk makanan dan minuman Indonesia semakin diminati pasar internasional.2 Beberapa perusahaan makanan olahan keripik buah telah diproduksi oleh perusahaan makanan ringan di Indonesia dan sudah melakukan ekspor yaitu keripik salak Sleman ke Amerika Serikat dan keripik pisang Mekarsari Snack ke Malaysia dan Filipina.

Keadaan tersebut menunjukkan adanya peluang dan potensi bagi pengembangan usaha keripik jambu biji merah di KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan industri olahan makanan diharapkan dapat memenuhi pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap pemenuhan pasar di luar negeri. Pengembangan usaha bersama berkonsep kewirakoperasiaan memerlukan perencanaan bisnis untuk memudahkan setiap pohak yang terlibat melihat keuntungan yang akan diperoleh baik dari segi finansial maupun non finansial. Berdasarkan kondisi tersebut maka beberapa hal yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah mengenai :

1. Apakah potensi jambu biji merah di Kota Depok dapat dikembangkan menjadi usaha keripik jambu biji merah?

2. Apakah mungkin KUB Harapan Sejahtera Abadi mengembangkan usaha keripik jambu biji merah?

2

(23)

7

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji pemanfaatan potensi jambu biji merah di Kota Depok agar lebih menguntungkan.

2. Menyusun rencana pengembangan usaha keripik jambu biji merah melalui usaha bersama, sehingga dapat dikembangkan pada KUB Harapan Sejahtera Abadi di Kota Depok.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti :

1. Bagi KUB Harapan Sejahtera Abadi, diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam hal pengembangan usaha keripik jambu biji merah.

2. Bagi calon investor atau lembaga keuangan, memberikan gambaran dan informasi untuk menanamkan investasi.

Ruang Lingkup Penelitian

(24)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Peran Wirakoperasi

Wirakoperasi adalah orang-orang yang mampu membawa atau menemukan peluang koperasi yaitu berupa efek koperasi kemudian melakukan upaya persusasif meyakinkan para petani untuk bersama-sama mengembangkan koperasi. Efek koperasi merupakan hal apapun yang menjadikan sesuatu lebih mudah, lebih murah, dan lebih menguntungkan jika dilakukan bersama-sama dibandingkan dengan dilakukan secara sendiri-sendiri (Baga 2009). Tugas utama seorang wirakoperasi adalah menciptakan inovasi yang dapat memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dari wirakoperasi tersebut.

Tugas wirakoperasi akan berjalan dengan baik apabila seorang wirakoperasi memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi, serta kebebasan dalam bertindak (sepanjang tidak merugikan orang lain) dari wirausaha (Fajrian 2013). Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu untuk mengembangkan usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau anggotanya. Orientasi peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala usaha kecil menjadi skala usaha yang lebih besar bagi petani. Koperasi diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dan memperluas pemasaran, serta berperan sebagai fasilitator petani dalam memperoleh pinjaman (Munigar 2009).

Penelitian Effendi (2005) dan Nurlina (2009) menunjukkan peran seorang pemimpin berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi. Oleh karena itu peran seorang pemimpin yang memiliki jiwa wirakoperasi akan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Sesuai dengan penelitian Baga (2011) profil dan peran wirakoperasi dalam pengembangan agribisnis menunjukkan bahwa karakter seorang wirakoperasi digambarkan dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need for achievment yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, serta perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi tugas dan manusia secara seimbang.

Keberhasilan peran seorang wirakoperasi juga dibuktikan melalui penelitian Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok serta penelitian Fajrian (2013) pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten Sukabumi. Kedua penelitian ini menunjukkan peranan seorang wirakoperasi mampu memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani.

(25)

9

yang optimal dan berkualitas. Perusahaan ini juga memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan berlandaskan kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm didirikan tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga pada kesejahteraan petani yang bermitra dengannya.

Penelitian Baga dan Firdaus (2011) juga membahas mengenai peran co – operative entrepreneur dalam pengembangan program One Village One Product

(OVOP) dan pembiayaan pertanian berbasis tanaman, kasus belimbing di Kota Depok, dikatakan bahwa dibutuhkan peran koperasi dalam menyejahterakan anggota terbukti dalam model on the plant basis pengembangan belimbing dewa di Depok. Keberhasilan peran koperasi tersebut tidak lepas dari adanya peran co – operative entrepreneur (wirakoperasi) yang sejak awal mencari terobosan untuk pengembangan hortikultura buah potensial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan bersama.

Kajian yang juga membahas tentang peran wirakoperasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Baga (2003) mengenai peran wirakoperasi dalam pengembangan sistem agribisnis khususnya pada koperasi susu mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) merupakan koperasi yang terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi dan politik pada tahun 1963, sehingga tataniaga susu di Pangalengan dikuasi oleh para tengkulak dan peternak kuat. Pada tahun 1969 hingga 1978 perkembangan produksi susu berjalan lambat, sehingga koperasi susu mengalami permasalahan dalam hal pemasaran susu kepada Industri Pengolah Susu (IPS). Koperasi susu memiliki posisi tawar yang sangat lemah dalam hal menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, serta harga yang diperoleh. Sebagai Ketua KPBS Pangalengan, Daman Danuwidjaja berusaha untuk memajukan koperasinya sendiri dan mendorong agar koperasi susu mampu meningkatkan kerja sama antara koperasi. Sebagai dokter hewan, ia berperan sebagai wirakoperasi yang bertujuan mengembangkan koperasi primer persusuan di tingkat pedesaan. Selain mengembangkan KPBS yang diketuainya, Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi sekunder dengan tujuan untuk membantu koperasi-koperasi susu lain untuk berkembang.

(26)

10

Konsep wirakoperasi ini dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis dengan melakukan kerjasama dengan petani untuk memasok bahan baku yang akan digunakan. Penerapan konsep ini akan menciptakan suatu dampak multiungsibagi usaha yang dijalankan juga meningkatnya tingkat efisiensi rantai pasokan karena terintegrasinya rantai pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.

Pengolahan Buah

Pengembangan industri olahan buah diperlukan suatu cara pandang secara nasional yang menempatkan industri tersebut sebagai suatu industri dengan berbagai lembaga yang masing-masing memiliki peran untuk lebih dapat digunakan. Kontribusi olahan buah pada ekonomi nasional dapat dihitung berdasarkan nilai tambah yang dapat mencapai 11.95 triliyun rupiah pada tahun 2003. lndustri olahan buah tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi tetapi juga memberikan kontribusi yang lebih luas yakni pada ilmu, sosial, budaya dan politik , sehingga perlu untuk dapat dikembangkan (Setyadjit et al. 2004).

Indonesia memiliki potensi hortikultura yang berlimpah, baik terkait dengan diversitas jenis tanaman maupun potensi ketersediaan sepanjang tahunnya. Terdapat jenis buah yang sifatnya musiman, seperti mangga, rambutan, duku, dan durian. Sementara itu, terdapat banyak buah-buahan yang dapat dijumpai ketersediaanya sepanjang tahun seperti pisang, jeruk, belimbing, nangka, nanas, dan pepaya (Baga dan Firdaus 2011). Lingkungan tropis basah yang menyediakan kelembaban tinggi sepanjang tahun menyebabkan jenis dan jumlah buah di Indonesia tak terhitung. Namun demikian, tidak semua jenis buah tersebut mampu menarik selera para konsumen atau pasar. Para konsumen hanya tertarik kepada buah yang memiliki rasa enak, berpenampilan menarik dan jika mungkin, murah harganya (Ashari 2006). Oleh karena itu, proses pengolahan buah-buahan menjadi jenis makanan lain menjadi pilihan yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah terhadap buah-buahan yang tidak dapat diterima oleh pasar atau konsumen tersebut.

Pengolahan buah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang umur simpan. Beberapa produk olahan berbahan baku buah yang diproses dengan teknologi modern dan pengawet alami yaitu manisan stroberi, keripik nangka, dodol buah, sari buah, jus, dan sirup belimbing serta jus dan velva jambu biji merah (Arum 2011, Wibowo 2011, Adityo 2011, Maria dan Zubaidah 2014).

(27)

11

Peran Rencana Pengembangan Usaha

Komponen utama untuk membentuk struktur usaha nasional adalah mengembangkan pengusaha kecil yang hanya berorientasi produksi menjadi pengusaha berorientasi bisnis dan berwawasan wirausaha. Pengusaha kecil akan selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan skala usaha, manajemen usaha, modal, teknologi, keterampilan berusaha dan pemasaran produk. Selain masalah subsistem produksi, rendahnya kinerja hortikultura buah di Indonesia tidak lepas dari belum terintegrasinya secara baik berbagai aktivitas mulai dari subsistem hulu, subsistem produksi sampai susbsistem hilirnya. Kelemahan integrasi sub-sub sistem dalam sistem agribisnis buah ini menjadi penyebab rendahnya nilai tambah produk yang selanjutnya menjadikan rendahnya penerimaan petani sekaligus rendahnya motivasi petani untuk mengembangkan produksi buahnya secara lebih baik (Baga dan Firdaus 2011).

Upaya menghadapi persoalan tersebut harus dikaitkan dengan kemampuan perusahaan dan pengelola serta situasi pasar, sehingga usaha yang ada dapat tetap hidup dan berkembang. Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya penetrasi pasar, perluasan pasar, diversifikasi produk dan pengembangan produk. Beberapa alternatif strategi pemasaran belimbing manis di koperasi pemasan Kota Depok adalah meningkatkan penjualan dengan melakukan penetrasi pasar dan perluasan pasar, lalu melakukan pengembangan produk serta pasar dari produk olahan (Haris 2008).

Diversifikasi produk dapat dilakukan dengan memanfaatkan suatu produk primer agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Pemanfaatan suatu komoditi hortikultura yaitu buah-buahan yang dapat didiversifikasi menjadi olahan kuliner. Jambu biji merah merupakan salah satu jenis buah-buahan yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan jambu biji merah sebagai produk pangan sekarang ini masih sangat terbatas. Selama ini jambu biji merah biasanya diolah dalam bentuk jus, sari buah, dan juga dikonsumsi dalam bentuk segar. Sementara itu, hasil produksi jambu biji merah di Indonesia cukup melimpah dan keberadaannya yang selalu ada di setiap musim, sehingga perlu ada peningkatan pengolahan jambu biji merah. Berdasarkan penelitian Maria dan Zubaidah (2014) pengolahan jambu biji merah menjadi velva merupakan salah satu alternatif yang baik sekaligus dapat meningkatkan nilai ekonomis jambu biji merah.

(28)

12

bagi pemilik untuk memperluas jangkauan pemasarannya dengan membuka gerai baru di wilayah yang lebih strategis. Hasil analisis kelayakan pada penelitian Ningrum (2012) adalah layak dari aspek non finansial dan aspek finansial. Sitepu (2013) melakukan penelitian analisis pengembangan usaha pembesaran ikan gurame Kelompok Tani Makmur Kecamatan Dramaga. Hasil penelitian Sitepu (2013) menyatakan pengembangan usaha layak baik dari aspek non finansial dan aspek finansial. Berdasarkan penelitian Wibowo (2011), tahap pengembangan yang dilakukan dengan membuat sistem basis data dan sistem basis model pada industri manisan stroberi. Proses perancangan Business Plan yang akan dimodelkan yaitu perancangan proses dan simulasi proses. Perancangan proses terdiri atas pembuatan outline Business plan. Berdasarkan analisis finasial dapat disimpulkan bahwa industri manisan stoberi ini layak direalisasikan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirakoperasi

Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang dihadapi. Dasar kerangka pemikiran teoritis ini adalah potensi dari sebuah usaha keripik jambu biji pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Penelitian ini menggunakan sebuah rencana pengembangan untuk melihat potensi usaha keripik jambu biji berbasis wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi.

Kelembagaan sosial ekonomi dalam agribisnis adalah kelembagaan yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja dalam pengembangan pertanian, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek ekonominya. Bentuk kelembagaan sosial-ekonomi yang umumnya dijumpai adalah koperasi. Dalam UU No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dinyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Dalam kaitannya dengan pengembangan koperasi di Indonesia, sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992, pemerintah perlu memperbesar kelompok wirausaha khususnya wirausaha koperasi, memberikan kebebasan berusaha, serta menciptakan pendidikan dan pelatihan (Hendar 2010).

(29)

13

kolektif. Konsep “koperasi berbasiskan kewirausahaan” merupakan salah satu

contoh kompetensi inti gerakan koperasi. Dengan koperasi yang independen dan berkinerja dengan baik, lapisan wirausahawan akan mendapatkan wahana konsolidasi sumber daya guna memperpendek rantai produksi dan distribusi, demi tercapainya efisiensi (Ismawan 2001).

Kewirakoperasian didefinisikan sebagai suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Alasan kewirakoperasian diperlukan dalam koperasi karena untuk mengendalikan ketidakpastian dan melaksanakan inovasi. Kewirakoperasian koperasi berperan menguasai tantangan ketidakpastian, menyerap, atau mengurangi ketidakpastian. Sebuah koperasi yang bertujuan bertahan hidup dan melakukan perluasan-perluasan usaha harus melakukan tindakan inovasi sendiri (Hendar 2010). Peran seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya (Baga 2011).

Koperasi sebagai unit usaha yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perubahan tingkat produktivitas dan pendapatan ini hanya mungkin dicapai bila faktor-faktor produksi yang ada dikombinasikan dengan cara baru, artinya mengubah fungsi produksi, melalui kegiatan inovatif (penciptaan pengetahuan baru dan penerapannya) dan melalui kegiatan peningkatan kegiatan kerja (Hendar 2010). Menurut Ismawan (2001) terdapat 3 unsur pembentuk kewirakoperasian yang efektif, yaitu :

1. Inovasi dalam gerak koperasi

Inovasi adalah alat spesifik untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda. Inovasi dapat ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipelajari, dan dapat dipraktikkan. Wirausahawan perlu sengaja mencari sumber inovasi, perubahan, dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil. Mereka juga perlu mengetahui dan menerapkan prinsip inovasi yang berhasil.

2. Mentalitas wirausaha di kalangan anggota dan pengurus koperasi

Seorang wirausahawan adalah orang yang berani mengambil risiko. Jadi, etos dan mentalitas wirausahawan dalam konsep kewirausaan menjadi semacam generator yang menentukan dinamika koperasi masa depan, terkait dengan penemuan inovasi, peluang masa depan, dan manajemen strategis.

3. Sistem jaringan koperasi

(30)

14

Konsep-Konsep Pendukung Rencana Bisnis

Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha menjadi suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007).

a. Perencanaan

Rencana bisnis merupakan bagian integral dari perencanaan usaha secara umum. Hal yang membedakan perencanaan usaha secara umum dengan rencana bisnis adalah bahwa rencana bisnis dikaitkan secara spesifik dengan adanya peluang usaha yang akan dieksploitasi oleh perusahaan. Perencanaan (planning) adalah penetapan di awal hasil-hasil akhir yang ingin dicapai perusahaan serta cara untuk mencapai hasil tersebut, berikut perangkat yang dibutuhkan untuk menjamin ketercapaian tujuan perusahaan. Perencanaan mencakup visi, misi, tujuan usaha yang ingin dicapai, strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan usaha yang ditetapkan perusahaan, program, prosedur, dan anggaran (Solihin 2007).

b. Peluang usaha

Peluang usaha adalah berbagai kecenderungan positif atau menguntungkan yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan yang dapat dieksploitasi oleh pengusaha untuk menciptakan usaha yang menghasilkan laba. Peluang usaha yang tersedia memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari posisi peluang usaha tersebut dalam siklus daur hidup produk (Solihin 2007).

c. Keunggulan bersaing

Setiap perusahaan yang menawarkan barang dan jasa kepada konsumen, akan dihadapkan pada pesaing baik pesaing yang menawarkan barang dan jasa yang sama maupun pesaing yang menawarkan barang dan jasa substitusi. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan barang dan jasa substitusi adalah barang dan jasa yang ditawarkan oleh pesaing kepada pasar sasaran yang sama, tetapi tidak memiliki kesamaan bentuk dengan barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan (Solihin 2007).

Rencana Pengembangan Usaha

Perubahan selera konsumen, teknologi, dan persaingan yang pesat harus mengembangkan secara terus-menerus produk dan jasanya. Perusahaan dapat memperoleh produk baru dari 2 cara. Pertama, melalui akuisisi dengan membeli seluruh perusahan, suatu paten, atau susatu lisensi untuk memproduksi produk usaha lain. Kedua, ialah melalui pengembangan produk baru dalam departemen riset dan pengembangan milik perusahaan. Produk baru yang dimaksudkan adalah produk original, produk perbaikan, produk modifikasi, dan merek baru yang perusahaan kembangkan (Kotler dan Amstrong 2003).

(31)

15

kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap berbagai masalah dan peluang usaha untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan manusia. Bentuk-bentuk inovasi baru diantaranya penawaran produk atau jasa baru, penggunaan metode atau teknologi baru, penciptaan pasar sasaran yang baru, penggunaan sumber pasokan bahan baku dan sumber daya lainnya yang baru, dan penciptaan bentuk organisasi yang baru (Solihin 2007).

Mengelola pengembangan usaha perlu diketahui peluang dan kekuatan perusahaan. Apabila perusahaan yang sudah berjalan mempertimbangkan untuk memilih salah satu strategi dengan menggunakan model Product Market Expansion Matrix yang dikembangkan, maka bagi perusahaan tersebut sekurang-kurangnya ada 4 pilihan strategi, yaitu :

a.Strategi penetrasi pasar

Perusahaan melakukan intensifikasi penjualan produk yang saat ini dimiliki perusahaan ke pasar sasaran yang saat ini dilayani perusahaan.

b.Strategi pengembangan pasar

Perusahaan menjual produk saat ini ke pasar sasaran yang baru. c.Strategi pengembangan produk

Perusahaan menjual produk baru ke pasar yang saat ini dilayani oleh perusahaan.

d.Strategi diversifikasi

Perusahaan menjual produk baru ke pasar yang baru.

Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan merancang perencanaan bisnis. Perencanaan bisnis yaitu sebagai proses penentuan visi, misi, dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu bisnis tertentu. Langkah-langkah teknik pembuatan perencanaan bisnis yaitu membuat ringkasan eksekutif, deskripsi umum perusahaan, analisis pasar, perencanaan pemasaran, analisis aspek teknis dan operasional, struktur manajemen, perkembangan masa depan usaha, dan perencanaan keuangan (Bogadenta 2013).

Siklus pengembangan bisnis merupakan rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan bisnis. Siklus ini merupakan tahap-tahap yang dilalui dalam kegiatan bisnis, meliputi identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, dan pelaksanaan, serta implementasi (Nurmalina et al. 2010).

1. Rencana Pemasaran

(32)

16

a. Potensi Pasar

Potensi pasar menunjukkan perkiraan jumlah permintaan terhadap suatu produk yang diperoleh melalui perhitungan jumlah pembeli potensial yang diperkirakan akan membeli suatu produk. Aspek pasar merupakan langkah awal yang perlu diketahui sebelum memutuskan atau melakukan produksi suatu barang atau jasa. Agar mengetahui produk yang dihasilkan diterima atau tidak di pasar, maka setiap usaha harus mengetahui pasar yang dituju, sebab jika tidak ada pasar maka produk yang dihasilkan tidak memberikan manfaat sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Umar (2007), pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginan, daya beli, serta tingkah laku dalam pembelian.

Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri atas analisa pasar dan marketing mix development terdiri atas aspek produk, harga, promosi, dan distribusi (Nurmalina et al. 2010).

Menurut Umar (2007), analisa pasar terdiri atas segmentasi pasar, pasar sasaran, dan posisi pasar. Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan kelompok pasar dengan sifat heterogen menjadi kelompok pasar yang bersifat homogen. Kelompok pasar yang bersifat homogen dapat dideskripsikan menjadi kelompok pasar yang memiliki kebutuhan atau karakter dengan respon uang sama dalam membelanjakan uangnya. Dalam prosesnya, aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah aspek geografis (lokasi pasar tujuan), aspek demografis (status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan kewarganegaraan pasar tujuan), aspek psikografis (gaya hidup dari konsumen sebagai pasar tujuan), dan aspek perilaku (status kesetiaan terhadap merk, tingkat penggunaan, maupun sikap terhadap produk). Pasar sasaran merupakan proses pemilihan target pasar dari segmen yang telah dipilih kemudian disaring hingga menjadi lebih spesifik. Proses ini dapat diartikan sebagai penentuan sasaran pemasaran produk. Selanjutnya, posisi pasarmerupakan tindakan yang dilakukan oleh produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai. Untuk menentukan posisi pasar, terdapat 3 langkah yang masing-masing dijelaskan yaitu mengidentifikasi keunggulan kompetitif, memilih keunggulan kompetitif, serta mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi.

Dalam strategi pemasaran marketing mix development, terdapat 4 aspek yang dianalisis yaitu sebagai berikut:

1) Product (produk)

Aspek ini terdiri atas spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk tersebut. Selain itu, ide-ide dan pengembangan produk variasi juga merupakan aspek yang harus dianalisis. 2) Price (harga)

(33)

17

pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode atau cara pembayaran.

3) Place (tempat)

Aspek ini terdiri atas lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk, manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas.

4) Promotion (promosi)

Aspek promosi dalam stratgi bauran pemasaran ini terdiri atas pemilihan media promosi, pemilihan cara penjualan, tema posisi pasar, serta manajemen dan posisi produk.

b. Analisis Persaingan

Perusahaan akan menghadapi persaingan dalam aktivitas pemasaran produk kepada konsumen, baik dari produk yang sama maupun pesaing yang menawarkan produk substitusi. Bagi perusahaan yang akan memulai usaha baru, analisis persaingan harus dilakukan dengan mengidentifikasi pesaing-pesaing utama yang relevan berikut produk atau jasa yang mereka tawarkan (Solihin 2007).

c. Analisis Pelanggan

Produk diproduksi oleh perusahaan untuk dipasarkan kepada konsumen. Produk yang dibuat oleh perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen dengan melakukan analisis pelanggan. Analisis pelanggan yang pertama dilakukan dengan mengajukan pertanyaan siapa yang membeli suatu produk dan siapa yang akan menjadi pengguna produk tersebut. Bagi sebagian besar barang industri maupun barang konsumsi, siapa yang akan membeli suatu produk dapat diurai lagi ke beberapa entitas, yaitu inisiator, pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli, dan pengguna (Solihin 2007).

Memilih konsumen juga dalam kaitannya dengan proses pembelian, konsumen suatu produk masih dapat dipilah lagi menjadi konsumen yang melakukan pembelian produk untuk tujuan bisnis maupun untuk konsumsi sendiri. Menurut Dwyer dan Tanner dalam buku Solihin 2007, business costumers dibagi ke dalam 4 kelompok diantaranya :

Companies That Consume

(34)

18

2. Rencana Produksi

Setelah perusahaan dapat merumuskan pemilihan pasar sasaran dan membuat strategi bauran pemasaran, maka perusahaan akan merumuskan rencana untuk memproduksi produk yang akan dipasarkan tersebut. Menurut Umar (2007) aspek teknis dan teknologi memanajemen masalah operasional, yaitu penentuan posisi perusahaan, desain, dan operasional. Persoalan dalam proses operasional dikelompokkan menjadi beberapa aspek, yaitu :

a. Pemilihan strategi produksi, bertujuan agar barang dan jasa yang akan diproduksi dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

b. Pemilihan dan perencanaan produk, dengan menentukan ide produk, desain produk awal, dan pengujian produk.

c. Rencana kualitas, mengelompokkan barang atau jasa sesuai dimensinya. d. Pemilihan teknologi, dilakukan sesuai mekanisasi yang diinginkan dan

manfaat ekonomi yang diharapkan.

e. Rencana kapasitas produksi, kapasitas dapat dilihat dari sisi masukan (input) atau keluaran (output).

f. Perencanaan letak pabrik, sebagai tempat proses produksi perlu dianalisis karena sangat berpengaruh terhadap banyak aspek.

g. Perencanaan tata letak (layout), menjadi hal awal yang harus dipertimbangkan karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha.

h. Perencanaan jumlah produksi, aktivitas produksi sebaiknya direncanakan dengan baik agar jumlah produksi yang dihasilkan sesuai dengan jumlah yang akan dijual. Beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan jumlah produksi yakni permintaan, kapasitas pabrik, supali bahan baku, modal kerja, dan peraturan pemerintah.

i. Manajemen persediaan, untuk antisipasi permintaan konsumen yang meningkat.

j. Pengawasan kualitas produksi

k. Rencana penanganan limbah produksi

3. Rencana Manajemen dan Organisasi

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dikatan layak atau sebaliknya (Umar 2007). Aspek manajemen berakitan dengan perencanaan bisnis, pengorganisasian yang akan digunakan, pelaksanaan yang akan digunakan, dan pengendalian manajemen yang akan digunakan. Aspek organisasi berkaitan dengan bagaimana struktur organisasi yang ada dalam bisnis. Selain dari pada itu juga berkaitan tetang bagaimana sistem kerja yang digunakan dan pembagian kerja yang dilakukan selama kegiatan bisnis berlangsung.

(35)

19

manusia dalam koperasi baik sebagai anggota, pengurus, maupun pengawas perlu dikelola dengan baik oleh organisasi koperasi. Ada beberapa ciri yang harus diperhatikan bagi organisasi koperasi (Suryani et al. 2013), yaitu:

a. Terdapat sejumlah individu bersatu dalam suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang sama, disebut dengan kelompok koperasi.

b. Terdapat anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri, disebut sebagai swadaya kelompok koperasi.

c. Anggota yang bergabung dalam koperasi memanfaatkan koperasi secara bersama-sama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi.

d. Koperasi sebagai perusahaan, mempunyai tugas untuk menunjang kepentingan para anggota koperasi dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan.

4. Rencana Kemitraan

Pendirian usaha yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan bersama memiliki fungsi dan peranan bagi beberapa pihak terkait. Kemitraan dari berbagai pihak akan berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat kerjasama dalam pengembangan bisnis diantaranya para pemasok bahan baku, pelaku usaha, pihak pemerintah, badan hukum (koperasi), dan seorang wirakoperasi.

Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu, aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Pada aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan nilai asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Sedangkan pada aspek lingkungan, pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri. Dalam perancangan atau analisis kegiatan investasi harus mempertimbangkan masalah atau dampak lingkungan yang merugikan. Pembangunan kegiatan usaha pengolahan produk pertanian yang menghasilkan limbah dapat menimbulkan masakah jika penanganan terhadap limbah tidak dilakukan secara bijaksana (Nurmalina et al.2010).

5. Analisis Risiko

Perusahaan harus memikirkan strategi apa yang akan digunakan untuk menghadapi risiko-risiko potensial dalam rencana bisnis yang disusun

perusahaan. Risiko dapat didefinisikan sebagai “uncertainty concerning the occurrence of a loss” atau ketidakpastian yang berkaitan dengan terjadinya suatu kerugian (Solihin 2007). Jenis-jenis risiko yang mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang bisa dilakukan, sebagai berikut (Johan 2011):

a. Perubahan kondisi politik

(36)

20

b. Perubahan kondisi ekonomi

Perubahan kebijakan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi yang berjalan di sebuah negara maupun di sebuah daerah juga dapat mempengaruhi suatu usaha.

c. Perubahan kondisi sosial budaya

Awalnya masyarat tidak sensitif terhadap suatu hal tetapi masyarakat dapat mengalami perubahan sosial budaya yang membuat masyarakat lebih sensitif terhadap suatu hal.

d. Perubahan harga bahan baku

Terbatasnya sumber daya, semakin tingginya harga bahan baku maupun bahan penunjang juga harus diantisipasi akan perubahan harga bahan baku dan bahan penunjang.

e. Perubahan harga jual

Setiap industri pasti ada kompetisi. Umumnya kompetisi harga merupakan hal yang termudah dilakukan dalam pasar menimbang harga merupakan faktor yang paling mudah diperbandingkan dan dilihat oleh konsumen. f. Masuknya kompetitor

Kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa dihindari, dengan semakin banyak pemain baru masuk ke dalam pasar itu. Masuknya kompetitor akan menggerogoti pangsa pasar pemain lama dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

g. Perubahan teknologi

Salah satu kunci untuk meraih keunggulan bersaing yang berasal dari biaya kepemimpinan adalah penggunaan teknologi produksi yang efisien dan produktif. Penggunaan teknologi yang ketinggalan zaman akan mengakibatkan harga pokok produksi menjadi tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi produksi lebih maju.

h. Perubahan karakteristik sumber daya manusia

Sejalan dengan berjalannya perekonomian dan kompetisi, maka sumber daya manusia menjadi faktor penting karena kemudahan faktor ini untuk berpindah dari suatu usaha ke usaha lainnya.

i. Ketergantungan dengan pemasok dan distributor

Konflik yang terjadi antara perusahaan dengan pemasok maupun distributor dapat menimbulkan risiko kerugian bagi perusahaan. Demikian halnya apabila perusahaan merupakan usaha yang bergerak di bidang distribusi, perusahaan memiliki peluang risiko akibat konflik yang terjadi dengan perusahaan penghasil produk.

(37)

21

6. Rencana Finansial

Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu kelayakan perencanaan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai keberlanjutan usaha untuk dapat berkembang (Umar 2007). Analisis perencanaan keuangan dalam suatu rencana bisnis lebih banyak didasarkan kepada data-data proyeksi keuangan (Solihin 2007). Proyeksi keuangan yang dibuat perusahaan akan dituangkan dalam bentuk laporan laba rugi dan arus kas (cashflow). Sebelum proyeksi keuangan dibuat, terlebih dahulu perusahaan merumuskan kebutuhan modal awal untuk memulai usaha.

a. Sumber modal awal

Memulai atau mengembangkan usaha memerlukan modal baik dari sumber internal maupun eksternal. Modal besar dan kecil tidak akan menjadi hambatan, selama model bisnis menarik pihak investor akan menanam modal pada bisnis tersebut. Menurut Johan 2011, perolehan sumber modal melalui 2 cara yaitu meminjam kepada lembaga keuangan dan mengajak investor lainnya.

b. Titik impas atau Break Even Point (BEP)

Analisis penting lainnya yang dapat dilakukan melalui cost-volume-profit adalah perhitungan titik impas. Perhitungan titik impas atau BEP memerlukan data-data mengenai besarnya jumlah biaya tetap dan besarnya

gross margin (Solihin 2007). Perhitungan BEP bertujuan melihat berapa unit yang harus dijual atau berapa uang yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai titik impas, dalam arti perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

c. Laporan laba rugi

Salah satu analisis finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu (Nurmalina et al. 2010). Laporan laba rugi terdiri atas beberapa komponen yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variable Cost

(TVC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Pendapatan bersih atau laba adalah apa yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa atau penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Melalui laporan laba rugi, perusahaan dapat memperoleh informasi keuangan mengenai usaha yang dijalankan, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau sebaliknya. Laporan laba rugi dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut pada periode tertentu.

1) Total Penerimaan

(38)

22

dapat diperoleh dari perkalian antara harga produk dengan kuantitas produk yang dihasilkan.

2) Biaya

Biaya merupakan sejumlah nilai atau pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan usaha. Secara umum, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan suatu usaha terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak berubah dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah seiring dengan jumlah produksi dan besarnya proposional. 3) Laba bersih

Laba bersih dapat diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran yang telah dikurangi dengan pajak yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

d. Arus kas atau Cashflow

Menurut (Nurmalina et al. 2010), cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama 1 periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Suatu cashflow terdiri atas beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri atas komponen inflow (arus penerimaan),

outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat bersih) dan Incremental Net Benefit (Manfaat Bersih Tambahan). Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa, dan

salvagevalue (nilai sisa). Komponen outflow terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, pajak dan debt service (bunga pinjaman).

1) Net Present Value

Net Present Value (NPV) suatu bisnis adalah selisih Present Value

(PV) dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar 2007). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu bisnis selama umur bisnis dan tingkat discount rate tertentu.

2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Menurut Umar (2007), Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Perhitungan Net B/C digunakan untuk mengetahui berapa nilai manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.

3) Internal Rate of Return (IRR)

(39)

23

Cash Invesment) dengan menggunakan aliran kas. Nilai Payback Period

berbanding terbalik dengan nilai NPV, jika nilai NPV semakin besar maka menunjukkan waktu pengembalian semakin cepat. Suatu bisnis dikatakan menguntungkan dan layak jika PP lebih kecil dari umur bisnis.

Kerangka Pemikiran Operasional

Ketersediaan buah-buahan unggulan di Kota Depok dengan jumlah produksi yang berlimpah membuat para petani sulit untuk memasarkan seluruh hasil produksi dengan harga jual yang tinggi. Salah satu buah-buahan unggulan khas Kota Depok adalah jambu biji merah. Jambu biji merah memiliki karakteristik aroma dan rasa yang khas, namun tidak lepas dari kenyataannya bahwa jambu biji merah memiliki sifat yang mudah rusak. Hasil budidaya jambu biji merah juga memiliki keragaman kualitas dari mulai kualitas terbaik yaitu grade A, grade B, dan grade C. Keragaman kualitas menyebabkan harga jual jambu biji merah pun berbeda-beda. Harga jual jambu biji merah dengan kualitas grade C hanya berkisar antara Rp 4 000 – Rp 6 000 per kilogram, sedangkan jumlah produksi

grade C rata-rata 20 % dari jumlah keseluruhan produksi.

Tingginya jumlah produksi jambu biji merah grade C menciptakan ide bisnis bagi para wirausaha untuk memanfaatkan produk primer tersebut agar memberikan nilai tambah. Perkembangan industri olahan makanan serta industri kuliner memberi peluang kepada wirausaha untuk mengembangkan usaha di bidang tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan ketersediaan bahan baku dari jambu biji merah menjadi olahan makanan, seperti keripik buah.

Ketersediaan bahan baku jambu biji merah grade C yang berlimpah membuka peluang usaha bagi wirausaha untuk mengembangkan produk olahan yaitu keripik jambu biji merah. Hal ini didukung dengan adanya permintaan produk olahan makanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Data yang mendukung untuk melakukan ekspor makanan dapat dilihat dari peningkatan ekspor olahan buah pada Tabel 2 dan ekspor olahan makanan pada Lampiran 2. Kedua data tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa negara yang menyukai buah jambu biji merah dan berminat terhadap produk olahan buah.

(40)

24

diantaranya sebagian besar petani memiliki lahan yang sempit dan pengetahuan petani mengenai teknologi pasca panen rendah.

Melihat peluang dan kondisi aktual yang ada, maka diperlukan seorang wirakoperasi di KUB untuk menerapkan ide dan akses infomasi terkait dengan pengembangan usaha industri olahan makanan di KUB Harapan Sejahtera Abadi. Seorang wirakoperasi berperan sebagai perantara antara pemasok bahan baku (petani) yang ikut tergabung dalam usaha yang akan didirikan dengan para pelaku usaha industri olahan makanan (KUB). Konsep wirakoperasi juga dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan kepada petani melalui manajemen yang diterapkan yaitu memberikan posisi tawar yang baik di tingkat petani terhadap produk yang petani jual ke KUB. Peran wirakoperasi juga dapat memberi keuntungan kepada anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi melalui kemitraan yang terjalin dengan petani agar dapat memberi kepastian kuantitas maupun kualitas bahan baku. Wirakoperasi juga bertugas untuk memberikan pelatihan kepada petani dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi agar memiliki kemampuan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.

Adanya peran wirakoperasi memberikan rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan atas usaha yang dijalankan kepada petani dan anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi dan diharapkan dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi petani, sehingga petani dapat melakukan peningkatan jumlah produksi agar memenuhi permintaan bahan baku. Bagi anggota KUB Harapan Sejahtera Abadi dapat dijadikan usaha bersama yang mendatangkan keuntungan baik dari sisi finansial maupun non finansial.

Umumnya wirausaha berkonsep untuk menghasilkan keuntungan individu. Hal ini berbeda dengan konsep usaha bersama yang diterapkan oleh serorang wirakoperasi yang bertujuan memberikan keuntungan finansial dengan memberlakukan sistem bagi hasil dari jumlah laba yang diterima oleh industri olahan. Wirakoperasi membuat perjanjian awal dengan menetapkan persentase pembagian hasil untuk setiap pihak yang terlibat, seperti petani, KUB Harapan Sejahtera Abadi, dan seorang wirakoperasi yang juga memerlukan pendapatan untuk keberlangsungan hidupnya. Hal itu berarti meningkatnya jumlah pendapatan tiap pihak bergantung pada peningkatan hasil laba penjualan di KUB tersebut.

Peningkatan nilai tambah jambu biji merah grade C menjadi keripik buah dapat dilakukan melalui sistem kemitraan dengan para petani jambu biji merah di Kota Depok dan pemanfaatan teknologi industri olahan di KUB Harapan Sejahtera Abadi. Untuk itu kegiatan usaha di KUB Harapan Sejahtera Abadi memerlukan perencanaan dalam pengembangan usaha yang berbasis wirakoperasi.

(41)

25

Adanya industri berbasis bahan baku lokal dengan mutu serta produktivitas yang tinggi, maka diharapkan adanya hubungan timbal balik menguntungkan antara pihak industri dengan pemasok (masyarakat dan petani) dan memberikan nilai tambah pada jambu biji merah tersebut. Jambu biji merah yang dihasilkan masyarakat dan petani akan diserap untuk bahan baku industri keripik jambu biji merah, sehingga masyarakat dan petani tetap terpacu untuk meningkatkan pembudidayaan. Adanya industri pengolahan keripik jambu biji merah juga diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan. Alur pemikiran kerangka operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian -Jambu biji merah grade C yang berlimpah dan

belum termanfaatkan, harga rendah, karakteristik mudah membusuk dan skala budidaya kecil. -Ketidakpasatian pasokan bahan baku.

-Lemahnya kemampuan ekspor langsung oleh industri olahan.

-Terbatasnya akses terhadap sumber dan infomasi teknologi

- Peningkatan PDB industri olahan kuliner pada perekonomian Indonesia. - Peluang pangsa pasar mancanegara

terbuka lebar (ekspor olahan buah meningkat).

- Kemajuan teknologi industri olahan makanan.

Peningkatan nilai tambah jambu biji merah grade C menjadi

keripik buah.

Gambar

Tabel 1 Perkembangan produksi buah unggulan Kota Depok
Tabel  2 Volume realisasi ekspor terhadap produk olahan dari buah pada beberapa  negara di Asia tahun 2009  – 2013
Gambar 1 Jenis-jenis pelanggan bisnis (business costumers)
Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian - Jambu  biji  merah  grade  C  yang  berlimpah  dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

keseluruhan dari kelima sampel menunjukan bahwa sari buah bit dengan penambahan ekstrak jahe pada konsentrasi 30% memiliki nilai rata- rata terendah 1,95 dan berbeda

(2) dalam Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta, tema perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan

Semakin sempurna penerapan model project citizen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), semakin memberikan dorongan terhadap pengembangan karakter bangsa

royong, sportifitas. Ini juga diterapkan ke seluruh PNS.  Bahasa ga ada persoalan. Tiap kecamatan berbeda. Ada 2 bahasa, kelompok 5 dan 9, jadi masyarakat maluku tengah. Pemda

Peneliti melihat bahwa guru masih menerangkan materi pembelajaran IPS secara abstrak tanpa media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasi. Penelitian ini

Berdasarkan hasil validasi dari ahli media dan ahli materi dinyatakan bahwa modul sudah valid, tetapi masih didapatkan beberapa saran yang harus diperbaiki pada

3211103004, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, dengan judul “ Pembelajaran PAI pada Anak

Dünya insanlık ailesinin kendisine çok şey borçlu olduğu, Gazi Mustafa Kemal ATATÜRK'Ü gereği gibi tanıya bildik mi!. O'nun devrimlerine sadık