• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Logam Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total Di Dalam Sedimen Yang Terdapat Di Sepanjang Pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, Dan Tambun Sukkean Di Danau Toba.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Logam Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total Di Dalam Sedimen Yang Terdapat Di Sepanjang Pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, Dan Tambun Sukkean Di Danau Toba."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN,HUTAGINJANG,SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

T E S I S

Oleh

PINTAULI MARIANI SIREGAR

087006022/KIM

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN,HUTAGINJANG,SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Kimia pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PINTAULI MARIANI SIREGAR

087006022/KIM

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENENTUAN KADAR LOGAM Fe,Zn,Cu,Pb,dan N-total DI DALAM SEDIMEN YANG TERPADAT DI SEPANJANG

PANTAI PAGANGAMBATAN, HUTA GINJANG, SILIMA LOMBU DAN TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

Nama Mahasiswa : Pintauli Mariani Siregar Nomor Pokok : 087006022

Program Studi : Kimia

Menyetujui : Komisi Pembimbing

( Jamahir Gultom , Ph. D ) ( Dr.Hamonangan Nainggolan,MSc) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS,Ph.D ) ( Prof.Dr.Eddy Marlianto ,MSc)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 11 Mei 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Jamahir Gultom , Ph. D

Anggota : 1. Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc 2. Prof. Basuki Wirjosentoso, M.S, Ph.D

3. Prof. Dr. Harlem Marpaung

4. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil

(5)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN,HUTAGINJANG,SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Medan , Mei 2010

Penulis

(6)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN, HUTA GINJANG, SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kadar logam Tembaga ( Cu ), Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba. Pengambilan sampel di 4 lokasi yang diambil dari pantai Pangambatan, pantai Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean ( sebagai pembanding ). Besarnya kandungan tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) dan timbal ( Pb ) yang terdapat dalam sampel sedimen dianalisa dengan menggunakan Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Penentuan N-total dalam sample sedimen dilakukan dengan metode kjeldhal. Hasil analisa kadar logam Tembaga ( Cu ),Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba,menunjukkan hasil yang bervariasi dan melalui uji statistik memperlihatkan ada perbedaan signifikan hasil analisis kandungan kadar logam tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) , timbal ( Pb ) dan N-total yang terdapat dalam sample sedimen pada pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dengan sampel sedimen pada pantai Tambun Sukkean (sebagai pembanding)

Kata Kunci : sedimen, lokasi KJA, kadar tembaga, kadar seng, kadar besi, kadar timbal, kadar N-total metode kjeldhal,spektrofotometer serapan atom.

(7)

DETERMINED CONTENT METAL Fe, Zn, Cu, Pb and N-TOTAL ABOARD SEDIMENT CONTAINED IN TROUGHOUT BEACH PANGAMBATAN, HUTA

GINJANG, SILIMA LOMBU AND TAMBUN SUKKEAN IN TOBA LAKE.

ABSTRAK

Have been made research content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake. Removal sample in 4 located takeable from beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator. Bigness contens cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment analyzable with applying for Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) with condition instrument agree with procedure be valid. Act of determining N-total in sediment sample doing with kjeldhal methods. Analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake, indicate variation product and pass through statistic test indicate difference analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat mengajukan usulan penelitian ini yang berjudul

“Penentuan Kadar logam Tembaga ( Cu ),Seng ( Zn ) Besi ( Fe ), Timbal (Pb) dan N-total di dalam sediment yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba “.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sumatera Utara c.q Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memberikan beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sehingga menyelesaikan tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H,Sp.Ak atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister.

Dekan FPMIPA Universitas Sumatera Utara Prof. Dr.Eddy Marlianto, MSc dan Ketua Program Studi Kimia Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Jamahir Gultom PhD dan Dr.Hamonangan Nainggolan MSc, selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran sehingga penulis dapat meraih predikat magister .

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh para dosen S-2 USU yang telah banyak memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan serta penyusunan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 14 Medan Bapak Drs. Syawalluddin yang telah memberi kesempatan dan bantuan moril kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboratorium Analitik FMIPA Universitas Sumatera Utara, terkhusus pada saudara Boby cahyadi dan adik Tiwi yang banyak membantu penulis selama penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman mahasiswa Magister Kimia angkatan 2008 dan teman lainnya yang telah memberikan membantu dan dukungan serta doanya selama ini.

(9)

mendampingi. Kepada anak-anak penulis Sando Putra Kopertino Malau, Santo Joosten Malau dan Putrija Malau, mama mengucapkan terima kasih atas seluruh pengertiannya dan doa hingga mama dapat menyelesaikan pendidikan .

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan Ilmu Pengetahuan demi kemajuan Nusa dan bangsa.

Medan , J u n i 2010 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Pintauli Mariani Siregar, S.Pd

Tempat / tanggal lahir : Medan / 2 Oktober 1969

Alamat Rumah : Jl. Datuk Kabu Gg. Rahmat No. 10 Medan

Telepon/Faks/Hp : (061) 7350544/081362223245

Instansi Tempat Bekerja : Guru SMA Negeri 14 Medan

Alamat Kantor : Jl. Pelajar Ujung Gg. Darmo

Telp. : (061) 7345465

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Swasta Katolik Antonius VI Medan Tamat : 1979

SMP : SMP Swasta Josua Medan Tamat : 1985

SMA : SMA Josua Medan Tamat : 1988

Strata 1 : S-1 Pendidikan Kimia IKIP Medan Tamat : 1992

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Pembatasan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

1.6. Metodologi Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Ekosistem Danau 5

2.2. Ekosistem Danau Toba 6

(12)

2.4. Mutu dan Kualitas Air 8

2.5. Baku Mutu Air 10

2.6. Seng ( Zn ) 11 2.6.1 Fungsi Seng ( Zn ) 12

2.6.2 Akibat Defisiensi Seng ( Zn ) 12 2.6.3 Akibat Kelebihan Seng ( Zn ) 13 2.7. Besi ( Fe ) 14

2.7.1 Kekurangan dan kelebihan Fe 14 2.8 Timbal ( Pb ) 17

2.9. Tembaga ( Cu ) 19

2.10. Tentang Sedimen 20

2.11. Keramba Jala Apung ( KJA ) 23 BAB III. METODE PENELITIAN 25

3.1. Alat dan Bahan 25

3.1.1. Alat – Alat Yang Digunakan 25

3.1.2. Bahan – Bahan Yang Digunakan 26

3.2. Cara Pengambilan Sampel 26

3.3. Prosedur Kerja 27

3.3.1. Penyediaan Reagen 27

3.3.2. Pembuatan Larutan stándar seng ( Zn ) 28

(13)

3.3.5. Pengukuran konsentrasi besi ( Fe ) dengan SSA 29

3.3.6. Pembuatan Larutan stándar tembaga ( Cu ) 30

3.3.7. Pengukuran konsentrasi tembaga ( Cu ) dengan SSA 30

3.3.8. Pembuatan Larutan stándar timbal ( Pb ) 31

3.3.9. Pengukuran konsentrasi timbal ( Pb ) dengan SSA 32

3.3.10. Penentuan kadar N-total dalam sedimen 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 35

4.1. Hasil Penelitian 35

4.1.1. Pengukuran Kandungan tembaga ( Cu ) 35

4.1.1.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi 35

4.1.1.2. Penentuan Kandungan Tembaga (Cu) dari Sampel

Sedimen 38

4.1.2. Pengukuran Kandungan besi ( Fe ) 40

4.1.2.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi 41

4.1.2.2. Penentuan Kandungan besi ( Fe ) dari Sampel

Sedimen 43

4.1.3. Pengukuran Kandungan seng ( Zn ) 45

4.1.3.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi 46

4.1.3.2. Penentuan Kandungan seng ( Zn ) dari Sampel

Sedimen 49

4.1.4. Pengukuran Kandungan timbal ( Pb ) 51

(14)

4.1.4.2. Penentuan Kandungan timbal ( Pb ) dari Sampel

Sedimen 54

4.1.5. Perhitungan Kadar N-total di dalam Sedimen dengan Metode

Kjedhal 56

4.2. Pembahasan 56

4.2.1. Kandungan Cu dalam sedimen 56

4.2.2. Kadar unsur Cu dalam ppm 58

4.2.3. Kandungan Fe dalam sedimen 58

4.2.4. Kadar unsur Fe dalam ppm 59

4.2.5. Kandungan Zn dalam sedimen 60

4.2.6. Kadar unsur Zn dalam ppm 62

4.2.7. Kandungan Pb dalam sedimen 62

4.2.8. Kadar unsur Pb dalam ppm 63

4.2.9. Kandungan N-total dalam sedimen 63

4.2.10. Kadar Hasil Pengukuran pH 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 65

5.1. Kesimpulan 65

5.2. Saran 65

(15)

DAFTAR TABEL

_____________________________________________________________

Nomor

Judul

Halaman

3.1. Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn ) 28

3.2. Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe ) 29

3.1. Parameter Pengukuran untuk Logam tembaga ( Cu ) 31

3.2. Parameter Pengukuran untuk Logam timbal ( Pb ) 32

4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar tembaga ( Cu ) 35

4.2. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk tembaga (Cu) 36

4.3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar besi ( Fe ) 40

4.4. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk besi (Fe) 42

4.5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar seng ( Zn) 46

4.6. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk seng (Zn) 47

4.7. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar timbal (Pb) 51

4.8 Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk timbal (Pb) 52

4.9. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Cu 57

4.10 Kadar unsur tembaga ( Cu ) dalam ppm 58

4.11. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Fe 59

4.12 Kadar unsur besi ( Fe ) dalam ppm 59

4.13. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Zn 60

(16)

4.15. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Pb 62

4.16 Kadar unsur timbal ( Pb ) dalam ppm 63

4.17 Kadar N-total 63

4.18 Data Parameter pH pada 4 lokasi 64

(17)

DAFTAR GAMBAR

________________________________________________________________________

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar tembaga ( Cu ) 36

2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar besi ( Fe ) 41

3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar seng ( Zn ) 46

4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar timbal ( Pb ) 52

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

_____________________________________________________________

Nomor

Judul

Halaman

1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP No. 82 tahun 2001) xii

(19)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN, HUTA GINJANG, SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kadar logam Tembaga ( Cu ), Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba. Pengambilan sampel di 4 lokasi yang diambil dari pantai Pangambatan, pantai Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean ( sebagai pembanding ). Besarnya kandungan tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) dan timbal ( Pb ) yang terdapat dalam sampel sedimen dianalisa dengan menggunakan Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Penentuan N-total dalam sample sedimen dilakukan dengan metode kjeldhal. Hasil analisa kadar logam Tembaga ( Cu ),Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba,menunjukkan hasil yang bervariasi dan melalui uji statistik memperlihatkan ada perbedaan signifikan hasil analisis kandungan kadar logam tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) , timbal ( Pb ) dan N-total yang terdapat dalam sample sedimen pada pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dengan sampel sedimen pada pantai Tambun Sukkean (sebagai pembanding)

Kata Kunci : sedimen, lokasi KJA, kadar tembaga, kadar seng, kadar besi, kadar timbal, kadar N-total metode kjeldhal,spektrofotometer serapan atom.

(20)

DETERMINED CONTENT METAL Fe, Zn, Cu, Pb and N-TOTAL ABOARD SEDIMENT CONTAINED IN TROUGHOUT BEACH PANGAMBATAN, HUTA

GINJANG, SILIMA LOMBU AND TAMBUN SUKKEAN IN TOBA LAKE.

ABSTRAK

Have been made research content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake. Removal sample in 4 located takeable from beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator. Bigness contens cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment analyzable with applying for Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) with condition instrument agree with procedure be valid. Act of determining N-total in sediment sample doing with kjeldhal methods. Analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake, indicate variation product and pass through statistic test indicate difference analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang terbentuk secara

Vulkono-Tektonik, terletak di pegunungan Bukit Barisan. Luas permukaan danau +1.100

km2 dengan total volume air +1.258 km3. Perairan terdalam berkisar 499 m dan berada

pada ketinggian 995 m di atas permukaan laut, dikelilingi oleh tebing dan gunung-gunung

dengan ketinggian maksimal 2.1257 m. Danau Toba terletak antara 20-30 LU dan 980-990

BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batu, pasir dan pada bagian tertentu terdapat

endapan lumpur (Ondara, 1969 dalam Eyanoer et al, 1980).

Danau Toba merupakan fungsi sumberdaya air yang mempunyai nilai sangat penting

ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta ekonomi. Hal ini berkaitan dengan fungsi

Danau Toba sebagai habitat berbagai organisme air, sebagai sumber air minum bagi

masyarakat sekitar, sebagai tempat penangkapan ikan dan budidaya ikan dalam keramba

jaring apung, kegiatan transportasi air, menunjang berbagai jenis industri seperti kebutuhan

air untuk industri pembangkit listrik Sigura-Gura dan Asahan. Tak kalah pentingnya adalah

fungsi Danau Toba sebagai kawasan wisata yang sudah terkenal ke mancanegara dan

sangat potensial untuk pengembangan pariwisata di Provinsi Sumatera Utara.

Pemanfaatan air Danau Toba yang sangat beragam di satu sisi membutuhkan kualitas air

(22)

berbagai aktivitas masyarakat tersebut juga memberikan imbas terhadap penurunan kualitas

airnya, dimana Danau Toba juga digunakan sebagai tempat membuang berbagai jenis

limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian di sekitar Danau Toba, limbah domestik

dari pemukiman dan perhotelan, limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang tidak habis

dikonsumsi oleh ikan yang dibudidayakan, limbah pariwisata dan transportasi air.

Beberapa tahun terakhir ini terutama sejak tahun 2004 pencemaran air Danau Toba menjadi

suatu hal yang ramai dibicarakan baik di dalam media cetak maupun media elektronik

terutama di kalangan masyarakat yang bermukim di sekitar pantai Danau Toba. Hal ini

disebabkan oleh terjadinya perubahan warna, bau, dan rasa dari air Danau Toba, terutama

setelah terjadinya kematian missal ikan mas yang dipelihara di dalam keramba (Harian

Analisa, 30 Nopember 2004 dan Harian SIB, 30 Nopember 2004).

Protein yang tidak diserap ikan pada keramba jala apung milik PT.Aguafarm Nusantara di

Danau Toba terdegradasi menjadi amoniak dan tersebar di Danau Toba Dengan tidak

terkontrol (Harian SIB 10 Maret 2008). Penjelasan secara lisan dari Jamahir Gultom pada

saat sekarang ini keberadaan amoniak tersebut di dalam air Danau Toba dipastikan

menjadi salah satu sumber penyebab terjadinya penurunan kualitas air Danau Toba dan

disinyalir sebagai penyebab penyakit kulit yang dialami beberapa warga seperti yang

disiarkan melalui siaran elektronik (Metro TV,2008).

Dalam operasionalnya P.T Aquafarm melakukan aktifitas atau kegiatan perbengkelan,

pergudangan, dan pembuangan limbah mesin kapal yang dibuang langsung ke Danau Toba.

Dalam sebuah penelitian yang berjudul ” Studi Dampak Pencemaran Pada Lokasi Operasi

(23)

) dengan kesimpulan bahwa operasi KJA milik PT Aquafarm Nusantara di wilayah perairan

Danau Toba merupakan salah satu sumber limbah Nitrogen dan logam yang berasal dari

sisa pakan dan urine serta faeces ikan nila yang dibudidayakan oleh perusahaan tersebut.

Hal ini yang menyebabkan kualitas air di sekitar wilayah KJA mengalami penurunan secara

tajam.

Menurut Jamahir Gultom ( Harian SIB, 10 Maret 2008 ), jika air seperti ini dikonsumsi

dalam jangka cukup lama akan berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat yang

menggunakannya. Uraian di atas menarik perhatian peneliti untuk meneliti kadar logam

Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai lokasi

operasi KJA PT Aquafarm Nusantara di Danau Toba, yaitu pantai Pangambatan,

Hutaginjang, Silima Lombu. Sebagai pembanding sedimen dari desa Tambun Sukkean juga

diteliti.

1.2. Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kadar logam

Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai

Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, dan Tambun Sukkean di Danau Toba.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya terfocus pada pengukuran kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan

N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang,

(24)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di

dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima

Lombu, dan Tambun Sukkean di Danau Toba.

.

1. 5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat yang

menggunakan air Danau Toba,baik untuk keperluan air bersih dan memberikan informasi

tentang kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di

sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, dan Tambun Sukkean di

Danau Toba.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dan lapangan yang bersifat

Purposif.Sampel diambil secara acak di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang,

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Danau

Lebih kurang tiga perempat bagian dari permukaan bumi tertutup air. Dari segi

ekosistem perairan dapat dibedakan menjadi air tawar, air laut dan air payau seperti

terdapat di muara sungai yang besar. Dari ketiga ekosistem perairan tersebut, air laut dan

air payau merupakan bagian terbesar yaitu lebih dari 97%. Walaupun habitat air tawar

menempati bagian yang sangat kecil, namun sangat penting bagi manusia sebagai sistem

pembuangan (Michael, 1994).

Sebagian besar air tawar yang ada di permukaan bumi tersimpan dalam bentuk massa es

yang sangat besar di daerah kutub dan sebagai gletser di daerah pegunungan tinggi. Selain

itu, air tawar juga terdapat dalam tanah yang muncul sebagai mata air, mengalir di

permukaan sebagai sungai, dan menggenang dalam danau dan kolam yang jumlahnya +

0,3% dari total volume air. Jumlah yang sedikit inilah yang dapat dimanfaatkan langsung

oleh manusia dan jasad hidup lainnya (Barus, 2007).

Ekosistem air tawar dibagi menjadi 2 jenis yaitu air diam misalnya kolam, danau dan

waduk, serta air yang mengalir seperti misalnya sungai. Air diam digolongkan sebagai

perairan lentik, sedangkan air yang mengalir deras disebut lotik. Perairan lentik atau

perairan menggenang dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu rawa, danau dan waduk

(26)

2.2. Ekosistem Danau Toba

Danau Toba dilihat dari asal proses terbentuknya merupakan danau

volcano-tektonik yang menurut Van Bemmelen (1949) dikatakan terbentuknya akibat proses tanah

terban yang terjadi karena bagian kedalamannya yang berupa magma naik ke permukaan

melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma

membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban di permukaannya mengalami

terban dan terpotong menjadi beberapa bagian. Bagian yang cukup besar berada pada

bagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa pulau Samosir, dan bagian lain

yang posisinya lebih rendah selanjutnya tergenang air permukaan membentuk danau.

Erupsi magma di bagian barat yang muncul ke permukaan membentuk gunung api Pusuk

Bukit (1981 m) sedangkan di sekeliling bagian yang terban terbentuk dinding terjal atau

caldera rim. Luas keseluruhan danau termasuk pulau Samosir adalah 1.810 kilometer

persegi, dengan luas danau lebih dari 1.100 kilometer (Bapedalda Sumut, 2000).

Ukuran panjang Danau Toba lebih dari 87 kilometer dengan lebar maksimum 31,5

kilometer. Permukaan air danau berada pada elevasi + 905 meter di atas permukaan laut,

dikelilingi oleh tebing dan gunung-gunung dengan ketinggian maksimal 2.157 meter

(Dalok Uludarat). Kedalaman air danau diukur pada penelitian ini dengan kedalaman 499

meter dan menurut informasi ada beberapa tempat yang kedalamannya lebih dari 1.000

(27)

2.3 Air Sebagai Kebutuhan Primer

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahluk hidup. Kebutuhan manusia terhadap air menyangkut dua hal yaitu, air untuk kehidupan manusia

Sebagai mahluk hayati dan air untuk kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya. Di

dalam kehidupan kita sebagai mahluk hayati, air memegang peranan penting pada berbagai

proses metsbolisme di dalam tubuh kita, baik sebagai medium proses dan alat

transportasi dari bagian tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lain, maupun sebagai

komponen atau zat yang ikut serta dalam reaksi kimia pada proses metabolisme.

Sebagai mahluk hidup yang berbudaya, kita juga membutuhkan air di dalam

berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, misalnya ; pertanian, peternakan,

perindustrian, aktivitas rumah tangga yang melibatkan penggunaan air dan sebagainya.

Dari segi kualitas, perlu diingat bahwa kualitas air ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor

ini dibagi atas 3 (tiga) bagian besar dimana masing-masing bagian terdiri atas berbagai

parameter. Ketiga bagian ini adalah faktor fisika, kimia dan biologi. Jika air tidak

mengandung zat-zat terlarut tertentu misalnya, mineral-mineral yang kita butuhkan maka

air seperti ini tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat terlarut, tersuspensi, dan

mikroorganisme yang terdapat di dalam air dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi

kehidupan kita jika air tersebut telah tercemar ataupun kualitasnya tidak lagi memenuhi

kebutuhan kita. Oleh karena itu air sebagai salah satu kebutuhan primer bagi mahluk hidup,

baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas harus dipelihara sebaik mungkin

(28)

2.4 Mutu atau Kualitas Air

Istilah kualitas air (water quality) merupakan suatu ekspresi yang luas baik amakan memberikan penilaian terhadap air sesuai dengan kepentingannya, apakah itu kegunaan

komersial, industri ataupun rekreasi sehingga terjadi salah pengertian tentang kualitas suatu

contoh air diantara pemakai air tersebut. Secara umum, kegunaan air harus

disubordinasikan dengan kebutuhan manusia sebagai suatu konsumsi cairan yang sehat. Air

yang digunakan sebagai air minum dan sebagai salah satu bahan baku dalam penyediaan

makanan harus bebas dari organisma yang dapat menimbulkan penyakit dan juga harus

bebas dari zat-zat mineral serta bahan organik yang dapat menimbulkan efek fisiologis

yang berbahaya. Di samping itu, air dengan tujuan penggunaan seperti ini harus bebas dari

kekeruhan, bau dan rasa yang tidak disukai oleh manusia secara umum. Suhu pada air juga

merupakan suatu faktor yang berperan dalam hal ini. Air yang memenuhi kriteria telah

mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dimana pola hidup dan

kehidupan manusia selalu berubah dari masa ke masa yang diikuti oleh berbagai perubahan

dalam berbagai aktifitas dan teknologinya.

Kalau dahulu kala manusia menggunakan air sungai mayoritas untuk keperluan irigasi,

sedangkan keperluan air minum diperoleh dari mata air atau sumur alam, kualitas air masih

belum dipersoalkan sejauh air tersebut tidak memberi warna,

bau dan rasa yang tidak menyenangkan. Perlakuan terhadap air juga pada masa itu masih

sangat sederhana, yaitu :

- Pendidihan (boiling)

(29)

- Sedimentasi (sedimentation)

- Penambahan garam.

Oleh karena itu, standar mengenai kualitas air juga belum dikenal sebagai akibat dari

IPTEK yang masih sangat minim.

Pada zaman sekarang ini, dengan IPTEK yang semakin maju dan canggih, kehidupan dan

hidup manusia diwarnai oleh berbagai aktifitas. Disamping populasi yang semakin

meningkat maka kebutuhan manusia terhadap air juga semakin meningkat baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. Kualitas air sangat diperlukan sebagai akibat daripada

diversifikasi komponen-komponen yang dikontribusi oleh kegiatan manusia ke dalam

wadah air.

Pada masa ini, kita dihadapkan pada suatu tantangan baru di dalam hal penyediaan air

untuk berbagai kegunaan, baik dalam pengendalian mutu (quality control) maupun dalam

upaya menghilangkan kontaminan / pollutan yang berbahaya dari persediaan air seperti

bahan-bahan kimia dan isotop yang diproduksi dari kegiatan manusia. Adalah suatu hal

yang sangat mungkin dimana zat-zat kimia ini memasuki wadah air yang diperuntukkan

memenuhi kebutuhan masyarakat umum.

2.5 Baku Mutu Air

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air perlu dilakukan upaya pengendalian

pencemaran air dengan menetapkan baku mutu air. Sebelum ditetapkannya Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air yang dipergunakan

(30)

Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 Tahun 1990, dimana air digolongkan menurut

peruntukannya atas 4 (empat) golongan, yaitu :

Golongan A : air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu;

Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;

Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;

Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat

dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

Setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air

ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas ;

Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut;

Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut;

Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang

(31)

Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

2.6.Seng ( Zn )

Seng (zinc) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan

massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan dalam

bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain kalamin,

franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit.

Dalam industri seng mempunyai arti penting:

a. melapisi besi atau baja untuk mencegah proses karat

b. digunakan untuk bahan batere

c. seng dan alinasenya digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik dan

metalurgi bubuk

d. seng dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun,

pigmen dalam cat dan tinta

e. seng dalam bentuk sulfida digunakan untuk industri tabung televisi dan lampu

pendar

(32)

2.6.1. Fungsi Seng ( Zn )

Seng adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan manusia/hewan

dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Tubuh manusia

dewasa mengandung 2 - 2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam

tulang dan mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga

pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan

seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut. Di dalam darah seng terutama terdapat

dalam sel darah merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum.

Kira-kira 1/3 seng serum berikatan dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam

100 ml darah terdapat 900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90 – 130 mg seng.

2.6.2. Akibat Defisiensi Seng ( Zn )

Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, yaitu pada anak dan

remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh pendek, dan

keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabnya makanan penduduk sedikit

mengandung daging, ayam dan ikan yang merupakan sumber utama seng dan tinggi

konsumsi serat dan fitat. Mengingat banyaknya enzim yang mengandung seng, maka pada

keadaan defisiensi seng reaksi biokimia dimana enzim - seng berperan akan terganggu.

Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil dan

menyusui serta orang tua. Manifestasi klinis defisiensi seng pada manusia, dapat terlihat

(33)

a. Kecepatan pertumbuhan menurun

b. Nafsu makan dan masukan makanan menurun

c. Lesiepitel lain seperti glositis, kebotakan

d. Gangguan sistem kekebalan tubuh

e. Perlambatan pematangan seksual dan impotensi

f. Fotopobia dan penurunan adaptasi dalam gelap

g. Hambatan penyembuhan luka, dekubitus, lukabakar

h. Perubahan tingkah laku

i. Gangguan perkembangan fetus

2.6.3. Akibat Kelebihan Seng ( Zn )

Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi

tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol,

mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis.

Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare,

demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng ( Zn )

bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng

(34)

2.7. Besi ( Fe )

Besi ( Fe ) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam

keadaan bebas. Untuk mendapatkan unsur besi ( Fe ), campuran lain mesti dipisahkan

melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan

hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy ( campuran beberapa logam dan bukan

logam, terutama karbon ).

2.7.1. Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi ( Fe )

Zat besi ( Fe ) adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi

seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh. Besi ( Fe ) juga merupakan komponen

dari hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan

mengantarkannya ke jaringan tubuh.

Makanan mengandung 2 jenis zat besi ( Fe ), yaitu :

a. Zat besi ( Fe ) heme, yang terutama ditemukan dalam makanan produk hewani

b. Zat besi ( Fe ) non – heme, yang merupakan lebih dari 85 % zat besi ( Fe ) dalam

makanan sehari – hari .

Heme diserap lebih baik daripada non – heme. Tetapi penyerapan zat besi ( Fe ) non heme

(35)

Kekurangan zat besi ( Fe ) merupakan kekurangan zat makanan yang paling banyak

ditemukan di dunia, menyebabkan anemia pada laki – laki, wanita, dan anak – anak .

Perdarahan yang mengakibatkan hilangnya zat besi ( Fe ) dari tubuh menyebabkan

kekurangan zat besi ( Fe ) yang harus diobati dengan pemberian zat besi tambahan .

Kekurangan zat besi ( Fe ) juga bisa merupakan akibat dari asupan makanan yang tidak

mencukupi. Kekurangan seperti ini sering terjadi selama kehamilan karena sejumlah besar

zat besi ( Fe ) harus disediakan ibu untuk pertumbuhan janin . Anemia karena kekurangan

zat besi ( Fe ) juga bisa terjadi pada remaja putri yang sedang tumbuh dan mulai mengalami

siklus menstruasi, jika mereka mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung daging.

Bila cadangan besi ( Fe ) dalam tubuh berkurang, dapat terjadi anemia, gejalanya berupa:

a. Pucat

b. Kuku sendok ( spoon nails, suatu kelainan bentuk dimana kuku – kuku tampak tipis

dan membentuk cekung / berlekuk )

c. Kelemahan yang disertai dengan berkurannya kekuatan otot

d. Perubahan dalam tingkah laku kognitif

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala – gejala dan hasil pemeriksaan darah yang

menunjukkan adanya anemia dan kadar zat besi ( Fe ) dan feritin yang rendah (feritin

(36)

Kelebihan zat besi ( Fe ) bisa menyebabkan keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan

kerusakan usus. Zat besi ( Fe ) dapat terkumpul di dalam tubuh jika seseorang:

a. mendapatkan terapi zat besi ( Fe ) dalam jumlah yang berlebihan atau dalam waktu

yang terlalu lama .

b. Menerima beberapa transfusi darah

c. Menderita alkoholisme menahun .

Hemokromatis merupakan penyakit kelebihan zat besi ( Fe ) yang diturunkan, yang bisa

berakibat fatal tetapi mudah diobati, dimana terlalu banyak zat besi ( Fe ) yang diserap,

menyerang lebih dari 1 juta orang AS (Nurcahyo , 2007).

2.8. Timbal ( Pb )

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat

yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil

melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan

logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada

327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal nomor atom terbesar dari

semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri

yang juga merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang yang dapat merusak sistem

syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Timbal

terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb

(37)

akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi,

oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam

sulfat)

Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktifitas manusia berbagai

kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan,bahan aditif untuk bensin, baterai,pigmen dan

amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai lokasi. Manusia

menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran

timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang

menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl

lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam

bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan Senyawa Pb-organik seperti

Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin

untuk meningkatkan angka oktan secara ekonomi dan merupakan bagian terbesar dari

seluruh emisi Pb ke atmosfer. Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil berbentuk larutan dengan titik

didih masing-masing 110 ºC dan 200 ºC. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut

lebih rendah dibandingkan dengan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin

akan cenderung memekatkan kadar Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan

terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain di

udara seperti senyawa halogen asam atau oksidator.

Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak

lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan

(38)

mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil

Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik

diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb

utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan

tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi

melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung

akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi

oleh ukuran partikel-partikelnya. Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi

manusia, utamanya bagi anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif,

kemampuan belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran,

mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem

syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan

otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan

mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.

2.9. Tembaga ( Cu )

Tembaga bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan di atas 0,1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia tidak lebih dari 1 ppm. Bersifat

racun bagi domba pada konsentrasi di atas 20 ppm. Konsentrasi normal komponen ini di

tanah berkisar 20 ppm dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan yang sangat

kuat dengan material organik dan mineral tanah liat. Kehadiran tembaga pada limbah

(39)

industri seperti pewarnaan, kertas, minyak, industri pelapisan melepaskan sejumlah

tembaga yang tidak diharapkan. Tembaga dalam konsentrasi tinggi ( 22-750 mg/kg tanah

kering ) dijumpai pada sedimen di laut Hongkong dan jumlah yang sama juga dijumpai

pada sejumlah pelabuhan-pelabuhan di Inggris ( Nora,1998 ).

Tembaga merupakan logam yang ditemukan di alam dalam bentuk senyawa dengan sulfida

( CuS ). Tembaga sering digunakan pada pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan listrik,

gelas, dan alloy. Tembaga masuk ke perapian merupakan faktor alamiah seperti terjadinya

pengikisan dari betuan mineral sehingga terdapat debu, partikel-partikel tembaga yang

terdapat dalam lapisan udara akan terbawa oleh hujan. Tembaga juga berasal dari buangan

bahan yang mengandung tembaga seperti dari industri galangan kapal , industri pengolahan

kayu dan limbah domestik.

Pada konsentrasi 2,3– 2,5 mg/L dapat mematikan ikan dan akan menimbulkan Efek

keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir (Saeni,1997). Tembaga dalam tubuh

berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine karena

sebagian terikat dengan protein, sebagian diekresikan melalui empedu ke dalam usus dan

dibuang ke feces, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal sehingga menyebabkan

penyakit anemia dan tuberculosis.

2.10. Tentang Sedimen

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan

ataupun lautan), dan boleh mengalami proses angkutan dari satu kawasan ke kawasan yang

(40)

akan menjadi batu sedimen. Kajian berkenaan dengan sedimen dan batu sedimen ini

dipanggil sedimentologi. Antara sedimen yang ada ialah lumpur, pasir, kelikir dan

sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batu sedimen apabila mengalami proses pengerasan.

Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir Batuan endapanatau batuan

sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain

(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan

(precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung,

termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut

Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batu lempung Breksi adalah

batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butitan yang

bersudut Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm

dengan bentuk butiran yang membudar.Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran

butir antara 2lebih kecil dar 1/256 mm mm sampai 1/16 mm. Batu lanau adalah batuan

sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256 mm

Tanda-tanda atau petunjuk adanya batuan sediment adalahKehadiran perlapisan atau

stratificationdengan lodak/syal

• Adanya struktur sedimen di atas satah atau di dalam perlapisan

• Struktur lapisan silangTerjumpanya fosil

(41)

• Kehadiran mineral yang asalan sedimen (glaukonit, chamosite)

JENIS BATUAN SEDIMEN

Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara,

1) terbentuk dalam lembangan pengendapan atau dengan kata lain mengalami proses

pengangkutan. Sedimen sebegini dikenali sebagai sedimen autochthonous. Antara

sedimen yang termasuk dalam kumpulan ini ialah evaporit, batu kapur, laterit

2) mengalami proses angkutan, atau dengan kata lain, puncaknya daripada kawasan luar

lembangan, dan proses luluhawa, hakisan dan angkutan membawa sedimen ini ke

lembangan pengendapan yang baru. Sedimen ini dipanggil sediment allochthonous.

Antara yang termasuk dalam kumpulan ini ialah konglomerat, volkanoklastik.Selain

daripada pengelasan di atas, batuan sedimen boleh dikelaskan kepada beberapa jenis,

bergantung kepada cara dan proses pembentukannya. Antara klas batuan sedimen yang

utama ialah;

• Terrigenous (detrital atau berklas / klastik - clastic). Batuan klastik merupakan batuan

yang puncanya berasal daripada suatu tempat lain, dan telah diendapkan dalam

lembangan baru setelah mengalami proses pengangkutan.

• Sedimen endapan kimia / biokimia (Chemical/biochemical). Batuan endapat

kimia merupakan batuan yang terbentuk hasil daripada pemendapan kimia daripada

(42)

bersilika atau berfosfat dan lain-lain.. Antara batuan yang tergolong dalam kumpulan

ini ialah;

2. Batuan sediment karbonat (batu kapur dan dolomite)

- Batuan sediment bersilika (rijang)

- Endapan organik (batu arang)

Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal daripada

aktiviti gunung berapi. Debu-debu daripada aktiviti gunung berapi

ini akan terendap seperti sedimen yang lain. Antara batuan yang ada dalam kumpulan

ini ialah;Batu pasir bertuf dan Aglomerat.

2.11. Keramba Jala Apung Aquafarm

Keramba Jala Apung (KJA) Aquafarm adalah suatu budidaya ikan yang

menggunakan pakan yang diolah dengan menggunakan IPTEK modern sehinggakaya akan

karbohidrat, protein dan bahan aditif lainnya yang merangsang pertumbuhan ikan dengan

cepat. KJA Aquafarm PT.Nusantara di Kabupaten Samosir beroperasi di perairan Danau

Toba. Semakin banyak jumlah KJA yang beroperasi di perairan Danau Toba maka

semakin banyak pula jumlah pakan yang ditabur ke perairan Danau Toba.

Masuknya PT. Aquafarm dan pengusaha KJA berskala besar, mulailah secara jelas betapa

berbahayanya budidaya KJA jika melebihi daya dukung (carrying capacity) lingkungan.

Bahaya KJA yang mengerikan adalah terjadinya penyuburan (eutrofikasi) danau.

Penyuburan terjadi akibat sisa-sisa pakan itu. Sisa-sisa pakan itu berfungsi sebagai pupuk

(43)

mengakibatkan phytoplankton bertumbuh secara tidak terkendali (blooming). Ketika terjadi

blooming plankton, maka ketika plankton mati mengalami proses pembusukan. Proses

pembusukan ini membutuhkan oksigen. Karena proses pembusukan plankton

membutuhkan oksigen maka terjadi persaingan oksigen antara pembusukan plankton

dengan kebutuhan oksigen dengan ikan-ikan di danau. Tidak heran, jika tiba-tiba ikan-ikan

banyak yang mati.

Dampak kehadiran KJA yang melebihi daya dukung (carrying capacity) selain

menimbulkan blooming adalah membludaknya tumbuhan enceng gondok (Eicornia sp) dan

tumbuhan lumut. Menurut pengamatan saya di sekitar Danau Toba, para nelayan

mengatakan ketika mereka melempar jala ke danau maka jala itu mengapung diatas lumut.

Itulah salah satu bukti pertumbuhan tanaman lumut tidak terkendali lagi di danau Toba.

Jika ini tidak diatasi, maka ada kemungkinan kapal yang melewati Danau Toba akan

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat – alat yang digunakan ;

a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205

b. Lampu katoda Zn dan Cu

c. Lampu katoda Fe dan Pb

d. Erlenmeyer 250 ml

e. Pipet ukur 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml

f. Labu ukur 100 ml

g. Corong gelas

h. Pemanas listrik

i. Kertas saring whatman 40, dengan ukur pori θ 0,42 µm ; dan

j. Labu Kjeldahl

k. Neraca analitik

l. Peralatan destilasi

m. pH meter

n. Labu semprot

(45)

3.1.2. Bahan – bahan yang digunakan ;

a. Akuadest

b. Asam klorida ( HCl ) pekat

c. Larutan standar logam seng ( Zn )

d. Larutan standar logam besi ( Fe )

e. Larutan standar logam tembaga ( Cu )

f. Larutan standar logam timbale ( Pb )

g. Gas asetilen ( C2H2 )

H. H2SO4 (p)

i. NaOH 30 %

j. H3BO3

k Indikator tashiro

3.2. Pengambilan sampel

Sampel sedimen diambil di wilayah perairan Danau Toba provinsi Sumatera Utara.

Pengambilan sampel di 3 lokasi yaitu daerah operasi kegiatan KJA Aquafarm, yaitu di

daerah Pantai Pangambatan, Pantai Huta Ginjang (keduanya di Kecamatan Simanindo) dan

daerah Pantai Silima Lombu (Kecamatan Onan Runggu). Sebagai pembanding

pengambilan sampel diambil dari daerah desa Tambun Sukean Kecamatan Onan Runggu

yang mempunyai jarak 4 km dari lokasi KJA. Jarak titik pengambilan sampel adalah 2

(46)

menggunakan wadah yang bersih dan dikeringkan dengan caradijemur dibawah panas

matahari. Perlakuan sampel dilakukan dengan cara triplo.

Lokasi I di daerah pantai Pangambatan terletak pada titik 20.381.04,811 LU dan

980.521.36,511 BT. Lokasi II di daerah pantai Huta Ginjang terletak pada titik

20.361.45,911 LU dan 980.531.16,811 BT. Lokasi III di daerah pantai Silima Lombu

Terletak pada titik 20.331.41,811 LU dan 980.541.32,911 BT. Lokasi IV didaerah pantai

Tambun Sukean 20.281.55,211 LU dan 980.591. 11,311 BT.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1 Penyedian Reagen

3.3.1.1.Pembuatan Larutan NaOH 30 %

Ditimbang sebanyak 30 gram NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL lalu

dilarutkan dengan 90 mL aquadest ,kemudian diencerkan sampai garis tanda 100 mL

3.3.1.2 Pembuatan larutan H3BO3 3 %

Ditimbang sebanyak 3 gram H3BO3 dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL lalu

dilarutkan dengan 90 mL aquadest, kemudian diencerkan sampai garis tanda 100 mL3.3.1.3

Pembuatan larutan HCl 0,1

Ditimbang 2,2124 mL dilarutkan dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL lalu dilarutkan

(47)

3.3.2 Pembuatan larutan standar logam seng ( Zn ). ( SNI 06 – 6989.7 – 2004 )

a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 5 ml dan 10 ml

larutan baku seng ( Zn ) 10 mg/l ke dalam labu ukur 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh

konsentrasi logam seng ( Zn ) 0,0 mg/l; 0,05 mg/l; 0,1 mg/l; 0,2 mg/l; 0,5 mg/l

dan 1,0 mg/l

3.3.3 Pengukuran konsentrasi logam seng ( Zn ) dengan SSA

a. Nilai diukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA

pada panjang gelombang 213,90 nm.

b. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

c. Beberapa parameter pengukur untuk logam seng ( Zn ) ditetapkan sebagai

[image:47.612.88.511.318.684.2]

berikut ;

Tabel. 3.1 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn )

No Parameter Spesifikasi

1.

2.

3.

4.

Panjang gelombang

Tipe nyala

Lebar celah

Lampu katoda

213,90 nm

Asetilen / Udara

0,05 nm

5,0 mA

(48)

d. Kemudian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang

telah dibuat pada panjang gelombang 213,9 nm. Nilai absorbansinya akan

terlihat .

e. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

f. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan .( SNI 06

– 6989.7 – 2004 )

3.3.4. Pembuatan larutan standar logam besi, ( Fe ) .(SNI 06 – 6989.4 2004)

a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml

larutan baku besi ( Fe ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh

konsentrasi logam besi ( Fe ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l

dan 4,0 mg/l.

3.3.5. Pengukuran konsentrasi logam besi ( Fe ) dengan SSA

a. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam besi ( Fe ) ditetapkan sebagai

(49)
[image:49.612.84.505.145.287.2]

Tabel. 3.2 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe )

No Parameter Spesifikasi

1.

2.

3.

4.

Panjang gelombang

Tipe nyala

Lebar celah

Lampu katoda

248,30 nm

Asetilen / Udara

0,2 – 2 nm

12 mA

Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA 6-300

c. Kemudiian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah

dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI 06 –

6989.4 – 2004 ).

3.3.6. Pembuatan larutan standar logam tembaga ( Cu ) .(SNI 06 – 6989.4 2004) a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml

larutan baku tembaga ( Cu ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh

konsentrasi logam tembaga ( Cu ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l

dan 4,0 mg/l.

3.3.7. Pengukuran konsentrasi tembaga ( Cu ) dengan SSA

(50)

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam tembaga ( Cu ) ditetapkan sebagai

[image:50.612.86.505.199.343.2]

berikut ;

Tabel. 3.3 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam tembaga ( Cu )

No Parameter Spesifikasi

1.

2.

3.

4.

Panjang gelombang

Tipe nyala

Lebar celah

Lampu katoda

324,80 nm

Asetilen / Udara

0,7 nm

6 mA

Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA 6-300

c. Kemudiian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang

telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan

terlihat .

d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan

3.3.8. Pembuatan larutan standar logam timbal ( Pb ) .(SNI 06 – 6989.4 2004)

c. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml

larutan baku timbal ( Pb ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml .

d. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh

konsentrasi logam timbal ( Pb ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l

(51)

3.3.9. Pengukuran konsentrasi logam timbal ( Pb ) dengan SSA

a.Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam timbal ( Pb ) ditetapkan sebagai

[image:51.612.86.508.233.367.2]

berikut ;

Tabel. 3.4 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam timbal ( Pb )

No Parameter Spesifikasi

1.

2.

3.

4.

Panjang gelombang

Tipe nyala

Lebar celah

Lampu katoda

283,3 nm

Asetilen / Udara

0,2 – 2 nm

12 mA

Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA 6-300

c. Kemudiian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang

telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan

terlihat .

d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI 06 –

6989.4 – 2004 ).

3.3.10. Penentuan kadar N-total dalam sedimen

a. Tahap destruksi

Masukkan 1-5 g sampel ke dalam labu Kjeldhal dan tambahkan 25 mL H2SO4(p) dan

terbentuk larutan berwarna kehijauan jernih. Didinginkan dan diencerkan dalam

(52)

b. Tahap Destilasi

Sebanyak 100 mL hasil destruksi yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam labu

alas dan tambahkan batu didih lalu panaskan sambil diteteskan ke dalamnya 30 mL larutan

NaOH 30 % . Destilat ditampung dalam beaker glass yang berisi larutan H3BO3 3%

dan 2 tetes indikator tashiro. Destilasi dihentikan jika destilat tidak bereaksi basa

dengan lakmus merah.

c. Tahap titrasi

Sebanyak 5 mL destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah warna. Amati

(53)

Bagan.Penentuan N-total dalam sampel sedimen dengan metode kjeldhal

Labu Kjeldahl 1 Liter

2 g sampel sedimen +25 g H2SO4 (p)

+ 5 g Se

Didestruksi

Dengan pemanasan sampai terbentuk Larutan berwarna kehijauan jernih Didinginkan dan diencerkan dalam 250 mL Aquades

Destilasi

100 mL hasil destruksi yang diencerkan

dimasukkan ke dalam labu alas

+ batu didih lalu dipanaskan + 30 mL larutan NaOH 30% Destilat

Ditampung dalam beaker glass yang berisi H3BO3 3 %

+ 2 tetes indikator tashiro.

5 g destilat dititrasi dengan HCl 0,1N

Titrasi

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Pengukuran Kandungan tembaga (Cu)

Pada pengukuran kandungan tembaga (Cu) pada sedimen di desa Pangambatan

dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar tembaga (Cu) dengan

Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan

standar tembaga (Cu) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar tembaga (Cu) tertera

[image:54.612.94.491.427.578.2]

pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar tembaga (Cu)

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A )

1.

2.

3.

4.

5.

6.

0,0000

1,0000

2,0000

3,0000

4,0000

5,0000

0,0000

0,0843

0,1707

0,2540

0,3385

0,4243

4.1.1.1. Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dengan metode Least – Square

(55)

antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard tembaga

(Cu).

0 0.1 0.2 0.3 0.4

Absorbansi

0.5

0 2 4 6

Konsentrasi

[image:55.612.162.452.187.406.2]

Series1

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standard tembaga (Cu)

Diperolehnya gambar 4.1 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan

antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,08543 X –

0,00218, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan tembaga (Cu) dalam

sedimen.

Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode

(56)
[image:56.612.79.518.130.372.2]

Tabel 4.2. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk tembaga (Cu)

No. X1

(mg/L)

Xi (A) X

1 -X Y1 - Y

(

)

2 X

Xi

( )

YiY 2

(

X1−X

)( )

YiY

1. 2. 3. 4. 5.

1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 15,0000 0,0825 0,1695 0,2545 0,3384 0,4252 1,2701 -2,0000 -1,0000 0,0000 1,0000 2,0000 0,0000 -0,1715 -0,0845 0,0005 0,0844 0,1712 0,0000 4,0000 1,0000 0,0000 1,0000 4,0000 10,0000 0,0294 0,0071 0,0000 0,0071 0,0293 0,0729 0,34304 0,0845 0,0000 0,0844 0,33424 0,8543

X = 3,0000

5 000 , 15 5 X = =

Y = 0,25402

5 2701 , 1

5 = =

Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis.

Y = aX + b

Dimana a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode

Least-Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.2.

a =

(

)(

(

)

)

− − − 2 1 1 1 X X X Y Y X

a = 0,08543

10,000 0,8543

=

Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,08543

Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut

(57)

Maka b = Y - a X

= 0,25402 - 0,08543 ( 3,0000)

= 0,25402 - 0,2562

= - 0,00218

Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,00218

Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah

Y =0,08543 X – 0,00218

4.1.1.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Cu

Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut :

r =

{

} {

}

(

)

{

}

{

(

)

}

− −

2

2 Yi Y

X Xi Y Yi X Xi = ) 0729 , 0 )( 000 , 10 ( 8543 , 0 = 729 , 0 8543 , 0 = 8538 , 0 8543 , 0

= 1,000

Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Cu dengan Spektrofotometri Serapan

Atom adalah (r) = 1,000

4.1.1.3. Penentuan Kandungan tembaga (Cu) dari Sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan

Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y )

(58)

Y1 = 0,0289

Y2 = 0,0291

Y3 = 0,0297

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi

Y = 0,08543 X – 0,00218

Maka diperoleh :

X1 = 0,3639

X2 = 0,3721

X3 = 0,3697

Dengan demikian kandungan kadar tembaga (Cu) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di

desa Pangambatan adalah

∑Xi 1,1058

X = = = 0,3686 mg/l

n 3

(X1 – X)2 = (0,3639 – 0,3686)2 = 0,000022

(X2 – X)2 = (0,3721 – 0,3686)2 = 0,000012

(X3 – X)2 = (0,3677– 0,3686)2 = 0,000001 +

∑ (Xi – X)2 = 0,000035

∑ (Xi – X)2 0,000035

Maka : S = √ = √ = 0,0042

n – 1 2

S 0,0042

Diperoleh harga, Sx = = = 0,0024

(59)

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2.

Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n – 1) Sx d =

4,30 x 0,0024 = 0,01045

Dari data pengukuran kandungan tembaga (Cu) dari sampel sedimen pada lokasi

KJA di desa Pangambatan adalah 0,3686 ± 0,01045 mg/l

4.1.1.4. Perhitungan Kadar unsur tembaga ( Cu )

Kadar Cu = 6

10 % 100

x W

x C x F

Dengan ; C = Konsentrasi ( pembacaan alat ) ,ppm

F = Pengenceran

W= Berat sampel sedimen ( g )

Kadar tembaga ( Cu ) = 6

10 1700 , 2

% 100 3268 , 0 100

x x x

= 0,001506 % = 15,06 ppm

4.1.2. Pengukuran Kandungan besi ( Fe )

Pengukuran kandungan besi ( Fe ) sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan

dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar besi ( Fe ) dengan Spektrofotometri

Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar besi ( Fe )

diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar besi (Fe) tertera pada table 4.3 berikut.

(60)

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A )

1.

2.

3.

4.

5.

6.

0,0000

1,0000

2,0000

3,0000

4,0000

5,0000

0,0000

0,0424

0,0870

0,1296

0,1729

0,2130

4.1.2.1. Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kalibarasi antara

[image:60.612.93.482.130.282.2]

konsentrasi dengan absorbansi. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard besi (Fe)

Gambar kurva kalibrasi besi (Fe)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

0 2 4 6

Konsentrasi

A

b

so

rb

a

n

si

Series1

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standard besi ( Fe )

Diperolehnya gambar 4.2 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara

[image:60.612.163.449.396.609.2]
(61)

0,00089, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan besi ( Fe ) dalam

sedimen .Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan

[image:61.612.79.520.196.424.2]

metode least-square dan ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 4.4. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk besi (Fe)

No. X1

(mg/L)

Xi (A) X

1 -X Y1 - Y

(

)

2 X

Xi

( )

YiY 2

(

X1−X

)( )

YiY

1. 2. 3. 4. 5.

1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 15,00 0,0424 0,0870 0,1296 0,1726 0,2130 0,6446 -2 -1 0 1 2 0 -0,08652 -0,04192 0,00068 0,0436 0,0841 0,0000 4 1 0 1 4 10 0,0075 0,0018 0,0000 0,0019 0,0071 0,0182 0,17304 0,04192 0,0000 0,0436 0,1682 0,42676

X = 3,0000

5 000 , 15 5 X = =

Y = 0,1289 5

6446 , 0

5 = =

Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis.

Y = aX + b

Dimana a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode

Least-Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.4.

a =

(

)(

(

)

)

− − − 2 1 1 1 X X X Y Y X

a = 0,042676

10,000 0,42676

=

Gambar

Tabel. 3.1 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn )
Tabel. 3.2 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe )
Tabel. 3.3 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam tembaga ( Cu )
Tabel. 3.4 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam timbal ( Pb )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sosialisasi prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik GCG serta kebijakan terkait lainnya, seperti corporate values dan corporate behaviours

telah lakukan ini menunjukkan hasil bahwa karangan narasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Blahbatuh dibangun dengan menggunakan piranti kohesi konjungsi dalam jumlah yang

Jika faktur dan surat jalan sudah cocok dengan arsipan yang dimiliki oleh bagian gudang dan penjualan maka bagian gudang akan membuat kartu gudang untuk mengeluarkan barang

Selanjutnya untuk membahas topik-topik yang terkait dengan materi ajar pada periode kemerdekaan, guru dapat mengaktualisasikan dan menanamkan nilai-nilai esensial

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hikmah dan kebijaksanaan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

(2) Ada perbedaan pengaruh siswa yang me- miliki minat tinggi dan minat rendah, minat siswa yang tinggi lebih baik dibandingkan minat siswa yang rendah. 3) Ada interaksi

xiii OKOKO=oentang=oeséon== KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK = OKOKP=caktor=menyebab=_unuh=airi==== KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK