• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini menggunakan penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah dapat didefinisiskan sebagai suatu kumpulan sistematis yang dimaksudkan untuk membantu dalam pengumpulan bahan-bahan sumber sejarah. Selain itu, juga dilakukan penilaian atau pengujian terhadap sumber sejarah secara kritis (Wasino, 2007: 8).

Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah meliputi, heuristik, kritik sumber, interprestasi, dan historiografi.

1. Heuristik

Heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau atau kegiatan untuk mencari sumber. Jejak masa lampau dapat berupa sumber tertulis dan benda-benda peninggalan masa lampau. Selain sumber-sumber primer ada juga sumber yang bersifat sekunder. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena seringkali kita harus menggunakan atau bertumpu pada karya-karya bukan dari tangan pertama yang digunakan sebagai sumber.

a. Sumber primer

Sumber primer adalah kesaksian dari pada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya (Gosttchalk, 1975:35). Sumber primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sumber bukan tertulis, yaitu wawancara langsung dengan para pengurus Resosialisasi, wanita tuna susila, mucikari, masyarakat sekitar dan orang yang mengetahuai langsung mengenai perkembangan Resosialisasi Argorejo. Adapun dalam hal ini penulis melakukan wawancara lisan dengan ketua Resosialisasi Argorejo Bapak Suwandi, Mas Ari Istiadi selaku ketua LSM yang mendampingi Resosialisasi Argorejo, Mbak Lilis dan Bapak Budi dari Dinas Sosial yang menangani masalah wanita tuna susila.

Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan- mata, yakni dari seseorang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya (Gosttchalk, 1975: 35). Sumber- sumber yang digunakan oleh penulis diantaranya buku- buku tentang pelacuran, buku- buku tentang permasalahan sosial dan sumber lain yang relevan dengan permasalahan. Buku- buku tersebut diperoleh dari perpustakaan Jurusan Sejarah, perpustakaan Universitas Negeri Semarang, perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, dan depo arsip suara merdeka. Buku-buku tersebut seperti buku pelacuran di Indonesia dan perkembangannya, buku pathologi sosial, dan buku seks , uang dan kekuasaan. Selain itu juga penulis menggunakan surat kabar yang memuat informasi mengenai Resosialisasi Argorejo, baik perkembangannya maupun hal lain yang memberikan keterangan dan gambaran tentang Resosialisasi Argorejo.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung obyek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang diteliti. Dalam hal ini penulis mengunjungi langsung ke obyek yang diteliti, yaitu melihat secara langsung kegiatan yang ada di Resosialisasi Argorejo. Penulis mendatangi langsung Resosialisasi Argorejo di RW IV Kelurahan Kalibanteng Kulon Semarang Barat.

b. Wawancara

Tujuan dilakukan wawancara antara lain: merekonstruksi secara lisan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Narasumber dalam wawancara merupakan tokoh yang sejaman dengan peristiwa, baik itu merupakan tokoh secara langsung, masyarakat sekitar, maupun orang yang terkena dampak langsung dalam peristiwa tersebut. Pada teknik wawancara dalam penelitian ini, beberapa tahapan yang dilakukan penulis diantaranya :

1) Menentukan teknik wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik terbuka. Wawancara terbuka sendiri memiliki pengertian teknik wawancara dimana narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancara dan mengetahui maksud dan tujuan wawancara itu.

2) Menyusun instrumen pertanyaan

Menyusun guide interview atau instrumen pertanyaan sebagai pedoman penulis dalam melakukan wawancara dengan narasumber. Instrumen pertanyaan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan latar belakang narasumber. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber dengan menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dipahami.

3) Menentukan dan menemui narasumber

Untuk melakukan wawancara dalam penelitian ini, penulis mencari masyarakat yang sezaman.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan kegiatan untuk memperoleh data dengan mencari dan membaca buku literatur. Metode kepustakaan dilakukan dengan mencari koleksi yang ada di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Semarang, Perpustakaan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah

2. Kritik Sumber

Kritik sumber adalah penilaian atau tahap pengujian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan dan dilihat dari sudut pandang nilai kebenaran. Pada tahap ini yang dilakukan adalah dengan melihat kembali apakah sumber itu sesuai atau tidak, sumber asli atau turunan. Kritik sumber terbagi menjadi dua yaitu:

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern merupakan penilaian sumber dari aspek fisik dari sumber tersebut. Kritik ini lebih dulu dilakukan sebelum kritik intern yang lebih menekankan pada isi sebuah dokumen. Ada tiga pertanyaan penting

yang dapat diajukan dalam proses kritik ekstern, yaitu: (1) adakah sumber itu memang sumber yang di kehendaki?, (2) adakah sumber itu asli atau turunan, (3) adakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah? (Wasino, 2007:51)

Kritik ekstern mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber. Otentisitas mengacu pada materi sumber yang sezaman. Jenis- jenis dari materi sumber, dokumen atau arsip adalah kertas dengan jenis, ukuran, bahan, kualitas dan lain- lain. Dokumen ditulis dengan tangan atau diketik, ataukah ketik komputer. Demikian pula jenis tintanya apakah kuwalitas bagus, atau jenis isi ulang (Suhartono 2010:36)

Dalam penelitian ini kritik sumber yang dilakukan adalah kritik sumber terhadap dokumen mengenai berdirinya lokalisasi Sunan Kuning yang meliputi SK Wali Kota Semarang tanggal 15 Agustus 1966, No 21/15/17/66 tentang diresmikannya Lokalisasi Sunan Kuning. Kritik sumber yang dilakukan, menelisik apakah ini sumber yang dikehendaki atau tidak, sumber asli atau bukan, kemudian melihat jenis kertas, ukuran, bahan dan kualitas. Sehingga dalam penulisan penelitian ini, mendapatkan data yang akurat dan terpercaya.

b. Kritik intern

Kritik intern yaitu kritik yang menilai apakah sumber, dilihat dari isinya apakah relevan dengan permasalahan yang ada dan dapatkah dipercaya

kebenarannya. Terlebih untuk sumber sekunder, karena sumber sekunder biasanya sudah mendapatkan unsur interpretasi penulis yang tidak mustahil ada unsur-unsur subyektifitas dari penulis meskipun dalam skala yang kecil. Kritik intern dilakukan dengan membandingkan beberapa penafsiran dari beberapa buku pada data yang diperoleh.

Cara penulis melakukan kritik intern yaitu:

1) Melakukan cross chek data antar sumber yang berhasil dikumpulkan. 2) Melihat asal sumber, siapa yang menulis atau pengarangnya, apakah wartawan, ahli atau pengamat, praktisi, dosen, pelaku peristiwa atau institusi pemerintahan dan swasta. Dengan memperhatikan hal itu maka dapat disimpulkan apakah sumber tersebut dapat diyakini kebenarannya atau tidak.

3) Melihat kandungan data dari masing-masing sumber, apakah sumber yang diperoleh datanya relevan atau tidak dengan permasalahan atau tidak.

4) Menyeleksi sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang ditetapkan.

5) Memperhatikan apakah sumber tersebut merupakan hasil penelitian, pengamatan atau observasi, laporan perjalanan atau tulisan pelaku.

Kritik interen pada penelitian ini adalah mengacu pada arsip yang dimiliki Resosialisasi Argorejo, surat kabar suara merdeka, dan hasil dari

observasi, dan penelitian. Cara yang dilakukan adalah dengan cara membaca sumber yang ada kemudian memilih sumber yang paling tepat. Sehingga dalam penulisan penelitian didapatkan data yang akurat dan tepat.

3. Interpretasi

Pada tahap ini data atau fakta-fakta yang telah diperoleh perlu dihubung-hubungkan dan dikait-kaitkan satu sama lain sehingga antara fakta yang satu dengan yang lain kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk akal dalam arti mewujudkan kesesuaian. Usaha untuk mewujudkan rangkaian yang bermakna inilah yang menyebabkan sejarawan membuat intepretasi terhadap fakta. Dalam proses ini tidak semua fakta sejarah dapat dimasukkan, tetapi harus dipilih mana yang relevan dan mana yang tidak relevan. Setelah melakukan kritik sumber, kemudian dilakukan analisis data yaitu proses penyusunan data akan dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola atau kategori. Untuk memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep.

4. Historiografi

Historiografi yaitu penyajian dalam sebuah cerita sejarah. Dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk cerita sejarah yang tersusun secara

sistematis dan kronologis. Tujuan historiografi adalah merangkai kata- kata menjadi kisah sejarah. Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahap akhir dari metode sejarah. Hasil penafsiran atau interpretasi atas fakta- fakta sejarah yang telah dilakukan kemudian dituliskan menjadi kisah yang selaras.

BAB V

SIMPULAN

Lokalisasi Sunan Kuning pada tahun 1966 didirikan oleh pemerintah. Lokalisasi Sunan Kuning sebagai wadah penampungan para wanita tuna susila, agar tidak melakukan transaksi di dalam kota. Dengan adanya wadah penampungan wanita tuna susila diharapkan bisa meminimalisir adanya wanita tuna susila yang berkeliaran di jalanan. Selain agar mudah didata dan organisir, lokalisasi memudahkan para wanita tuna susila dapat dibina dengan baik sehingga ketika kembali ke masyarakat bisa menyesuaikan diri. Pada tahun 1998, terjadi gejolak di dalam pemerintahan, yang mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, yang mengakibatkan semua barang kebutuhan menjadi mahal dan PHK dimana-mana. Akibatnya, menjadi semakin banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Akibat terjadinya krisis ekonomi, jumlah wanita tuna susila di Lokalisasi Sunan Kuning mengalami peningkatan. yang sebelumnya 450 orang menjadi 600-an orang.

Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya Lokalisasi Sunan Kuning terhadap masyarakat sekitar diantarnya mengakibatkan pemikiran masyarakat sekitar, bahwa hubungan seks tanpa menikah adalah hal yang biasa. Semua kehidupan yang dilakukan oleh para wanita tuna susila adalah kehidupan yang biasa saja, seperti kehidupan pada umumnya. Hal tersebut yang membuat para

anak kecil yang bertempat tinggal di Lokalisasi Sunan Kuning meniru kebiasaan buruk dari wanita tuna susila. Selain itu, dengan adanya Lokalisasi Sunan Kuning juga meningkatkan perekonomian warga sekitarnya. Warung makan, salon dan toko kelontong milik warga ramai pembeli, dikarenakan para pelanggannya kebanyakan wanita tuna susila.

Dokumen terkait