RESOSIALISASI ARGOREJO TAHUN 1998-2010 DAN
PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT
KALIBANTENG KULON
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Oleh Lukman Hakim NIM. 3111409027
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Bersyukur adalah cara terbaik agar merasa cukup, bahkan disaat kekurangan. jangan
berharap lelih lebih sebelum kita berusaha lebih”(bibeh)
“Orang-orang berhasil tidak hanya keras hati, mereka juga seorang pekerja keras
yang percaya pada kemampuan dirinya” (Nasrul Umam)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:. 1. Bapak dan Ibuku tercinta
2. Kakak dan adikku tersayang
3. Arin Alfiana yang selalu menyayangi dan memotivasi saya untuk menjadi pribadi yang
lebih baik 4. Guru dan dosen
5. Khotibul Umam dan Nasrul Umam
6. Teman–teman Ilmu Sejarah angkatan 2009 7. Ibu kost dan teman-teman kost
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
karunia-Nya, serta telah memberi kekuatan, kesabaran serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan baik yang berupa dorongan maupun bimbingan dari pihak lain, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu dengan segala kebijakannya.
2. Dr. Subagyo M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd. Ketua Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang. Terimakasih atas kebijakan-kebijakan yang sangat membantu
penulis selama proses perkuliahan dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktunya dengan tulus untuk memberikan bimbingan, motivasi,
arahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmunya.
5. Seluruh Pengurus Resosialisasi Argorejo, Badan Kesatuan Bangsa dan politik Kota Semarang, Dinas Sosial Kota Semarang, Badan Pusat Statistik Kota
Semarang, Depo Arsip Suara Merdeka, Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang tempat penulis mendapatkan banyak informasi.
6. Rekan-rekan Program Studi Ilmu Sejarah angkatan 2009 yang telah membantu dari awal hingga penyelesaian skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga bantuan yang telah diberikan dengan ikhlas tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca umumnya dan penyusun pada khususnya
Semarang, Januari 2015
SARI
Lukman Hakim. 2015. Perkembangan Resosialisasi Argorejo Tahun 1998-2010 Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Kalibanteng Kulon. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang..
Kata kunci : Perkembangan, Rosialisasi, Masyarakat
Resosialisasi Argorejo merupakan lokalisasi resmi yang ada di Kota Semarang. Berdirinya Resosialisasi Argorejo merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap wanita tuna susila untuk menampung, mendidik, dan memberikan keterampilan sebelum mereka dikembalikan ke lingkungan masyarakat pada umumnya. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1)bagaimana perkembangan Resosialisasi Argorejo tahun 1998-2010, (2)bagaimana pengaruh Resosialisasi Argorejo terhadap kehidupan masyarakat Kalibanteng Kulon tahun 1998-2010?
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Teknik mendapatkan sumber penulis lakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan studi dokumen. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan sumber sejarah dari wawancara dan didukung dengan dokumen dari Resosialisasi Argorejo, Depo Arsip Suara Merdeka, Dinas Sosial Kota Semarang, Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jateng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan Resosialisasi Argorejo tahun 1998- 2010 adalah pekembangan infrastruktur dan perkembangan jumlah wanita tuna susila. Tahun 1998 jumlah wanita tuna susila yang ada di Resosialisasi Argorejo berjumlah 400, kemudian pada tahun 2010 jumlah wanita tuna susila sebanyak 600. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan Resosialisasi Argorejo mengalami peningkatan. Perkembangan yang terjadi di Resosialisasi Argorejo mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar, baik pengaruh sosial maupun pengaruh ekonomi. Pengaruh sosial yang terjadi di lingkungan lokalisasi berdampak pada kehidupan masyarakat yang memiliki anak kecil yang menganggap kehidupan wanita tuna susila adalah kehidupan yang biasa, dan kebiasaan yang dilakukan wanita tuna susila tersebut tidak jarang untuk ditiru. Pengaruh selanjutnya mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat sekitarnya. Semakin berkembangnya Resosialisasi Argorejo membawa dampak semakin terbuka peluang usaha yang dapat dilakuakan masyarakat sekitar yang dapat menambah penghasilan masyarakat.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN KELULUSAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN KALIBANTENG KULON . 19 A. Lokasi Kelurahan Kalibanteng Kulon ... 19
B. Luas Wilayah ... 20
C. Penduduk ... 21
1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 21
2. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 22
D. Kondisi Sosial Ekonomi ………... 23
3. Program-Program Rehabilitasi Sosial ………... 32
4. Program Kesehatan ……….. 34
5. Tata Tertib Lokalisasi Sunan Kuning ………... 35
BAB III LOKALISASI SUNAN KUNING TAHUN 1966-1998 ... 36
A. Sejarah Lokalisasi ... 36
1. Pelacuran pada Masa Kerajaan Mataram ... 36
2. Pelacuran Pada Masa Penjajahan Belanda ... 37
3. Pelacuran Pada Masa Penjajahan Jepang ... 41
4. Pelacuran Moderen Dewasa Ini ... 42
B. Berdirinya Lokalisasi Sunan Kuning di Semarang Tahun 1966-1998.... 45
1. Perpindahan Lokalisasi Sunan Kuning ... 52
2. Perkembangan Lokalisasi Sunan Kuning ... 58
BAB IV PENGARUH RESOSIALISASI ARGOREJO TAHUN 1998 – 2010 TERHADAP MASYARAKAT KALIBANTENG KULON ... 62
A. Perkembangan Resosialisasi Argorejo Tahun 1998-2010 ... 62
1. Program Rehabilitasi Sosial ... 63
2. Program Kesehatan ... 65
3. Tata Tertib Resosialisasi Argorejo ... 67
B. Pengaruh Resosialisasi Argorejo Terhadap Kehidupan Masyarakat Kalibanteng Kulon ... 74
C. 1. Bidang Ekonomi ... 75
D. 2. Bidang Sosial dan Budaya ... 76
BAB V PENUTUP ... 79
A. SIMPULAN ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk dan jahat, namun dibutuhkan.
Menurut Polsky (Troung, 1992:17), pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran sebagai pemberian seks di luar pernikahan sebagai pekerjaan.
Tanpa adanya pelacuran dikhawatirkan para pelanggannya justru akan memperkosa.
Pelacuran adalah gejala kemasyarakatan, dimana wanita menjual diri dengan melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Pelacuran
merupakan profesi yang sangat sulit untuk dihilangkan karena adanya pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan. Pelacuran
selalu ada pada semua negara, sejak zaman purba sampai sekarang (Kartini, 2003:177-178).
Menurut Encyclopaedia Britannica (1973-74), pelacuran dapat didefinisikan
sebagai praktik hubungan seksual sesaat, yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja (promiskuitas), untuk imbalan berupa upah. Dengan demikian pelacuran
dikarakteristikan oleh tiga unsur utama yaitu pembayaran, promiskuitas, dan ketidakacuhan emosional. Adanya promiskuitas menunjukkan asumsi bahwa
hubungan seksual diterima secara moral hanya di dalam batas-batas hubungan yang diterima secara sosial. Elemen pembayaran dan ketidakacuhan emosional
merefleksikan asumsi bahwa hubungan seksual dalam hubungn-hubungan yang diterima secara sosial adalah bebas dari pembayaran dan melibatkan ikatan emosional
(Troung,1992:15-16).
Pelacuran merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, yang harus dihentikan penyebarannya. Namun, kegiatan pelacuran tersebut tidak dapat
dihentikan begitu saja, melainkan harus ada pendampingan terhadap para wanita tuna susila. Di dalam pendampingan tersebut terdapat pengarahan, pelatihan keterampilan,
dan pemberian modal usaha untuk para wanita tuna susila. Selain itu, juga harus memberitahu mereka bagaimana cara mengelola uang secara baik dan benar, karena biasanya setelah melakukan pekerjaan melacur, uang yang diperoleh digunakan untuk
mabuk dan berfoya-foya. Sehingga setelah adanya pendampingan terhadap wanita tuna susila tersebut diharapkan para wanita tuna susila tidak melakukan pelacuran
lagi (Wawancara Wandi,13 September 2014).
Tempat pelacuran biasanya oleh pemerintah dibuatkan tempat khusus tersendiri yang biasanya dikenal dengan nama “Lokalisasi”. Lokalisasi pada
umumnya terdiri atas rumah-rumah komplek yang berlampu merah dan berkelap-kelip, dikelola oleh seorang wanita maupun pria yang biasa disebut Germo. Di luar
sebutan mami atau mama. Rumah-rumah tersebut didalamnya menyediakan berbagai
perlengkapan diantaranya tempat tidur, ruang tamu, pakaian, dan perhiasan.
Lokalisasi terkenal dengan tempat hiburan malam yang di dalamnya tedapat berbagai macam wanita dari berbagai daerah, karena itulah yang menjadi daya tarik
dari lokalisasi itu sendiri. Orang dapat menentukan pilihan wanita yang disukai dan membawanya untuk pergi.
Suasana komplek lokalisasi sangat kompetitif, khususnya dalam bentuk
persaingan memperebutkan langganan. Para wanita tuna susila beroperasi secara individual. Di tempat lokalisasi sering terjadi pelaporan terhadap polisi oleh sesama wanita tuna susila itu sendiri yang dilatarbelakangi kecemburuan terhadap pelanggan.
Nama wanita yang menjadi wanita tuna susila di tempat lokalisasi pada umumnya diganti dengan nama samaran, itu untuk menjaga keaslian identitasnya, agar mereka
tidak dikenal oleh saudaranya (Wawancara Anang, 13 September 2014).
Pemerintah dalam mengatasi masalah wanita tuna susila menyediakan tempat yang namanya Resosialisasi diambil dari “Re” yang bisa diartikan kembali dan kata
“sosialisasi”. Menurut Koentjaraningrat (1981:17) Sosialisasi adalah seluruh proses
dimana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang,
berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya. Menurut Wandi(Wawancara 13 September
dibina agar menjadi lebih baik sebelum dikembalikan ke masyarakat. Resosialisasi wanita tuna susila pada umumnya ditempatkan pada lokalisasi yang sudah ada sejak
dulu, kemudian lokalisasi tersebut dirubah menjadi Resosialisasi, yang berguna untuk pengentasan para wanita tuna susila tersebut, agar tidak selamanya berada
dilokalisasi.
Dalam hal ini penulis memfokuskan Resosialisai yang ada di Semarang, tepatnya di Resosialisasi Argorejo yang terdapat di kelurahan Kalibanteng Kulon.
Resosialisasi Argorejo dikenal banyak orang dengan sebutan SK yang dikenal dengan Lokalisasi Sunan Kuning atau juga dengan sebutan KBRI yaitu “Kalibanteng Belok
Kiri”. Maksud dari KBRI apabila dari kota Semarang menuju ke Jakarta setelah
sampai di Kalibanteng kemudian belok kiri, akan tetapi apabila dari arah Jakarta
menuju Semarang harus belok kanan.
Resosialisasi Argorejo merupakan tempat rehabilitasi wanita tuna susila terbesar di Jawa Tengah, catatan dari dinas sosial Kota Semarang pada tahun 2010
kurang lebih ada 625 wanita tuna susila yang menempati kompleks Lokalisasi Sunan Kuning yang berada di bawah binaan Resosialisasi Argorejo. Di Resosialisasi Argorejo wanita tuna susila diberikan pengarahan, keterampilan, dan pelatihan.
Selain mengikuti pembinaan, pelacur juga dibebaskan dalam mencari pelanggan di malam harinya. Biasanya tarif yang ditawarkan kepada pelanggan berkisar 150 ribu
Berdasarkan uraian diatas maka penulis terdorong untuk memilih judul yang berkaitan dengan resosialisasi yaitu “Resosialisasi Argorejo Tahun 1998-2010 dan
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Kalibanteng Kulon”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengambil permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana perkembangan Resosialisasi Argorejo tahun 1998-2010?
2. Bagaimana pengaruh Resosialisasi Argorejo terhadap kehidupan masyarakat Kalibanteng Kulon tahun 1998-2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan Resosialisasi Argorejo pada tahun
1998-2010
2. Untuk mengetahui pengaruh Resosialisasi Argorejo terhadap kehidupan
masyarakat Kalibanteng Kulon tahun 1998-2010
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri atas dua hal yaitu
dengan hal positif yang dapat disumbangkan oleh penelitian ini. manfaat dari
penelitian tersebut adalah
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah
kajian ilmiah yang dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan Resosialisasi Argorejo serta pengaruhnya terhadap masyarakat Kalibanteng Kulon pada tahun 1998-2010. Selain itu, hasil dari penulisan penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut.
a. Dapat menambah wawasan pembaca mengenai perkembangan Resosialisasi
Argorejo
b. Dapat dijadikan dasar acuan Pemerintahan Kota Semarang dalam membuat
kebijakan yang berkaitan dengan Resosialisai Argorejo.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar dalam pembahasan tidak melebar dan tumpang tindih dengan
1. Ruang Lingkup Spasial
Ruang lingkup spasial adalah pembatasan yang berdasarkan pada
kesatuan wilayah geografis atau satuan wilayah administratif tertentu. Penulisan skripsi ini dibatasi pada wilayah administratif yang dapat
digolongkan ke dalam peristiwa yang terjadi pada suatu masyarakat di daerah tertentu, yang disebut juga sejarah lokal. Menurut Taufik Abdullah(1985:10), sejarah lokal adalah suatu penulisan tentang peristiwa di masa lampau pada
suatu tempat tertentu. Lingkup spasial merupakan batasan temapat terjadinya sejarah. ruang lingkup spasial dalam penulisan karya ilmiah ini tertuju pada
Kelurahan Kalibanteng Kulon karena terdapat Resosialisasi Argorejo yang merupakan kajian penelitian ini.
2. Ruang Lingkup Temporal
Ruang lingkup temporal adalah batasan waktu terjadinya peristiwa sejarah. Ruang lingkup temporal dalam penulisan karya ilmiah ini mengambil
dari tahun 1998-2010 karena di tahun tersebut pada tahun 1998, Resosialisai Argorejo dinyatakan tutup. Para penghuni sebagian pulang ke kampung halaman masing-masing, namun ada juga yang beroperasi dipinggir jalan.
yang mengakibatkan Kota Semarang dipenuhi dengan kupu-kupu malam. karena kondisi ini dianggap berdampak buruk, maka sebagian wanita tuna
dan dibuka kembali pada tahun 2000 sampai sekarang. Penulis mengambil batasan waktu sampai tahun 2010 karena ingin mengetahui bagaimana
perkembangan sepuluh tahun kedepan dari pembukaan Resosialisasi Argorejo, yang dulunya masih identik dengan soal kepelacuran yang bergeser
menjadi tempat-tempat karaoke.
Penulisan penelitian ini berdasarkan pada disiplin ilmu sejarah, akan tetapi penulisan ini tidak hanya memaparkan kronologis suatu peristiwa saja.
penulis juga berusaha menganalisa secara kritis dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Hal ini dilakukan agar peristiwa yang membahas
penelitian ini dapat terekam utuh.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka sangat berguna dalam penulisan skripsi ini karena
memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) untuk memperoleh pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti, (2) menegaskan kerangka teori yang akan
dijadikan landasan pemikiran, (3) memperdalam konsep-konsep yang dipergunakan dalam pembahasan suatu masalah.
Buku pertama yang digunakan sebagai kajian dalam penelitian ini
berjudul Seks, Uang Dan Kekuasan karangan Thanh-Dam Troung. secara keseluruhan buku ini membahas mangenai pariwisata dan pelacuran di Asia
pelacuran, teori sosial dan politik yang di dalamnya membahas mengenai pengertian pelacuran dari berbagai pandangan, mengidentifikasi
asumsi-asumsi dasar tentang kealamiahan anatomi manusia dalam sosiologi dan membahas implikasi dari asumsi-asumsi tersebut bagi anaalisa terhadap
pelacuran.
Buku ini juga membahas kinerja seksual dalam pelacuran yang didalamnya membahas reproduksi dan struktur hubungan gender, seksulitas
dan kerja seksual, kesadaran saksual, dan perdagangan perempuan. Seksualitas tidak lepas dari masalah kepelacuran yang dianggap sebagai
penyakit masyarakat merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan dari sosial kultural secara tidak langsung membahas para wanita tuna susila atau pekerja sek komersial.
Kelebihan dari buku ini menjelaskan tentang kepelacuran di Indonesia, pandangan masyarakat tentang kepelacuran, bagaimana bisa menjadi seorang
pelacur. Buku ini bukan juga membahas kehidupan kepelacuran, ciri-ciri kepelacuran. Kelemahan dari buku ini bukan hanya membahas kepelacuran di Indonesia saja melainkan lebih banyak membahas kepelacuran di Thailand.
Buku lain berjudul Panthologi Sosial Jilid 1 karangan DR Kartini Kartono. Buku ini membahas tentang masalah-masalah sosial yang
prostitusi buku ini membahas mengenai berbagai macam masalah yang dihadapi manusia sampai bagaimana bisa menjadi seorang pelacur.
Kelebihan buku ini bukan lebih banyak membahas kehidupan sosial masyarakat dan bagaimana hubungannya antara masyarakat dengan pelacur.
Kelemahan dari buku ini tidak membahas mengenai dampak dari kepelacuran. Buku yang ketiga adalah buku yang berjudul Phathologi Sosial karangan Soejono SH. Buku ini membahas tentang gelandangan, narkoba,
alkohol, pelacuran, penyakit jiwa, dan kejahatan. Buku ini berkaitan dengan dunia malam, yaitu dunia kepelacuran. Karena di dalamnya terdapat
bagaimana dia menjadi pelanggan, bagaimana bisa menjadi pelacur sampai dengan aksi-aksi kejahatannya.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini menggunakan penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah dapat
didefinisiskan sebagai suatu kumpulan sistematis yang dimaksudkan untuk membantu dalam pengumpulan bahan-bahan sumber sejarah. Selain itu, juga dilakukan penilaian atau pengujian terhadap sumber sejarah secara kritis
(Wasino, 2007: 8).
Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah meliputi, heuristik,
1. Heuristik
Heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau atau kegiatan
untuk mencari sumber. Jejak masa lampau dapat berupa sumber tertulis dan benda-benda peninggalan masa lampau. Selain sumber-sumber primer ada
juga sumber yang bersifat sekunder. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena seringkali kita harus menggunakan atau bertumpu pada karya-karya bukan
dari tangan pertama yang digunakan sebagai sumber.
a. Sumber primer
Sumber primer adalah kesaksian dari pada seorang saksi dengan mata
kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya (Gosttchalk, 1975:35). Sumber primer yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah sumber bukan tertulis, yaitu wawancara langsung dengan para pengurus Resosialisasi, wanita tuna susila, mucikari, masyarakat
sekitar dan orang yang mengetahuai langsung mengenai perkembangan Resosialisasi Argorejo. Adapun dalam hal ini penulis melakukan wawancara lisan dengan ketua Resosialisasi Argorejo Bapak Suwandi, Mas Ari Istiadi
selaku ketua LSM yang mendampingi Resosialisasi Argorejo, Mbak Lilis dan Bapak Budi dari Dinas Sosial yang menangani masalah wanita tuna susila.
Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan- mata, yakni dari seseorang tidak hadir pada
peristiwa yang dikisahkannya (Gosttchalk, 1975: 35). Sumber- sumber yang digunakan oleh penulis diantaranya buku- buku tentang pelacuran, buku- buku
tentang permasalahan sosial dan sumber lain yang relevan dengan permasalahan. Buku- buku tersebut diperoleh dari perpustakaan Jurusan Sejarah, perpustakaan Universitas Negeri Semarang, perpustakaan Provinsi
Jawa Tengah, dan depo arsip suara merdeka. Buku-buku tersebut seperti buku pelacuran di Indonesia dan perkembangannya, buku pathologi sosial, dan
buku seks , uang dan kekuasaan. Selain itu juga penulis menggunakan surat kabar yang memuat informasi mengenai Resosialisasi Argorejo, baik perkembangannya maupun hal lain yang memberikan keterangan dan
gambaran tentang Resosialisasi Argorejo.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung obyek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang
diteliti. Dalam hal ini penulis mengunjungi langsung ke obyek yang diteliti, yaitu melihat secara langsung kegiatan yang ada di Resosialisasi Argorejo.
b. Wawancara
Tujuan dilakukan wawancara antara lain: merekonstruksi secara lisan
peristiwa yang terjadi di masa lampau. Narasumber dalam wawancara merupakan tokoh yang sejaman dengan peristiwa, baik itu merupakan tokoh
secara langsung, masyarakat sekitar, maupun orang yang terkena dampak langsung dalam peristiwa tersebut. Pada teknik wawancara dalam penelitian
ini, beberapa tahapan yang dilakukan penulis diantaranya :
1) Menentukan teknik wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik terbuka.
Wawancara terbuka sendiri memiliki pengertian teknik wawancara dimana narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancara dan mengetahui
maksud dan tujuan wawancara itu.
2) Menyusun instrumen pertanyaan
Menyusun guide interview atau instrumen pertanyaan sebagai
pedoman penulis dalam melakukan wawancara dengan narasumber. Instrumen pertanyaan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan latar belakang narasumber. Pertanyaan yang diajukan kepada
3) Menentukan dan menemui narasumber
Untuk melakukan wawancara dalam penelitian ini, penulis mencari
masyarakat yang sezaman.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan kegiatan untuk memperoleh data dengan mencari dan membaca buku literatur. Metode kepustakaan dilakukan dengan mencari koleksi yang ada di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri
Semarang, Perpustakaan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
2. Kritik Sumber
Kritik sumber adalah penilaian atau tahap pengujian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan dan dilihat dari sudut pandang nilai
kebenaran. Pada tahap ini yang dilakukan adalah dengan melihat kembali apakah sumber itu sesuai atau tidak, sumber asli atau turunan. Kritik sumber
terbagi menjadi dua yaitu:
a. Kritik ekstern
Kritik ekstern merupakan penilaian sumber dari aspek fisik dari
yang dapat diajukan dalam proses kritik ekstern, yaitu: (1) adakah sumber itu memang sumber yang di kehendaki?, (2) adakah sumber itu asli atau turunan,
(3) adakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah? (Wasino, 2007:51)
Kritik ekstern mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari
sumber. Otentisitas mengacu pada materi sumber yang sezaman. Jenis- jenis dari materi sumber, dokumen atau arsip adalah kertas dengan jenis, ukuran, bahan, kualitas dan lain- lain. Dokumen ditulis dengan tangan atau diketik,
ataukah ketik komputer. Demikian pula jenis tintanya apakah kuwalitas bagus, atau jenis isi ulang (Suhartono 2010:36)
Dalam penelitian ini kritik sumber yang dilakukan adalah kritik
sumber terhadap dokumen mengenai berdirinya lokalisasi Sunan Kuning yang meliputi SK Wali Kota Semarang tanggal 15 Agustus 1966, No 21/15/17/66
tentang diresmikannya Lokalisasi Sunan Kuning. Kritik sumber yang dilakukan, menelisik apakah ini sumber yang dikehendaki atau tidak, sumber
asli atau bukan, kemudian melihat jenis kertas, ukuran, bahan dan kualitas. Sehingga dalam penulisan penelitian ini, mendapatkan data yang akurat dan
terpercaya.
b. Kritik intern
Kritik intern yaitu kritik yang menilai apakah sumber, dilihat dari
kebenarannya. Terlebih untuk sumber sekunder, karena sumber sekunder biasanya sudah mendapatkan unsur interpretasi penulis yang tidak mustahil
ada unsur-unsur subyektifitas dari penulis meskipun dalam skala yang kecil. Kritik intern dilakukan dengan membandingkan beberapa penafsiran dari
beberapa buku pada data yang diperoleh.
Cara penulis melakukan kritik intern yaitu:
1) Melakukan cross chek data antar sumber yang berhasil dikumpulkan.
2) Melihat asal sumber, siapa yang menulis atau pengarangnya, apakah wartawan, ahli atau pengamat, praktisi, dosen, pelaku peristiwa atau
institusi pemerintahan dan swasta. Dengan memperhatikan hal itu maka dapat disimpulkan apakah sumber tersebut dapat diyakini kebenarannya atau tidak.
3) Melihat kandungan data dari masing-masing sumber, apakah sumber yang diperoleh datanya relevan atau tidak dengan permasalahan atau
tidak.
4) Menyeleksi sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang ditetapkan.
5) Memperhatikan apakah sumber tersebut merupakan hasil penelitian, pengamatan atau observasi, laporan perjalanan atau tulisan pelaku.
observasi, dan penelitian. Cara yang dilakukan adalah dengan cara membaca sumber yang ada kemudian memilih sumber yang paling tepat.
Sehingga dalam penulisan penelitian didapatkan data yang akurat dan tepat.
3. Interpretasi
Pada tahap ini data atau fakta-fakta yang telah diperoleh perlu dihubung-hubungkan dan dikait-kaitkan satu sama lain sehingga antara fakta
yang satu dengan yang lain kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk akal dalam arti mewujudkan kesesuaian. Usaha untuk mewujudkan rangkaian yang
bermakna inilah yang menyebabkan sejarawan membuat intepretasi terhadap fakta. Dalam proses ini tidak semua fakta sejarah dapat dimasukkan, tetapi harus dipilih mana yang relevan dan mana yang tidak relevan. Setelah
melakukan kritik sumber, kemudian dilakukan analisis data yaitu proses penyusunan data akan dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti
menggolongkannya dalam pola atau kategori. Untuk memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antara
berbagai konsep.
4. Historiografi
Historiografi yaitu penyajian dalam sebuah cerita sejarah. Dalam
sistematis dan kronologis. Tujuan historiografi adalah merangkai kata- kata menjadi kisah sejarah. Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahap
BAB V
SIMPULAN
Lokalisasi Sunan Kuning pada tahun 1966 didirikan oleh pemerintah. Lokalisasi Sunan Kuning sebagai wadah penampungan para wanita tuna susila,
agar tidak melakukan transaksi di dalam kota. Dengan adanya wadah penampungan wanita tuna susila diharapkan bisa meminimalisir adanya wanita tuna susila yang berkeliaran di jalanan. Selain agar mudah didata dan organisir,
lokalisasi memudahkan para wanita tuna susila dapat dibina dengan baik sehingga ketika kembali ke masyarakat bisa menyesuaikan diri. Pada tahun 1998, terjadi gejolak di dalam pemerintahan, yang mengakibatkan terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia, yang mengakibatkan semua barang kebutuhan menjadi mahal dan PHK dimana-mana. Akibatnya, menjadi semakin banyak orang yang
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Akibat terjadinya krisis ekonomi, jumlah wanita tuna susila di Lokalisasi Sunan Kuning mengalami
peningkatan. yang sebelumnya 450 orang menjadi 600-an orang.
Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya Lokalisasi Sunan Kuning terhadap masyarakat sekitar diantarnya mengakibatkan pemikiran masyarakat
sekitar, bahwa hubungan seks tanpa menikah adalah hal yang biasa. Semua kehidupan yang dilakukan oleh para wanita tuna susila adalah kehidupan yang
biasa saja, seperti kehidupan pada umumnya. Hal tersebut yang membuat para
anak kecil yang bertempat tinggal di Lokalisasi Sunan Kuning meniru kebiasaan buruk dari wanita tuna susila. Selain itu, dengan adanya Lokalisasi Sunan Kuning
juga meningkatkan perekonomian warga sekitarnya. Warung makan, salon dan toko kelontong milik warga ramai pembeli, dikarenakan para pelanggannya
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik.1990. Sejarah Lokal Di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Madaunuversity Press
Anonim. 2008. Panduan Bimbingan, Penyusunan, Pelaksanaan Ujian, dan Penelitian Skripsi Mahasiswa. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial
Arif, Budiman. 2010. Pemberdayaan Wanita Tuna Susila (Wts) Melalui Kecakapan Hidup (Life Skil) Ketrampilan Salon Tata Rias Rambut. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-PRESS
Hull, Terence H, Dkk. 1997. Pelacuran di Indonesia: Sejarah Dan Perkembangannya. Jakarta :Pustaka Sinar Harapan
Ingleson, John. 1986. Prostitution in Colonial Java, dalam D.P Chandler and M.C. Ricklefs, eds, Nineteenth and Twentieth Century Indonesia: Essays in Honour of Prof.J.D. Ledge. Melbourne: Monash University
Kartini Kartono.2003. Pathologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Koentjaraningrat. 1981. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Pt Gramedia
Kuntowijoyo 2003. Metodologi Sejarah Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wicana.
Laporan Profil Desa Dan Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental dan Konsep Kecakupan dan Perkembangannya Yogyakarta : Penerbit Andi
Soedjono, D. 1982. Pathologi Sosial. Bandung: Alumni
Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Pt. Radja Grafindo Persada
Truong, Thanh-Dam. 1992. Sek, Uang dan Kekuasaan: Pariwisata Dan Pelacuran Di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES
Wasino. 2007. Dari Riset Hingga Tulisan Sejarah. Semarang: UNNES PRESS. Surat Kabar:
1983. “Lokalisai Sunan Kuning Belum Ada yang Sanggup Memindahkan”. Suara Merdeka, 30 juli. Hlm. 08.
1984. “Mulai 1 Maret ’85 Semua Lokalisasi Harus Ditutup”. Suara Merdeka, 06 Maret. Hlm. 3
1985. “Jumat Hari Ini Lokalisasi Sunan Kuning Secara Resmi Ditutup”. Suara Merdeka, 01 Maret. Hlm. 03
1985. “Pudakpayung Akan Tetap Dijadika Lokalisasi”. Suara Merdeka, 06 Juni. Hlm. 02
1985. “Pemindahan Lokalisasi WTS Ke Pudak Payung Sudah Mutlak”. Suara Merdeka, 04 Juli. Hlm. 01.
1985. “Pengawasan di Lokalisasi WTS Harus Dipilih Orang –Orang Suci”. Suara Merdeka, 05 Juli. Hlm. 03.
1985. “Ibu-ibu Pudakpayung Pusing, Gara-gara Anaknya Mulai Bicara Lokalisasi”. Suara Merdeka, 12 Juli. Hlm. 03.
1987. “Proyek Lokalisasi WTS Pudakpayung Macet Lagi”. Suara Merdeka, 20 Juni Juli. Hlm. 10.
1987. “Lokalisasi Pusakpayung Akan Dilanjutkan :agi”. Suara Merdeka, 02 Juli. Hlm. 12.
1988. “Pemindahan Lokalisasi WTS ke Pudakpayung Tetap Terhambat”. Suara Merdeka, 24 Juni. Hlm. 09.
1985. “Pemindahan Lokalisasi WTS Ke Pudak Payung Sudah Mutlak”. Suara Merdeka, 04 Juli. Hlm. 01.
2007. “Sunan Kuning Tidak Berkaitan dengan Lokalisasi” Suara Merdeka, 07 Desember. Hlm. 17.
2009. “Resosialisasi Argorejo bagi leaflet” Suara Merdeka, 02 Desember. Hlm. 16.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN : 3
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Suwandi Eko Putranto TTL : Semarang, 21 Maret 1951
Jabatan : Ketua Resosialisasi Argorejo dan Ketua RW 4
Alamat : Jl. Srikuncoro XI RT 06 RW 04 Kelurahan Kalibanteng kulon 2. Nama : Selamet Suwandi
TTL : Semarang, 17 Juli 1968
Jabatan : Sekertaris Resosialisasi Argorejo
Alamat : Jl. Srikuncoro VIII, RT 04 RW 04 Kelurahan Kalibanteng
Kulon
3. Nama : Ari Istiayadi
TTL : Jember, 22-Maret 1968 Pekerjaan : Ketua LSM Lentera Asa
Alamat : Limbangan Kendal 4. Nama : Jasmirah
TTL : Semarang, 06 Agustus 1961
Pekerjaan : Wiraswasta
5. Nama : Edi
TTL : Semarang, 15 Januari 1955 Jabatan :wiraswasta
Alamat : Jl. Srikuncoro X RT 06 RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon 6. Nama : Listiowati
TTL : Kendal, 06 Agustus 1976
Pekerjaan : WPS
Alamat : Jl. Srikuncoro X RT 06 RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon
7. Nama : Dr. Bambang
TTL : Semarang, 06 Agustus 1959 Pekerjaan : Dokter
Alamat : Semarang Timur 8. Nama : Budianto
TTL : Semarang, 06 Agustus 1979 Pekerjaan : Dinas Sosilal Kota Semarang Alamat : Semarang Tengah
9. Nama : Endang
TTL : Pasuruan, 06 Agustus 1979
Pekerjaan : WPS
LAMPIRAN : 4
INSTRUMEN WAWANCARA
INSTRUMEN UNTUK WANITA TUNA SUSILA
1. Siapa nama anda? 2. Darimana anda berasal?
3. Sudah berapa lama anda bekerja disini?
4. Apa yang menyebabkan anda terjun kesini?
5. Apakah anda bekerja disini karena ajakan orang lain?
6. Dengan siapa anda berada di kompleks ini? 7. Apakah anda pernah mengukuti pembinaan? 8. Apa saja isi dari pembinaan tersebut?
9. Pelatihan apa saja yang pernah anda ikuti? 10.Bagaimana pendapat anda mengenai resos?
11.Apa tugas rosos di tempat ini
12.Apakah anda tahu, Program apa yang ditetapkan oleh resos? 13.Program resos apa yang sudah anda lakukan?
INSTRUMEN UNTUK PENGURUS RESOSIALISASI ARGOREJO
1. Berapa jumlah pengurus resos? 2. Tugas resos apa saja?
3. Berapa batasan waktu para pelacur tinggal? 4. Berapa jumlah mucikari?
5. Berapa jumlah wanita tuna susila?
6. Apakah disini ada pemebinaan bagi Wanita tuna susila? kapan dan diamana? 7. Apa sangsi yang di terapakan bila tidak mengikuti pembinaan?
8. Program apa yang diterapkan resos untuk mengatasi para pelacur?
9. Rata yang menjadi pelacur umurnya berapa?
10.Apakah disini pekerjaan yang dilakukan para pelacur hanya menerima tamu
saja atau ada yang lain?
11.Apakah ada kegiatan rutin yang harus dilakukan oleh para pelacur?
12.Bagaimana hubungan interaksi antara wanita tuna susila dengan masyarakat setempat?
13.Mengapa anda berkenan menjadi pengurus resos?
14.Apakah resiko yang diterima ketika menjadi pengurus resos? 15.Apa akibatnya jika resosialisasi ditutup?
INSTRUMEN UNTUK MASYARAKAT KALIBANTENG KULON
1. Bagaimana pendapat anda tentang Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning? 2. Apa dampak yang anda rasakan mengenai keberadaan resosialisasi argorejo?
3. Apakah anda tahu mnegenai program dari Resosialisasi Argorejo? 4. Bagaimana kalau Resosialisasi ini ditutup menurut anda bagaimana?
5. Apakah ada perbedaan yang dibawa para wanita tuna susila dengan
masyarakat sekitar?
6. Dapatkah wanita tuna susila yang ada disini menyesusikan diri dengan
LAMPIRAN : 5
GAMBAR
Gambar : 1
Gambar : 2
Gambar : 3
Gambar : 4
Gambar : 5
Gambar : 6
Gambar : 7
LAMPIRAN : 6
SURAT KABAR
SUARA MEDEKAH 30-07-1983 HAL : H
SUARA MERDEKA, 04-07-1985 HAL : A
IBU-IBU DI PUDAKPAYUNG PUSING, GARA2 ANAKNYA MULAI BICARA LOKALISASI
PEMINDAHAN LOKALISASI WTS KE PUDAKPAYUNG TETAP TERHAMBAT
Daftar Anak Asuh Resosialisasi Argorejo Tahun 2010
NO IBU ASUH NAMA/PANGGILAN ALAMAT ASAL PENDIDIKAN KOS TDK
KOS WISMA
1 MASITA
1. Sri Wahyuningsih / SRI
Jln. Panglima Sudirman 303 RT 02 RW 02
Kel. Kingking, Tuban SMP √
Ds. Pucungkerep Dsn. Tedunan RT 20 RW
5 MUGIRI
Ngargotirto Garangsari, Lumuyu, Kab.
3. Mayani / MAYA
Dsn. Nggamblok, Ds. Peron RT 13 RW 03,
4. Mahmudah / CICI
Bunta Tempel Sari, RT 01 RW 01, Tretep
√
4. Rere / IRA
Ds. Karang Lates Sumber Pucing,
Malang SMK √
19
1. sri
ayuminingsih/vivi
puncel RT 03 RW 02 kec dukuhseti kab
pati √ pesona permai
2. wiji lestari
bonan baaru RT o4 ds masaran kec
Resosialisasi Argorejo Membagikan Leaflet Tentang Bahaya HIV dan AIDS Kepada Masyarakat