• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESOSIALISASI ARGOREJO TAHUN 1998 2010 DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KALIBANTENG KULON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESOSIALISASI ARGOREJO TAHUN 1998 2010 DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KALIBANTENG KULON"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

RESOSIALISASI ARGOREJO TAHUN 1998-2010 DAN

PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

KALIBANTENG KULON

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh Lukman Hakim NIM. 3111409027

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Bersyukur adalah cara terbaik agar merasa cukup, bahkan disaat kekurangan. jangan

berharap lelih lebih sebelum kita berusaha lebih”(bibeh)

“Orang-orang berhasil tidak hanya keras hati, mereka juga seorang pekerja keras

yang percaya pada kemampuan dirinya” (Nasrul Umam)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:. 1. Bapak dan Ibuku tercinta

2. Kakak dan adikku tersayang

3. Arin Alfiana yang selalu menyayangi dan memotivasi saya untuk menjadi pribadi yang

lebih baik 4. Guru dan dosen

5. Khotibul Umam dan Nasrul Umam

6. Teman–teman Ilmu Sejarah angkatan 2009 7. Ibu kost dan teman-teman kost

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan

karunia-Nya, serta telah memberi kekuatan, kesabaran serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan baik yang berupa dorongan maupun bimbingan dari pihak lain, untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba

ilmu dengan segala kebijakannya.

2. Dr. Subagyo M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd. Ketua Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang. Terimakasih atas kebijakan-kebijakan yang sangat membantu

penulis selama proses perkuliahan dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktunya dengan tulus untuk memberikan bimbingan, motivasi,

arahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmunya.

(7)

5. Seluruh Pengurus Resosialisasi Argorejo, Badan Kesatuan Bangsa dan politik Kota Semarang, Dinas Sosial Kota Semarang, Badan Pusat Statistik Kota

Semarang, Depo Arsip Suara Merdeka, Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang tempat penulis mendapatkan banyak informasi.

6. Rekan-rekan Program Studi Ilmu Sejarah angkatan 2009 yang telah membantu dari awal hingga penyelesaian skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Semoga bantuan yang telah diberikan dengan ikhlas tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca umumnya dan penyusun pada khususnya

Semarang, Januari 2015

(8)

SARI

Lukman Hakim. 2015. Perkembangan Resosialisasi Argorejo Tahun 1998-2010 Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Kalibanteng Kulon. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang..

Kata kunci : Perkembangan, Rosialisasi, Masyarakat

Resosialisasi Argorejo merupakan lokalisasi resmi yang ada di Kota Semarang. Berdirinya Resosialisasi Argorejo merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap wanita tuna susila untuk menampung, mendidik, dan memberikan keterampilan sebelum mereka dikembalikan ke lingkungan masyarakat pada umumnya. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1)bagaimana perkembangan Resosialisasi Argorejo tahun 1998-2010, (2)bagaimana pengaruh Resosialisasi Argorejo terhadap kehidupan masyarakat Kalibanteng Kulon tahun 1998-2010?

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Teknik mendapatkan sumber penulis lakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan studi dokumen. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan sumber sejarah dari wawancara dan didukung dengan dokumen dari Resosialisasi Argorejo, Depo Arsip Suara Merdeka, Dinas Sosial Kota Semarang, Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jateng.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan Resosialisasi Argorejo tahun 1998- 2010 adalah pekembangan infrastruktur dan perkembangan jumlah wanita tuna susila. Tahun 1998 jumlah wanita tuna susila yang ada di Resosialisasi Argorejo berjumlah 400, kemudian pada tahun 2010 jumlah wanita tuna susila sebanyak 600. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan Resosialisasi Argorejo mengalami peningkatan. Perkembangan yang terjadi di Resosialisasi Argorejo mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar, baik pengaruh sosial maupun pengaruh ekonomi. Pengaruh sosial yang terjadi di lingkungan lokalisasi berdampak pada kehidupan masyarakat yang memiliki anak kecil yang menganggap kehidupan wanita tuna susila adalah kehidupan yang biasa, dan kebiasaan yang dilakukan wanita tuna susila tersebut tidak jarang untuk ditiru. Pengaruh selanjutnya mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat sekitarnya. Semakin berkembangnya Resosialisasi Argorejo membawa dampak semakin terbuka peluang usaha yang dapat dilakuakan masyarakat sekitar yang dapat menambah penghasilan masyarakat.

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN KELULUSAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN KALIBANTENG KULON . 19 A. Lokasi Kelurahan Kalibanteng Kulon ... 19

B. Luas Wilayah ... 20

C. Penduduk ... 21

(10)

1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 21

2. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 22

D. Kondisi Sosial Ekonomi ………... 23

3. Program-Program Rehabilitasi Sosial ………... 32

4. Program Kesehatan ……….. 34

5. Tata Tertib Lokalisasi Sunan Kuning ………... 35

BAB III LOKALISASI SUNAN KUNING TAHUN 1966-1998 ... 36

A. Sejarah Lokalisasi ... 36

1. Pelacuran pada Masa Kerajaan Mataram ... 36

2. Pelacuran Pada Masa Penjajahan Belanda ... 37

3. Pelacuran Pada Masa Penjajahan Jepang ... 41

4. Pelacuran Moderen Dewasa Ini ... 42

B. Berdirinya Lokalisasi Sunan Kuning di Semarang Tahun 1966-1998.... 45

1. Perpindahan Lokalisasi Sunan Kuning ... 52

2. Perkembangan Lokalisasi Sunan Kuning ... 58

BAB IV PENGARUH RESOSIALISASI ARGOREJO TAHUN 1998 – 2010 TERHADAP MASYARAKAT KALIBANTENG KULON ... 62

(11)

A. Perkembangan Resosialisasi Argorejo Tahun 1998-2010 ... 62

1. Program Rehabilitasi Sosial ... 63

2. Program Kesehatan ... 65

3. Tata Tertib Resosialisasi Argorejo ... 67

B. Pengaruh Resosialisasi Argorejo Terhadap Kehidupan Masyarakat Kalibanteng Kulon ... 74

C. 1. Bidang Ekonomi ... 75

D. 2. Bidang Sosial dan Budaya ... 76

BAB V PENUTUP ... 79

A. SIMPULAN ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84

(12)
(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk dan jahat, namun dibutuhkan.

Menurut Polsky (Troung, 1992:17), pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran sebagai pemberian seks di luar pernikahan sebagai pekerjaan.

Tanpa adanya pelacuran dikhawatirkan para pelanggannya justru akan memperkosa.

Pelacuran adalah gejala kemasyarakatan, dimana wanita menjual diri dengan melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Pelacuran

merupakan profesi yang sangat sulit untuk dihilangkan karena adanya pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan. Pelacuran

selalu ada pada semua negara, sejak zaman purba sampai sekarang (Kartini, 2003:177-178).

Menurut Encyclopaedia Britannica (1973-74), pelacuran dapat didefinisikan

sebagai praktik hubungan seksual sesaat, yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja (promiskuitas), untuk imbalan berupa upah. Dengan demikian pelacuran

dikarakteristikan oleh tiga unsur utama yaitu pembayaran, promiskuitas, dan ketidakacuhan emosional. Adanya promiskuitas menunjukkan asumsi bahwa

(14)

hubungan seksual diterima secara moral hanya di dalam batas-batas hubungan yang diterima secara sosial. Elemen pembayaran dan ketidakacuhan emosional

merefleksikan asumsi bahwa hubungan seksual dalam hubungn-hubungan yang diterima secara sosial adalah bebas dari pembayaran dan melibatkan ikatan emosional

(Troung,1992:15-16).

Pelacuran merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, yang harus dihentikan penyebarannya. Namun, kegiatan pelacuran tersebut tidak dapat

dihentikan begitu saja, melainkan harus ada pendampingan terhadap para wanita tuna susila. Di dalam pendampingan tersebut terdapat pengarahan, pelatihan keterampilan,

dan pemberian modal usaha untuk para wanita tuna susila. Selain itu, juga harus memberitahu mereka bagaimana cara mengelola uang secara baik dan benar, karena biasanya setelah melakukan pekerjaan melacur, uang yang diperoleh digunakan untuk

mabuk dan berfoya-foya. Sehingga setelah adanya pendampingan terhadap wanita tuna susila tersebut diharapkan para wanita tuna susila tidak melakukan pelacuran

lagi (Wawancara Wandi,13 September 2014).

Tempat pelacuran biasanya oleh pemerintah dibuatkan tempat khusus tersendiri yang biasanya dikenal dengan nama “Lokalisasi”. Lokalisasi pada

umumnya terdiri atas rumah-rumah komplek yang berlampu merah dan berkelap-kelip, dikelola oleh seorang wanita maupun pria yang biasa disebut Germo. Di luar

(15)

sebutan mami atau mama. Rumah-rumah tersebut didalamnya menyediakan berbagai

perlengkapan diantaranya tempat tidur, ruang tamu, pakaian, dan perhiasan.

Lokalisasi terkenal dengan tempat hiburan malam yang di dalamnya tedapat berbagai macam wanita dari berbagai daerah, karena itulah yang menjadi daya tarik

dari lokalisasi itu sendiri. Orang dapat menentukan pilihan wanita yang disukai dan membawanya untuk pergi.

Suasana komplek lokalisasi sangat kompetitif, khususnya dalam bentuk

persaingan memperebutkan langganan. Para wanita tuna susila beroperasi secara individual. Di tempat lokalisasi sering terjadi pelaporan terhadap polisi oleh sesama wanita tuna susila itu sendiri yang dilatarbelakangi kecemburuan terhadap pelanggan.

Nama wanita yang menjadi wanita tuna susila di tempat lokalisasi pada umumnya diganti dengan nama samaran, itu untuk menjaga keaslian identitasnya, agar mereka

tidak dikenal oleh saudaranya (Wawancara Anang, 13 September 2014).

Pemerintah dalam mengatasi masalah wanita tuna susila menyediakan tempat yang namanya Resosialisasi diambil dari “Re” yang bisa diartikan kembali dan kata

“sosialisasi”. Menurut Koentjaraningrat (1981:17) Sosialisasi adalah seluruh proses

dimana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang,

berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya. Menurut Wandi(Wawancara 13 September

(16)

dibina agar menjadi lebih baik sebelum dikembalikan ke masyarakat. Resosialisasi wanita tuna susila pada umumnya ditempatkan pada lokalisasi yang sudah ada sejak

dulu, kemudian lokalisasi tersebut dirubah menjadi Resosialisasi, yang berguna untuk pengentasan para wanita tuna susila tersebut, agar tidak selamanya berada

dilokalisasi.

Dalam hal ini penulis memfokuskan Resosialisai yang ada di Semarang, tepatnya di Resosialisasi Argorejo yang terdapat di kelurahan Kalibanteng Kulon.

Resosialisasi Argorejo dikenal banyak orang dengan sebutan SK yang dikenal dengan Lokalisasi Sunan Kuning atau juga dengan sebutan KBRI yaitu “Kalibanteng Belok

Kiri”. Maksud dari KBRI apabila dari kota Semarang menuju ke Jakarta setelah

sampai di Kalibanteng kemudian belok kiri, akan tetapi apabila dari arah Jakarta

menuju Semarang harus belok kanan.

Resosialisasi Argorejo merupakan tempat rehabilitasi wanita tuna susila terbesar di Jawa Tengah, catatan dari dinas sosial Kota Semarang pada tahun 2010

kurang lebih ada 625 wanita tuna susila yang menempati kompleks Lokalisasi Sunan Kuning yang berada di bawah binaan Resosialisasi Argorejo. Di Resosialisasi Argorejo wanita tuna susila diberikan pengarahan, keterampilan, dan pelatihan.

Selain mengikuti pembinaan, pelacur juga dibebaskan dalam mencari pelanggan di malam harinya. Biasanya tarif yang ditawarkan kepada pelanggan berkisar 150 ribu

(17)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis terdorong untuk memilih judul yang berkaitan dengan resosialisasi yaitu “Resosialisasi Argorejo Tahun 1998-2010 dan

Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Kalibanteng Kulon”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengambil permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana perkembangan Resosialisasi Argorejo tahun 1998-2010?

2. Bagaimana pengaruh Resosialisasi Argorejo terhadap kehidupan masyarakat Kalibanteng Kulon tahun 1998-2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan Resosialisasi Argorejo pada tahun

1998-2010

2. Untuk mengetahui pengaruh Resosialisasi Argorejo terhadap kehidupan

masyarakat Kalibanteng Kulon tahun 1998-2010

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri atas dua hal yaitu

(18)

dengan hal positif yang dapat disumbangkan oleh penelitian ini. manfaat dari

penelitian tersebut adalah

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah

kajian ilmiah yang dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan Resosialisasi Argorejo serta pengaruhnya terhadap masyarakat Kalibanteng Kulon pada tahun 1998-2010. Selain itu, hasil dari penulisan penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut.

a. Dapat menambah wawasan pembaca mengenai perkembangan Resosialisasi

Argorejo

b. Dapat dijadikan dasar acuan Pemerintahan Kota Semarang dalam membuat

kebijakan yang berkaitan dengan Resosialisai Argorejo.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar dalam pembahasan tidak melebar dan tumpang tindih dengan

(19)

1. Ruang Lingkup Spasial

Ruang lingkup spasial adalah pembatasan yang berdasarkan pada

kesatuan wilayah geografis atau satuan wilayah administratif tertentu. Penulisan skripsi ini dibatasi pada wilayah administratif yang dapat

digolongkan ke dalam peristiwa yang terjadi pada suatu masyarakat di daerah tertentu, yang disebut juga sejarah lokal. Menurut Taufik Abdullah(1985:10), sejarah lokal adalah suatu penulisan tentang peristiwa di masa lampau pada

suatu tempat tertentu. Lingkup spasial merupakan batasan temapat terjadinya sejarah. ruang lingkup spasial dalam penulisan karya ilmiah ini tertuju pada

Kelurahan Kalibanteng Kulon karena terdapat Resosialisasi Argorejo yang merupakan kajian penelitian ini.

2. Ruang Lingkup Temporal

Ruang lingkup temporal adalah batasan waktu terjadinya peristiwa sejarah. Ruang lingkup temporal dalam penulisan karya ilmiah ini mengambil

dari tahun 1998-2010 karena di tahun tersebut pada tahun 1998, Resosialisai Argorejo dinyatakan tutup. Para penghuni sebagian pulang ke kampung halaman masing-masing, namun ada juga yang beroperasi dipinggir jalan.

yang mengakibatkan Kota Semarang dipenuhi dengan kupu-kupu malam. karena kondisi ini dianggap berdampak buruk, maka sebagian wanita tuna

(20)

dan dibuka kembali pada tahun 2000 sampai sekarang. Penulis mengambil batasan waktu sampai tahun 2010 karena ingin mengetahui bagaimana

perkembangan sepuluh tahun kedepan dari pembukaan Resosialisasi Argorejo, yang dulunya masih identik dengan soal kepelacuran yang bergeser

menjadi tempat-tempat karaoke.

Penulisan penelitian ini berdasarkan pada disiplin ilmu sejarah, akan tetapi penulisan ini tidak hanya memaparkan kronologis suatu peristiwa saja.

penulis juga berusaha menganalisa secara kritis dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Hal ini dilakukan agar peristiwa yang membahas

penelitian ini dapat terekam utuh.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka sangat berguna dalam penulisan skripsi ini karena

memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) untuk memperoleh pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti, (2) menegaskan kerangka teori yang akan

dijadikan landasan pemikiran, (3) memperdalam konsep-konsep yang dipergunakan dalam pembahasan suatu masalah.

Buku pertama yang digunakan sebagai kajian dalam penelitian ini

berjudul Seks, Uang Dan Kekuasan karangan Thanh-Dam Troung. secara keseluruhan buku ini membahas mangenai pariwisata dan pelacuran di Asia

(21)

pelacuran, teori sosial dan politik yang di dalamnya membahas mengenai pengertian pelacuran dari berbagai pandangan, mengidentifikasi

asumsi-asumsi dasar tentang kealamiahan anatomi manusia dalam sosiologi dan membahas implikasi dari asumsi-asumsi tersebut bagi anaalisa terhadap

pelacuran.

Buku ini juga membahas kinerja seksual dalam pelacuran yang didalamnya membahas reproduksi dan struktur hubungan gender, seksulitas

dan kerja seksual, kesadaran saksual, dan perdagangan perempuan. Seksualitas tidak lepas dari masalah kepelacuran yang dianggap sebagai

penyakit masyarakat merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan dari sosial kultural secara tidak langsung membahas para wanita tuna susila atau pekerja sek komersial.

Kelebihan dari buku ini menjelaskan tentang kepelacuran di Indonesia, pandangan masyarakat tentang kepelacuran, bagaimana bisa menjadi seorang

pelacur. Buku ini bukan juga membahas kehidupan kepelacuran, ciri-ciri kepelacuran. Kelemahan dari buku ini bukan hanya membahas kepelacuran di Indonesia saja melainkan lebih banyak membahas kepelacuran di Thailand.

Buku lain berjudul Panthologi Sosial Jilid 1 karangan DR Kartini Kartono. Buku ini membahas tentang masalah-masalah sosial yang

(22)

prostitusi buku ini membahas mengenai berbagai macam masalah yang dihadapi manusia sampai bagaimana bisa menjadi seorang pelacur.

Kelebihan buku ini bukan lebih banyak membahas kehidupan sosial masyarakat dan bagaimana hubungannya antara masyarakat dengan pelacur.

Kelemahan dari buku ini tidak membahas mengenai dampak dari kepelacuran. Buku yang ketiga adalah buku yang berjudul Phathologi Sosial karangan Soejono SH. Buku ini membahas tentang gelandangan, narkoba,

alkohol, pelacuran, penyakit jiwa, dan kejahatan. Buku ini berkaitan dengan dunia malam, yaitu dunia kepelacuran. Karena di dalamnya terdapat

bagaimana dia menjadi pelanggan, bagaimana bisa menjadi pelacur sampai dengan aksi-aksi kejahatannya.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini menggunakan penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah dapat

didefinisiskan sebagai suatu kumpulan sistematis yang dimaksudkan untuk membantu dalam pengumpulan bahan-bahan sumber sejarah. Selain itu, juga dilakukan penilaian atau pengujian terhadap sumber sejarah secara kritis

(Wasino, 2007: 8).

Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah meliputi, heuristik,

(23)

1. Heuristik

Heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau atau kegiatan

untuk mencari sumber. Jejak masa lampau dapat berupa sumber tertulis dan benda-benda peninggalan masa lampau. Selain sumber-sumber primer ada

juga sumber yang bersifat sekunder. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena seringkali kita harus menggunakan atau bertumpu pada karya-karya bukan

dari tangan pertama yang digunakan sebagai sumber.

a. Sumber primer

Sumber primer adalah kesaksian dari pada seorang saksi dengan mata

kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya (Gosttchalk, 1975:35). Sumber primer yang penulis gunakan

dalam penelitian ini adalah sumber bukan tertulis, yaitu wawancara langsung dengan para pengurus Resosialisasi, wanita tuna susila, mucikari, masyarakat

sekitar dan orang yang mengetahuai langsung mengenai perkembangan Resosialisasi Argorejo. Adapun dalam hal ini penulis melakukan wawancara lisan dengan ketua Resosialisasi Argorejo Bapak Suwandi, Mas Ari Istiadi

selaku ketua LSM yang mendampingi Resosialisasi Argorejo, Mbak Lilis dan Bapak Budi dari Dinas Sosial yang menangani masalah wanita tuna susila.

(24)

Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan- mata, yakni dari seseorang tidak hadir pada

peristiwa yang dikisahkannya (Gosttchalk, 1975: 35). Sumber- sumber yang digunakan oleh penulis diantaranya buku- buku tentang pelacuran, buku- buku

tentang permasalahan sosial dan sumber lain yang relevan dengan permasalahan. Buku- buku tersebut diperoleh dari perpustakaan Jurusan Sejarah, perpustakaan Universitas Negeri Semarang, perpustakaan Provinsi

Jawa Tengah, dan depo arsip suara merdeka. Buku-buku tersebut seperti buku pelacuran di Indonesia dan perkembangannya, buku pathologi sosial, dan

buku seks , uang dan kekuasaan. Selain itu juga penulis menggunakan surat kabar yang memuat informasi mengenai Resosialisasi Argorejo, baik perkembangannya maupun hal lain yang memberikan keterangan dan

gambaran tentang Resosialisasi Argorejo.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung obyek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang

diteliti. Dalam hal ini penulis mengunjungi langsung ke obyek yang diteliti, yaitu melihat secara langsung kegiatan yang ada di Resosialisasi Argorejo.

(25)

b. Wawancara

Tujuan dilakukan wawancara antara lain: merekonstruksi secara lisan

peristiwa yang terjadi di masa lampau. Narasumber dalam wawancara merupakan tokoh yang sejaman dengan peristiwa, baik itu merupakan tokoh

secara langsung, masyarakat sekitar, maupun orang yang terkena dampak langsung dalam peristiwa tersebut. Pada teknik wawancara dalam penelitian

ini, beberapa tahapan yang dilakukan penulis diantaranya :

1) Menentukan teknik wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik terbuka.

Wawancara terbuka sendiri memiliki pengertian teknik wawancara dimana narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancara dan mengetahui

maksud dan tujuan wawancara itu.

2) Menyusun instrumen pertanyaan

Menyusun guide interview atau instrumen pertanyaan sebagai

pedoman penulis dalam melakukan wawancara dengan narasumber. Instrumen pertanyaan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan latar belakang narasumber. Pertanyaan yang diajukan kepada

(26)

3) Menentukan dan menemui narasumber

Untuk melakukan wawancara dalam penelitian ini, penulis mencari

masyarakat yang sezaman.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan kegiatan untuk memperoleh data dengan mencari dan membaca buku literatur. Metode kepustakaan dilakukan dengan mencari koleksi yang ada di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri

Semarang, Perpustakaan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah

2. Kritik Sumber

Kritik sumber adalah penilaian atau tahap pengujian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan dan dilihat dari sudut pandang nilai

kebenaran. Pada tahap ini yang dilakukan adalah dengan melihat kembali apakah sumber itu sesuai atau tidak, sumber asli atau turunan. Kritik sumber

terbagi menjadi dua yaitu:

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern merupakan penilaian sumber dari aspek fisik dari

(27)

yang dapat diajukan dalam proses kritik ekstern, yaitu: (1) adakah sumber itu memang sumber yang di kehendaki?, (2) adakah sumber itu asli atau turunan,

(3) adakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah? (Wasino, 2007:51)

Kritik ekstern mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari

sumber. Otentisitas mengacu pada materi sumber yang sezaman. Jenis- jenis dari materi sumber, dokumen atau arsip adalah kertas dengan jenis, ukuran, bahan, kualitas dan lain- lain. Dokumen ditulis dengan tangan atau diketik,

ataukah ketik komputer. Demikian pula jenis tintanya apakah kuwalitas bagus, atau jenis isi ulang (Suhartono 2010:36)

Dalam penelitian ini kritik sumber yang dilakukan adalah kritik

sumber terhadap dokumen mengenai berdirinya lokalisasi Sunan Kuning yang meliputi SK Wali Kota Semarang tanggal 15 Agustus 1966, No 21/15/17/66

tentang diresmikannya Lokalisasi Sunan Kuning. Kritik sumber yang dilakukan, menelisik apakah ini sumber yang dikehendaki atau tidak, sumber

asli atau bukan, kemudian melihat jenis kertas, ukuran, bahan dan kualitas. Sehingga dalam penulisan penelitian ini, mendapatkan data yang akurat dan

terpercaya.

b. Kritik intern

Kritik intern yaitu kritik yang menilai apakah sumber, dilihat dari

(28)

kebenarannya. Terlebih untuk sumber sekunder, karena sumber sekunder biasanya sudah mendapatkan unsur interpretasi penulis yang tidak mustahil

ada unsur-unsur subyektifitas dari penulis meskipun dalam skala yang kecil. Kritik intern dilakukan dengan membandingkan beberapa penafsiran dari

beberapa buku pada data yang diperoleh.

Cara penulis melakukan kritik intern yaitu:

1) Melakukan cross chek data antar sumber yang berhasil dikumpulkan.

2) Melihat asal sumber, siapa yang menulis atau pengarangnya, apakah wartawan, ahli atau pengamat, praktisi, dosen, pelaku peristiwa atau

institusi pemerintahan dan swasta. Dengan memperhatikan hal itu maka dapat disimpulkan apakah sumber tersebut dapat diyakini kebenarannya atau tidak.

3) Melihat kandungan data dari masing-masing sumber, apakah sumber yang diperoleh datanya relevan atau tidak dengan permasalahan atau

tidak.

4) Menyeleksi sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang ditetapkan.

5) Memperhatikan apakah sumber tersebut merupakan hasil penelitian, pengamatan atau observasi, laporan perjalanan atau tulisan pelaku.

(29)

observasi, dan penelitian. Cara yang dilakukan adalah dengan cara membaca sumber yang ada kemudian memilih sumber yang paling tepat.

Sehingga dalam penulisan penelitian didapatkan data yang akurat dan tepat.

3. Interpretasi

Pada tahap ini data atau fakta-fakta yang telah diperoleh perlu dihubung-hubungkan dan dikait-kaitkan satu sama lain sehingga antara fakta

yang satu dengan yang lain kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk akal dalam arti mewujudkan kesesuaian. Usaha untuk mewujudkan rangkaian yang

bermakna inilah yang menyebabkan sejarawan membuat intepretasi terhadap fakta. Dalam proses ini tidak semua fakta sejarah dapat dimasukkan, tetapi harus dipilih mana yang relevan dan mana yang tidak relevan. Setelah

melakukan kritik sumber, kemudian dilakukan analisis data yaitu proses penyusunan data akan dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti

menggolongkannya dalam pola atau kategori. Untuk memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antara

berbagai konsep.

4. Historiografi

Historiografi yaitu penyajian dalam sebuah cerita sejarah. Dalam

(30)

sistematis dan kronologis. Tujuan historiografi adalah merangkai kata- kata menjadi kisah sejarah. Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahap

(31)

BAB V

SIMPULAN

Lokalisasi Sunan Kuning pada tahun 1966 didirikan oleh pemerintah. Lokalisasi Sunan Kuning sebagai wadah penampungan para wanita tuna susila,

agar tidak melakukan transaksi di dalam kota. Dengan adanya wadah penampungan wanita tuna susila diharapkan bisa meminimalisir adanya wanita tuna susila yang berkeliaran di jalanan. Selain agar mudah didata dan organisir,

lokalisasi memudahkan para wanita tuna susila dapat dibina dengan baik sehingga ketika kembali ke masyarakat bisa menyesuaikan diri. Pada tahun 1998, terjadi gejolak di dalam pemerintahan, yang mengakibatkan terjadinya krisis

ekonomi di Indonesia, yang mengakibatkan semua barang kebutuhan menjadi mahal dan PHK dimana-mana. Akibatnya, menjadi semakin banyak orang yang

menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Akibat terjadinya krisis ekonomi, jumlah wanita tuna susila di Lokalisasi Sunan Kuning mengalami

peningkatan. yang sebelumnya 450 orang menjadi 600-an orang.

Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya Lokalisasi Sunan Kuning terhadap masyarakat sekitar diantarnya mengakibatkan pemikiran masyarakat

sekitar, bahwa hubungan seks tanpa menikah adalah hal yang biasa. Semua kehidupan yang dilakukan oleh para wanita tuna susila adalah kehidupan yang

biasa saja, seperti kehidupan pada umumnya. Hal tersebut yang membuat para

(32)

anak kecil yang bertempat tinggal di Lokalisasi Sunan Kuning meniru kebiasaan buruk dari wanita tuna susila. Selain itu, dengan adanya Lokalisasi Sunan Kuning

juga meningkatkan perekonomian warga sekitarnya. Warung makan, salon dan toko kelontong milik warga ramai pembeli, dikarenakan para pelanggannya

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik.1990. Sejarah Lokal Di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Madaunuversity Press

Anonim. 2008. Panduan Bimbingan, Penyusunan, Pelaksanaan Ujian, dan Penelitian Skripsi Mahasiswa. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial

Arif, Budiman. 2010. Pemberdayaan Wanita Tuna Susila (Wts) Melalui Kecakapan Hidup (Life Skil) Ketrampilan Salon Tata Rias Rambut. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-PRESS

Hull, Terence H, Dkk. 1997. Pelacuran di Indonesia: Sejarah Dan Perkembangannya. Jakarta :Pustaka Sinar Harapan

Ingleson, John. 1986. Prostitution in Colonial Java, dalam D.P Chandler and M.C. Ricklefs, eds, Nineteenth and Twentieth Century Indonesia: Essays in Honour of Prof.J.D. Ledge. Melbourne: Monash University

Kartini Kartono.2003. Pathologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada

Koentjaraningrat. 1981. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Pt Gramedia

Kuntowijoyo 2003. Metodologi Sejarah Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wicana.

Laporan Profil Desa Dan Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental dan Konsep Kecakupan dan Perkembangannya Yogyakarta : Penerbit Andi

Soedjono, D. 1982. Pathologi Sosial. Bandung: Alumni

(34)

Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Pt. Radja Grafindo Persada

Truong, Thanh-Dam. 1992. Sek, Uang dan Kekuasaan: Pariwisata Dan Pelacuran Di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES

Wasino. 2007. Dari Riset Hingga Tulisan Sejarah. Semarang: UNNES PRESS. Surat Kabar:

1983. Lokalisai Sunan Kuning Belum Ada yang Sanggup Memindahkan”. Suara Merdeka, 30 juli. Hlm. 08.

1984. Mulai 1 Maret ’85 Semua Lokalisasi Harus Ditutup”. Suara Merdeka, 06 Maret. Hlm. 3

1985. Jumat Hari Ini Lokalisasi Sunan Kuning Secara Resmi Ditutup”. Suara Merdeka, 01 Maret. Hlm. 03

1985. Pudakpayung Akan Tetap Dijadika Lokalisasi”. Suara Merdeka, 06 Juni. Hlm. 02

1985. Pemindahan Lokalisasi WTS Ke Pudak Payung Sudah Mutlak”. Suara Merdeka, 04 Juli. Hlm. 01.

1985. Pengawasan di Lokalisasi WTS Harus Dipilih Orang –Orang Suci”. Suara Merdeka, 05 Juli. Hlm. 03.

1985. Ibu-ibu Pudakpayung Pusing, Gara-gara Anaknya Mulai Bicara Lokalisasi”. Suara Merdeka, 12 Juli. Hlm. 03.

1987. Proyek Lokalisasi WTS Pudakpayung Macet Lagi”. Suara Merdeka, 20 Juni Juli. Hlm. 10.

1987. Lokalisasi Pusakpayung Akan Dilanjutkan :agi”. Suara Merdeka, 02 Juli. Hlm. 12.

1988. Pemindahan Lokalisasi WTS ke Pudakpayung Tetap Terhambat”. Suara Merdeka, 24 Juni. Hlm. 09.

1985. Pemindahan Lokalisasi WTS Ke Pudak Payung Sudah Mutlak”. Suara Merdeka, 04 Juli. Hlm. 01.

(35)

2007. Sunan Kuning Tidak Berkaitan dengan Lokalisasi” Suara Merdeka, 07 Desember. Hlm. 17.

2009. Resosialisasi Argorejo bagi leaflet” Suara Merdeka, 02 Desember. Hlm. 16.

(36)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(37)
(38)
(39)
(40)

LAMPIRAN : 3

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Suwandi Eko Putranto TTL : Semarang, 21 Maret 1951

Jabatan : Ketua Resosialisasi Argorejo dan Ketua RW 4

Alamat : Jl. Srikuncoro XI RT 06 RW 04 Kelurahan Kalibanteng kulon 2. Nama : Selamet Suwandi

TTL : Semarang, 17 Juli 1968

Jabatan : Sekertaris Resosialisasi Argorejo

Alamat : Jl. Srikuncoro VIII, RT 04 RW 04 Kelurahan Kalibanteng

Kulon

3. Nama : Ari Istiayadi

TTL : Jember, 22-Maret 1968 Pekerjaan : Ketua LSM Lentera Asa

Alamat : Limbangan Kendal 4. Nama : Jasmirah

TTL : Semarang, 06 Agustus 1961

Pekerjaan : Wiraswasta

(41)

5. Nama : Edi

TTL : Semarang, 15 Januari 1955 Jabatan :wiraswasta

Alamat : Jl. Srikuncoro X RT 06 RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon 6. Nama : Listiowati

TTL : Kendal, 06 Agustus 1976

Pekerjaan : WPS

Alamat : Jl. Srikuncoro X RT 06 RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon

7. Nama : Dr. Bambang

TTL : Semarang, 06 Agustus 1959 Pekerjaan : Dokter

Alamat : Semarang Timur 8. Nama : Budianto

TTL : Semarang, 06 Agustus 1979 Pekerjaan : Dinas Sosilal Kota Semarang Alamat : Semarang Tengah

9. Nama : Endang

TTL : Pasuruan, 06 Agustus 1979

Pekerjaan : WPS

(42)

LAMPIRAN : 4

INSTRUMEN WAWANCARA

INSTRUMEN UNTUK WANITA TUNA SUSILA

1. Siapa nama anda? 2. Darimana anda berasal?

3. Sudah berapa lama anda bekerja disini?

4. Apa yang menyebabkan anda terjun kesini?

5. Apakah anda bekerja disini karena ajakan orang lain?

6. Dengan siapa anda berada di kompleks ini? 7. Apakah anda pernah mengukuti pembinaan? 8. Apa saja isi dari pembinaan tersebut?

9. Pelatihan apa saja yang pernah anda ikuti? 10.Bagaimana pendapat anda mengenai resos?

11.Apa tugas rosos di tempat ini

12.Apakah anda tahu, Program apa yang ditetapkan oleh resos? 13.Program resos apa yang sudah anda lakukan?

(43)

INSTRUMEN UNTUK PENGURUS RESOSIALISASI ARGOREJO

1. Berapa jumlah pengurus resos? 2. Tugas resos apa saja?

3. Berapa batasan waktu para pelacur tinggal? 4. Berapa jumlah mucikari?

5. Berapa jumlah wanita tuna susila?

6. Apakah disini ada pemebinaan bagi Wanita tuna susila? kapan dan diamana? 7. Apa sangsi yang di terapakan bila tidak mengikuti pembinaan?

8. Program apa yang diterapkan resos untuk mengatasi para pelacur?

9. Rata yang menjadi pelacur umurnya berapa?

10.Apakah disini pekerjaan yang dilakukan para pelacur hanya menerima tamu

saja atau ada yang lain?

11.Apakah ada kegiatan rutin yang harus dilakukan oleh para pelacur?

12.Bagaimana hubungan interaksi antara wanita tuna susila dengan masyarakat setempat?

13.Mengapa anda berkenan menjadi pengurus resos?

14.Apakah resiko yang diterima ketika menjadi pengurus resos? 15.Apa akibatnya jika resosialisasi ditutup?

(44)

INSTRUMEN UNTUK MASYARAKAT KALIBANTENG KULON

1. Bagaimana pendapat anda tentang Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning? 2. Apa dampak yang anda rasakan mengenai keberadaan resosialisasi argorejo?

3. Apakah anda tahu mnegenai program dari Resosialisasi Argorejo? 4. Bagaimana kalau Resosialisasi ini ditutup menurut anda bagaimana?

5. Apakah ada perbedaan yang dibawa para wanita tuna susila dengan

masyarakat sekitar?

6. Dapatkah wanita tuna susila yang ada disini menyesusikan diri dengan

(45)

LAMPIRAN : 5

GAMBAR

Gambar : 1

(46)

Gambar : 2

(47)

Gambar : 3

(48)

Gambar : 4

(49)

Gambar : 5

(50)

Gambar : 6

(51)

Gambar : 7

(52)

LAMPIRAN : 6

SURAT KABAR

(53)

SUARA MEDEKAH 30-07-1983 HAL : H

(54)
(55)
(56)

SUARA MERDEKA, 04-07-1985 HAL : A

(57)
(58)

IBU-IBU DI PUDAKPAYUNG PUSING, GARA2 ANAKNYA MULAI BICARA LOKALISASI

(59)
(60)
(61)

PEMINDAHAN LOKALISASI WTS KE PUDAKPAYUNG TETAP TERHAMBAT

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)

Daftar Anak Asuh Resosialisasi Argorejo Tahun 2010

NO IBU ASUH NAMA/PANGGILAN ALAMAT ASAL PENDIDIKAN KOS TDK

KOS WISMA

1 MASITA

1. Sri Wahyuningsih / SRI

Jln. Panglima Sudirman 303 RT 02 RW 02

Kel. Kingking, Tuban SMP √

Ds. Pucungkerep Dsn. Tedunan RT 20 RW

(78)

5 MUGIRI

Ngargotirto Garangsari, Lumuyu, Kab.

(79)

3. Mayani / MAYA

Dsn. Nggamblok, Ds. Peron RT 13 RW 03,

(80)

4. Mahmudah / CICI

Bunta Tempel Sari, RT 01 RW 01, Tretep

(81)
(82)

4. Rere / IRA

Ds. Karang Lates Sumber Pucing,

Malang SMK

19

1. sri

ayuminingsih/vivi

puncel RT 03 RW 02 kec dukuhseti kab

pati pesona permai

2. wiji lestari

bonan baaru RT o4 ds masaran kec

(83)

Resosialisasi Argorejo Membagikan Leaflet Tentang Bahaya HIV dan AIDS Kepada Masyarakat

Gambar

GAMBAR
Gambar : 2
Gambar : 3 Masjid RW IV Tahun 2000
Gambar : 4 Balai RW IV Sekaligus Kantor Resosialisasi Argorejo
+4

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana sejarah penetapan Taman Nasional Karimunjawa?, (2) bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan budaya pada masyarakat

(3) Bagaimana pengaruh keberadaan Industri Jenang Mubarokfood Cipta Delicia terhadap sosial ekonomi masyarakat Glantengan, Kabupaten Kudus tahun 1975-1998?.. Penelitian

Skripsi yang berjudul “Pertambangan Batu Andesit dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Salawangi Kabupaten Majalengka Tahun 2000- 2014”. Penelitian

Penelitian ini bertujuan:(1)Untuk mengetahui sejarah Pasar Tradisional Wadaslintang,(2)Untuk mengetahui kondisi ekonomi, sosial dan budaya Masyarakat Wadaslintang tahun

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di Kecamatan Montasik Aceh Besar sebelum menggunakan teknologi pertanian

Sedangkan aspek etikanya antara lain dibahas dari segi Kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa (etika sosial Jawa) yang dipengaruhi oleh Pandangan Dunia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Andi Aris

Atas berkat kasih anugerahnya maka penulis dapat melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Dampak Industrialisasi Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi dan