• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Metode Penelitian

Karya sejarah tanpa memanfaatkan teori dan metodologi dikatakan sejarah naratif (narrative history), sedangkan karya sejarah yang memanfaatkan teori dan metodologi adalah sejarah analitis (analytical history).6

6Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hlm.

110.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan penulisan sejarah yang deskriptif analitis. Tahap pertama adalah heuristic (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung dengan objek yang diteliti. Pada tahap heuristik ini digunakan dua cara yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah, arikel-artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya dan berkaitan dengan judul yang dikaji. Selanjutnya penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini.

Tahap kedua yang dilakukan adalah kritik sumber. Maksudnya dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber, yaitu dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis. Hal ini ditujukan agar kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian.7

Tahapan ketiga ialah interpretasi atau penafisiran, dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Hal ini juga akan menjadi penting karena tanpa penafsiran dari seorang sejarawan, data tidak akan dapat berbicara.Tahap terakhir adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis.

Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang objektif dan ilmiah.

Kritik yang mengacu terhadap kredibilitas sumber, yang artinya apakah isi dokumen ini terpercaya atau tidak dimanipulasidinamakan kritik intern, sedangkan kritik yang mengacu pada usaha mendapatkan otensitas sumber dengan melakukan penelitian fisik dinamakan kritik ekstern.

7Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 32.

BAB II

GAMBARAN UMUM TAMAN SARI GUNONGAN

2.1 Latar Belakang Pembangunan Taman Sari Gunongan

Taman Sari Gunongan sendiri merupakan sebuah taman kesultanan yang di dalamnya terdiri dari Gunongan (Gegunongan Menara Permata), Peterana Batu Berukir (Singgasana), Kandang Baginda (Balai Kembang Cahaya) dan berbagai temuan batu nisa kuno yang saat ini diletakkan di dekat pintu masuk. Sejarah pembangunan situs ini tidak lepas dari Sultan Iskandar Muda yang merupakan sultan paling agung dan paling tersohor di dalam catatan sejarah Aceh. 8

8 Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Naskah Rekomendasi Pemeringkatan Situs Cagar Budaya Taman Sari Gunongan Sebagai Cagar Budaya Nasional. 2017

Taman Sari Gunongan merupakan hadiah pemberian dari Sultan Aceh ke-14 yaitu Sultan Iskandar Muda untuk permaisuri beliau yang berasal dari Kesultanan Pahang. Pada abad ke-17 di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh menjadi salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia dan pada saat itu pula Kesultanan Aceh berhasil menaklukan Kesultanan Pahang yang saat ini menjadi bagian dari negara modern Malaysia. Dengan membawa para armada darat dan laut Aceh yang sangat disegani di dunia Melayu, sultan melakukan penyerangan ke negeri Pahang.

Perang besar terjadi di tanah Melayu, kesultanan Aceh berhasil menaklukan Kesultanan Pahang dan menjadikannya sebagai negeri vassal dari kesultanan Aceh Darussalam. Sebagaimana tradisi perang pada zaman itu dan untuk memberikan

penghormatan kepada baginda sultan Aceh Darussalam maka setiap negeri kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan harta rampasan perang, upeti dan pajak tahunan kepada sultan. Selain itu pihak kesultanan Pahang juga menyerahkan putri kerajaan untuk dinikahi oleh sultan Aceh.

Sultan Iskandar Muda lantas menikahi Putri Khamalia yang merupakan putri dari Sultan Pahang yaitu Sultan Ahmad Shah II9. Putri Khamalia yang cantik parasnya dan manis tutur katanya beserta Sultan Pahang diboyong ke Aceh Darussalam. Bersamaan dengan itu, keluarga kesultanan Pahang bersama sebagian penduduknya ikut bermigrasi ke Aceh untuk memperkuat pasukan kesultanan Aceh.

Pada masa itu kesultanan Aceh berada pada puncak keemasannya dimana Aceh Darussalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa-bangsa barat, memiliki sistem pendidikan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, serta menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.10

9Sultan Ahmad Shah II adalah sultan yang berkuasa di negeri Pahang dari tahun 1590-1592.

Beliau adalah mertua dari Sultan Iskandar Muda sekaligus ayah dari Sultan Iskandar Tsani yang memerintah di negeri Aceh setelah mangkatnya Sultan Iskandar Muda.

10Denys Lombard, Op.Cit., Hlm 181.

Maka tak heran pada masa itu Aceh Darussalam adalah sebuah negeri berbentuk kerajaan Islam yang menjadi kiblat ilmu pengetahuan bagi kerajaan-kerajaan lainnya di kawasan Asia Tenggara.Karena Putri Khamalia berasal dari Kesultanan Pahang, maka rakyat Aceh menyebut Putri Khamalia sebagai PutroePhang yang dalam bahasa Aceh jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti seorang Putri yang berasal dari negeri Pahang.Putroe dalam bahasa Aceh jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

berarti “Tuan Putri” atau “Putri”. Gelar ini digunakan di Kesultanan Aceh bagi mereka para perempuan yang memiliki darah langsung dinasti kesultanan maupun yang diangkat menjadi keluarga kesultanan melalui jalur pernikahan.Rakyat Aceh sangat mencintai dan menghormati Putroe Phang yang selalu setia kepada baginda Sultan Iskandar Muda dalam menjalankan roda pemerintah dan memakmurkan negeri Aceh11

Tujuan pembangunan Taman Sari Gunongan pada abad ke-17 adalah untuk mengobati rasa rindu Putroe Phang terhadap kampung halamannya yang dikelilingi oleh bukit-bukit sementara Banda Aceh yang merupakan ibukota Kesultanan Aceh dikelilingi oleh lautan. Maka, dengan membawa para pekerja dari Turki dan Cina Sultan Iskandar Muda memerintahkan dibangunnya Taman Sari Gunongan. Taman ini menjadi gambaran dari taman surgawi dan juga bukit-bukit di negeri Pahang dimana taman ini dilengkapi dengan Sungai Krueng Daroy (Sungai Darul Asyiqi), masjid kesultanan yang berarsitektur tradisional Aceh, dan tanaman bunga-bunga indah yang memenuhi taman. Dalam kitab Bustanussalatin karya dari Syeikh Nuruddin Ar-Raniri yang merupakan karya besar dalam sejarah kesusastraan Melayu yang ditulis pada tahun 1047 H (1637 M) disebutkan bahwa taman yang bernama tradisional Taman Ghairah ini luasnya seribu depa dan dilalui oleh sungai indah bernama Sungai Krueng Daroy (Darul Asyiqi), penuh aneka pohon bebungaan, bangunan-bangunan yang terbuat dari batu pualam warna-warni, serta tiang-tiang

. Namun saat berada di Aceh sang putri merasa sangat rindu kepada kampung halamannnya di Semenanjung Melayu.

11 A Hasjmy, Op.Cit., Hlm. 126

yang dibalut logam tembaga, perak dan suasa yang memiliki berbagai ukiran indah.

Pada awalnya Taman Sari Gunongan berada di halaman belakang istana Kesultanan Aceh yang bernama Istana Darud Donya yang kawasan intinya kini telah menjadi Meuligoe Gubernur Aceh. Taman Sari Gunongan merupakan bagian dari Komplek Taman Ghairah yang merupakan sebuah taman yang lebih luas dan mengelilingi istana Kesultanan Aceh. Kini, Komplek Taman Ghairah telah terbagi menjadi beberapa bagian taman yang meliputi Taman Putroe Phang, Taman Sari Gunongan12

Diantara berbagai bangunan bersejarah yang berada di dalam komplek Taman Sari Gunongan yang paling terkenal adalah Gunongan atau yang bernama asli Gegunongan Menara Permata. Gunongan menjadi simbol cinta dan keagungan yang berdiri megah dan sangat mendominasi taman. Gunongan merupakan sebuah bangunan menyerupai gunung atau bukit yang dibangun dalam tiga tingkat. Beberapa bagian dindingnya berukir bunga-bunga. Tingkat utama berada di atas tanah dan tingkat ketiga bermahkotakan sebuah tiang yang berdiri di pusat bangunan.

Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan).Pintu masuk Gunongan yang berada di tingkat pertama bernama Pinto Tangkop. Bentuknya seperti jangkar kapal yang melambangkan bahwa Sultan Aceh mempunyai prajurit laut yang kuat. Pinto Tangkop berukuran rendah dan harus menunduk apabila kita ingin masuk ke dalam. Menunduk dalam tradisi Aceh merupakan pengungkapan rasa hormat dan , Taman Sari Banda Aceh dan kawasan kota tua Banda Aceh tempat berdirinya Meuligoe Gubernur.

12 Sri Wahyuni. 2014. “Pelestarian Dan Pemanfaatan Pinto Khop Sebagai Bagian Dari Taman Putroe Phang di Banda Aceh”. Arabesk. Edisi XIV Nomor 1. Hlm 106.

harus selalu merendahkan hati sebagai umat manusia. Tepat di bagian puncak Gunongan terdapat menara yang menjulang tinggi berbentuk kelopak bunga seperti permata yang melambangkan kejayaan. Pada setiap puncak gelombang gunongan di tingkat dua dan tiga terdapat ukiran kuncup bunga matahari yang melambangkan seorang tuan putri.Pada era kesultanan Aceh, Gegunongan Menara Permata dihiasi dengan berbagai jenis hiasan perak, tembaga dan suasa sehingga apabila terkena cahaya matahari maka cemerlanglah cahayanya yang memikat hati siapa saja yang melihatnya.

Keindahan itu didukung dengan suara gemericik air dari Sungai Krueng Daroy dan harumnya aroma bunga-bunga yang di tanam di sekitar situs.Tepat di samping Gunongan berada sebuah bangunan berbentuk persegi panjang dengan tinggi sekitar 4 meter. Pada era Sultan Iskandar Muda bangunan tersebut digunakan sebagai tempat jamuan makan keluarga Kesultanan Aceh dan para tamu kenegaraan yang berkunjung ke istana. Setelah Sultan Iskandar Muda wafatdan zaman terus melangkah maju, Kandang Baginda atau yang biasa disebut Kandang ini dijadikan sebagai lokasi pemakaman bagi Sultan Iskandar Tsani yang merupakan menantu dari Sultan Iskandar Muda. Kandang merupakan sebuah bangunan berteras setinggi 2 meter dan tinggi 4 meter. Ornamen-ornamen yang menghiasi bagian dinding Kandang berupa stilirisasi salur-saluran yang membentuk pola belah ketupat dan segi tiga, mega berarak, dan berbagai bunga. Terdapat pula bentuk gunungan yang menghiasi bagian atas tengah dinding Kandang yang berpadu dengan motif-motif khas.13

13 Wawancara dengan Salya Rusdi 8 September 2018

Sekeliling

bagian atas dinding berhiaskan kuncup-kuncup bunga sejumlah 12 kuncup bunga.

Ukiran-ukiran pada dinding Kandang sangat mirip dengan ukiran-ukiran pada batu-batu nisan Kesultanan Lamuri14

Tepat di sebelah kiri pintu masuk Gunongan terdapat sebuah batu berbentuk silinder dengan berbagai ukiran motif jala yang dikenal dengan nama Peterana Batu Berukir. Peterana ini berdiameter sekitar 1 meter dengan ketinggian sekitar 0,50 meter. Bagian tengahnya berlubang dan sisi utaranya dilengkapi dengan tangga kecil sebagai pijakan kaki sebanyak 2 tingkatan kecil.Pada masa Sultan Iskandar Muda tempat ini digunakan sebagai tempat duduk bagi keluarga kesultanan yang bermain-main di Taman Sari Gunongan khususnya untuk Putroe Phang saat dilayani oleh para dayang-dayang istana. Peterana Batu Berukir lebih mirip seperti sebuah singgasana tempat bertahtanya sang putri, situs ini juga memiliki ragam motif ukiran yang mirip dengan Kandang Baginda yang bisa saja terinspirasi dari warisan seni arsitektur kesultanan Lamuri mengingat kemiripan-kemiripan pada nilai estetika seni ukir pada situs. Keseluruhan bangunan-bangunan bersejarah di dalam Taman Sari Gunongan yang merupakan cikal bakal dari kesultanan Aceh.

Tepat di dalam Kandang pada awalnya sekitar tahun 1977 para peneliti dari Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasionalmenemukan beberapa nisan berukir berukuran besar yang dilengkapi dengan kaligrafi-kaligrafi indah namun saat ini nisan-nisan tersebut sudah dipindahkan ke depan gedung Balai Penyelamatan Cagar Budaya yang masih berada di dalam komplek Taman Sari Gunongan.

14Kesultanan Lamuri adalah Kesultanan Islam yang berdiri di wilayah Kabupaten Aceh Besar dan merupakan cikal bakal dari Kesultanan Aceh. Lamuri mewarisi ilmu pengetahuan dan berbagai situs bersejarah yang digunakan kembali di era Kesultanan Aceh seperti Benteng Indra Patra dan Masjid Tuha Indrapuri.

berwarna putih dan dihiasi dengan berbagai motif yang berbeda pada setiap bangunan. Sampai saat ini berbagai bangunan masih berada dalam kondisi yang sangat baik dan terlihat sangat indah di siang hari. Warna putih bangunan-bangunan berpadu dengan hijaunya berbagai tumbuhan yang ada di dalam komplek Taman Sari Gunongan memberikan kesan yang sangat menyejukkan di tengah panasnya suhu kota Banda Aceh. Keseluruhan bangunan bersejarah di dalam Taman Sari Gunongan didirikan dengan bahan bangunan berupa putih telur dan batuan dengan kualitas terbaik. Putih telur bermanfaat untuk merekatkan dan memperkokoh bangunan maka tak heran pada masa itu kesultanan Aceh menghabiskan sangat banyak telur sebagai bahan pembangunan Taman Sari Gunongan.15 Taman ini menjadi salah satu tempat bersejarah yang sangat diminati untuk dikunjungi oleh para wisatawan manca negara terutama yang berasal dari negara Malaysia. Sampai saat ini orang Melayu di Malaysia dan orang Aceh di Sumatera merasa memiliki ikatan yang sangat kuat tidak hanya dari segi agama dan budaya tapi juga dari segi sejarah kesultanan sehingga dapat ditemukan banyak orang Melayu di Aceh dan banyak orang Aceh di Malaysia.

15Wawancara dengan Azhari 10 September 2018.

Dokumen terkait