• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUS CAGAR BUDAYA TAMAN SARI GUNONGAN DI BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SITUS CAGAR BUDAYA TAMAN SARI GUNONGAN DI BANDA ACEH"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)SITUS CAGAR BUDAYA TAMAN SARI GUNONGAN DI BANDA ACEH TAHUN 1990-2000. Skripsi Sarjana Dikerjakan O L E H NAMA. : MUHAMMAD IQBAL. NIM. : 140706015. PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019. Universitas Sumatera Utara.

(2) Universitas Sumatera Utara.

(3) Universitas Sumatera Utara.

(4) Universitas Sumatera Utara.

(5) Universitas Sumatera Utara.

(6) KATA PENGANTAR. Segalapujidan. rasa. syukurpenulispanjatkankepada. Allah. SubhanahuWaTa’alaTuhan Yang MahaEsakarenaberkatlimpahanrahmatdanhidayahNyapenulisdapatmenyelesaikanskripsi. ini.. SholawatdansalamjugapenulissampaikankepadajunjungankitaRasulullah Muhammad Shalallahu’alaihiWaSallam. yang. telahmenghapuskanzamankegelapandanmenjadikanduniamenjaditerangdenganilmupe ngetahuan. Penulisanskripsiinimerupakansalahsatu. syarat. haruspenulispenuhidalammenyelesaikanpendidikan StudiIlmuSejarahFakultasIlmuBudayaUniversitas. yang. di. Program. Sumatera. Utara. sebagaisyaratkelulusan.Untukmemenuhisyarattersebutmakapenulismengangkatsebuah permasalahan. yang. sangatmenarikdanpenulistuliskansebagaisebuahskripsi. yang. berjudul“SitusCagarBudaya Taman Sari Gunongan di Banda Aceh Tahun 19902000”. Penulismenyadaribahwaskripsiinimasihbelumsempurnanamunbesarharapanpe nulis. agar. skripsiinidapatmenjadisalahsatusumberbagiparapeneliti. di. masadepanuntukmemperolehberbagai data gunamelakukanpenelitian lanjutan yang berkaitandenganskripsi. ini. agar. menciptakanberbagaitulisanbarudalamduniailmupengetahuansejarah.. Medan,Januari2019 Penulis,. Muhammad Iqbal. Universitas Sumatera Utara.

(7) NIM: 140706015. UCAPAN TERIMA KASIH Segalapujidansyukurpenulispanjatkankepada Allah SubhanahuWaTa’ala yang telahmelimpahkanrahmat,. cintadankasihsayang-Nyakepadapenulis.. SholawatdansalamselalutercurahkepadaRasulullah. Muhammad. Shalallahu’alaihiWaSallamkarenaberkatbeliaupenulisdapat berada di zaman yang terang. Islam. sepertisaatinisehinggadapatmenempuhpendidikandenganbaikdanmenyelesaikanskrips idengantepatwaktudenganjudul“SitusCagarBudaya Taman Sari Gunongan di Banda Aceh. Tahun. 1990-. 2000”.Tujuandaripenulisanskripsiiniadalahuntukmemenuhisalahsatusyaratkelulusan di Program StudiIlmuSejarahFakultasIlmuBudayaUniversitas Sumatera Utara. Dalampenulisanskripsiinipenulistelahmelibatkanbanyakpihak. yang. sangatmembantupenulisdalammenyelesaikannyaolehsebabitusebagaiwujudpengharga andanungkapan. rasa. syukurpenulismengucapkanterimakasihsebesar-. besarnyakepadaberbagaipihak. yang. telahmembantupenulissehinggadapatmenyelesaikanskripsiini.Untukitu, penulisucapkanterimakasihkepada : 1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selakuDekanFakultasIlmuBudayaUniversitas Sumatera Utara yang jugaberperansebagaidosenpembimbingskripsipenulis. Beliautelahmemberikanilmupengetahuandandukungan. moral. yang. sangatbesarkepadapenulis. Berkatjasabeliaupenulisterusberusahauntukmelakukan. yang. Universitas Sumatera Utara.

(8) terbaiksehinggapenulisdapatmenempuhpendidikandenganbaikdanmenyelesaik anskripsidengantepatwaktu.. 2. Bapak. Drs.. Edi. Sumarno,. M.Hum.. selakuKetua. Program. StudiIlmuSejarahFakultasIlmuBudayaUniversitas Sumatera Utara beserta Dra. Nina Karina M. SP.,Selakusekretaris Program StudiIlmuSejarah yang telahmembantupenulisdalamberbagaihaluntukkelancaranpembuatanskripsiini. 3. Seluruhbapakdanibudosen. di. StudiIlmuSejarahFakultasIlmuBudayaUniversitas telahmemberikanilmupengetahuan,. Program Sumatera. Utara. pengalamandandukungan. kepadapenulisselamamenempuhpendidikan.. Tidaklupa. pengurussampaikanterimakasihkepadaStafAdministaris. yang moral pula. di. Program. StudiIlmuSejarah. yang. telahmembantupenulisdalamberbagaibidangadministrasiselamapenulismenjadi mahasiswa. 4. Terimakasih yang sebesar-besarnyakepadaorangtuakandungpenulisAyahanda Muhammad Rivai S.E danIbundaYuliana S.P,omapenulisHj. Syamsiah, tantepenulis. dr.. selalumemberikandoa,. Yuswitadan. Eva. bimbingan,. YantiPuspita dukungan. S.E. yang moral. danmorilkepadapenulisdalamkeadaansukamaupunduka. Terimakasihuntuksetiapcintadan. restu. yang. Universitas Sumatera Utara.

(9) selalumengiringilangkahpenulissehinggapenulisdapatmenyelesaikanseluruhje njangpendidikandenganbaik. 5. Terimakasihkepadasaudara-saudarikandungpenulis Muhammad AlbarFikri, Muhammad Halil Rio FebriansyahdanJihanSorayaPutri yang selaluberada di sisipenulisdanmenjadisumberkekuatandalammenyelesaikanberbagaijenjangpe ndidikan. 6. Terimakasihkepada. BPCB. (BalaiPelestarianCagarBudaya). Aceh,. PerpustakaanFakultasIlmuBudaya, PerpustakaanUniversitas Sumatera Utara, Para pengelola Taman Sari Gunongandan Museum Negeri Aceh yang telahmembantupenulisdalammemperolehberbagaiinformasidanmengumpulkan data saatpenulisanskripsi. 7. TerimakasihkepadaKeluargaBesarHijauHitamHimpunan (HMI). Komisariat. FIB. Mahasiswa USU. Islam yang. telahmemberikanbanyakilmupengetahuandanpengalamankepadapenulismelalu iberbagaidinamikabaik. di. lingkungankampusmaupun. di. luarlingkungankampusselamapenulismenjadimahasiswasehinggamembentukp enulismenjadipribadi yang semakinnasionalis religious. 8. Terimakasihkepadakeluargabesar. Duta. Bahasa. Sumatera. Utara. yang. telahmemberikandukungan moral, ilmupengetahuandanpengalaman yang sangatbesarkepadapenulisdalammenyelesaikanskripsi. dilewatibersamaselalumenghasilkanwawasanbaru. Setiapwaktu. yang yang. mampumemupuksemangatpenulisuntukdapatmenyelesaikanpendidikandengan baikdantepatwaktu.. Universitas Sumatera Utara.

(10) Penulis. Muhammad Iqbal DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................... i UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................. ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... v DAFTAR TABEL.................................................................................................. viii ABSTRAK ............................................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 7 1.4 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8 1.5 Metode Penelitian ................................................................................. 11 BAB IIGAMBARAN UMUM TAMAN SARI GUNONGAN 2.1 LatarBelakang Pembangunan Taman Sari Gunongan.......................... 13 2.2 Letak Taman Sari Gunongan ……………..........………….………..... 20 BAB IIIPROSES PENETAPAN TAMAN SARI GUNONGAN SEBAGAI. Universitas Sumatera Utara.

(11) SITUS CAGAR BUDAYA DARI TAHUN 1990-1999 3.1 SebelumDitetapkanSebagaiSitusCagarBudaya..................................... 33 3.2 Setelah Lahirnya BPCB Aceh .............................................................. 36. BAB IV TAMAN SARI GUNONGAN SEBAGAI SITUS CAGAR BUDAYA DAN OBJEK WISATA TAHUN 2000 4.1 PenetapanSitus Sebagai Cagar BudayaTahun 1999…............................41 4.2 Pengelolaan Situs Sebagai Cagar Budaya Tahun 2000 .......................... 55 4.3 Pembukaan Situs Sebagai Objek WisataTahun 2000 ........................... 58 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 62 5.2 Saran ...................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN DAN GAMBAR. Universitas Sumatera Utara.

(12) ABSTRAK Skripsi ini berjudul ”SitusCagarBudaya Taman Sari Gunongan di Banda Aceh Tahun 1990-2000”. SkripsiinimembahassejarahTaman Sari Gunongan saat berdirinya BPCB Aceh di tahun 1990 hingga satutahunsetelahpenetapan Taman Sari GunongansebagaisituscagarbudayaolehKementerianPendidikandanKebudayaanRepu blik Indonesia padatahun 2000 sampaidenganperkembanganpengelolaankawasanbersejarah Taman Sari Gunongansebagaitempatwisata bersejarah. Hanyadalamwaktubeberapa tahuntelahterjadiperubahanbesar di kawasanbersejarah Taman Sari Gunongan yang hamper terlupakankarenatidakadanyaperhatianlebihdaripemerintahdanmasyarakatsekitar.Na mun,usahaKementerianPendidikandanKebudayaanRepublik Indonesia yang meresmikansitustersebutsebagaisituscagarbudayatelahmemberikandampakpositif yang sangatbesarbagipelestariandanpenyelamatankawasanbersejarahinidarikerusakan. Adapun penelitianiniuntukmenjeleskansecararuntutsejarahpenetapan Taman Sari Gunongansebagaisituscagarbudaya di Banda Aceh yang dilengkapidengansumber-sumberterpercayaselamadilakukannyapenelitian. Topikinisangatmenarikuntukdibahaskarenamasihtidakterlalubanyakmasyarakat Indonesia secaraumum yang mengetahuitentangkeberadaansitusinisebagaisebuahcagarbudayaselainitujugauntukm enjelaskanberbagaikenyataantentangkeunggulansitusini yang jugaharusmendapatkanperhatianlebihdariseluruhelemenpemerintahdanmasyarakat. Skripsiiniditulisdenganmenggunakanmetodepenelitiansejarahyaitu heuristic (pengumpulansumber), verifikasieksterendan intern (pengkritikanterhadapsumber), interpretasi (penafsiransumber), danhistoriografi (tahappenulisansejarah).Penulisaninidiuraikandalambentukdeskriptifnaratifyaitumen ganalisissetiap data danfakta agar tulisanbersifatilmiah (objektif), tematisdankronologis.. Kata Kunci : Kesultanan Aceh, Taman Sari Gunongan, Situs Cagar Budaya.. Universitas Sumatera Utara.

(13) Universitas Sumatera Utara.

(14) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banda Aceh adalah ibukota provinsi Aceh yang menjadi pusat pemerintahan,. ekonomi, politik, sosial dan budaya. Sebagai ibukota dari Kesultanan Aceh, Banda Aceh menyimpan banyak situs warisan sejarah yang berasal dari masa kesultanan. Salah satu situs warisan sejarah Aceh yang sangat mengagumkan dan tak ternilai harganya adalah Taman Sari Gunongan yang menjadi saksi sejarah peradaban Aceh. Taman Sari Gunongan adalah warisan sejarah Kesultanan Aceh Darussalam yang berada di Kecamatan Baiturrahman, Jalan Teuku Umar Nomor 1, Kota Banda Aceh. Taman Sari Gunongan merupakan hadiah pemberian dari Sultan Aceh ke-14 yaitu Sultan Iskandar Muda untuk permaisuri beliau yang berasal dari Kesultanan Pahang.Pada abad ke-17 di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh menjadi salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia dan pada saat itu pula Kesultanan Aceh berhasil menaklukan Kesultanan Pahang dengan membawa sekitar 20.000 armada darat dan laut dari Aceh untuk melakukan penyerangan ke negeri Pahang. 1 Setelah Kesultanan Aceh berhasil menaklukan Kesultanan Pahang, sebagaimana tradisi perang pada zaman itu setiap negeri kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan harta rampasan perang, upeti dan pajak tahunan. Selain itu juga harus menyerahkan putri kerajaan untuk dinikahi sebagai tanda takluk. Sultan Iskandar Muda lantas menikahi Putri Khamalia yang merupakan putrid dari Sultan 1. A Hasjmy, Iskandar Muda Meukuta Alam. Jakarta : Bulan Bintang, 1975. Hlm. 18. Universitas Sumatera Utara.

(15) Pahang yaitu Sultan Ahmad Shah II. Putri Khamalia yang cantik parasnya dan manis tutur katanya beserta Sultan Pahang diboyong ke Aceh Darussalam. Bersamaan dengan itu, keluarga Kesultanan Pahang bersama sekitar 10.000penduduknya ikut bermigrasi ke Aceh untuk memperkuat pasukan Kesultanan Aceh.Pada masa itu Kesultanan Aceh berada pada puncak keemasannya dimana Aceh Darussalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa-bangsa barat, memiliki sistem pendidikan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, serta menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Maka tak heran pada masa itu Aceh Darussalam adalah sebuah negeri berbentuk kerajaan Islam yang menjadi kiblat ilmu pengetahuan bagi kerajaan-kerajaan lainnya di kawasan Asia Tenggara. Karena Putri Khamalia berasal dari Kesultanan Pahang, maka rakyat Aceh menyebut Putri Khamalia sebagai Putroe Phang yang dalam bahasa Aceh jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti seorang Putri yang berasal dari negeri Pahang. Tujuan pembuatan Taman Sari Gunongan pada abad ke-17 adalah untuk mengobati rasa rindu Putroe Phang terhadap kampung halamannya yang dikelilingi oleh bukit-bukit sementara Banda Aceh yang merupakan ibukota Kesultanan Aceh dikelilingi oleh lautan. Pada awalnya, Taman Sari Gunongan berada di halaman belakang istana Kesultanan Aceh yang bernama Istana Darud Donya yang kawasan intinya kini telah menjadi Meuligoe Gubernur Aceh. Taman Sari Gunongan merupakan bagian dari Komplek Taman Ghairah yang merupakan sebuah tamanyang lebih luas dan mengelilingi istana Kesultanan Aceh. Kini, Komplek Taman Ghairah. Universitas Sumatera Utara.

(16) telah terbagi menjadi beberapa bagian taman yang meliputi Taman Putroe Phang, Taman Sari Gunongan, Taman Sari Banda Aceh dan kawasan kota tua Banda Aceh yang meliputi gedung-gedung tua warisan kolonial Belanda. 2Pembangunan Taman Sari Gunongan pada abad ke-17 ini merupakan penggambaran dari taman surgawi sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an menurut kepercayaan dan tradisi umat Islam. Sebagai tempat bermain Putroe Phang bersama para dayang-dayang istana, Taman Sari Gunongan sendiri di dalamnya didirikan beberapa bangunanbangunan unik yang berdiri dengan indah dan memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Keseluruhan bangunan yang berada di dalamnya berwarna putih dan terlihat sangat cerah saat siang hari sehingga menjadi tempat yang sangat mencolok walau dilihat dari kejauhan. Bangunan-bangunan indah tersebut adalahGegunongan Menara Permata (Gunongan) yang merupakan replika dari bukit-bukit Pahang, Kandang Baginda yang merupakan bangunan tempat jamuan makan yang digunakan Sultan Iskandar Muda untuk menjamu para tamu yang mengunjungi istana, Leusong (Singgasana/Peterana Batu Berukir) sebagai tempat duduk bagi Putroe Phang saat dilayani oleh dayangdayang dan yang terakhir Pinto Biram Indra Bangsa (Pinto Khop) yang merupakan pintu gerbang penghubung antara Istana Darud Donya dan Taman Sari Gunongan.Saat ini Pinto Khop sudah tidak lagi menjadi bagian dari Taman Sari Gunongan tetapi menjadi bagian dari Taman Putroe Phang yang berada di seberang Taman Sari Gunongan karena kedua taman ini sudah dipisahkan oleh sebuah jalan. 2. H. Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad, Medan : Harian WASPADA, 2007. Hlm. 115. Universitas Sumatera Utara.

(17) raya sebagai kebutuhan masyarakat akibat pertumbuhan dan pembangunan kota Banda Aceh yang semakin pesat.Taman ini juga tampak begitu mempesona dengan aliran sungai buatan yang bernama Krung Daroy (Sungai Daroy) yang terbentang di sepanjang komplek taman. 3Taman Sari Gunongan menjadi salah satu simbol markah tanah di Banda Aceh yang telah melewati berbagai zaman sehingga sebagai wujud dari peghargaan pemerintah Indonesia terhadap sejarah dan budaya Aceh maka pada 12 Januari 1999 pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 014/M/1999 menetapkan Taman Sari Gunongan dan beberapa situs-situs warisan sejarah di kota tua Banda Aceh sebagai situs benda cagar budaya dari Provinsi Daerah Istimewa Aceh. 4 Setelah dilakukan penetapan oleh pemerintah, maka sejak saat itu Taman Sari Gunongan berada di bawah kontrol pemerintah Indonesia melalui BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya). Penetapan Taman Sari Gunongan sebagai situs cagar budaya sesuai dengan undang-undang cagar budaya yang berlaku pada saat itu yaitu Undang-undang Nomor 5 tahun 1992 tentang BCB (Benda Cagar Budaya) bahwa benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pngetahuan, dan kebudayaan, atau benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.Jika dilihat dari sudut pandang sejarah, Taman. 3. A Hasjmy, Op.Cit., Hlm. 125 Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Naskah Rekomendasi PemeringkatanSitus Cagar Budaya Taman Sari Gunongan Sebagai Cagar Budaya Nasional. 2017. Hlm. 1 4. Universitas Sumatera Utara.

(18) Sari Gunongan sudah jelas memenuhi syarat-syarat penetapan sebagai situs cagar budaya sebagai mana situs-situs warisan sejarah lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Taman Sari Gunongan di tahun 1999 mulai dirawat secara rutin oleh BPCB dengan anggaran dari negara. Gunongan dan seluruh bangunan warisan sejarah di dalam taman dipugar dan tanaman-tanaman indah ditanam serta dipasangkan pagar batas dan papan nama sehingga menjadikan situs cagar budaya ini layak untuk dikunjungi oleh para wisatawan.. 5. Berdasarkan uraian di atas penulis memilih judul “Situs Cagar Budaya Taman Sari Gunongan di Banda Aceh Tahun 1990-2000” karena penelitian tentang hal ini tentu sangat penting untuk dikaji mengingat situs cagar budaya Taman Sari Gunongan merupakan warisan sejarah peradaban Aceh yang tidak ternilai harganya namun masih sedikit pihak yang meneliti dan membuat tulisan ilmiah khusus tentang situs ini. Adapun alasan penentuan periodesasi penelitian yang penulis tentukan dimulai dari tahun 1990 adalah karena pada tahun tersebut berdirinya SPSP (Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala) Aceh yang dikemudian hari berubah nama menjadi BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Aceh yang merupakan perwakilan pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. untuk. melindungi,. merawat. dan. mengelola. Taman. Sari. Gunongan.Adapun batasan waktu dari penelitian yang penulis tentukan adalah diakhiri oleh tahun 2000 adalah karena pada tahun tersebut tepat satu tahun setelah Taman Sari Gunongan ditetapkan sebagai situs cagar budaya dan sudah menunjukkan 5. Masnauli B, Dampak Pemanasan Global Pada Cagar Budaya Bahan Batu Di Provinsi Aceh Dan Upaya Penanggulangannya. Arabesk. No. 1 Edisi XIV, 2014, Hlm. 69. Universitas Sumatera Utara.

(19) berbagai perubahan besarbaik dari segi status, fisik, pengelolaan hingga pengaruhnya terhadap dunia pariwisata di Banda Aceh dimana Taman Sari Gunongan juga telah dibuka untuk para wisatawan dengan status barunya sebagai situs cagar budaya yang dilindungi oleh negara.. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah penulis sampaikan, alasan penulis. memilih judul skripsi SITUS CAGAR BUDAYA TAMAN SARI GUNONGAN DI BANDA ACEH TAHUN 1990-2000 adalah untuk menjelaskan kronologi secara runtut Taman Sari Gunongan mulai dari disahkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 1999 yang meliputi pengelolaan dan kontrol pemerintah Indonesia terhadap cagar budaya di Provinsi Daerah Istimewa Aceh melalui BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) sebagai perpanjangan tangan pemerintah di Aceh, hingga bagaimana keadaan Taman Sari Gunongan dari berbagai sudut pandang lainnya setelah disahkan sebagai cagar budaya, baik yang berhubungan dengan pengelolaan dan pariwisata. Penulis ingin Taman Sari Gunongan lebih dikenal luas oleh rakyat Indonesia sebagaimana situs-situs cagar budaya lainnya yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Namun, untuk menjaga agar tulisan ini tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas maka penulis membuat batasan-batasan bagi rumusan masalah.. Universitas Sumatera Utara.

(20) Adapun yang menjadi rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran umum sejarah kota Banda Aceh sebagai tempat berdirinya Taman Sari Gunongan? 2. Bagaimana latar belakang pembangunan Taman Sari Gunongan? 3. Bagaimana penetapan dan pengelolaan Taman Sari Gunongan sebagai situs cagar budaya dan objek wisata Banda Aceh?. 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Setelah penulis menentukan rumusan masalah sebagai factor penelitian,. penulis juga menyadari bahwa penelitian yang akan dilaksanakan juga harus mampu memberikan tujuan dan manfaat. Adapun tujuan penelitian ini akan penulis paparkan sebagai berikut : 1. Untuk menjelaskan gambaran umum sejarah kota Banda Aceh sebagai tempat berdirinya Taman Sari Gunongan. 2. Untuk menjelaskan latar belakang pembangunan Taman Sari Gunongan. 3. Untuk menjelaskan penetapan dan pengelolaan Taman Sari Gunongan sebagai situs cagar budaya dan objek wisata Banda Aceh.. Universitas Sumatera Utara.

(21) Adapun manfaat penelitian penulis ini akan penulis paparkan sebagai berikut : 1. Untuk memperkenalkan kepada para pembaca mengenai Taman Sari Gunongan sebagai warisan sejarah Aceh. 2. Untuk memberitahukan kepada para pembaca mengenai penetapan Taman Sari Gunongan sebagai situs cagar budaya di tahun 1999. 3. Untuk memberitahukan kepada para pembaca pengelolaan Taman Sari Gunongan beserta pihak-pihak yang terkait di dalamnya. 4. Untuk memberitahukan kepada para pembaca mengenai Taman Sari Gunongan dalam dunia pariwisata Aceh. 5. Untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi dunia akademis terhadap penelitian lanjutan bagi para peneliti permasalahan yang sama dan berhubungan dengan penelitian ini.. Universitas Sumatera Utara.

(22) 1.4. TINJAUAN PUSTAKA Dalam membuat suatu penelitian ilmiahtentu tidak bisa penulis lakukan tanpa. adanya tinjauan pustaka yang berfungsi sebagai sumber informasi untuk menentukan sumber-sumber yang relevan untuk bahan penelitian.Oleh sebab itu penulis menggunakan beberapa sumber buku panduan dalam menulis penelitian ini, diantaranya adalah : Buku dari Denys Lombard yang berjudul Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) (2014) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Winarsih Arifin menjelaskan mengenai kejayaan Kesultanan Aceh di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda yang merupakan sultan termasyur sepanjang sejarah Aceh. Buku tersebut memaparkan sejarah awal mula pendirian Taman Sari Gunongan beserta berbagai bangunan-bangunan yang berada di dalamnya serta fungsi dari masing-masing bangunan. Buku tersebut menghidupkan kembali secara rinci kondisi Taman Sari Gunongan di masa kesultanan yang dilengkapi dengan catatancatatan dari para tokoh ternama yang pernah mengunjungi istana sultan Aceh dan melihat langsung Taman Sari Gunongan. Buku dari A. Hasjmy yang berjudul Iskandar Muda Meukuta Alam (1975) menjelaskan mengenai latar belakang pembangunan Taman Sari Gunongan beserta seluruh situs bersejarah Kesultanan Aceh yang berada di dalamnya. Buku ini juga menggambarkan sejarah kisah cinta Sultan Iskandar Muda sebagai Sultan Aceh kepada permaisurinya Putroe Phang (Putri Khamalia) yang berasal dari Kesultanan Pahang yang dimulai sejak sang sultan menaklukan Pahang dan memboyong sang. Universitas Sumatera Utara.

(23) putri beserta keluarga dinasti Pahang ke Bandar Aceh Darussalam.Dalam buku ini terdapat foto-foto dokumentasi Taman Sari Gunongan dan juga keadaannya sebelum ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh pemerintah Republik Indonesia. Buku dari H. Mohammad Said yang berjudul Aceh Sepanjang Abad(2007) adalah satu diantara beberapa buku yang menjelaskan sejarah Aceh secara runtut dari masa ke masa. Buku ini sangat membantu dalam menulis karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan Aceh karena kelengkapan datanya dan juga sumber-sumber yang terpercaya. Buku ini menjelaskan sejarah kejayaan Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda beserta latar belakang pembangunan Taman Sari Gunongan di lingkungan istana sultan. Buku ini membahas sejarah, tujuan pendirian, fungsi dan arsitektur dari Taman Sari Gunongan berdasarkan sumber tokoh-tokoh ternama di Kesultanan Aceh. Buku dari Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary yang berjudul Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia (1998) menjelaskan khazanah intelektual nilai-nilai sejarah dan arkeologi Islam di Indonesia. Dalam buku ini dipaparkan berbagai contoh warisan sejarah dan arkeologi Islam di Indonesia, integrasi Islam dan budaya lokal bangsa, nilai luhur Islam yang menciptakan kekayaan budaya dan sejarah serta pengaruh besarnya terhadap bangsa Indonesia. Selain itu dalam buku ini dijelaskan juga makna dari sebuah seni pada warisan sejarah, arkeologi dan budaya Islam Indonesia.. Universitas Sumatera Utara.

(24) Karya dari Andi Irfan Syam yang berjudul Selayang Pandang Refleksi Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh dalam Jurnal Arabesk BPCB Aceh (2013) yang berisi penjelasan mengenai pelestarian berbagai cagar budaya di kawasan kota Banda Aceh dan pandangan dalam membangun kawasan cagar budaya dengan memadukannya menjadi pusat perdagangan dan jasa yang menarik daya tarik wisatawan sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian di kawasan kota Banda Aceh. Upaya pelestarian berbagai situs cagar budaya di kawasan kota Banda Aceh harus melibatkan berbagai pihak secara sinergis dari berbagai latar belakang status, termasuk elemen masyarakat. Semua situs cagar budaya di kawasan kota Banda Aceh merupakan warisan kejayaan di masa lalu yang tidak ternilai harganya untuk generasi di masa depan. Keberadaan berbagai situs cagar budaya harus dilindungi, dipelihara dan dilestarikan keberadaannya. Seluruh pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai situs cagar budaya harus terus berusaha semaksimal mungkin untuk merevitalisasi secara keseluruhan kawasan cagar budaya serta menjalin kerjasama dengan segala pihak. Kota Banda Aceh yang usianya hampir 1000 tahun merupakan sebuah kota tua yang diwariskan bukan hanya untuk masyarakat Aceh tetapi juga untuk Indonesia bahkan dunia internasional. Karya dari Ismiyono yang berjudul Pemugaran Benda Cagar Budayadalam jurnal Arabesk BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Banda Aceh (2009) menjelaskan. mengenai. pemugaran. benda. cagar. budaya. sebagai. upaya. mengembalikan bentuk asli bangunan warisan sejarah dan memperkuat strukturnya bila diperlukan. Melalui pemugaran diharapkan keberadaan bangunan cagar budaya. Universitas Sumatera Utara.

(25) dapat tetap dipertahankan sesuai nilai sejarah dan kepurbakalaan yang terkandung di dalamnya. Penjelasan mengenai penataan kembali kawasan-kawasan bersejarah memberikan informasi tambahan mengenai pentingnya pemugaran di setiap kawasan bersejarah yang terancam terjadinya kerusakan.. 1.5. METODE PENELITIAN Karya sejarah tanpa memanfaatkan teori dan metodologi dikatakan sejarah. naratif (narrative history), sedangkan karya sejarah yang memanfaatkan teori dan metodologi adalah sejarah analitis (analytical history). 6 Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan penulisan sejarah yang deskriptif analitis. Tahap pertama adalah heuristic (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung dengan objek yang diteliti. Pada tahap heuristik ini digunakan dua cara yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah, arikel-artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya dan berkaitan dengan judul yang dikaji. Selanjutnya penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini.. 6. Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hlm.. 110.. Universitas Sumatera Utara.

(26) Tahap kedua yang dilakukan adalah kritik sumber. Maksudnya dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber, yaitu dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis. Hal ini ditujukan agar kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian. 7 Kritik yang mengacu terhadap kredibilitas sumber,. yang. artinya. apakah. isi. dokumen. ini. terpercaya. atau. tidak. dimanipulasidinamakan kritik intern, sedangkan kritik yang mengacu pada usaha mendapatkan otensitas sumber dengan melakukan penelitian fisik dinamakan kritik ekstern. Tahapan ketiga ialah interpretasi atau penafisiran, dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Hal ini juga akan menjadi penting karena tanpa penafsiran dari seorang sejarawan, data tidak akan dapat berbicara.Tahap terakhir adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang objektif dan ilmiah. 7. Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 32.. Universitas Sumatera Utara.

(27) BAB II GAMBARAN UMUM TAMAN SARI GUNONGAN. 2.1. Latar Belakang Pembangunan Taman Sari Gunongan Taman Sari Gunongan sendiri merupakan sebuah taman kesultanan yang di. dalamnya terdiri dari Gunongan (Gegunongan Menara Permata), Peterana Batu Berukir (Singgasana), Kandang Baginda (Balai Kembang Cahaya) dan berbagai temuan batu nisa kuno yang saat ini diletakkan di dekat pintu masuk. Sejarah pembangunan situs ini tidak lepas dari Sultan Iskandar Muda yang merupakan sultan paling agung dan paling tersohor di dalam catatan sejarah Aceh.. 8. Taman Sari. Gunongan merupakan hadiah pemberian dari Sultan Aceh ke-14 yaitu Sultan Iskandar Muda untuk permaisuri beliau yang berasal dari Kesultanan Pahang. Pada abad ke-17 di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh menjadi salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia dan pada saat itu pula Kesultanan Aceh berhasil menaklukan Kesultanan Pahang yang saat ini menjadi bagian dari negara modern Malaysia. Dengan membawa para armada darat dan laut Aceh yang sangat disegani di dunia Melayu, sultan melakukan penyerangan ke negeri Pahang. Perang besar terjadi di tanah Melayu, kesultanan Aceh berhasil menaklukan Kesultanan Pahang dan menjadikannya sebagai negeri vassal dari kesultanan Aceh Darussalam. Sebagaimana tradisi perang pada zaman itu dan untuk memberikan 8. Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Naskah Rekomendasi Pemeringkatan Situs Cagar Budaya Taman Sari Gunongan Sebagai Cagar Budaya Nasional. 2017. Universitas Sumatera Utara.

(28) penghormatan kepada baginda sultan Aceh Darussalam maka setiap negeri kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan harta rampasan perang, upeti dan pajak tahunan kepada sultan. Selain itu pihak kesultanan Pahang juga menyerahkan putri kerajaan untuk dinikahi oleh sultan Aceh. Sultan Iskandar Muda lantas menikahi Putri Khamalia yang merupakan putri dari Sultan Pahang yaitu Sultan Ahmad Shah II 9 . Putri Khamalia yang cantik parasnya dan manis tutur katanya beserta Sultan Pahang diboyong ke Aceh Darussalam. Bersamaan dengan itu, keluarga kesultanan Pahang bersama sebagian penduduknya ikut bermigrasi ke Aceh untuk memperkuat pasukan kesultanan Aceh. Pada masa itu kesultanan Aceh berada pada puncak keemasannya dimana Aceh Darussalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa-bangsa barat, memiliki sistem pendidikan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, serta menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. 10 Maka tak heran pada masa itu Aceh Darussalam adalah sebuah negeri berbentuk kerajaan Islam yang menjadi kiblat ilmu pengetahuan bagi kerajaan-kerajaan lainnya di kawasan Asia Tenggara.Karena Putri Khamalia berasal dari Kesultanan Pahang, maka rakyat Aceh menyebut Putri Khamalia sebagai PutroePhang yang dalam bahasa Aceh jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti seorang Putri yang berasal dari negeri Pahang.Putroe dalam bahasa Aceh jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 9. Sultan Ahmad Shah II adalah sultan yang berkuasa di negeri Pahang dari tahun 1590-1592. Beliau adalah mertua dari Sultan Iskandar Muda sekaligus ayah dari Sultan Iskandar Tsani yang memerintah di negeri Aceh setelah mangkatnya Sultan Iskandar Muda. 10 Denys Lombard, Op.Cit., Hlm 181.. Universitas Sumatera Utara.

(29) berarti “Tuan Putri” atau “Putri”. Gelar ini digunakan di Kesultanan Aceh bagi mereka para perempuan yang memiliki darah langsung dinasti kesultanan maupun yang diangkat menjadi keluarga kesultanan melalui jalur pernikahan.Rakyat Aceh sangat mencintai dan menghormati Putroe Phang yang selalu setia kepada baginda Sultan Iskandar Muda dalam menjalankan roda pemerintah dan memakmurkan negeri Aceh 11. Namun saat berada di Aceh sang putri merasa sangat rindu kepada kampung halamannnya di Semenanjung Melayu. Tujuan pembangunan Taman Sari Gunongan pada abad ke-17 adalah untuk mengobati rasa rindu Putroe Phang terhadap kampung halamannya yang dikelilingi oleh bukit-bukit sementara Banda Aceh yang merupakan ibukota Kesultanan Aceh dikelilingi oleh lautan. Maka, dengan membawa para pekerja dari Turki dan Cina Sultan Iskandar Muda memerintahkan dibangunnya Taman Sari Gunongan. Taman ini menjadi gambaran dari taman surgawi dan juga bukit-bukit di negeri Pahang dimana taman ini dilengkapi dengan Sungai Krueng Daroy (Sungai Darul Asyiqi), masjid kesultanan yang berarsitektur tradisional Aceh, dan tanaman bunga-bunga indah yang memenuhi taman. Dalam kitab Bustanussalatin karya dari Syeikh Nuruddin Ar-Raniri yang merupakan karya besar dalam sejarah kesusastraan Melayu yang ditulis pada tahun 1047 H (1637 M) disebutkan bahwa taman yang bernama tradisional Taman Ghairah ini luasnya seribu depa dan dilalui oleh sungai indah bernama Sungai Krueng Daroy (Darul Asyiqi), penuh aneka pohon bebungaan, bangunan-bangunan yang terbuat dari batu pualam warna-warni, serta tiang-tiang. 11. A Hasjmy, Op.Cit., Hlm. 126. Universitas Sumatera Utara.

(30) yang dibalut logam tembaga, perak dan suasa yang memiliki berbagai ukiran indah. Pada awalnya Taman Sari Gunongan berada di halaman belakang istana Kesultanan Aceh yang bernama Istana Darud Donya yang kawasan intinya kini telah menjadi Meuligoe Gubernur Aceh. Taman Sari Gunongan merupakan bagian dari Komplek Taman Ghairah yang merupakan sebuah taman yang lebih luas dan mengelilingi istana Kesultanan Aceh. Kini, Komplek Taman Ghairah telah terbagi menjadi beberapa bagian taman yang meliputi Taman Putroe Phang, Taman Sari Gunongan 12, Taman Sari Banda Aceh dan kawasan kota tua Banda Aceh tempat berdirinya Meuligoe Gubernur. Diantara berbagai bangunan bersejarah yang berada di dalam komplek Taman Sari Gunongan yang paling terkenal adalah Gunongan atau yang bernama asli Gegunongan Menara Permata. Gunongan menjadi simbol cinta dan keagungan yang berdiri megah dan sangat mendominasi taman. Gunongan merupakan sebuah bangunan menyerupai gunung atau bukit yang dibangun dalam tiga tingkat. Beberapa bagian dindingnya berukir bunga-bunga. Tingkat utama berada di atas tanah dan tingkat ketiga bermahkotakan sebuah tiang yang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan).Pintu masuk Gunongan yang berada di tingkat pertama bernama Pinto Tangkop. Bentuknya seperti jangkar kapal yang melambangkan bahwa Sultan Aceh mempunyai prajurit laut yang kuat. Pinto Tangkop berukuran rendah dan harus menunduk apabila kita ingin masuk ke dalam. Menunduk dalam tradisi Aceh merupakan pengungkapan rasa hormat dan 12. Sri Wahyuni. 2014. “Pelestarian Dan Pemanfaatan Pinto Khop Sebagai Bagian Dari Taman Putroe Phang di Banda Aceh”. Arabesk. Edisi XIV Nomor 1. Hlm 106.. Universitas Sumatera Utara.

(31) harus selalu merendahkan hati sebagai umat manusia. Tepat di bagian puncak Gunongan terdapat menara yang menjulang tinggi berbentuk kelopak bunga seperti permata yang melambangkan kejayaan. Pada setiap puncak gelombang gunongan di tingkat dua dan tiga terdapat ukiran kuncup bunga matahari yang melambangkan seorang tuan putri.Pada era kesultanan Aceh, Gegunongan Menara Permata dihiasi dengan berbagai jenis hiasan perak, tembaga dan suasa sehingga apabila terkena cahaya matahari maka cemerlanglah cahayanya yang memikat hati siapa saja yang melihatnya. Keindahan itu didukung dengan suara gemericik air dari Sungai Krueng Daroy dan harumnya aroma bunga-bunga yang di tanam di sekitar situs.Tepat di samping Gunongan berada sebuah bangunan berbentuk persegi panjang dengan tinggi sekitar 4 meter. Pada era Sultan Iskandar Muda bangunan tersebut digunakan sebagai tempat jamuan makan keluarga Kesultanan Aceh dan para tamu kenegaraan yang berkunjung ke istana. Setelah Sultan Iskandar Muda wafatdan zaman terus melangkah maju, Kandang Baginda atau yang biasa disebut Kandang ini dijadikan sebagai lokasi pemakaman bagi Sultan Iskandar Tsani yang merupakan menantu dari Sultan Iskandar Muda. Kandang merupakan sebuah bangunan berteras setinggi 2 meter dan tinggi 4 meter. Ornamen-ornamen yang menghiasi bagian dinding Kandang berupa stilirisasi salur-saluran yang membentuk pola belah ketupat dan segi tiga, mega berarak, dan berbagai bunga. Terdapat pula bentuk gunungan yang menghiasi bagian atas tengah dinding Kandang yang berpadu dengan motif-motif khas. 13 Sekeliling. 13. Wawancara dengan Salya Rusdi 8 September 2018. Universitas Sumatera Utara.

(32) bagian atas dinding berhiaskan kuncup-kuncup bunga sejumlah 12 kuncup bunga. Ukiran-ukiran pada dinding Kandang sangat mirip dengan ukiran-ukiran pada batubatu nisan Kesultanan Lamuri 14 yang merupakan cikal bakal dari kesultanan Aceh. Tepat di dalam Kandang pada awalnya sekitar tahun 1977 para peneliti dari Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasionalmenemukan beberapa nisan berukir berukuran besar yang dilengkapi dengan kaligrafi-kaligrafi indah namun saat ini nisan-nisan tersebut sudah dipindahkan ke depan gedung Balai Penyelamatan Cagar Budaya yang masih berada di dalam komplek Taman Sari Gunongan. Tepat di sebelah kiri pintu masuk Gunongan terdapat sebuah batu berbentuk silinder dengan berbagai ukiran motif jala yang dikenal dengan nama Peterana Batu Berukir. Peterana ini berdiameter sekitar 1 meter dengan ketinggian sekitar 0,50 meter. Bagian tengahnya berlubang dan sisi utaranya dilengkapi dengan tangga kecil sebagai pijakan kaki sebanyak 2 tingkatan kecil.Pada masa Sultan Iskandar Muda tempat ini digunakan sebagai tempat duduk bagi keluarga kesultanan yang bermainmain di Taman Sari Gunongan khususnya untuk Putroe Phang saat dilayani oleh para dayang-dayang istana. Peterana Batu Berukir lebih mirip seperti sebuah singgasana tempat bertahtanya sang putri, situs ini juga memiliki ragam motif ukiran yang mirip dengan Kandang Baginda yang bisa saja terinspirasi dari warisan seni arsitektur kesultanan Lamuri mengingat kemiripan-kemiripan pada nilai estetika seni ukir pada situs. Keseluruhan bangunan-bangunan bersejarah di dalam Taman Sari Gunongan 14. Kesultanan Lamuri adalah Kesultanan Islam yang berdiri di wilayah Kabupaten Aceh Besar dan merupakan cikal bakal dari Kesultanan Aceh. Lamuri mewarisi ilmu pengetahuan dan berbagai situs bersejarah yang digunakan kembali di era Kesultanan Aceh seperti Benteng Indra Patra dan Masjid Tuha Indrapuri.. Universitas Sumatera Utara.

(33) berwarna putih dan dihiasi dengan berbagai motif yang berbeda pada setiap bangunan. Sampai saat ini berbagai bangunan masih berada dalam kondisi yang sangat baik dan terlihat sangat indah di siang hari. Warna putih bangunan-bangunan berpadu dengan hijaunya berbagai tumbuhan yang ada di dalam komplek Taman Sari Gunongan memberikan kesan yang sangat menyejukkan di tengah panasnya suhu kota Banda Aceh. Keseluruhan bangunan bersejarah di dalam Taman Sari Gunongan didirikan dengan bahan bangunan berupa putih telur dan batuan dengan kualitas terbaik. Putih telur bermanfaat untuk merekatkan dan memperkokoh bangunan maka tak heran pada masa itu kesultanan Aceh menghabiskan sangat banyak telur sebagai bahan pembangunan Taman Sari Gunongan. 15 Taman ini menjadi salah satu tempat bersejarah yang sangat diminati untuk dikunjungi oleh para wisatawan manca negara terutama yang berasal dari negara Malaysia. Sampai saat ini orang Melayu di Malaysia dan orang Aceh di Sumatera merasa memiliki ikatan yang sangat kuat tidak hanya dari segi agama dan budaya tapi juga dari segi sejarah kesultanan sehingga dapat ditemukan banyak orang Melayu di Aceh dan banyak orang Aceh di Malaysia.. 15. Wawancara dengan Azhari 10 September 2018.. Universitas Sumatera Utara.

(34) 2.2. Letak Taman Sari Gunongan Taman Sari Gunongan terletak di jantung kota Banda Aceh dan dikelilingi. oleh berbagai situs-situs bersejarah seperti Masjid Raya Baiturrahman, Museum Negeri Aceh dan Lapangan Blang Padang. Luas wilayah Taman Sari Gunongan di tahun 1999 yang dibatasi oleh pagar lingkungan di bawah pengelolaan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Aceh adalah 1.204 ha atau sekitar 12.040 m2. Berikut ini adalah identitas resmi dari Taman Sari Gunongan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh negara : 1. Nama Resmi :. Taman Sari Gunongan. 2. Nama Asli. Taman Ghairah. :. (saat masih utuh di era Kesultanan Aceh) 3. Alamat. :. Kecamatan Baiturrahman, Jalan Teuku Umar Nomor 1. 4. Kelurahan. :. Sukaramai. 5. Kecamatan. :. Baiturrahman. 6. Kota. :. Banda Aceh. 7. Provinsi. :. Daerah Istimewa Aceh. 8. Koordinat. :. 46N 756534 613471. 9. Luas. :. Bangunan 400 m2 (Gunongan : 128m2, Kandang Baginda : 92m2). 10. Lahan. :. 12.487 m2. Universitas Sumatera Utara.

(35) Adapun batas-batas dari Taman Sari Gunongan saat ini adalah sebagai berikut : -. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Teuku Umar. -. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Teuku Umar. -. Sebelah timur berbatasan dengan Krung Daroy (Sungai Daroy). -. Sebelah selatan berbatasan dengan Krueng Daroy (Sungai Daroy). Secara geografis kota Banda Aceh yang menjadi tempat berdirinya Taman Sari Gunongan adalah sebuah kota yang berada di tepi pantai yang juga dikelilingi oleh pegunungan yang berada di kabupaten Aceh Besar yang dapat dilihat dari pusat kota. Letak geografis Kota Banda Aceh sangat strategis jika dilihat dari segi teknis maupun ekonomis untuk industri perikanan dan hasil laut karena kota ini berada di pertemuan Selat Malaka dan Samudera Hindia yang kaya dengan sumber daya lautnya, di samping itu juga sebagai pintu gerbang lalu lintas pelayaran internasional yang menghubungkan bagian barat dan timur dunia. 16 Kota Banda Aceh tepat berada di ujung utara pulau Sumatera dan menjadi pintu masuk pertama ke daratan pulau Sumatera, kota ini adalah ibukota Provinsi Aceh dan merupakan kota terbesar di Provinsi Aceh. Sungai Krueng Aceh 17 menjadi sungai paling besar di kota Banda Aceh dan memainkan peran penting terhadap jejak sejarah Aceh. Aliran sungai di tengah kota bermuara ke Selat Malaka, garis pantai di barat mulai dari Ulee Lheue berbatasan dengan Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar kawasan ini sudah 16. Rahmad Fauzan, “Banda Aceh Dalam Tata Ruang”, diakses dari http://bandaacehdalamtataruang.blogspot.compada sabtu, 05/01/2019, pukul 09:39 WIB 17 Krueng dalam bahasa Aceh jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti sungai. Krueng Aceh adalah sungai yang sangat bersejarah di Tanah Aceh, sungai ini membentang dari Kabupaten Aceh Besar hingga kota Banda Aceh. Pada kawasan kota tua Banda Aceh, aliran Krueng Aceh berdekatan dengan Masjid Raya Baiturrahman dan Pasar Atjeh.. Universitas Sumatera Utara.

(36) memasuki bagian dari Bukit Barisan Pulau Sumatera. Garis pantai juga membentang ke timur kota yang berbatasan dengan Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Dari kedua pesisir pantai itu terlihat pulau Pulau Weh di bagian utara.Pusat perkotaan berakhir di selatan, yang berbatasan dengan Kecamatan Darul Imarah dan Darussalam, Aceh Besar.. Luas kota Banda Aceh sekitar 61 ribu hektare yang di dalamnya mecakup perumahan penduduk, perkantoran, pusat pemerintahan, kawasan ekonomi, pusat perbelanjaan, taman-taman, pusat edukasi, dan masjid-masjid. Sejarah dunia mencatat, Provinsi Aceh berada di jalur penunjaman dari pertemuan lempeng Asia dan Australia yang menyebabkan wilayah ini rawan bencana. Tanah Aceh bahkan berada di bagian ujung patahan besar Sumatera yang membelah pulau Sumatera dari Aceh sampai Selat Sunda yang dikenal sebagai Sesar Semangko.Sesar Semangko memanjang dari Banda Aceh hingga Lampung.Patahan ini bergeser sekitar 11 cm per tahun dan merupakan daerah rawan gempa dan longsor. Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di barat dan timur kota, yaitu patahan Darul Imarah dan Darussalam, fenomena itu menunjukkan ruas-ruas patahan Semangko di Pulau Sumatera berada persis di bawah lapiasan tanah Kota Banda Aceh. Sesar aktif di patahan ini juga bertemu pada pegunungan di sebelah tenggara, sehingga menyebabkan dataran Banda Aceh merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat jika diguncang gempa di. Universitas Sumatera Utara.

(37) sekitarnya. Gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 yang terjadi di sebagian Kota Banda Aceh merupakan bukti rawannya daerah ini. 18. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya.Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan sebagian besar wilayahnya sekitar 70% berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 meter di atas permukaan laut.Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih dari 500 meter sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.Kota Banda Aceh juga merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara, dimana Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh dan menyimpan berjuta cerita dari era para sultan.Letak astronomis Banda Aceh adalah 05°16'15"– 05°36'16" Lintang Utara dan 95°16'15"–95°22'35" Bujur Timur dengan tinggi ratarata 0,80 meter di atas permukaan laut. Batas-batas kota Banda Aceh secara geografis adalah sebagai berikut :. -. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar. -. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. -. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar. -. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar 19. 18. Dinas Pariwisata Banda Aceh. “Geografi dan Geologi Banda Aceh”. Diakses dari https://www.bandaacehtourism.com, pada sabtu, 05/01/2019, pukul 09:39 WIB. 19 Agnes Koen, dkk, Profil Daerah Kabupaten Dan Kota, Jakarta: KOMPAS, 2001, hlm 01.. Universitas Sumatera Utara.

(38) Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 91 gampong 20, 17 mukim dan 20 kelurahan. Semula hanya ada 4 kecamatan di kota Banda Aceh yaitu Meuraksa, Baiturrahman, Kuta Alam dan Syiah Kuala. Kota Banda Aceh kemudian dikembangkan lagi menjadi 9 kecamatan baru dan 1 kecamatan baru yang digabung dari Kabupaten Aceh Besar, yaitu : Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Banda Raya, Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Kuta Raja, Kecamatan Lueng Bata, Kecamatan Meuraksa, Kecamatan Syiah Kuala, Kecamatan Ulee Kareng, Kecamatan Darul Imarah. Sebagai kota tua yang sudah berdiri sejak 22 April 1205 di era Kesultanan Aceh, kota Banda Aceh menjadi salah satu kota pusaka di Indonesia. Kota yang sudah melewati berbagai zaman sejak zaman keemasan Islam di era Kesultanan Aceh pada abad ke-14, zaman kolonial Belanda di abad ke-19, zaman kolonial Jepang di abad ke-20, zaman nasionalisme saat bergabungnya Aceh Darussalam dengan Republik Indonesia hingga bencana maha dasyat gempa bumi dan tsunami 2004 yang meluluhlantakkan hampir seluruh Banda Aceh menjadikan Banda Aceh sebagai kota yang menyimpan sangat banyak situs warisan sejarah. 21 Kini, Banda Aceh sudah bangkit dari kesedihannya selepas bencana alam dimana Banda Aceh kembali tampil sebagai kota wisata yang dikunjungi oleh berbagai wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Banda Aceh dapat diakses melalui jalur darat, laut dan udara. Kotanya yang bersih dan infrastruktur yang bagus memudahkan para wisatawan untuk mengakses 20. Gampong adalah sebuah wilayah administratif di Daerah Istimewa Aceh yang dipimpin oleh seorang Keuchik/Geuchik. Gampong berada di bawah Mukim dan merupakan cerminan dari struktur pembagian wilayah yang sudah ada sejak masa Kesultanan Aceh. Badan Perwakilan Gampong disebut Tuha Peutyang terdiri dari ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat, dan cerdik pandai. 21 Data Statistik Banda Aceh 1999 Oleh Bappeda Kota Banda Aceh. Universitas Sumatera Utara.

(39) berbagai tempat bersejarah tanpa hambatan.. 22. Pada masa Kesultanan Aceh. Darussalam, wilayah yang saat ini dikenal sebagai Kecamatan Baiturrahman merupakan salah satu wilayah inti dari ibukota kesultanan karena tepat di kawasan ini pada masa lalu berdiri istana kesultanan, masjid-masjid, balai-balai adat, dan tamantaman kesultanan. Pada masa itu wilayah ini adalah wilayah pusat pemerintahan, kebudayaan dan sosial sehingga tidak heran jika saat ini dapat ditemukan berbagai markah tanah kota Banda Aceh yang merupakan warisan peradaban masa lalu dan tidak ternilai harganya yang berdiri di kawasan ini seperti : 1. Masjid Raya Baiturrahman 2. Taman Sari Gunongan 3. Taman Putroe Phang 4. Sungai Krueng Daroy 5. Menara Air Keraton 6. Kerkhof Peutjoet 7. Komplek Pemakaman Sultan Aceh Kandang XII 8. Gedung Menara Sentral Telepon Militer Belanda 23 Karena kawasan ini merupakan kawasan bersejarah dan berada di pusat kota Banda Aceh maka kawasan ini selalu ramai oleh berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat kota Banda Aceh sejak era kesultanan hingga era modern ini. Pemandangan khas kota tua yang berpadu antara warisan kesultanan dan kolonial. 22. Andi Irfan Syam, Selayang Pandang Refleksi Pelestarian Cagar Budaya Aceh, Aceh Besar : BPCB Aceh, 2013, Hlm. 132. 23 Wawancara dengan Salya Rusdi 11 September 2018. Universitas Sumatera Utara.

(40) didukung oleh keindahan alam membuat Banda Aceh menjadi salah satu primadona wisata di pulau Sumatera. Kawasan Baiturrahman ini merupakan aset bagi daerah untuk membangkitkan semangat perekonomian, pariwisata dan kebudayaan.Namun sangat disayangkan krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997 berdampak besar terhadap Aceh secara menyeluruh dan kota Banda Aceh secara khusus dimana Banda Aceh mengalami kemunduran hebat dari segi perdagangan barang dan jasa. Ekonomi Aceh kembali bangkit sekitar tahun 1999 walaupun dengan tertatih dan tertinggal dari provinsi tetangganya karena kondisi konflik antara GAM dan RI yang berkepanjangan. Kawasan bersejarah Kecamatan Baiturrahman adalah salah satu kecamatan di kawasan kota Banda Aceh yang terdiri dari 10 gampong yaitu :Gampong Ateuk Deah Tanoh, Gampong Ateuk Jawo, Gampong Ateuk Munjeng, Gampong Ateuk Pahlawan, Gampong Kampung Baru, Gampong Neusu Aceh, Gampong Neusu Jaya, Gampong Peuniti, Gampong Seutui, Gampong Sukaramai. 24. Seluruh pemimpin. gampong dijuluki sebagai Geuchik/Keuchik yang merupakan sebutan bagi kepala desa di daerah Aceh yang merupakan warisan pemerintahan tradisional. Susunan dari gampong-gampong ini kemudian membentuk suatu Mukim atau setara dengan kecamatan yang dipimpin oleh seorang Imeum Mukim. Sistim pembagian wilayah Aceh secara tradisional tetap dipertahankan dari masa ke masa dan dilindungi serta diatur oleh negara.. 24. Wawancara dengan Azhari 10 September 2018.. Universitas Sumatera Utara.

(41) Adapun batas-batas kota Kecamatan Baiturrahman adalah sebagai berikut : -. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta Alam dan Kutaraja. -. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jaya Baru. -. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lueng Bata. -. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banda Raya. Banda Aceh merupakan gambaran dari wajah Aceh yang sesungguhnya dimana pusat kekuasaan terletak di kota ini dan seluruh Aceh dikendalikan dari tempat ini. Para Gubernur Aceh dari masa ke masa sebagai penguasa di Tanah Rencong memiliki tempat istimewa yang disebut dengan Meuligoe 25. Bangunan ini merupakan warisan dari kolonial Belanda dan menjadi tempat tinggal bagi siapa saja yang menjabat sebagai Gubernur Aceh. Keindahan alam serta potensi tempat wisata bersejarah yang tersebar di seluruh penjuru kota menjadikan Banda Aceh sebagai jantung wisata Aceh yang sangat ramai dikunjungi. Membahas mengenai kota Banda Aceh tentu tidak akan pernah lepas dari sejarah panjangnya sebagai ibukota dari Kesultanan Aceh Darussalam, pusat kajian Islam di Asia Tenggara, keindahan alam yang mempesona hingga keberadaan berbagai situs warisan bersejarah yang terletak di kawasan kota tuanya. Sejarah Banda Aceh sebagai sebuah kota dimulai pada abad ke-13 dimana pada batu nisan 25. Meuligoe dalam bahasa Aceh jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti mahligai atau istana. Meuligoe didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1880 di atas tanah istana sultan Aceh sebagai pengganti dari istana sultan dan dijadikan sebagai istana bagi para Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Aceh. Lokasi Taman Sari Gunongan sendiri berada di belakang Meuligoe dengan aliran Sungai Krueng Daroy yang masuk dan membelah halaman belakang Meligoe.. Universitas Sumatera Utara.

(42) Sultan Firman Syah yang merupakan seorang sultan Aceh didapatkan keterangan bahwa Kesultanan Aceh Darussalam beribukota di Bandar Aceh Darussalam 26 yang saat ini bernama Banda Aceh. Selain itu, Kandang XII yang merupakan komplek pemakaman keluarga Kesultanan Aceh yang letaknya berdekatan dengan Masjid Raya Baiturrahman juga memberikan banyak informasi melalui nisan-nisan indah para penguasa Aceh yang menjelaskan mengenai sejarah Aceh pada masa itu. Kesultanan Aceh Darussalam merupakan kerajaan Islam terbesar ke-5 di dunia yang pada saat itu menjadi benteng kekuatan di kawasan Asia Tenggara khususnya di wilayah Pulau Sumatera dan sekitarnya. Pada abad ke-16 sampai dengan abad ke-18 boleh dikatakan hampir seluruh wilayah Pulau Sumatera merupakan wilayah kekuasaan Sultan Aceh. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri didirikan oleh Sultan Alaiddin Johan Syah pada tahun 601 H/1203 M. Dari begitu banyaknya sultan yang memerintah di negeri Aceh, yang paling terkenal sepanjang sejarah kegemilangan Aceh adalah Sultan Ali Mughayyat Syah, Sultan Al-Kahhar dan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahan Sultan Al-Kahhar, Banda Aceh dibangun dengan semakin baik, tergambar dalam catatan sejarah bahwa pada masa pemerintahan beliau istana kesultanan mengalami perluasan dengan pembangunan banyak tembok (benteng) untuk melindungi kesultanan dari bangsa Eropa yang pada saat itu sangat berambisi untuk menyingkirkan Aceh sebagai penguasa Selat Malaka. Komplek istana Aceh dibangun menjadi semakin indah yang 26. Bandar Aceh Darussalam adalah nama asli dari kota Banda Aceh. Setelah Belanda berhasil menduduki Bandar Aceh Darussalam dan menjadikannya sebagai pusat kekuasaan maka nama kota tersebut diganti menjadi Koetaradja. Nama Koetaradja dipopulerkan oleh Gubernur Hindia Belanda Jendral Van Swieten ketika mereka menduduki istana sultan. Nama Banda Aceh mulai digunakan pada 28 Desember 1962.. Universitas Sumatera Utara.

(43) dilengkapi dengan balairung untuk menerima para tamu kenegaraan. Istana ini bernama Dalam Darud Donya yang menjadi bangunan paling indah di negeri Aceh pada masanya. Puncak kejayaan Banda Aceh sebagai ibukota kesultanan terjadi pada era pemerintahah Sultan Iskandar Muda yang merupakan sultan paling agung dan paling popular dalam sejarah Aceh. Pada masa pemerintahan beliau Aceh hadir sebagai sebuah negeri perdagangan menggantikan negeri Malaka. Banyak bangsabangsa asing yang singgah untuk berdagang dan berbelanja di Banda Aceh. Mereka melakukan perjalanan dan persiapan panjang untuk datang dan pergi dari Banda Aceh sehingga di kesultanan tersedia banyak fasilitas yang maju pada zamannya untuk melayani rakyat Aceh dan para tamu.. 27. Masjid-masjid berdiri megah dengan. arsitektur adat Aceh yang menjadi pusat kajian Islam dan ilmu pengetahuan umum, pasar-pasar menyediakan berbagai kebutuhan baik yang merupakan hasil bumi Aceh atau barang-barang impor yang didistribusikan di kesultanan Aceh seperti rempahrempah dari negeri-negeri di Nusantara Timur, perpustakaan yang dilengkapi dengan karya-karya dari Aceh dan dunia Islam, pendirian berbagai taman-taman kesultanan yang menggambarkan taman surgawi di dunia sebagaimana yang digambarkan di dalam kitab suci Al-Qur’an.Para sultan tersebut berhasil membawa Aceh Darussalam mencapai puncak keemasannya terutama pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda karena pada masa pemerintahan beliau negeri Aceh mempunyai cadangan kekayaan bumi yang melimpah ruah, kemajuan di dalam bidang pendidikan dan kebudayaan serta menjadi pusat dunia Islam di kawasan Nusantara.Hal ini tidak. 27. M. Dien Madjid, Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan, Diplomasi Dan Perjuangan Rakyat, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014, hlm. 83.. Universitas Sumatera Utara.

(44) terlepas dari kepribadian Sultan Iskandar Muda yang visioner, tegas, cekatan dan agamais.Sejak Sultan Iskandar Muda bertahta, negeri Aceh Darussalam semakin meluaskan wilayah kekuasaannya yang meliputi Tamiang, Deli, Pariaman, Pahang, Indrapura, dan berbagai wilayah dunia Melayu lainnya. Karena semakin luasnya wilayah kekuasaan Sultan Aceh maka bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Inggris dan Belanda semakin menyadari bahwa Aceh adalah sebuah negeri yang sangat kuat dibidang pendidikan dan militer sehingga tidak mudah dikuasai oleh karenya mereka berusaha untuk mengalihkan perhatian mereka ke negeri-negeri lainnya di kawasan Nusantara yang jauh dari Aceh. Pada masa itu, Aceh juga semakin menjalin hubungan harmonisnya dengan bangsa-bangsa besar dunia seperti Dinasti Ottoman di Turki, Dinasti Mughal di India, Dinasti-dinasti Islam di Jawa, Dinasti Ming di Cina, serta bangsa Siam. Karena kemajuannya di bidang pendidikan maka pada saat yang bersamaan negeri Aceh juga menghasilkan serta menampung banyak penyair dan pemikir yang menghasilkan banyak karya-karya agung seperi Hikayat Aceh, Hikayat Taj Us-salatin dan Hikayat Bustan Us-salatin. 28 Dalam menjalankan politik luar negeri Sultan Iskandar Muda menjalankan 5 pasal program yang dipandangnya tepat untuk menjaga kedaulatan negeri Aceh Darussalam, antara lain : 1. Menguasai seluruh negeri dan pelabuhan sebelah Selat Malaka dan mengusahakan. terjaminnya. wibawa. atas. negeri-negeri. itu. sehingga. 28. Denys Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2014, hlm. 212.. Universitas Sumatera Utara.

(45) menghindarkan Aceh dari jerat-jerat “Devide Et Impera” negara asing. Usaha ini dijalankan secara mufakat dan berkesinambungan. 2. Mengalahkan Johor agar tidak lagi ditunggangi oleh Portugis dan Belanda. 3. Mengadakan serbuan ke negeri-negeri di sebelah timur Melayu, sejauh yang merugikan perdagangan Aceh dan usahanya untuk mencapai kemenangan dari musuh, seperti Pahang, Pattani, dan lain-lain. 4. Mengalahkan Portugis dan menaklukkan Malaka. 5. Menaikkan harga penjualan hasil bumi untuk ekspor, dengan jalan memusatkan pelabuhan samudera di Aceh, atau mengadakan pengawasan yang ketat sedemikian rupa sehingga kepentingan kerajaan tidak dirugikan.. 29. Kemajuan Aceh di bidang militer pada saat Sultan Iskandar Muda bertahta dapat dilihat dari banyaknya angkatan bersenjata Aceh yang memiliki pendidikan militer internasional dan sangat banyak jumlahnya. Hal ini dibentuk oleh Sultan Iskandar Muda untuk mengendalikan negeri-negeri taklukkannya dan mengalahkan semua musuhnya. Bahkan sang sultan juga turut mengundang para pelatih militer dunia untuk datang ke Aceh.Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh) yang merupakan ibukota dari Kesultanan Aceh Darussalam menjadi sebuah kota besar di kawasan Asia Tenggara yang dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai latar belakang ras dan budaya. Sultan Iskandar Muda membangun kota Banda Aceh sesuai dengan Syariat Islam namun tetap terbuka kepada dunia internasional. Beliau mendirikan Masjid. 29. Madjid M. Dien, Op.Cit., Hlm. 125. Universitas Sumatera Utara.

(46) Raya Baiturrahman di jantung kota, membangun banyak taman-taman bunga, memperluas istana kesultanan, mendirikan pusat-pusat pendidikan, pelatihan militer, membangun Sungai Krueng Daroy di tengah istana dan berbagai fasilitas umum di masanya. Berkat kemurahan hati dan kecerdasan beliau Banda Aceh menjadi kota yang sangat indah dan terkenal. Orang-orang dari berbagai wilayah di Nusantara datang ke Banda Aceh untuk menempuh pendidikan, berdagang, dan bahkan singgah saat melakukan perjalanan jauh. Sultan Aceh mendapatkan banyak kekayaan negara dari bea cukai yang dibayarkan oleh kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan Banda Aceh dengan tarif yang sudah ditentukan berbeda antara para pedagang Muslim dan non-Muslim. Para tamu-tamu kenegaraan yang diutus oleh raja-raja dunia biasanya tidak hanya membayar bea cukai tapi sebagaimana tradisi pada zamannya mereka menghadiahkan sultan Aceh dengan berbagai hadiah mewah yang tak ternilai harganya. 30 Istana sultan Aceh dipenuhi oleh keindahan dan kemewahan yang menggambarkan kejayaan Aceh serta menjadi salah satu istana paling maju di dunia Melayu. Istana ini berada tidak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman yang pada masa itu masih berarsitektur tradisional Aceh dan menjadi pusat ilmu pengetahuan sehingga banyak dari penjelajah dunia yang singgah ke kota Bandar Aceh Darussalam menggambarkan kehebatan Kesultanan Aceh beserta istana yang dimilikinya.. 30. Denys Lombard, Op.Cit., Hlm 123.. Universitas Sumatera Utara.

(47) BAB III PROSES PENETAPAN TAMAN SARI GUNONGAN SEBAGAI SITUS CAGAR BUDAYA DARI TAHUN 1990-1999. 3.1. Sebelum Ditetapkan Sebagai Situs Cagar Budaya Pada era sebelum penetapan Taman Sari Gunongan sebagai situs cagar. budaya Aceh di tahun 1999, Taman Sari Gunongan memang sudah populer di dalam benak orang Aceh karena memang sering disebutkan di dalam tulisan-tulisan yang menyangkut era kejayaan Aceh. Cerita tentang kebijaksanaan Sultan Iskandar Muda dan cintanya kepada Putroe Phang seakan menjadi buah bibir di tengah masyarakat Aceh, terutama yang menyangkut mengenai pembangunan Gunongan di halaman belakang istana sang sultan. Dapat dipastikan, hampir seluruh masyarakat Aceh yang berdomisili di Banda Aceh mengetahui tentang Gunongan. Namun sangat disayangkan kondisi kota Banda Aceh dan Provinsi Daerah Istimewa Aceh secara keseluruhan yang pada saat itu berada di dalam perang berkecamuk akibat konflik antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka). 31. dan pemerintah Republik Indonesia. menjadikan Taman Sari Gunongan terabaikan. Dunia kepariwisataan Aceh saat itu memasuki masa kelam dimana para wisatawan sangat takut untuk berkunjung. Masyarakat setempat juga mengurangi berbagai kegiatan di luar rumah karena 31. GAM (Gerakan Aceh Merdeka) adalah suatu gerakan yang didirikan oleh Dr. Tengku Hasan Muhammad di Tiro yang bertujuan untuk memisahkan Aceh dari Republik Indonesia. Gerakan ini mempengaruhi sejarah, sosial, budaya dan ekonomi Aceh selama bertahun-tahun serta mengakibatkan gugurnya belasan ribu korban jiwa dari rakyat Aceh dan TNI.. Universitas Sumatera Utara.

(48) ketakutan mereka menjadi korban konflik. Hal ini jelas sangat dapat dimaklumi karena untuk melakukan berbagai kegiatan seperti pembersihan situs bersejarah jelas akan menghabiskan banyak waktu di luar dan mengancam keselamatan mereka. 32 Masyarakat Banda Aceh pada saat itu tentu lebih memikirkan bagaimana caranya dapat bertahan hidup dan melakukan berbagai kegiatan sehari-hari di tengah bahayanya konflik yang berkepanjangan di Daerah Istimewa Aceh. Sebelum lahirnya BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Aceh yang dahulunya masih bernama Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Aceh, di tahun 1990 ke bawahkondisi Taman Sari Gunongan sangat memprihatinkan karena kurangnya. perhatian dari berbagai pihak termasuk dari pemerintah daerah.. Lingkungannya sangat kotor dan bahkan seperti hutan di tengah kota yang ditumbuhi oleh berbagai tanaman liar. Warna putih Gunongan dan berbagai bangunan yang berada di dalamnya menjadi kehitaman dan ditumbuhi semak belukar yang jelas mengancam kelestarian dari situs bersejarah. Selain itu aliran Krung Daroy (Sungai Daroy) juga dipenuhi sampah. Keberadaan bangunan-bangunan di dalam Taman Sari Gunongan hampir tidak dapat dilihat oleh masyarakat Banda Aceh yang melintas di depan Jalan Teuku Umar padahal lokasi jalan sangat strategis di tengah kota. Hal inidikarenakan situs ditutupi oleh berbagai tumbuhan liar dan sampah yang dibuang oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab di dalam lingkungan taman.. 33. Hujan dan teriknya sinar matahari di daerah tropis yang silih berganti bersamaan dengan tingginya tanaman-tanaman liar dan sampah yang berserakan benar-benar 32 33. Wawancara dengan Toto Harryanto 8 September 2018 Wawancara dengan Salya Rusdi 8 September 2018. Universitas Sumatera Utara.

(49) mengancam keselamatan dari situs itu. Dimana bangunan-bangunan tanpa perawatan tentu akan mengalami kerusakan dengan sendirinya. Keadaan yang terjadi pada situs cagar budaya Taman Sari Gunongan saat itu seakan menjadikan Gunongan hanya hidup di dalam tulisan-tulisan yang bercerita tentang masa keemasan Aceh. Namun, keberadaan situs itu sendiri hampir hilang jejaknya karena diabaikan dan tidak dilihat lagi keberadaannya. Menurut sumber informasi yang terbatas baik dari beberapa jurnal terbitan BPCB maupun pengurus Taman Sari Gunongan menyatakan bahwa situs ini pernah dipugar sekitar tahun 1976-1977. Pemugaran beserta eskavasi dilakukan oleh Bid. PSK. Kanwil Prop. D.I. Aceh tetapi tidak memiliki banyak dokumentasi selain foto-foto arsip BPCB. Arsip tersebut dihibahkan oleh Bid. Muskala Propinsi Daerah Istimewa Aceh kepada BPCB Aceh. Dari arsip tersebut dapat dilihat kondisi situs yang terabaikan serta beberapa warisan sejarah berupa nisan-nisan kesultanan yang berada di dalam Kandang Baginda (Balai Kembang Cahaya) dalam keadaan tidak utuh. Nisan-nisan tersebut ada yang patah dan sebagiannya lagi hilang sehingga menghilangkan bukti arkeologis tentang gambaran utuh situs di masa kesultanan. Saat ini jika para wisatawan masuk ke dalam Kandang Baginda tentu tidak akan didapati lagi nisan-nisan kuno di dalamnya seperti tahun 1976-1977. Hal ini tentu sangat disayangkan dimana seharusnya saat pemugaran dan eskavasi seluruh situs yang berada di dalam Taman Sari Gunongan tetap diletakkan di tempat asalnya tanpa kurang satu apapun sehingga dapat menjadi bukti sejarah bagi generasi selanjutnya. Namun pemugaran dan eskavasi tanpa dilakukan studi panjang pada tahun 1976-1977 tersebut memiliki satu dampak besar. Universitas Sumatera Utara.

(50) dimana dari bukti-bukti berupa foto yang ada mampu menjawab pertanyaan para wisatawan bahwa setelah era Sultan Iskandar Muda situs Kandang Baginda (Balai Kembang Cahaya) memang benar telah dijadikan makam oleh para penerus dinasti kesultanan Aceh. Setelah pemugaran tahun 1976-1977 tidak ada perubahan besar lanjutan yang terjadi, situs kembali mengalami kemunduran dan diabaikan oleh masyarakat. Kelahiran BPCB serta kerja kerasnya di tahun-tahun berikutnya barulah memberi dampak besar bagi situs Taman Sari Gunongan. 34. 3.2. Setelah Lahirnya BPCB Aceh BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) adalah unit pelaksana teknis. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di bidang pelestarian cagar budaya yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan. Tugas BPCB antara lain adalah melaksanakan pelindungan, pengembangan, serta pemanfaatan cagar budaya yang berada di kawasan wilayah kerjanya. Adapun fungsi dari BPCB di republik ini adalah untuk melaksanakan penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pengembangan, pemanfaatan, dokumentasi, publikasi, pelaksanaan kemitraan di bidang pelestarian cagar budaya dan yang diduga cagar budaya. BPCB di Indonesia terbagi dalam 12 satuan kerja yang meliputi : BPCB Aceh, BPCB Sumatera Barat, BPCB Jambi, BPCB Banten, BPCB D.I Yogyakarta, BPCB Jawa Tengah, BPCB Jawa Timur, BPCB Bali, BPCB 34. Masnauli B. 2015. “Taman Sari Gunongan (Dokumentasi Hasil Pemugaran Tahun 1976/1977 Sebagai Bahan Evaluasi Pemugaran)”. Arabesk. Edisi XV Nomor 2. Hlm 149.. Universitas Sumatera Utara.

(51) Sulawesi Selatan, BPCB Gorontalo, BPCB Kalimantan Timur, BPCB Maluku Utara. 35 Daerah Istimewa Aceh adalah satu diantara beberapa daerah di Indonesia yang memiliki sangat banyak warisan cagar budaya di hampir seluruh wilayahnya baik berupa makam-makam kuno dari zaman awal Islam, benteng, rumah-rumah adat, istana, taman kesultanan, masjid-masjid kesultanan, menara air hingga berbagai bangunan warisan kolonial sehingga negara menganggap Aceh sebagai wilayah kaya akan cagar budaya yang wajib memiliki BPCB untuk melindungi, mengelola dan memanfaatkan semua warisan tersebut dengan baik. Setelah lahirnya BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Aceh yang dahulunya masih bernama Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Aceh di tahun 1990, terjadi perubahan yang sangat besar di dalam lingkungan Taman Sari Gunongan. SPSP Aceh menempatkan juru pelihara sebagai pihak yang akan mengelola dan merawat situs. Juru pelihara digaji oleh SPSP Aceh dengan dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).Pada masa awal berdirinya SPSP Aceh, seluruh pihak yang tergabung di dalamnya baik para pegawai dan juru pelihara bergotong-royong melakukan langkah awal untuk pembersihan lahan dan berbagai bangunan bersejarah yang ada di dalamnya. Seluruh tanaman yang tumbuh liar di dalam komplek situs dibabat habis, sampah-sampah yang sudah menumpuk di dalam situs sejak bertahun-tahun dibersihkan, aliran Krung Daroy (Sungai Daroy) yang dipenuhi oleh sampah juga dibersihkan.Pada saat itu seluruh elemen SPSP bahu-. 35. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. “Balai Pelestarian Cagar Budaya”. Diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada sabtu, 11/01/2019, pukul 13:30 WIB.. Universitas Sumatera Utara.

(52) membahu melakukan pembersihan situs agar situs dapat kembali dilihat oleh masyarakat Banda Aceh yang melintas di Jalan Teuku Umar. SPSP juga membangun pagar-pagar beton sebagai batas yang terbentang di sepanjang bibir Krueng Daroy (Sungai Daroy) mengelilingi wilayah inti dari Taman Sari Gunongan. Tujuan pembangunan pagar batas ini adalah untukmemperjelas batas-batas wilayah yang akan dikelola oleh SPSP Aceh di masa depan. Selain itu tujuan pembangunan pagarpagar batas adalah sebagai langkah awal untuk menjaga keamanan di lingkungan situs agar tidak dikunjungi oleh masyarakat di luar jam operasional. SPSP tidak ingin situs yang sudah bersih dimasuki oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab di malam hari yang dapat merusak keberadaan situs. Setelah berdirinya pagar-pagar beton, Krueng Daroy (Sungai Daroy) pun berada di luar lingkungan komplek situs untuk menghindari masuknya air ke bangunan-bangunan bersejarah saat hujan deras. Selain itu, SPSP juga membangun papan-papan nama dan sumber informasi mengenai situs di dalam lingkungan komplek situs. Berbagai bangunan bersejarah di dalam situs yang meliputi Gunongan (Gegunongan Menara Permata), Leusong (Singgasana/Peterana Batu Berukir) dan Kandang Baginda (Balai Kembang Cahaya) kembali dipugar. Seluruh bangunan dibersihkan dan dicat kembali dengan cat pilihan sesuai dengan warna aslinya yaitu warna putih yang mencolok. Pemugaran dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak situs dan merubah keaslian situs. Setelah dilakukan pemugaran besarbesaran oleh SPSP Aceh, kondisi komplek Taman Sari Gunongan terlihat begitu indah dan sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Tanaman-tanaman hias yang disusun. Universitas Sumatera Utara.

(53) rapi serta warna putih terang yang mencolok di siang hari membuat masyarakat kota Banda Aceh sangat antusias untuk mengunjungi taman bersejarah yang sebelumnya terbengkalai.Sejak dilakukan pemugaran oleh SPSP Aceh, sejarah baru Taman Sari Gunongan sebagai situs bersejarah dan objek wisata pun dimulai. Masyarakat kota Banda Aceh mulai menghabiskan waktu mereka untuk menikmati keindahan situs. Berbagai kegiatan pun mulai dilakukan di taman bersejarah ini dan semakin banyak pihak yang menulis dan membahas mengenai keberadaan situs ini. 36 Pada awalnya BPCB Aceh yang bernama SPSP Aceh belum memiliki kantor sehingga seluruh kegiatan dilakukan di Gedung Balai Penyelamatan Benda Cagar Budaya yang berada di dalam komplek Taman Sari Gunongan. Keberadaan BPCB Aceh yang melakukan berbagai kegiatan di dalam situs cagar budaya Taman Sari Gunongan tentu memberikan dampak positif terhadap situs dimana situs mendapatkan perhatian lebih dan setiap tamu-tamu BPCB yang datang dapat melihat langsung kondisi situs yang terawat. Setelah melewati beberapa waktu kantornya pun berpindah ke daerah Gampong Rima Jeuneu, Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Gedung tersebut diresmikan pada 25 Agustus 1999 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan. Saat konflik antara GAM-RI semakin memanas, kantor tersebut dibakar oleh oknum tidak dikenal yang mengakibatkan musnahnya laboratorium dan beberapa ruangan kerja. Akibat konflik yang berkepanjangan, kantor BPCB kembali berpindah ke dalam wilayah Taman Sari Gunongan di Banda Aceh. Area gedung baru di Aceh Besar yang tidak terbakar diduduki oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia). 36. Wawancara dengan Toto Harryanto 8 September 2018. Universitas Sumatera Utara.

(54) hingga bencana alam berupa gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Tanah Rencong pada 26 Desember 2004. Pada 2010, kantor tersebut direnovasi dan kembali digunakan oleh BPCB Aceh setelah bertahun-tahun ditinggalkan.Keberadaan BPCB di Aceh memberikan banyak manfaat bagi keselamatan berbagai cagar budaya Aceh terutama yang berada dalam kondisi rentan terhadap kehancuran. Tidak hanya Taman Sari Gunongan, BPCB Aceh juga bekerja untuk mengelola dan menyelamatkan berbagai situs seperti Masjid Tuha Indra Puri 37 di Kabupaten Aceh Besar, Benteng Indra Patra di Kabupaten Aceh Besar, Rumah Cut Nyak Dhien di Kabupaten Aceh Besar, Komplek Kandang XII di Banda Aceh, dan berbagai situs-situs bersejarah yang tersebar di seluruh penjuru Aceh.. 37. Masjid Tuha Indra Puri terletak di Jln. Indra Puri Monpasik, Kabupaten Aceh Besar. Ibarat Aya Sophia di Istanbul, Turki yang merupakan rumah ibadah agama lain yang dirubah menjadi sebuah masjid kerajaan begitulah sejarah dari Masjid Tuha Indra Puri yang pada mulanya adalah sebuah candi, benteng dan istana yang didirikan oleh Kerajaan Lamuri Hindu. Setelah Kerajaan Lamuri berubah menjadi Kerajaan Islam maka tempat ini ditinggalkan. Lalu pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Iskandar Muda merubah bangunan Hindu ini menjadi sebuah masjid kerajaan dengan arsitektur tradisional Aceh berupa atap bertingkat. Menurut sejarah, di masjid inilah sultan Aceh yang terakhir yaitu Sultan Muhammad Daud Syah dinobatkan dalam upacara kerajaan sebagai seorang sultan.. Universitas Sumatera Utara.

(55) BAB IV TAMAN SARI GUNONGAN SEBAGAI SITUS CAGAR BUDAYA DAN OBJEK WISATA TAHUN 2000. 4.1. Penetapan Situs Sebagai Cagar Budaya Tahun 1999 Sejarah penetapan Taman Sari Gunongan sebagai situs cagar budaya telah. melewati proses yang sangat panjang. Keterlibatan antara BPCB Aceh, pemerintah Daerah Istimewa Aceh dan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menghasilkan kesepakatan untuk menetapkan Taman Sari Gunongan yang sangat berharga sebagai situs cagar budaya yang menggambarkan kemajuan peradaban dan kebudayaan bangsa Indonesia di masa lalu. Dalam kondisi Aceh di tahun 1990an yang tidak kondusif karena konflik bersenjata antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan pemerintah Republik Indonesia, ada semangat besar dari berbagai pihak untuk mewujudkan perdamaian di Aceh dan memajukan Aceh dalam segala bidang terutama di bidang sejarah dan budaya. 38 Taman Sari Gunongan yang merupakan bagian dari sejarah dan budaya Aceh terus mendapatkan perhatian lebih. Sama seperti situs warisan sejarah lainnya yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia, para peneliti silih berganti mengunjungi Taman Sari Gunongan. Harapan yang sama dari seluruh pihak pemerhati sejarah dan budaya Aceh tentang penetapannya sebagai situs cagar budaya adalah sebuah langkah 38. Wawancara dengan Toto Harryanto 10 September 2018. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Tablo 2’de öğretmen adaylarının öz değerlendirme yönteminin kullanılmasının olumlu etkilerine ilişkin görüşleri incelendiğinde görüşlerin, öğrencilerin

Dalam Rumusan Rasional harus tergambar cakupan dan inti masalahnya secara jelas, apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga diketahui

ketika motor induksi beroperasi dan diberikan beban motor DC dengan variasi sumber tahanan variabel resitif pada setiap pengujian yang bertujuan untuk melawan

Suplementasi minyak ikan tuna 4% ke dalam pakan mampu meningkatkan berat telur, sedangkan suplementasi minyak ikan tuna dan minyak ikan lemuru pada pakan jagung kuning

Bentuk lain lagi dari saksi yang disebut token, yakni apabila kita mengambil benda atau barang kesayangannya agar anak mau mengubah tingkah laku buruknya beralih

Sediaan makanan dari tepung, dedak atau kanji, yang mengandung menurut berat, lebih dari 85% tepung, gandum kasar (groat), dedak dan pelet dari beras, gandum, triticale atau

Sehingga pendidikan karakter dalam perspektif Islam lebih menitikberatkan pada sikap peserta didik, hal tersebut pada kehendak positif yang selalu dibiasakan, sehingga

Setelah membaca teks tentang Sultan Hasanuddin yang disajikan guru melalui WA Grup, siswa mampu mengumpulkan informasi yang sudah diketahui dan yang ingin diketahui