• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP DASAR PERENCANAAN DAN KOMPONEN DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRINSIP DASAR PERENCANAAN DAN KOMPONEN DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan telah beranjak dari kegiatan yang bersifat naluriah, spontan, dan bersifat subyektif berdasar pengalaman masa lalu menjadi suatu proses yang sistematik, dan obyektif. Perencanaan yang telah dilakukan dengan baik sering menjadi gagal karena kurangnya perhatian terhadap pelaksanaannya. Perencana kesehatan merasa tugasnya telah selesai ketika mereka menghasilkan dokumen perencanaan. Perencanaan harus dikenali sebagai satu bagian suatu proses menyeluruh yang melibatkan analisis kebijakan, persiapan perencanaan, pengelola perencanaan, evaluasi dan penelitian.

Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Beberapa batasaan perencanaan menurut para ahli disajikan sebagai berikut : 1. Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau

perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian (Abdulrachman, 1973).

2. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan dating dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan (Siagian, 1994).

3. Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa dating dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Terry, 1975 dalam

Kusmiadi, 1995).

4. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapainnya (Stoner and Wankel, 1986 dalam Kusmiadi, 1995).

5. Menurut Soekartawi (2000), perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumberdaya yang tersedia.

Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli.

Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai

PRINSIP DASAR PERENCANAAN DAN KOMPONEN DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

(2)

2

tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain :

a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan baik.

b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.

c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik.

Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah "rencana" (plan).

1.2 Prinsip-Prinsip Perencanaan

Menurut Reinke (1994), suatu perencanaan harus memiliki prinsip-prinsip (asas-asas) sebagai berikut :

1. Principle of contribution to objective. Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada capaian tujuan.

2. Principle of efficiency of plans. Suatu perencanaan adalah efisien jika perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dengan biaya yang sekecil-kecilnya.

3. Principle of primacy of planning (asas pengutamaan perencanaan). Perencanaan adalah keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi lainnya, “organizing, staffing, directing dan controlling”. Seorang pemimpin tidak akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui tujuan dna pedoman dalam melaksanakan kebijaksanaan.

4. Principle of pervasiveness of planning (asas pemerataan perencanaan). Asas pemerataan perencanaan memegang peranan penting, mengingat pemimpin pada tingkat tinggi banyak mengerjakan perencanaan dan bertanggung jawab atas berhasilnya rencana itu. Tidak seorang manajer pun yang tidak mengerjakan perencanaan.

5. Principle of planning premise (asas patokan perencanaan). Patokan-patokan perencanaan sangat berguna bagi ramalan-ramaln, sebab premis-pemis perencanaan dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan datang.

6. Principle of policy frame work (asas kebijaksanaan pola kerja). Kebijaksanaan ini mewujudkan pola kerja prosedur kerja dan program tersusun.

7. Principle of timing (asas waktu). Perencanaan waktu yang relative singkat dan tepat.

8. Principle of planning communication (asas tata hubungan perencanaan). Peremcanaan dapat disusun dan dikoordinasi dengan baik, jika setiap orang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan yang memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakannya.

(3)

3

9. Principle of alternatives. Alternative pada setiap wangkaian kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternative dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

10. Principle of limiting factor (asas pembatasan factor). Dalam pemilihan alternative-alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada factor-faktor yang strategis dan dapat membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan dapat membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan asas pembatasan factor merupakan syarat mutlak dalam penetapan keputusan.

11. The commitment principle (asas keterikatan). Perencanaan harus memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

12. The principle of flexibility. Perencanaan yang efektif memerlukan fleksibilitas, tetapi tidak berarti mengubah tujuan.

13. The principle of navigation change (asas ketetapan arah). Perencanaan yang efektif memerlukan pengamatan yang terus-menerus terhadap kejadian-kejadian yang timbul dalam pelaksanaannya untuk mempertahankan tujuan. 14. Principle of strategic planning (asas perencanaan strategis). Dalam kondisi

tertentu manajer harus memilihtindakan-tindakan yang diperlukan utnuk menjamin pelaksanaan perencanaan agar tujuan tercapai dengan efektif. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :

1. Perencanaan merupakan fungsi utama manajer. Pelaksanaan pekerjaan tergantung pada baik buruknya suatu rencana.

2. Perencanaan harus diarahkan pada tercapainya tujuan. Jika tujuan tidak tercapai mungkin disebabkan oleh kurang sempurnya perencanaan.

3. Perencanaan harus didasarkan atas kenyataan-kenyataan obyektif dan rasional untuk mewujudkan adanya kerja sama yang efektif.

4. Perencanaan harus mengandung atau dapat memproyeksikan kejadian-kejadian pada masa yang akan datang.

5. Perencanaan harus memikirkan dengan matang tentang anggaran, kebijaksanaan, program, prosedur, metode dan standar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

6. Perencanaan harus memberikan dasar kerja dan latar belakang bagi fungsi-fungsi manajemen lainnya.

1.3 Komponen Kesehatan Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu organisme. Faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotik) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotik). Misalnya, suhu, curah hujan, panjangnya siang, angin serta arus laut.

Interaksi- interaksi antara organisme-organisme dengan kedua faktor biotik dan abiotik membentuk suatu ekosistem. Bahkan perubahan kecil suatu faktor

(4)

4

dalam suatu ekosistem dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu jenis binatang atau tumbuhan dalam lingkungannya.

Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1, menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya dengan mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Daftar komponen kesehatan lingkungan dari Leopard yang dikutip oleh F.Gunarwan Soeratmo (1988) adalah :

a. Komponen fisik dan kimia b. Komponen hubungan ekologi c. Komponen sosial

d. Komponen biologis

Pembagian lingkungan oleh G. Melya Howe dalam bukunya Environmental Medicine (1980) adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal.

Sedangkan berdasarkan mengganggunya terhadap kesehatan manusia, maka lingkungan dapat dibagi menjadi :

a. Lingkungan fisik b. Lingkungan biologis

c. Lingkungan manusia (sosial-ekonomi-budaya)

Macam komponen lingkungan hidup menurut Leopard adalah: a. Komponen lingkungan hidup fisik dan kimia

b. Komponen lingkungan hidup sosial

c. Komponen lingkungan hidup biologi dan hubungan ekologi

Menurut Norbert Dee adapun yang menjadi komponen lingkungan yang dibagi dalam empat kelompok dasar, yaitu :

1. Ekologi

a. Spesies dan populasi b. Habitat dan komunitas c. Ekosistem

2. Pencemaran lingkungan

a. Air (temperatur, pH, turbiditas, salinitas, pengaruh pasang, surut, iklim mikro, DO, BOD, nutrien, karbon organik, bahan racun, pestisida)

b. Udara (CO, hidrokarbon, nitrogen oksida, bahan khusus, sulfur oksida, kebisingan, iklim mikro)

c. Lahan (tata guna lahan, erosi tanah, iklim mikro) 3. Estetika

a. Lahan (vegetasi penutup, cakrawala, bentuk alam)

b. Air (penampilan air, pencampuran lahan dan air, bau dan benda terapung) c. Sejarah dan kebudayaan (arsitektur, peristiwa budaya, tanda-tanda alam,

atmosfir)

(5)

5

a. Sosial dan demografi (aspirasi komunitas, ciri perumahan)

b. Pelayanan sosial (kesehatanm pelayanan umum dan swasta, proses pendidikan, sistem transportasi)

c. Ekonomi (struktur ekonomi, pendapatan perkapita, pemerataan)

PUSTAKA

Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.

Kusmiadi, H. R. 1995. Teori dan Teknik Perencanaan Edisi Pertama. Bandung : Penerbit Ilham Jaya.

Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.

Mulyanto, R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2 Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Reinke, W. 1994. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(6)

6

Pada mulanya konsep terjadinya penyakit didasarkan pada adanya gangguan mahluk halus atau karena kemurkaan dari Maha Pencipta. Namun seiring zaman, Hipocrates mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah cuaca dan lainnya. Namun tidak dijelaskan faktor lingkungan yang bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.

Lingkungan yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat penting. Dari lingkungan didapatkan udara untuk bernapas, air untuk minum, makanan untuk dinikmayi, dan ruang untuk bergerak. Gangguan lingkungan akan mengganggu kesehatan manusia. Untuk itu diperlukan upaya untuk menjaga agar lingkungan tidak tercemar/rusak sehingga tidak membawa gangguan.

Kemudian berkembanglah teori terjadinya penyakit berdasarkan sisa-sisa mahluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya. Konsep penyakit mulai mengacu pada adanya peranan jasad renik.

Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad.

Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan timbulnya penyakit yakni host, agent and environment.

Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu, misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agens penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit. Internal - Fisiologis - Biokimia - Psikologis Eksternal - Fisik - Biologis - Kimiawi - Sosekbud

POLA PENYAKIT AKIBAT

LINGKUNGAN

(7)

7 Biologis

Kimiawi Ras

Agent Nutrisi Seks Host

Fisik Gen

Mekanis

Fisik Biologis Sosial

Gambar 1. Epidemilogical/Ecological Triad

1. Faktor Host

Adalah manusia atau mahluk hidup lain sangat kompleks dalam proses alamiah terjadinya perkembangan penyakit, termasuk burung dan artropoda. Faktor host tersebut bergantung pada karakteristik yang dimilki individu, anatara lain dapat berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh, tingkah laku, pekerjaan, adat, gaya hidup, dan lainnya.

2. Faktor Agent

Adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agent ini adalah sendiri, misalnya pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain beberapa agent yang bekerjasama misalnya pada penyakit kanker. Agent

dapat berupa unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi dan unsur fisika.

3. Faktor Lingkungan

Adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik (geologis, iklim, geografis), biologis (kepadatan penduduk) dan sosial (urbanisasi, lingkungan kerja, dan lainnya).

PUSTAKA

Bustan, M dan Arsunan, A. 2002. Pengantar Epidemilogi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(8)

8

Perencanan lingkungan pada dasarnya adalah proses dinamik. Perencanan lingkungan tidak hanya merupakan satu tindakan saja, namunlebih nayak sebagai suatu rentan aktivitas yang tersusun sistematis dan bertahap, mengarah pada hasil perbaikan lingkungan hidup yang lebih mantap.

Pada dasarnya tiap perencanaan lingkungan harus mempunyai tiga aspek pokok yakni strategi, tujuan dan proses perencanaan. Strategi perencanaan lingkungan akan dibahas pada bab berikutnya, sedang aspek tujuan dan proses akan dijabarkan pada bab ini.

Tujuan perencanaan lingkungan sebagai suatu pernyataan hasrat atau harapan terhadap terciptanya kondisi lingkungan ideal yang ingin dicapai. Umumnya tujuan dikaitkan dengan perbaikan kualitas lingkungan hidup sehingga memebrikan suasana yang lebih menguntungkan bagi penduduk.

Kondisi lingkungan yang meningkat kualitasnya juga diusahakan berlangsung permanen/lestari. Namun tujuan seperti itu tidak dapat dipakai sebagai arah operasional lingkungan, lebih banyak hanya berupa arah konsepsional yang menjadi orientasi para pengelola lingkungan.

Tujuan perbaikan lingkungan dalam bentuk yang memilki nilai operasionil banyak tergantung pada kemampuan perencana untuk melihat ke depan tentang prospek lingkungan yang akan dihadapi. Dengan kata lain, suatu tujuan perencanaan lingkungan perlu dibuat secara kuantitatif, kalau mungkin dalam bentuk satuan jumlah untuk jangka waktu tertentu.

Suatu perencanan lingkungan perlu terdiri dari aktifitas yang berkesinambungan dan tersusun sistematis, serta bertahap menuju suatu perbaikan kualitas lingkungan dengan ukuran yang objektif. Prosesnya sangat dinamik mengikuti perubahan-perubahan alamiah maupun tak alamiah yakni perubahan yang dikaitkan dengan aktifitas manusia, yang bersifat terkontrol melalui program-program perbaikan lingkungan.

Adapun proses kegiatan perencanaan lingkungan pada hakikatnya adalah rantai aktifitas yang berkaitan dengan upaya perbaikan kualitas lingkungan terencana, sistematis dan rasional. Proses itu meliputi berbagai aktifitas yang bisa diklasifikasikan dalam tujuh kelompok kegiatan pokok, yaitu :

1. Analisis lingkungan

2. Penetapan dan penyusunan urutan prioritas masalah lingkungan 3. Penyusunan alternatif pemecahan masalah lingkungan

4. Pemilihan alternatif dan penentuan rencana perbaikan lingkungan 5. Pelaksanaan rencana dan program perbaikan lingkungan

DASAR PERENCANAAN

MANAJEMEN PROGRAM

KESEHATAN LINGKUNGAN

(9)

9 6. Pengawasan dalam pelaksanaan 7. Evaluasi pelaksanaan

Ketujuh kelompok aktifitas perencanaan lingkungan diatas merupakan suatu aktifitas yang senantiasa ada dan dilaksanakan dalam upaya-upaya perbaikan lingkungan.

PUSTAKA

Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.

(10)

10

4.1 Pengertian Pendekatan Sistem Kesehatan Lingkungan

Dalam cakupan pengertian sistem termuat adanya berbagai komponen (unsur), berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen), adanya saling hubungan serta ketergantungan antar komponen, adanya keterpaduan (kesatuan organis = integrasi) antar komponen, adanya keluasan sistem (ada kawasan di dalam sistem dan di luar sistem), dan gerak dinamis semua fungsi dari semua komponen tersebut mengarah (berorientasi = berkiblat) ke pencapaian tujuan sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu. Bertolak dari identifikasi sistem tersebut, akan disajikan beberapa batasan sistem untuk diarifi seperlunya, batasan sistem tersebut, adalah:

1. Sistem adalah komposisi (susunan yang serasi) dari fungsi komponennya. 2. Sistem adalah rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke

arah tercapainya tujuan sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu (Warijan, dkk., 1984: 1)

3. Sistem adalah pengkoordinasian (pengorganisasian) seluruh komponen serta kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu. 4. A system is an organized or complex whole; an assemblage or combination of

things or parts forming a complex or unitary whole (Johnson, Kast, dan Rosenzweig, 1973: 4).

Pengertian dan ciri-ciri sistem atau pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisis (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial relatif lebih rumit dibanding analisis sistem fisis dan sistem biotis; sistem sosial pada umumnya dan khususnya sistem pendidikan bersifat terbuka, yaitu suatu sistem yang mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar sistemnya (rentan terhadap pengaruh luar).

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Jadi dapat disimpulkan, suatu pendekatan sistem kesehatan lingkungan adalah suatu rangkaian hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan perlunya menganalisis komponennya baik fisiks, biotis dan sosial.

PENDEKATAN SISTEM

KESEHATAN LINGKUNGAN

(11)

11

4.2 Ciri-Ciri Sistem Atau Pendekatan Sistem

Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem, adalah:

1. Adanya tujuan. Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentukan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan komponen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem mengarah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu sistem.

2. Adanya komponen sistem (selain tujuan). Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di kampus sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terjadi di dalamnya adalah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen sistem.

3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan kerja sistem. Tubuh kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhannya (semua fungsi komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan kehidupan kita sebagai manusia berjalan secara sehat dan semestinya.

Penyelenggaraan pengajaran di kampus merupakan suatu sistem, maka setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung secara efektif dan efisien.

4. Adanya interaksi antar komponen. Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan.

4.3 Pendekatan dan Metodologi dalam Penerapan Prinsip dan Hubungan Ekologi

Ekologi merupakan hubungan antara total antara organisme dengan lingkungannyayang bersifat organik maupun anorganik, menurut Ernst Haeckel (1869).

Penerapan prinsip dan hubungan ekologi dalam kehidupan manusia dapat berupa pendekatan dan metodologi, yaitu:

1. Pendekatan Holistik

Pendekatan seutuhnya berupa analitik dan reduksionistik (Odum dan Boyden).

2. Pendekatan Evolusioner

Pendekatan yang mengkaji evolusi yang terjadi pada para pelaku dalam lingkungan hidup, baik secara individual, populasi maupun komunitas.

(12)

12 3. Pendekatan Interaktif

Menurut Price, dkk (1983), suatu kehidupan harus dilihat dari hubungan-hubungan interaktif antar komponen penyusun dan merupakan suatu pendekatan bottom up untuk mengenal ekosistem atau lingkungan hidup dengan lebih baik.

4. Pendekatan Situsional

Jarvie, Papper, dan Vayda, menganjurkan pendekatan ekologi dengan cara memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu permasalahan timbul. 5. Pendekatan Sosiosistem dan Ekosistem

Pendekatan ini berupaya memisahkan lingkungan hidup ke dalam sistem sosial dan sistem alami serta mempelajarinya berdasarkan aliran materi, energi dan informasi. Dari keduanya akan menghasilkan proses seleksi dan adaptasi.

6. Pendekatan Peranan dan Perilaku Manusia

Pendekatan ini berupaya mempelajari peranan manusia dalam program MAB

(man and biosphere) atau pendekatan pemanfaatan oleh manusia (UNESCO, 1974).

7. Pendekatan Kontektualisasi Progresif

Pendekatan ini bersifat interdisipliner dan dapat ditelusuri secara progresif sehingga setiap permasalahan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik. 8. Pendekatan Kualitas Lingkungan

Pendekatan ini merupakan kelanjutan pendekatan kontektualisasi progresif yang kemudian dikembangkan dengan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

4.4 Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan

Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk menjadikan lingkungan itu sehat, seperti:

1. Pengawasan/pemeliharaan penyediaan sarana air bersih (SAB) dan sanitasi dasar;

2. Pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan misalnya sistem pembuangan air limbah (SPAL), jamban keluarga (JAGA);

3. Pengawasan dan pemeliharaan tempat-tempat umum (TTU)

4. Pengawasan dan pemeliharaan tempat pengelolaan makanan (TPM) 5. Pengawasan dan pemeliharaan tempat-tempat pestisida

6. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan;

7. Pengembangan wilayah sehat seperti pengawasan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah (TPS)

(13)

13

PUSTAKA

Anonimous. 2008. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pendekatan Sistem. (Online), ( http://blog.persimpangan.com/blog/20070806/pengertian-dan-ciri-ciri-pendekatan-sistem) Diakses 12 November 2008.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jauhari, N. 2008. Upaya Kesehatan Lingkungan. (Online),

(http://puskesmasklk1.web.id/categoryprogram-wajib) Diakses 14 November 2008.

(14)

14

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut.

Hendrik L. Blum dalam Planning for Health, Development and Application of Social Change Theory secara jelas menyatakan bahwa determinan status kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi domain lingkungan, perilaku dan genetika serta bukan hasil pelayanan medis semata-mata.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas (lihat gambar Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan di bawah !)

Gambar 2. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan

Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan) disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal.

Berdasarkan teori Blum, menunjukkan konsep status kesehatan seseorang bahkan suatu komunitas masyarakat, dipengaruhi oleh empat faktor terdiri kesehatan lingkungan 45%, perilaku 30% disusul jasa layanan kesehatan 20%, serta faktor genetik atau keturunan hanya berpengaruh 5%.

Aspek fisik dari lingkungan dapat berupa panas, sinar, udara dan air, radiasi, atmosfir dan tekanan. Sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik,

Keturunan Pelayan Kesehatan Perilaku Lingkungan (fisik, sosbud, ekonomi), Status Kesehatan

STATUS KESEHATAN

LINGKUNGAN

5

(15)

15

kimia, biologi dan social, pendekatan lain yang dapat digunakan adalah model roda dan pendekatan segitiga epidemiologi. Kedua model tersebut menyebutkan bahwa lingkungan fisik, biologi dan sosial dapat menyebabkan penyakit.

Host

Agent Lingkungan

Gambar 3. Segitiga Epidemiologi

Lingkungan biologi Lingkungan Sosial

Manusia (host) Genetic Core

Lingkungan fisik/ kimia

Gambar 4. Whell Model of Man Environment Interaction

Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap kesehatan masyarakat, penurunan kualitas lingkungan memiliki peran terhadap terjadinya penyakit seperti diare, ISPA, malaria, schistosomiasis dan penyakit vektor lainnya, CPOD (PPOM), CVD, penyakit infeksi pada anak. Karena itu, jika upaya peningkatan kesehatan masyarakat hanya memprioritaskan jasa layanan secara "kuratif", tanpa menitikberatkan pada perwujudan kesehatan lingkungan, maka fenomena tersebut diibaratkan menabur garam ditengah samudera, tidak akan membuahkan hasil yang optimal.

Akibatnya, masyarakat sebatas menuai kesembuhan sementara, karena pada pasca pengobatan atau perawatan, faktor lingkungan yang tidak sehat kembali menggerogoti kondisi kesehatan masyarakat, karena akar permasalahannya berupa fenomena lingkungan yang "sakit", tidak secara tuntas dan menyeluruh disembuhkan. Meski pengobatan secara "kuratif" tetap diperlukan hingga kapanpun, akan tetapi jangan justru mengabaikan faktor lainnya, yang sebenarnya bisa mewujudkan kualitas derajat kesehatan masyarakat bermasa depan, sebab akar permasalahannya telah tercerabut ditengah komunitas mereka.

(16)

16

Pembangunan kesehatan masyarakat khususnya pembangunan kesehatan lingkungan, juga harus sejalan dengan upaya peningkatan kualitas perilaku masyarakat agar mereka bisa memiliki gaya hidup yang mandiri, sekaligus bermotivasi tinggi untuk mewujudkan kualitas kesehatannya. Karena mustahil pembangunan kesehatan bisa ditanggulangi sendiri oleh pemerintah, menyusul selama inipun alokasi anggaran kesehatan di setiap Kabupaten setiap tahunnya masih dibawah standar yang disyaratkan organisasi kesehatan dunia (WHO), sebesar 15% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setempat.

PUSTAKA

Hasyim, H. 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 11;

Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis wilayah. (Online),

(http://www.jmpk-online.net/files/03-4.APhamzah.pdf) Diakses 12 November 2008.

Hidayat, J. 2005. Lingkungan Penentu Status Kesehatan. (Online),

( http://www.garutkab.go.id/pub/article/plain/24-lingkungan-penentu-status-kesehatan-warga-garut.html) Diakses 12 November 2008.

Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

(17)

17

6.1 Konsep dan Batasan Kesehatan Lingkungan

Batasan kesehatan lingkungan sangatlah luas, sehingga kita terlebih dahulu harus paham akan pengertian kesehatan dan lingkungan itu sendiri.

Pengertian Kesehatan

1. Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.

2. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian Lingkungan

1. Menurut Encyclopaedia of Science and Technology (1960) disebutkan, lingkungan adalah sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme.

2. menurut Encyclopaedia Americana (1974), lingkungan adalah pengaruh yang ada di atas / sekeliling organisme.

3. Lingkungan menurut A. L. Slamet Riyadi (1976) merupakan tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. Pengertian kesehatan lingkungan

1. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

2. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

3. Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen), kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.

SISTEM KESEHATAN

LINGKUNGAN

(18)

18

6.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

1. Penyediaan air minum

2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan sampah padat

4. Pengendalian vektor

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6. Higiene makanan, termasuk higiene susu

7. Pengendalian pencemaran udara 8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja

10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman

12. Aspek kesling dan transportasi udara 13. Perencanaan daerah dan perkotaan 14. Pencegahan kecelakaan

15. Kesehatan lingkungan tempat rekreasi umum dan pariwisata

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :

1. Penyehatan air dan udara

2. Pengamanan limbah padat/sampah 3. Pengamanan limbah cair

4. Pengamanan limbah gas 5. Pengamanan radiasi 6. Pengamanan kebisingan 7. Pengamanan vektor penyakit

8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

6.3 Sasaran Kesehatan Lingkungan

Di dalam Pasal 22 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang menjadi sasaran kesehatan lingkungan sebagai berikut :

1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis

2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama / yang sejenis 3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri / yang sejenis.

4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.

(19)

19

5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

6.4 Perencanaan Program Kesehatan Lingkungan

Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli.

Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain :

a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan baik.

b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.

c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik.

Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah "rencana" (plan). Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain :

1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana :

a. Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10- 25 tahun.

b. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara 5-7 tahun.

c. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya hanya berlaku untuk 1 tahun.

2. Dilihat dari tingkatannya :

a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas.

b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.

c. Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat rutin.

(20)

20

a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini sulit untuk diubah.

b. Rencana taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.

c. Rencana menyeluruh ialah rencana yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.

d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain diluar kesehatan.

Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas namun prakteknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut. Misalnya berdasarkan tingkatannya suatu rencana termasuk rencana induk tetapi juga merupakan rencana strategis berdasarkan ruang lingkupnya dan rencana jangka panjang berdasarkan jangka waktunya.

6.5 Proses Perencanaan Kesehatan Lingkungan

Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah baru kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas masalah-masalah dan selanjutnya kembali ke siklus semula. Lihat bagan Proses Perencanaan dibawah !

Identifikasi masalah Prioritas Masalah

Evaluasi

Pelaksanaan Perencanaan Pemecahan Masalah

Bagan 1. Proses Perencanaan

Proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yakni Problem Solving For Better Health.

Problem Solving For Better Health membantu dalam melaksanakan upaya

problem sloving skala kecil yang secara langsung dapat memberi manfaat bagi banyak orang. Falsafahnya adalah dapat menggunakan sumber daya yang ada

(21)

21

untuk mencapai dampak positif yang lebih besar dalam mengatasi masalah kesehatan setempat dibandingkan dengan dampak umum yang telah dicapai walaupun ketersediaan dana yang tidak memadai.

Adapun yang menjadi proses dalam Problem Solving For Better Health

adalah sebagai berikut :

1. Langkah pertama yaitu mendefinisikan masalah secara jelas.

- Tentukan sifat, besar, sebab dan faktor-faktor penunjang timbulnya suatu masalah kesehatan.

- Masalah yang didapat harus riil berdasarkan data primer yang didapatkan. - Prioritas masalah merupakan masalah kesehatan yang dapat diatasi sendiri. - Prinsip utamanya menggunakan sumber daya setempat yang sudah ada

(tenaga, teknis, peralatan, logistik dan dana) untuk mengatasi masalah. 2. Langkah kedua yaitu menentukan bagian realistik dari masalah.

- Prinsipnya mengatasi masalah bagian demi bagian.

- Caranya dengan mengambil bagian yang kecil dari masalah, bagian yang realistik dan dapat dikelola

3. Langkah ketiga yaitu mendefinisikan suatu solusi.

- 43eJenis-jenis solusi : pendidikan, biomedis, psikologis, ekonomi, usaha mikro, job training, lingkungan.

- Buatlah pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang relevan, terdefinisi dengan baik dan dapat dijawab. Sebaiknya pertanyaan harus mencakup elemen-elemen seperti:

- Dengan apa

- Melakukan (kegiatan apa) - Dengan (siapa atau untuk siapa) - Dimana

- Selama (untuk berapa lama)

- Akan mencapai (tujuan yang diinginkan) 4. Langkah keempat yaitu menyusun Plan of Action

- POA merupakan perangkat organisasi, langkah-langkah dan alat komunikasi

- POA dapat menjabarkan rincian dari solusi yang diambil

- POA harus dapat menjabarkan bagaimana anda akan mengevaluasi dampak dari upaya anda.

Suatu POA seharusnya memiliki 5 komponen utama, yaitu:

1) Mengapa. Jabaran dari alasan mengapa anda memilih masalah yang akan anda pecahkan.

2) Apa. Jabaran dari masalah yang anda pilih dan ditulis dalam bentuk pertanyaan yang baik.

3) Bagaimana. Menjabarkan metodologi (siapa, apa kegiatannya, isi, frekuensi, lama, dimana) yang akan digunakan untuk mengatasi masalah.

(22)

22

4) Evaluasi. Bagaimana caranya mengukur atau melakukan evaluasi dampak atau efektifitas upaya anda, Apa yang paling penting untuk dinilai Komponen dari kegiatan evaluasi adalah : apa yang akan dievaluasi, bagaimana cara melakukan evaluasi, berapa sering/ dan berapa lama dan siapa yang akan melakukan evaluasi. Perlu dibuat rencana anggaran yang diperlukan (termasuk yang telah tersedia ataupun yang belum tersedia) dan jadwal kegiatan.

5) Kesinambungan. Bagaimana caranya untuk mencegah agar masalah yang telah anda atasi tidak timbul kembali.

5. Langkah terakhir yaitu kesinambungan.

Langkah ini merupakan pendekatan untuk menjamin kesinambungan solusi : - Melibatkan pihak terkait dari awal masalah ataupun pada fase persiapan

kegiatan

- Apabila kegiatan tersebut berhasil mengatasi masalah perlu dilakukan melegalkan pola, model, pendekatan atau sistem yang berhasil tersebut sebagai kegiatan rutin masyarakat setempat

- Penyebar luasandan penerapan pola, metode, model ketempat lain dengan masalah yang sama.

PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Setiyabudi, R. 2007. Dasar Kesehatan Lingkungan. (Online), (http://ajago.blogspot.com/200712/dasar-kesehatan-lingkungan.html) Diakses

(23)

23

7.1 Model Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan

Lingkungan terdiri dari semua kondisi, keadaan dan pengaruh eksternal yang mengelilingi dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme atau suatu komunitas organisme. Terdapat bahaya alam dan bahaya buatan manusia yang mengancam habitat, iklim, dam pada akhirnya kesehatan baik individu maupun komunitas mereka.

Masalah lingkungan yang semakin tidak baik, membuat diperlukannya model pendidikan bagi tenaga kesehatan khususnya untuk masalah lingkungan. Disini tenaga kesehatan diberikan pendidikan berupa sosialisasi guna menyebarluaskan kesadaran terhadap masalah-masalah lingkungan yang semakin banyak. Sasaran pendekatan ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku mereka yang menghasilkan pencemaran/masalah, yang berarti akan mengurangi masalah langsung pada sumber.

7.2 Aspek Kesehatan Lingkungan

Banyak aspek yang mempengaruhi kesehatan suatu komunitas. Akibatnya, status kesehatan setiap komunitas berlainan. Aspek tersebut dapat berupa aspek fisik, sosial dan atau budaya. Aspek tersebut juga mencakup kemampuan komunitas untuk mengorganisasi dan bekerja sama sebagai satu kesatuan dan juga perilaku individu yang ada dalam komunitas tersebut.

Aspek fisik Aspek Sosial/

budaya

Aspek organisasi Aspek perilaku

komunitas individual

1. Aspek fisik

Aspek fisik mencakup pengaruh demografi, lingkungan, besar komunitas dan perkembangan industri. Pengaruh demografi dipengaruhi secara langsung oleh ketinggian, letak dan iklim. Mutu lingkungan berkaitan dengan mutu kepedulian kita terhadapnya. Besarnya komunitas juga dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan komunitas. Kemampuan komunitas untuk merencanakan, mengorganisasi maupun mendayagunakan

MODEL PENDIDIKAN

KESEHATAN LINGKUNGAN

7

Kesehatan manusia

(24)

24

sumber daya secara efektif dapat menentukan apakah besarannya dapat dimanfaatkan atau tidak.

2. Aspek sosial budaya

Faktor yang muncul dari interaksi antara individu atau kelompok di dalam komunitas. Contohnya, masyarakat yang hidup di kota, dengan keadaan serba ada, memiliki angka kesakitan terkait stres yang lebih tinggi dibanding masyarakat yang hidup didesa. Budaya muncul dari petunjuk yang diwariskan kepada seseoranga sebagai bagian dari lingkungan tertentu. Mereka diarahkan bagaimana memandang dunia dan berperilaku di dalamnya berkaitan dengan orang lain, dengan kekuatan supranatural atau Tuhan, dan dengan lingkungan alamnya. Beberapa faktor yang menyebabkan adalah kepercayaa, tradisi, dan praduga; ekonomi, politik, agama, sosial, dan lain sebagainya.

3. Apek organisasi komunitas

Pengorganisasi masyarakat merupakan proses untuk membantu masyarakat dalam mengidentifikasikan masalah atau tujuan umum, memobilisasikan sumber daya, dan dengan cara lain membangun serta menerapkan startegi untuk mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan bersama.

4. Aspek perilaku individual

Imunitas kelompok merupakan kekebalan suatu populasi terhadap penyebaran suatu agens infeksius yang didasarkan pada imunitas sebagian besar penduduk.

PUSTAKA

Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.

McKenzie, J. 2006. An Introduction To Community Health Terjemahan Kesehatan Masyarakat : Suatu Pengantar . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(25)

25

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.

Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang adalah berkisar pada masalah sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (air kotor).

Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan, antara lain : 1. Urbanisasi penduduk

Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-mana.

2. Tempat pembuangan sampah

Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanaha dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular.

IDENTIFIKASI MASALAH

KESEHATAN LINGKUNGAN

(26)

26 3. Penyediaan sarana air bersih

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya 60% penduduk Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul dimana-mana.

4. Pencemaran udara

Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas (NAB) normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga

Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungau. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.

Untuk lebih jelas, akan dibahas masalah kesehatan lingkungan sebagai berikut :

8.1 Masalah Penyedian Air Bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80 %.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 L/hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan air 30-60 L/ hari.

Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Untuk itu air harus mempunyai persyaratan khusus agar layak untuk diminum / digunakan. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :

1. Syarat Fisik : bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya.

2. Syarat Bakteriologis : harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Bila pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

(27)

27

3. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut :

--- Jenis Bahan Kadar yang dibenarkan (mg/L) --- Fluor (F) 1-1,5 Chlor (Cl) 250 Arsen (As) 0,05 Tembaga (Cu) 1,0 Besi (Fe) 0,3 Zat organik 10 Ph (keasaman) 6,5-9,0 CO2 0 ---

Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini, sebagai berikut :

1. Air hujan, ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya.

2. Air sungai dan danau sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.

3. Mata air. Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.

4. Air sumur dangkal. Air ini keluar dari dalam tanah maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal, biasanya berkisar antara 5 - 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.

(28)

28

5. Air sumur dalam. Air ini berasal dari lapisan air kedua didalam tanah, kedalamannya biasanya diatas 15 meter. Air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).

Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak terlindung (protected) sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :

1. Pengolahan secara alamiah (penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh) 2. Pengolahan air dengan menyaring (dengan kerikil, ijuk dan pasir).

3. Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia. Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas) dan yang berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air, misalnya chlor).

4. Pengolahan air dengan mengalirkan udara. Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air. 5. Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih. Tujuannya untuk

membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga.

8.2 Masalah Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup.

Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombiasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti indusri, perhotelan dan sebagainya.

Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

(29)

29

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industi, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga. Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain :

1. Pengenceran (Dilution). Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru dibuang ke badan-badan air.

2. Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds). Yaitu adanya pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. 3. Irigasi. Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air

akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan.

8.3 Masalah Kotoran Manusia

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia didalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus).

(30)

30

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar.

Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya. Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya. 3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau.

6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).

7. Sederhana desainnya. 8. Murah.

9. Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.

2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.

3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.

4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

8.4 Masalah Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan

(31)

31

manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waster) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah merupakan hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah misalnya benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon dihutan yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.

b. Adanya hubungan langsung / tidak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Sampah dapat bersumber dari :

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes), yaitu hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti sisa-sisa makanan, baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus, baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum (pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bis, stasiun kereta api, dan sebagainya). Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran (perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya). Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rabish).

4. Sampah yang berasal dari jalan raya, yaitu dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya.

5. Sampah yang berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri dan yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.

6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya. 7. Sampah yang berasal dari pertambangan misalnya batu-batuan, tanah / cadas,

pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.

Kalau kita berbicara sampah, sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yakni sampah padat, sampah cair, dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Tetapi

(32)

32

seperti telah dibuatkan batasan diatas bahwa dalam konteks ini hanya akan dibahas sampah padat. Sampah cair yang berupa antara lain air limbah akan dibahas dibagian lain. Sedangkan sampah dalam bentuk gas yang menimbulkan polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik dan sebagainya tidak dibahas.

Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja) dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi : a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya logam / besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar :

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah :

a. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.

b. Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya.

c. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya. e. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau

pabrik-pabrik.

f. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang.

g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.

h. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi, beton, bambu, dan sebagainya.

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindah / penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu

(33)

33

sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat.

Pengelolaan sampah yang baik bukan saja untuk kepentingan kesehatan tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut :

1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk.

2. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah

Pemusnahan dan/atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

a. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

b. Dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaran (incenerator).

c. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Apabila sampah dipisahkan antara yang organik dengan anorganik, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk tanaman, dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian masalah sampah akan berkurang.

8.5 Perumahan

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah antara lain sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1. Epidemilogical/Ecological Triad  1.  Faktor Host
Gambar 2. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan
Gambar 3. Segitiga Epidemiologi

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

Penelitian ini merupakan uji diagnos- tik untuk menentukan validitas foto polos sinus paranasal 3 posisi dan CT scan potongan koronal sebagai alat diagnosis pada pasien dengan

Tetapi routernya harus di reload dahulu, ada baiknya melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum implement MPLS, apakah mau menggunakan perintah mpls label range apa tidak Kita

BIORANGPOS terbuat dari tumpukan bio-arang dan kompos sehingga dapat ditambahkan dalam tanah tanpa menggunakan pupuk kimia untuk membantu pertumbuhan

Bogdan dan Taylor, dalam Moleong (2007:248) menyebutkan bahwa “analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data, mengorganisasi data,

 Wiwilan atau tunas air (Virga singularis), cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas yang panjang- panjang dan seringkali berasal dari kuncup tidur atau liar  kopi dan

Pencapaian kinerja kegiatan diukur dengan membandingkan nilai indikator kinerja masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) antara realisasi dengan target, yang

Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak signifikan berarti secara parsial tidak terdapat hubungan yang berarti antara