• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Belut kemudian diadaptasikan dan dipelihara dalam akuarium dengan ukuran (80x40x60) cm3 menggunakan sistem resirkulasi untuk kemudian diberikan perlakuan sesuai dengan tabel rancangan penelitian (tabel 1).

4.3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah rancangan dengan perlakuan yang dianggap seragam atau diseragamkan. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan (Kusriningrum, 2008). Perlakuan yang digunakan adalah perlakuan substitusi pakan cacing tanah dengan pakan komersial (pasta).

P0 : Pemberian pakan cacing tanah 100%.

P1 : Pemberian pakan cacing tanah 75% dan 25% pakan komersial (pasta). P2 : Pemberian pakan cacing tanah 50% dan 50% pakan komersial (pasta). P3 : Pemberian pakan cacing tanah 25% dan 75% pakan komersial (pasta). P4 : Pemberian pakan komersial (pasta) 100%.

Pakan alami cacing tanah diberi perlakuan substitusi pakan pasta komersial dengan protein 43,16%. Air media yang digunakan adalah air tanah salinitas 0-5 o/oo dan pH 6-7.

Pada penelitian ini dilakukan pengacakan untuk letak akuarium. Hasil pengacakan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Denah Penelitian P42 P14 P31 P03 P41 P02 P24 P12 P32 P11 P01 P23 P04 P21 P44 P33 P22 P34 P13 P43

4.3.2 Penghitungan Nutrisi Pakan Perlakuan

Pakan perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebelumnya dianalisis proksimat terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan nutrisi yang ada didalamnya. Komposisi nutrisi analisis pakan perlakuan subtitusi cacing tanah menggunakan pakan komersial dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2.Analisis Proksimat Bahan Kering 100%

Bahan HasilAnalisis (%)

PK LK Abu SK BETN ME (kcal/kg)

Cacing 73,36 16,76 9,01 0,26 0,59 3674.107 Pakan

Komersial 43,16 2,59 10,50 3,18 40,54 3124,844 Sumber : Hasil Analisis di Laboratorium Pakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga (2014). Keterangan :

BK = BahanKering SK = Serat Kasar

PK = Protein Kasar BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen LK = LemakKasar ME = Metabolism Energy

Tabel 4.3.Komposisi Nutrisi Analisis Pakan Perlakuan Bahan Kering 100%

No Komposisi Pakan P0 100% C.T P1 25% P.K dan 75% C.T P2 50% P.K dan 50% C.T P3 75% P.K dan 25% C.T P4 100% P.K 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Abu (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) BETN (%)* GE (kkal/kg)** C/P (kkal/g protein)*** 9,01 73,36 16,76 0,26 0,59 5707,79 7,78 9,37 65,81 13,21 0,98 10,57 5360,47 8,14 9,75 58,26 9,67 16,03 20,56 5014,5 8,60 10,12 50,71 6,13 2,44 30,54 4668,12 9,20 10,50 43,16 2,59 3,18 40,54 4322,56 10.01

Keterangan : CT = cacing tanah; PK= pakan komersial *BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

**GE Energi Total dimana 1g protein = 5,6kkal GE, 1g lemak = 9,4 kkal GE, 1g karbohidrat = 4,1 kkal GE (Watanabe, 1988)

4.3.3 Prosedur Kerja

Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian. Wadah yang digunakan dalam pemeliharaan belut sawah yaitu berupa akuarium lengkap sistem resirkulasinya. Air media yang digunakan berasal dari PDAM dan ditampung dalam bak tandon kemudian diaerasi lalu dibiarkan selama 24 jam. Jumlah belut yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 10 ekor per akuariumnya.

Belut yang digunakan untuk penelitian sebelumnya diadaptasikan selama satu minggu. Pada proses pengadaptasian media, belut tersebut dipelihara dalam media budidaya menggunakan sistim resirkulasi dengan penambahan berupa pipa berukuran 20cm sebagai tempat perlindungan. Proses pengadaptasian pakan, belut diberi pakan cacing tanah (Lumbricus sp.) dengan penambahan pakan komersial pasta sedikit demi sedikit dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2x sehari.

Pakan komersial dikonversikan menjadi pakan pasta dengan cara menghaluskan pakan tersebut sampai menjadi bubuk. Pakan tersebut diberi campuran tepung tapioka sebagai perekat sebanyak 5% dan air sebanyak 10,5%, kemudian diaduk sampai pakan menjadi pasta.

4.3.4 Pemeliharaan Penelitian

Pakan yang diberikan untuk belut sawah dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan malam hari. Pakan komersial diberikan pada belut sawah adalah pakan komersial untuk udang ukuran 20-30 gram dengan kadar protein 43,16%. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan belut sawah menurut Yang et al. (2000) menyatakan bahwa pakan untuk belut membutuhkan kandungan protein sekitar

35,7 %. Pakan yang digunakan bersifat tenggelam yang disesuaikan dengan kebiasaan makan belut sawah di dasar kolam.

Pakan yang akan diberikan pada belut sawah diberikan dengan cara cacing tanah dicampur dengan pakan komersial (pasta). Cacing tanah yang masih segar dipotong-potong selanjutnya dicampurkan dengan pakan komersial dengan dosis sebanyak 25%, 50%, 75% dan 100%. Menurut Mashuri, dkk (2012) untuk menyesuaikan dengan bukaan mulut belut maka dibutuhkan penyetaraan ukuran pakan uji terutama pakan uji yang memiliki ukuran besar, dengan cara dipotong-potong menggunakan pisau sehingga belut sawah dapat memakan pakan dengan mudah. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari dengan dosis sebanyak 5% dari bobot tubuh belut sawah. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 06.00 dan 20.00.

Laju pertumbuhan berat dan panjang dapat dihitung dengan cara menimbang berat dan panjang rata-rata belut sebelum perlakuan. Penimbangan berat dan panjang rata-rata dilakuakan setiap tujuh hari sekali sampai penelitian selesai.

Pencatatan tingkat konsumsi pakan dilakukan selama pemeliharaan dengan cara menghitung berat pakan yang akan diberikan, kemudian ditunggu selama 15 menit atau sampai pakan yang diberikan telah dimakan. Sisa pakan yang terdapat di akuarium diambil menggunakan pipet, kemudian diletakkan pada kertas saring. Dilakukan pengeringan selama 24 jam dan pakan yang telah kering dilakukan penimbangan.

Rasio konversi pakan dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah total pakan yang dikonsumsi dan pertambahan bobot belut uji yang dipelihara pada awal pemeliharaan, kemudian dicatat jumlah belut yang mati dan hidup selama masa pemeliharaan. Perhitungan tersebut dilakukan setiap tujuh hari sekali.

Benih belut sebelum dimasukkan kedalam akuarium dilakukan pengukuran kualitas air yaitu pH, DO, dan suhu. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari sampai akhir pemeliharaan pada pagi dan sore hari. Belut dipelihara dalam akuarium selama 35 hari. Diagram alur penelitian terdapat pada Bagan 2.

4.3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas meliputi substitusi pakan yang digunakan, meliputi pakan cacing tanah dengan pakan komersial (pasta).

2. Variabel tergantung adalah pertumbuhan dan rasio konversi pakan.

3. Variabel kendali terdiri atas keseragaman dan umur belut serta kualitas air. Penelitian terdiri dari lima perlakuan yaitu P0, P1, P2, P3 dan P4 yang diulang sebanyak empat kali dengan masing-masing jumlah sampel sebanyak enam ekor. Sehingga terdapat 20 satuan percobaan, yaitu : P01, P02, P03, P04, P11, P12, P13, P14,

P21, P22, P23, P24, P31, P32, P33, P34,P41, P42, P43, P44.

4.3.6 Parameter Penelitian A. Parameter Utama

Parameter uji utama pada penelitian ini adalah pertumbuhan dan rasio konversi pakan belut. Pertumbuhan meliputi pertumbuhan berat dan panjang belut

uji. Pengukuran berat badan belut uji dilakukan setiap minggu dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Perhitungan Rasio Konversi Pakan dilakukan dengan menghitung jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan dibagi pertambahan berat tubuh yang dihasilkan selama pemeliharaan dan penghitungan dilakukan pada akhir penelitian.

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan berat pada suatu waktu tertentu. Penghitungan laju pertumbuhan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Huismann (1976) sebagai berikut :

SGR = ( In Wt – In Wo) x 100% t

Keterangan :

SGR = laju pertumbuhan spesifik (%)

In Wt = berat rata-rata individu belut pada waktu ke-t (g) In Wo = berat rata-rata individu belut pada waktu t=0 (g) t = waktu (hari)

Pertumbuhan panjang adalah selisih antara panjang tubuh belut pada awal dan akhir penelitian (Effendie, 2002).

LM = TL-1 – TL-0 Keterangan :

LM = pertumbuhan panjang (cm)

TL-1 = panjang total pada akhir pemeliharaan (cm) TL-0 = panjang total pada awal pemeliharaan (cm) b. Konsumsi

Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh belut dalam satu hari dengan menggunakan rumus (Buntu, 2002) :

Keterangan :

Z= jumlah pakan yang dikonsumsi X= jumlah awal pemberian pakan (gram) Y= jumlah akhir (sisa) pemberian pakan (gram)

c. Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan atau Food Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot belut uji yang dipelihara. Penghitungan rasio konversi pakan menggunakan rumus Tacon (1997):

FCR = F (Wt + D) - Wo Keterangan :

FCR = Rasio Konversi Pakan

F = Jumlah total pakan yang dikonsumsi (gram)

Wt = berat rata-rata individu belut pada waktu ke-t (gram) Wo = berat rata-rata individu belut pada waktu t=0 (gram) D = bobot total belut yang mati selama penellitian (gram)

B. Parameter penunjang

Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, pH, kadar oksigen terlarut dan kadar amoniak. Suhu dan pH diukur dua kali sehari yaitu pukul 06.00 dan 19.00, sedangkan kadar oksigen terlarut dan kadar amoniak diukur 1 minggu sekali.

4.3.7 Analisis Data

Analisis statistik menggunakan Analyst of Varian (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila dari analisis statistik diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) (Kusriningrum, 2009).

Alur Penelitian

Gambar 4.1. Diagram Alir Penelitian P2 50% Cacing Tanah dan 50% Komersial Pasta P1 75% Cacing Tanah dan 25% Komersial Pasta P3 25% Cacing Tanah dan 75% Komersial Pasta P0 100% Cacing Tanah (kontrol) Pemberian Perlakuan

Penimbanganberat dan panjang awal belut uji

Analisis Proximat bahan baku pakan pasta.

P4 100% Komersial Pasta Kesimpulan Analisis Data Parameter utama : • Pertumbuhan

• Tingkat Konsumsi Pakan • Rasio Konversi Pakan

Parameter penunjang :

V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait