• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2014 di Dusun III Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara yang terletak pada 03o35’29,52” – 03o35’24,46” LU dan 99o5’28,59” – 99o5’39,09” BT. Gambar mangrove di pesisir Sei Nagalawan dapat dilihat pada Gambar 3 dan peta kawasan mangrove di pesisir Sei Nagalawan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Vegetasi mangrove

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, buku tulis, alat tulis, Global Positioning System (GPS),kompas, rol meter kain,tonggak kayu, dan buku panduan identifikasi mangrove di Indonesia. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali rafia, plastik, karet gelang, pisau, kertas label, ekosistem mangrove yang akan diamati dan kuisioner untuk mendapatkan data primer serta sekunder.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang dikelompokan menjadi empat kelompok jenis data. Kelompok jenis data tersebut terdiri atas :

1. Faktor sosial

• Masyarakat :

a. Karakteristik masyarakat pemanfaat ekosistem mangrove b. Kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove

c. Pemahaman dan persepsi masyarakat d. Keterlibatan masyarakat.

• Pengunjung :

a. Karakteristik pengunjung

b. Pemahaman dan persepsi pengunjung c. Keinginan pengunjung berwisata mangrove

2. Faktor biologi.

• Potensi sumberdaya mangrove (ketebalan & kerapatan) • Keberadaan obyek biota ekosistem mangrove

Metode Pengamatan Ekosistem mangrove

Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus dapat mewakili setiap zona mangrove yang terdapat di wilayah kajian (Bengen, 2001). Data vegetasi mangrove yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Penentuan lokasi stasiun pengamatan di pesisir Sei Nagalawan dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu menentukan perwakilan dari setiap zonasi dengan mempertimbangkan apakah suatu lokasi stasiun pengamatan memungkinkan dilakukannya sampling atau tidak sesuai tujuan penelitian.

Pada setiap lokasi pengamatan, dibuat petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran :

1) 10 x 10 m untuk tingkat pohon (diameter batang > 10 cm dan tinggi > 1,3 m) 2) 5 x 5 m untuk tingkat pancang (diameter batang 2-10 cm dan tinggi > 1 m) 3) 2 x 2 m untuk semai (diameter batang < 2 cm dan tinggi < 1 m).

Kepadatan tegakan dihitung dengan menggunakan metode analisis vegetasi (Noor,dkk., 2006). Satuan contoh yang dipakai dalam kegiatan analisis vegetasi di hutan mangrove adalah jalur. Lebar jalur yang dipakai adalah 10 meter dengan arah tegak lurus garis pantai ke arah daratan. Untuk hutan mangrove yang tumbuh di pinggir sungai arah jalur tegak lurus dengan garis sungai. Jika keduanya dipergunakan maka perlu diusahakan agar jalur arah tegak lurus pantai tidak sampai berpotongan dengan jalur arah tegak lurus sungai. Secara umum

gambaran umum petak contoh pengamatan vegetasi di lapangan dengan metode jalur dapat dilihat pada Gambar 5.

10 m

Gambar 5. Desain unit contoh pengamatan vegetasi di lapangan dengan metode jalur A: petak untuk pengamatan semai (2 m x 2 m)

B: petak untuk pengamatan pancang (5 m x 5 m) C: petak untuk pengamatan pohon (10 m x10 m)

Data yang diambil pada pengamatan ekosistem mangrove adalah jenis mangrove yang berada di dalam stasiun pengamatan serta jenis perakarannya, serta pengamatan visual biota-biota yang berada di stasiun tersebut (Bengen, 2001).

Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat Pengelola Kawasan Ekowisata Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara secara terstruktur dengan responden (pedoman dengan kuisioner) dengan jumlah responden 53 orang dari 60 orang total dari keseluruhan kelompok masyarakat pengelola kawasan ekowisata yang ditentukan dengan rumus (Setiawan, 2007).

n = N

1 + N(e) 2

Keterangan :

n = Ukuran Sampel yang dibutuhkan N = Ukuran Populasi

e = Margin error yang diperkenankan (5%)

C B C B B C ` B C A A A A Arah Jalur 10 m

Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu. Pertimbangannya adalah bahwa sampel/responden tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja. Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden (masyarakat) yang memanfaatkan ekosistem mangrove dan bersedia untuk diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi:

1. Data karakteristik masyarakat pengelola kawasan ekowisata.

2. Kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat pengelola kawasan ekowisata.

3. Pemahaman dan persepsi masyarakat tentang ekowisata mangrove dan kualitas sarana & prasarana.

4. Keterlibatan masyarakat.

Contoh kuisioner yang akan diberikan pada masyarakat pengelola kawasan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Pengambilan Data Persepsi Pengunjung

Data dikumpulkan langsung secara terstruktur dengan responden yang mengisi pedoman dengan kuisioner dengan jumlah responden 361 orang dari 3676 orang pengunjung total pertahun ke kawasan ekowisata mangrove desa nagalawan yang ditentukan dengan rumus (Setiawan, 2007).

n = N

1 + N(e) 2

Keterangan :

n = Ukuran Sampel yang dibutuhkan N = Ukuran Populasi

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel/responden adalah metode purposive sampling. Pertimbangan yang digunakan adalah responden (pengunjung) yang berada di sekitar lokasi penelitian dan bersedia diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi antara lain :

1. Data karakter responden (umur, pendidikan, pendapatan, asal wisatawan) 2. Pemahaman atau persepsi wisatawan tentang ekowisata, ekosistem mangrove,

kondisi mangrove serta sarana dan prasarana 3. Keinginan pengunjung.

Contoh kuisioner yang akan diberikan pada pengunjung di kawasan wisata mangrove dapat dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Pengambilan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data faktor fisik dan data pendukung lainnya. Sumber data berasal dari Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Daerah dari Dinas/Instansi terkait dengan penelitian, yaitu : Kelompok Konservasi Mangrove Muara Baimbai, Kantor Kelurahan Sei Nagalawan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai, dan Balai Pengelolaah Hutan Mangrove Wilayah II Medan.

Metode Analisa Data

Analisis Potensi Ekosistem Mangrove

Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah individu, dan diameter pohon. Data-data tersebut kemudian diolah untuk

mengetahui kerapatan setiap spesies dan kerapatan total semua spesies dengan menggunakan rumus masing - masing dibawah ini dalam RSNI 3 (2011).

a. Kerapatan Spesies

Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut:

Kerapatan Spesies = ni / A

b. Kerapatan Total

Kerapatan Total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut:

Kerapatan Total = Σn / A Keterangan:

ni : Jumlah total individu dari spesies i Σn : Jumlah total individu seluruh spesies A : Luas area pengambilan contoh

Analisis Kesesuaian Daya Dukung

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata mangrove adalah (Yulianda, 2007):

IKW =� � Ni

N Max �x100%

Keterangan:

IKW = Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove

(Sesuai: 83% - 100%, Sesuai Bersyarat: 50% - <83%, Tidak Sesuai: <50) Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).

Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter. Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove antara lain: ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut, dan obyek biota. Adapun matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori mangrove dapat dilihat adalah seperti yang tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori wisata mangrove Yulianda (2007) No Parameter Bobot Kategori

Baik Skor Kategori Cukup Baik Skor Kategori Cukup Buruk Skor Kategori Buruk Skor 1 Ketebalan Mangrove (m) 5 >500 3 >200-500 2 50-200 1 <50 0 2 Kerapatan mangrove (100 m2) 3 >15-25 3 >10-15 2 5-10 1 <5 0 3 Jenis mangrove 3 >5 3 3-5 2 1-2 1 0 0 4 Pasang Surut (m) 1 0-1 3 >1-2 2 >2-5 1 >5 0 5 Obyek Wisata 1 Ikan, udang, kepiting, moluska, reptil, burung 3 Ikan, udang, kepiting, moluska 2 Ikan, moluska 1 Salah satu biota air 0

Analisis Daya Dukung

Analisa daya dukung ditujukan untuk pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan

daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK).

DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) :

DDK = ������ ����� Keterangan:

DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari).

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang). Lp = Panjang area yang dapat dimanfaatkan (m).

Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m).

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari).

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari).

Adapun potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) adalah seperti yang tertera dalam Tabel 2.

Tabel 2. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Yulianda, (2007) Jenis Kegiatan K (Pengunjung) Unit Area (Lt) Keterangan

Wisata Mangrove 1 50 m

Dihitung panjang track, setiap orang sepanjang 50 m

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata

waktu kerja sekitar 8 jam. Adapun prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove adalah seperti yang tertera dalam Tabel 3.

Tabel 3. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove No. Kegiatan Waktu yang dibutuhkan (Wp)

(jam/hari)

Total waktu 1 hari (Wt) jam/hari

1 Wisata Mangrove 2 8

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengelolaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan internal (Rangkuti, 2003).

Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matriks SWOT adalah mengetahui faktor strategi internal (IFAS) Internal Strategic Factors Analysis Summary dan faktor strategi eksternal (EFAS) External Strategic Factors Analysis Summary (Rangkuti, 2003).

Penentuan berbagai faktor, bobot setiap faktor dan tingkat kepentingan setiap faktor didapatkan dari hasil wawancara dengan orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan disesuaikan dengan kondisi di lapang. Hal ini dilakukan agar sifat obyektif dari analisis ini dapat diminimalkan.

a. Cara penentuan faktor strategi internal:

1.Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dari kegiatan pengelolaan.

2.Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.

3.Menghitung rating (kolom 2) untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Sei Nagalawan (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting).

4.Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasil dari perkalian ini akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

Adapun faktor strategi internal adalah seperti yang tertera dalam Tabel 4. Tabel 4. Faktor strategi internal

No. Faktor - Faktor Strategi Bobot Rating Skor

I II III IV V

1 Kekuatan

2 Kelemahan

b. Cara penentuan faktor strategi eksternal:

1.Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman dari kegiatan pengelolaan.

2.Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.

3.Menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem

mangrove di Estuari Perancak (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting).

4.Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. hasilnya akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

c. Pembuatan Matriks SWOT

Setelah matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks ini memungkinkan empat kemungkinan stategi. Adapun diagram matriks SWOT adalah seperti yang tertera dalam Tabel 5. Tabel 5. Diagram Matriks SWOT

IFAS EFAS STRENGTHS (S) • Tentukan Faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) •Tentukan Faktor kelemahan internal OPPORTUNIES (O) • Tentukan Faktor peluang eksternal Strategi S –O (Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) Strategi W – O (Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) TREATHS (T) • Tentukan Faktor ancaman eksternal Strategi S – T (Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman) Strategi W – T (Strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman).

d. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.

Dokumen terkait