Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013 bertempat di kawasan mangrove Kuala Langsa di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Aceh. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Lokasi
Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, Global Positioning System (GPS) serta bahan meliputi data sekunder, dan kuisioner. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. dan Lampiran 2.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: (1) Studi literatur terhadap potensi sumberdaya alam dan manusia, (2) Melakukan survei lapangan, (3) Wawancara dengan masyarakat, (4) Wawancara dan pemberian kuesioner kepada wisatawan.
Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung dengan cara kegiatan wawancara atau pemberian kuesioner sebagai suatu pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat lokal dan pihak-pihak terkait.
Pengambilan data persepsi masyarakat dan pengunjung lokasi dilakukan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Jumlah sampel yang diambil sebesar 20% dari jumlah keseluruhan penduduk per bulannya. Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data karakteristik masyarakat (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan pendapatan).
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Ekowisata Mangrove; yang dibagi secara dua; (1) Persepsi Masyarakat Secara Umum, dan (2) Persepsi Masyarakat Selaku Pedagang.
Wawancara dan pemberian kuesioner dengan pengunjung bertujuan untuk mengetahui motivasi, persepsi dan minat pengunjung terhadap lokasi penelitian. Jumlah pengambilan sampel yaitu sebesar 10% dari jumlah pengunjung yang
datang ke kawasan ekowisata per bulannya. Pengambilan sampel berdasarkan pernyataan Arikunto (2010) yang menyatakan bahwa jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Akan tetapi apabila peneliti menggunakan teknik wawancara (interview) atau pengamatan (observasi), jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti.
Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari kegiatan dokumentasi, data-data dari instansi yang terkait, peraturan perundang-undangan dan kajian pustaka yang berhubungan dengan topik penelitian.
Analisis Data
Analisis Vegetasi Mangrove
Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui kerapatan suatu jenis. Perhitugan kerapatan dilakukan pada jenis pohon, pancang, dan semai. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode jalur. Metode yang digunakan dengan cara pengukuran langsung di lapangan dengan metode jalur. Pada setiap kawasan hutan mangrove yang diteliti dibuat lima jalur dengan lebar 200 m dan panjang 50 m. Pada jalur dibuat sub-petak ukur dengan ukuran 2 m x 2 m untuk semai, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang (tinggi > 1,5 m dan diameter batang < 10 cm), untuk tingkat pohon (diameter ≥ 10 cm) den gan ukuran petak contoh 10 m x 10 m (Kusmana, 1997)
Berdasarkan hasil pengukuran struktur vegetasi mangrove dapat dihitung sesuai persamaan:
K =
∑individusuatujenis LuaspetakcontohAnalisis Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah (Yulianda dkk, 2009):
IKW = ∑
�
NNimax�
x 100% Keterangan:IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove Ni : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).
Nmaks : Nilai maksimum dari kategori wisata mangrove.
Pengelompokan nilai kelas kesesuaian kawasan untuk masing-masing kegiatan ekowisata bahari berdasarkan ketentuan berikut:
1. S1 = Sesuai/sangat sesuai, dengan nilai 66,67%-100,00%, 2. S2 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 33,34%-66,66%, 3. S3 = Tidak sesuai, dengan nilai 33,33%.
Matriks kesesuaian wisata untuk kategori wisata mangrove dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks Kesesuaian Wisata untuk Kategori Wisata Mangrove No Parameter Bobot Kategori
Sesuai (S1) Kategori Sesuai Bersyarat (S2) Kategori Tidak Sesuai (S3) 1 Ketebalan mangrove (m) 3 > 200 > 100-200 < 100 2 Kerapatan mangrove (100 m) 2 > 10-25 > 5-10 < 5 3 Jenis Mangrove 2 > 6 3-6 < 3 4 Pasang surut (m) 1 0-1 >1-2 >2 5 Obyek biota (reptil, burung, ikan, udang, kepiting, moluska, dan lainnya)
1 > 3 Biota 2-3 Biota Terdapat Salah Satu
Biota
Sumber: Yulianda (2009) Keterangan:
Nilai skor untuk kelas S1 = 5, kelas S2 = 3, dan kelas S3 = 1 dengan nilai maksimum (bobot x skor) = 45
Analisis Atraksi Kegiatan Ekowisata
Analisis atraksi kegiatan ekowisata dikembangkan berdasarkan analisis potensi yang dimiliki dengan cara menginventarisasi atraksi di ekosistem mangrove sehingga ditemukan suatu alternatif dalam pengembangan potensi ekowisata. Analisis daya tarik diberi bobot 6 karena daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Kriteria penilaian daya tarik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Daya Tarik (bobot 6)
No Unsur/Sub Unsur Nilai
1 Keunikan sumberdaya alam: a. Sungai b. Flora c. Fauna d.Adat istiadat e. Hutan belukar Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10
2 Banyaknya sumberdaya alam: a. Pohon
b. Perikanan tangkap c. Hamparan lumpur d. Ketersediaan air sungai e. Obat-obatan/bahan makanan Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10
3 Kegiatan wisata yang dapat dilakukan:
a. Menikmati keindahan alam b. Melihat flora dan fauna c. Tracking d. Memancing e. Bersampan Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10
4 Kebersihan lokasi objek wisata, tidak ada pengaruh dari: a. Industri b. Jalan ramai c. Pemukiman penduduk d. Sampah e. Vandalisme Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10 5 Kenyamanan:
a. Udara bersih dan sejuk b. Bebas dari bau
c. Bebas dari kebisingan d.Tidak ada lalu lintas yang
mengganggu
e. Pelayanan terhadap pengunjung baik Ada 5 30 Ada 4 25 Ada 3 20 Ada 2 15 Ada 1 10
Sumber: Modifikasi ODTWA (2007)
Analisis Nilai Ekonomi
Nilai rekreasi, keindahan, dan lain sebagainya tidak memiliki harga dan kuantitas, sehingga diperlukan suatu metode dengan beberapa pengukuran. Metode yang digunakan untuk menganalisis nilai ekonomi barang dan jasa yang
permintaan individu terhadap rekreasi di alam terbuka seperti memancing, berburu, dan hiking. Metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi seperti biaya perjalanan, biaya retribusi, biaya konsumsi dan atribut-atribut lainnya.
Untuk mengetahui nilai ekonomi lingkungan wisata memancing di kawasan mangrove Kuala Langsa dilakukan pendekatan biaya perjalanan digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung biaya rata-rata responden/kunjungan (BPR) yang ditentukan berdasarkan biaya perjalanan responden secara matematis yaitu:
BPR = ΣBPT n
Keterangan :
BPR = Biaya perjalanan rata-rata responden/kunjungan
ΣBPT = Jumlah total biaya perjalanan responden (Biayatransportasi,
biaya konsumsi, biaya perlengkapan memancing, biaya parkir dan biaya lain-lain).
n = Jumlah responden
2. Menentukan nilai ekonomi lingkungan wisata memancing:
Nilai ekonomi lingkungan = BPR x Jumlah pengunjung rata-rata/tahun
Analisis SWOT
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat). Menurut Rangkuti (2006) analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Menurut Pragawati (2009) Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT yang pertama adalah identifikasi faktor internal dan eksternal kemudian menentukan skor dari setiap variabel; kedua yaitu membuat matriks SWOT berdasarkan variabel pada faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh; dan ke tiga adalah membuat tabel peringkat alternatif strategi.
Matriks SWOT adalah alat yang dapat menggambarkan bagaimana kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor internal dipadukan dengan peluang dan ancaman yang merupakan faktor eksternal untuk menghasilkan empat golongan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi (Pragawati, 2009)
Penentuan faktor baik secara eksternal maupun internal ditentukan berdasarkan kondisi lapangan pada saat melaksanakan penelitian dari data primer dan data sekunder yang didapat di lapangan. Selanjutnya, penyusunan identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal dibuat dalam bentuk matriks SWOT.
Menurut Muhaerin (2008) penentuan berbagai faktor, bobot setiap faktor dan tingkat kepentingan setiap faktor didapatkan dari hasil wawancara dengan
orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan disesuaikan dengan kondisi di lapang. Hal ini dilakukan agar sifat obyektif dari analisis ini dapat diminimalkan. Kuadran SWOT dapat dilihat pada Gambar 3.