• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Weh (Provinsi Aceh) dengan fokus utama pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Beurawang yang merupakan pusat kegiatan perikanan ikan hias laut (Gambar 3).

3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi kedalam 10 tahap, dengan tahapan- tahapan pelaksanaan sebagai berikut (Gambar 4):

1) Pengambilan data ikan karang di perairan Pulau Weh yang diambil dengan menggunakan metode sensus visual.

2) Pengambilan data hasil tangkapan dan upaya tangkap untuk analisis nilai CPUE (Catch per Unit Effort).

3) Analisis kelimpahan dan pendugaan kuota tangkapan lestari ikan hias laut.

4) Pengumpulan data kondisi ikan selama proses penanganan pasca

penangkapan yang meliputi data mengenai jumlah dan spesies ikan yang: a. didaratkan

b. sakit atau terluka c. mati

d. dikemas dan dikirim ke pihak pembeli

5) Pengumpulan data ikan yang dikirim ke pembeli meliputi jumlah, spesies, dan harga jual.

6) Mengumpulkan data sosial-ekonomi melalui wawancara dengan nelayan. 7) Pengambilan data dan informasi biaya (cost) proses-proses penanganan. 8) Analisis finansial kegiatan perikanan ikan hias laut di Pulau Weh.

9) Analisis dan pembangunan model optimasi pemanfaatan ikan hias laut di Pulau Weh.

10) Merumuskan suatu strategi pemanfaatan dengan menggunakan analisis SWOT.

   

   

Gambar 4 Diagram alir tahapan penelitian. Mulai

Pengambilan data ikan karang dengan survei

sensus visual

Pengumpulan data produksi dan upaya

penangkapan

 Analisis kelimpahan ikan karang

 Pendugaan kuota tangkap lestari

 Perhitungan CPUE

Analisis optimasi pemanfaatan sumberdaya

ikan hias laut

Selesai Pembahasan dan

Kesimpulan  Pengumpulan data biaya

penanganan (dengan sistem yang berjalan saat ini) 

Pengumpulan data biaya penanganan (mengacu model

standarisasi MAC) 

Analisis Finansial Pengumpulan data kondisi ikan (jumlah ikan sakit atau

terluka, mati, dan yang dikirim)  Pengumpulan data ikan yang dikirim ke pembeli meliputi jumlah, spesies,

dan harga jual 

   

3.3 Jenis Data, Bahan dan Alat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 5 data primer yang dikumpulkan, yaitu kelimpahan ikan karang, produksi dan upaya penangkapan, jumlah ikan yang dikirim, biaya-biaya penanganan (handling), serta informasi umum kegiatan perikanan ikan hias laut. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan data dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data, metode, dan alat yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Data Metode Alat/Bahan

1. Perahu 2. Alat selam 3. Roll meter

4. Form data ikan dan alat tulis

1. Alat tulis 2. Peta 3. GPS 4. Kamera

3 Pengiriman ikan Wawancara / observasi Log book dan alat tulis 4 Biaya-biaya pemrosesan Wawancara / observasi Alat tulis

5 Informasi umum kegiatan perikanan ikan hias laut

Wawancara sampel

terpilih Alat tulis 1 Kelimpahan ikan karang Sensus visual bawah air

2 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan

Wawancara / observasi

3.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Desember 2010. Tahapan yang dilakukan adalah: persiapan pengambilan data pada bulan Januari 2010, pengambilan data hasil tangkapan (Januari-Desember 2010), pengumpulan data dan informasi proses penanganan (Oktober-November 2010). Kajian metode

penanganan yang mengacu standar Marine Aquarium Council (MAC)

dilaksanakan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta pada bulan Desember 2010.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dari lima data primer dalam penelitian ini dijelaskan di dalam sub-bab berikut. Rangkuman dan deskripsi singkat mengenai masing-masing jenis data dan metode pengumpulan datanya disajikan pada Tabel 2.

   

Tabel 2 Jenis, metode, dan deskripsi singkat mengenai data yang dikumpulkan dalam penelitian

No Jenis data Metode pengambilan data Deskripsi

1 Kelimpahan ikan karang Survei sensus visual di

bawah air, menggunakan transek sabuk (belt transect), pada 2 kedalaman

Data yang dicatat: spesies, jumlah, ukuran

2 Produksi hasil tangkapan

a Spesies Observasi langsung

b Ukuran (S,M,L) Observasi langsung Pengelompokan ukuran ikan tidak sama, bervarisasi berdasarkan spesies c Jumlah individu ikan Observasi langsung Jumlah ikan yang dicatat

dikelompokan berdasarkan spesies dan ukuran

3 Upaya penangkapan

a Waktu trip Wawancara/observasi langsung

Satuan jam b Biaya operasional Wawancara Satuan rupiah

c Jumlah ABK Wawancara Jumlah seluruh ABK dalam d Lokasi penangkapan Wawancara/observasi

langsung

Menggunakan alat bantu peta saat wawancara, GPS saat observasi langsung

4 Pengiriman Ikan

a Biaya packing Wawancara b Biaya pengiriman Wawancara

c Harga jual Wawancara/log book Harga jual dicatat untuk masing-masing spesies dan ukuran

5 Biaya penanganan (Handling)

a Biaya penanganan berdasarkan model penanganan yang ada saat ini

Wawancara/observasi langsung b Biaya penanganan berdasarkan

model standar MAC

Wawancara/observasi langsung

6 Informasi umum kegiatan perikanan ikan hias laut

Wawancara/observasi langsung

Nelayan ikan hias sebagai target responden

Parameter biaya yang dicatat adalah biaya tetap dan biaya variabel

3.5.1 Kelimpahan ikan karang

Data kelimpahan ikan karang diambil dengan menggunakan metode sensus visual. Sensus visual adalah pengamatan langsung secara visual di bawah air untuk mengidentifikasi jenis, ukuran, dan jumlah ikan pada suatu area tertentu untuk menentukan stok dan struktur ukuran suatu populasi spesies ikan tertentu (Halford dan Thompson 1994; Labrosse et al. 2002; Hill dan Wilkinson 2004).

   

Langkah-langkah pelaksanaan metode sensus visual menurut WCS (2008) yang dimodifikasi dari Labrosse et al. (2002), adalah:

1) Penentuan lokasi survei dengan menggunakan GPS (Global Positioning System).

2) Meletakan roll meter pada kedalaman yang sama di masing-masing titik survei (pada dua kedalaman yaitu antara 2-3 meter dan 7-8 meter.

3) Pencatatan data dilakukan pada:

- Transek sabuk (belt transect) dengan ukuran 2 x (5 x 50 m) untuk ukuran ikan > 10 cm

- Transek sabuk (belt transect) dengan ukuran 2 x (2 x 50 m) untuk ukuran ikan < 10 cm

4) Ikan yang ditemukan di dalam transek sabuk selama sensus dilakukan adalah jenis, jumlah, dan kelompok ukuran panjang ikan dengan interval 5 cm dari 0-5 cm hingga >40 cm.

Ilustrasi mengenai metode sensus visual disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Ilustrasi metode sensus visual ikan karang (modifikasi dari Labrosse et al. 2002, atas seizin lembaga penerbit).

3.5.2. Hasil tangkapan dan upaya penangkapan

Data produksi yang meliputi spesies, kelompok ukuran, dan jumlah individu, didapatkan melalui dua metode, yaitu pencatatan langsung hasil tangkapan pada buku catatan (log book) serta melalui wawancara dengan nelayan

   

saat nelayan mendaratkan hasil tangkapan mereka. Data-data lainnya yang dicatat meliputi waktu trip, jumlah anak buah kapal (ABK), dan lokasi penangkapan. Parameter-parameter produksi dan upaya penangkapan yang dicatat selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

3.5.3 Pengiriman ikan

Data pengiriman ikan yang dicatat meliputi jumlah, spesies, biaya pengemasan (packing), biaya pengiriman, dan harga jual. Parameter-parameter pengiriman ikan yang dicatat selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

3.5.4 Biaya penanganan (handling)

Pengumpulan data biaya penanganan (handling) dilakukan untuk mengetahui besaran biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) yang dikeluarkan dalam suatu siklus produksi. Pengumpulan data biaya handling dilakukan pada dua model penanganan yang berbeda, yaitu (a) model penanganan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Beurawang saat ini, dan (b) model ideal berdasarkan standarisasi lembaga Marine Aquarium Council (MAC). Untuk mendapatkan model penanganan yang ideal berdasarkan standarisasi MAC, sebagai acuan maka dilakukan kajian pada salah satu kelompok nelayan ikan hias di Pulau Panggang Kepulauan Seribu yang merupakan nelayan binaan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI).

3.5.5 Informasi umum kegiatan perikanan ikan hias laut

Informasi-informasi umum dan pendukung mengenai kegiatan perikanan ikan hias laut di P. Weh didapatkan melalui wawancara kepada nelayan. Populasi nelayan ikan hias hanya berasal dari satu desa yaitu Desa Beurawang, dengan jumlah nelayan sebanyak 22 orang. Pemilihan responden dilakukan dengan sampel terpilih yaitu nelayan ikan hias di Desa Beurawang. Pengambilan data melalui wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi lainnya terkait kegiatan perikanan ikan hias yang dilakukan nelayan di Desa Beurawang, P. Weh. Informasi-informasi yang dikumpulkan melalui proses wawancara adalah:

   

1) jenis-jenis ikan yang menjadi target penangkapan 2) lokasi penangkapan

3) kedalaman perairan saat melakukan penangkapan 4) rata-rata hasil tangkapan

5) lama waktu melaut 6) musim penangkapan 7) biaya dan keuntungan

8) latar belakang menjadi nelayan ikan hias 9) mata pencaharian alternatif

10) informasi unit penangkapan (ukuran kapal, jenis kapal, dan ukuran mesin)

3.6. Analisis Data

3.6.1 Penentuan kuota tangkapan lestari

Penentuan nilai kuota tangkapan lestari dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu menduga kelimpahan rata-rata ikan di alam, menduga nilai maximum sustainable yield (MSY), dan menentukan kuota tangkapan lestari ikan hias laut. Kuota tangkap lestari yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) yang mengacu kepada Kepmentan No.995/Kpts/IK.210/9/99 dan Kepmen KP No Kep. 18/Men/2002, yaitu sebesar 80% dari nilai MSY.

Tahap pertama adalah pendugaan stok ikan melalui metode sensus visual di bawah air dengan menggunakan perhitungan kelimpahan dan total area transek yang digunakan. Data kelimpahan ikan didapatkan dari survei sensus visual yang dilaksanakan bersama Wildlife Conservation Society pada tahun 2009. Jumlah individu ikan dihitung untuk menduga kelimpahan dengan mengunakan persamaan sebagai berikut (Labrosse et al. 2002):

) 1 ( 1

Ld

ni

D

p i

Keterangan :

D = adalah kelimpahan ikan (ind/m2 atau ind/ha) ni = adalah jumlah ikan ke-i yang ditemukan (individu)

   

Ld = adalah luas transek (m2)

Adapun pendugaan kelimpahan pada penelitian ini menggunakan asumsi- asumsi sebagai berikut:

- Perhitungan jumlah individu ikan tidak mencakup ikan yang berada di permukaan, dan individu dihitung hanya satu kali,

- Metode ini digunakan untuk ikan yang cenderung menetap, - Metode ini digunakan untuk menduga kelimpahan dan biomassa, - Lebar transek merupakan faktor untuk perhitungan,

- Semakin lebar transek, semakin rendah kelimpahan ikan.

Setelah didapatkan nilai dugaan kelimpahan ikan karang, maka pendugaan jumlah stok ikan yang ada dihitung melalui persamaan sebagai berikut (Wijaya et al. 2010): ) 2 ( 1            

p i

Ld

D

S

Keterangan:

S = Jumlah stok (individu) D = Kelimpahan Ikan (ind/ha) Ld = Luas habitat (ha)

Selanjutnya, potensi tangkapan lestari (MSY) diduga dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Garcia et al. (1989). Persamaan ini merupakan pengembangan dari persamaan yang diusulkan oleh Cadima untuk sumberdaya yang telah terekspoitasi, dan kemudian diturunkan kedalam model Schaefer dan Fox (Garcia et al. 1989; Sparre dan Venema 1999). Persamaan ini diusulkan untuk aplikasi pada kondisi dimana data hasil tangkapan dan upaya tangkap terbatas.

Untuk aplikasi pada kajian sumberdaya ikan hias laut, parameter penduga yang digunakan pada persamaan adalah kelimpahan ikan rata-rata (Dc) untuk mengganti parameter biomassa rata-rata (Bc) (Edwards dan Shepherd 1992). Hasil pendugaan ini akan menghasilkan angka MSY dalam satuan jumlah individu ikan per satuan luas (ind.ha-1). Maka persamaan yang digunakan untuk menduga nilai MSY untuk sumberdaya ikan hias laut adalah adalah sebagai berikut:

    Model Schaefer: ) 3 (

2

)

(

2             c c c

Y

MD

MD

MSY

Model Fox: ) 4 (

)

1

exp(



c c c

MD

Y

MD

MSY

Keterangan:

MSY = Maximum Sustainable Yield M = Mortalitas alami

Dc = Kelimpahan rata-rata ikan (ind.ha-1) Yc = Hasil tangkapan total selama satu tahun

Untuk menentukan nilai mortalitas alami (M) digunakan persamaan sebagai berikut (Froese et al. 2000):

M = 10(0.566 - 0.718 * log(Linf) + 0.02 * T) ... (5) Keterangan:

M : mortalitas alami

Linf : panjang asimtotik ikan (bagian dari fungsi pertumbuhan von Bertalanffy) T : rata-rata suhu perairan tahunan pada habitat ikan yang diteliti.

Nilai T didapatkan dari data yang dipublikasikan oleh NOAA NESDIS COASTWATCH (http://coastwatch.pfeg.noaa.gov/erddap/index.html). Sedangkan nilai Linf mengacu kepada tabel ‘Life History Data on All Fishes of Indonesia’ (Froese dan Pauly 2010).

3.6.2 Analisis upaya penangkapan

Analisis upaya penangkapan dilakukan untuk mengetahui keuntungan ekonomi yang diperoleh oleh nelayan penangkap ikan hias di Desa Beurawang. Data dan informasi yang diperlukan untuk analisis ini diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara dengan nelayan.

Analisis ekonomi upaya penangkapan dilakukan dengan menggunakan persamaan yang diacu dari Fauzi dan Anna (2005):

) 6 ( 1             

N i i

KB

TV

 

   

Keterangan:

TV : Total keuntungan dalam 1 tahun KBi : Keuntungan bersih tiap trip N : Total trip dalam satu tahun

Nilai keuntungan bersih tiap trip diperoleh melalui persamaan present value menurut Fauzi dan Anna (2005) yang dimodifikasi oleh Yulianto (2010) menjadi persamaan-persamaan sebagai berikut:

... (7)

  n i i Bo n Bo 1 1 ... (7a)

  12 1 1 i i Bp n Bp ... (7b)

  s i i i t Bm N Bp 1 1 ... (7c) Keterangan:

KBi : Keuntungan bersih setiap trip perahu Y : Penghasilan rata-rata kotor

Bo : Biaya operasi rata-rata per satuan trip

Boi : Biaya operasi tiap trip pada pengambilan data ke-i Bp : Biaya pengelolaan rata-rata persatuan trip

Bt : Biaya depresi alat per satuan trip Bpi : Biaya operasional setiap bulan

Bmi : Biaya modal komponen ke-i masing-masing alat tangkap N : Total trip dalam 1 tahun

n : Jumlah trip selama waktu survei

ti : Umur komponen ke i masing-masing alat tangkap

   

3.6.3 Analisis optimasi pemanfaatan ikan hias laut dengan pemrograman linier (linear programming)

Analisis optimasi menggunakan pemrograman linier digunakan dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimalkan keuntungan dan meminimumkan biaya (Mulyono, 1991). Dalam penelitian ini, pemrograman linier digunakan untuk mencapai pemanfaatan optimum dari sumberdaya ikan hias laut dengan kapasitas pemanfaatan yang terbatas untuk mencapai keuntungan maksimum.

Model pemrograman linier memiliki tiga unsur utama, yaitu (i) variabel keputusan, (ii) fungsi tujuan, (iii) fungsi kendala. Model matematis dari pemrograman linier adalah:

Fungsi tujuan: Maksimumkan ∑ . Fungsi kendala:

…….

Keterangan:

Z = fungsi tujuan

= variabel keputusan ke-j (jumlah optimum ikan yang dimanfaatkan) = parameter fungsi tujuan ke-j (harga ikan)

= kapasitas kendala ke-1 (kuota tangkap tahunan)

= kapasitas kendala ke-2 (jumlah permintaan ikan tahun 2010) = parameter fungsi kendala ke-i untuk variabel keputusan ke-j

Proses perhitungan untuk analisis optimasi pemrograman linier dilakukan dengan bantuan perangkat lunak LINDO (Linear Interactive Descrete Optimizer).

3.6.4 Analisis finansial

Untuk mengkaji apakah model pengelolaan yang didasarkan atas konsep keberlanjutan sumberdaya juga memberikan keuntungan dan keberlanjutan secara ekonomi, maka dilakukan analisis finansial terhadap kegiatan perikanan ikan hias di Pulau Weh. Analisis finansial adalah suatu analisis yang memiliki tujuan

   

diantaranya untuk: (i) mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi suatu proyek atau usaha, dan (ii) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif yang paling menguntungkan (Gray et al. 2005). Analisis finansial terdiri dari dua kelompok analisis, yaitu analisis kelayakan usaha dan kriteria investasi. Analisis kelayakan usaha yang digunakan adalah analisis pendapatan usaha, analisis rasio pendapatan atas biaya (R/C), analisis titik impas (break even point) dan analisis rentabilitas (return on investment) (Kadariyah et al. 1999). Sedangkan analisis kriteria investasi yang digunakan adalah analisis net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan net benefit-cost ratio (Net B/C).

1) Analisis pendapatan usaha

Pendapatan usaha merupakan selisih antara total pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) dari kegiatan pemanfaatan ikan hias, yang dihitung melalui persamaan:

... (8) keterangan:

TR = Total revenue (total penerimaan hasil penjualan ikan)

TC = Total cost (total biaya operasional penangkapan dan penanganan) dengan kriteria usaha:

TR > TC : Usaha perikanan ikan hias menguntungkan,

TR = TC : Usaha perikanan ikan hias pada titik keseimbangan (titik impas), TR < TC : Usaha perikanan ikan hias mengalami kerugian.

2) Analisis rasio pendapatan dan biaya (R/C)

Analisis ini disebut juga analisis revenue-cost ratio yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu (1 tahun), yang diukur melalui persamaan:

   

dengan kriteria:

R/C > 1, maka usaha perikanan ikan hias layak dilakukan, R/C = 1, maka usaha perikanan ikan hias impas,

R/C < 1, maka usaha perikanan ikan hias tidak layak dilakukan.

3). Rentabilitas (return on investment)

Analisis return on investment (ROI) digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan Persamaan yang digunakan adalah:

% ... (10) dengan kriteria :

> 25 % : investasi di bidang perikanan ikan hias laut baik > 15 - 25% : investasi di bidang perikanan ikan hias laut cukup baik 5 – 15 % : investasi di bidang perikanan ikan hias laut cukup buruk < 5 % : investasi di bidang perikanan ikan hias laut buruk

4) Analisis titik impas (break even point)

Break Even Point (BEP) menunjukkan produksi minimum setiap tahun pada tingkat tidak untung dan tidak rugi. Break even point atau analisis titik impas adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui sampai pada batas mana kegiatan usaha yang dijalankan masih mendatangkan keuntungan. Keadaan titik impas merupakan keadaan dimana penerimaan perusahaan (TR) sama dengan biaya yang ditanggungnya (TC), TR=TC. Analis titik impas dilakukan melalui persamaan:

... (11)

5) Analisis net present value (NPV)

Analisis net present value digunakan untuk menilai manfaat investasi, yaitu berapa nilai kini (present value) dari manfaat bersih proyek yang dinyatakan

   

dalam rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan apabila NPV>0, dan sebaliknya tidak layak jika NPV<0. Pada keadaan dimana nilai NPV=0 maka berarti investasi tidak menghasilkan keuntungan atau impas. Persamaan yang digunakan untuk menghitung NPV adalah :

) 12 ( 1

(1

)

          

n t t t

t

C

B

NPV

keterangan : B = benefit (keuntungan); C = cost (biaya);

i = discount rate, dan t = periode

6) Analisis internal rate of return (IRR)

Internal rate of return adalah nilai tingkat suku bunga i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. IRR dapat diartikan sebagai tingkat suku bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :

"

"

... (13)

keterangan :

i’ = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV+ i” = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV- NPV’ = NPV pada tingkat suku bunga yang i’ NPV” = NPV pada tingkat suku bunga yang i” dengan kriteria kelayakan :

IRR ≥ tingkat suku bunga yang berlaku : investasi layak dijalankan IRR ≤ tingkat suku bunga yang berlaku : investasi tidak layak dijalankan

7) Net benefit-cost ratio (Net B/C)

Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah kini (present value total) dari keuntungan bersih pada tahun-tahun dimana keuntungan

   

bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. Persamaan yang digunakan adalah :

) 14 ( 1 1

0

)

(

)

1

(

0

)

(

)

1

(

/



 

n t t t c t n t t t c t

C

B

i

B

B

C

B

i

B

B

C

NetB

dengan kriteria kelayakan :

Net B/C ≥ 1, berarti usaha layak dijalankan Net B/C < 1, berarti usaha tidak layak dijalankan

3.6.5 Perumusan strategi pemanfaatan ikan hias laut di pulau weh menggunakan analisis SWOT

Mengacu kepada Rangkuti (2002) langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data

Tahap pengumpulan data merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal. Data eksternal berasal dari lingkungan luar (peluang dan ancaman), sedangkan data internal berasal dari dalam sistem kegiatan perikanan ikan hias laut di Pulau Weh, mencakup ketersediaan sumberdaya alam, kondisi sumberdaya manusia dan pengembangan kawasan yang sedang dijalankan (kekuatan dan kelemahan). Dalam tahap ini digunakan dua model matriks yaitu:

1) matriks faktor strategi eksternal atau External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS), dan

2) matriks faktor strategi internal atau Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS).

Matriks faktor strategi eksternal (Tabel 3) dan internal (Tabel 4) disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pada kolom 1 disusun peluang-peluang dan ancaman-ancaman (untuk matriks strategi eksternal), kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan (untuk matriks strategi internal) yang teridentifikasi;

   

2) Selanjutnya masing-masing faktor peluang dan ancaman diberi bobot (pada kolom 2) mulai dari nilai 1,0 (sangat penting) hingga 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot untuk faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) sama dengan 1,0;

3) Selanjutnya masing-masing faktor diberi peringkat (rating) pada kolom 3 dengan skala nilai antara 4 (sangat besar) sampai dengan 1 (kecil). Pemberian peringkat didasarkan atas pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi aktivitas suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai pemeringkatan untuk peluang dan kekuatan bersifat positif (nilai 4=sangat besar, 3=besar, 2=sedang, dan 1=kecil). Selanjutnya pemberian nilai pemeringkatan untuk ancaman dan kelemahan bersifat negatif (nilai 4=kecil, 3=sedang, 2=besar, dan 1=sangat besar);

4) Kemudian ditentukan skor pembobotan dari masing-masing faktor dengan mengalikan nilai bobot (kolom 2) dengan nilai peringkat (kolom 3), dan hasilnya diletakkanpada kolom 4;

5) Tahap terakhir adalah menjumlahkan skor pembobotan dari masing-masing faktor pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan internalnya.

Tabel 3 Matriks External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)

Faktor-faktor

Strategi Eksternal Bobot Peringkat Skor

1 2 3 4 Peluang: O1 4 O2 3 O3 2 .... 1 Ancaman: T1 1 T2 2 T3 3 .... 4 TOTAL 1,00 -

   

Tabel 4 Matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)

Faktor-faktor

Strategi Internal Bobot Peringkat Skor

1 2 3 4 Kekuatan: S1 4 S2 3 S3 2 .... 1 Kelemahan: W1 1 W2 2 W3 3 .... 4 TOTAL 1,00 - 2. Tahap analisis

Pada tahap analisis digunakan Model Matriks TOWS, dimana terdapat 4 kelompok strategi yang dapat dihasilkan, yaitu strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T (Tabel 5). Setelah diperoleh matriks TOWS, selanjutnya disusun peringkat dari semua strategi yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor penyusun strategi tersebut.

Tabel 5 Model matriks TOWS dari hasil analisis SWOT

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) SO1 WO1 SO2 WO2 SO3 WO3 … … … … SOn WOn ST1 WT1 ST2 WT2 ST3 WT3 … … … … STn WTn I F A S E F A S OPPORTUNITIES (O) THREATS (T)  

Dokumen terkait