Populasi dan sampel
Populasi dari penelitian ini adalah industri manufaktur yang terdaftar pada BEI tahun 2010. Sampel dari penelitian ini didasarkan pada purposive sampling yang berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
Adapun kriteria dari perusahaan yang di jadikan sampel antara lain:
1. Semua perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri manufaktur yang terdaftar di BEI, dan mempublikasikan laporan tahunannya pada tahun 2010 melalui website www.idx.co.id. Pemilihan perusahaan manufaktur dikarenakan perusahaan manufaktur memiliki kontribusi yang besar terhadap pencemaran udara dan tanah serta kerusakan lingkungan sebagai dampak dari limbah yang dihasilkan (Dantin, 2007). Dengan adanya hal tersebut maka diharapkan CSR (corporate social responsibility) akan diungkapkan lebih banyak pada setiap perusahaan dan sektor manufaktur merupakan sektor paling dominan dan jumlahnya besar di BEI.
2. Adanya kelengkapan data untuk penelitian, yaitu data untuk CSR, size (ukuran) perusahaan, profitabilitas, leverage, dan umur perusahaan.
Jenis dan sumber data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan laporan tahunan 2010 seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Laporan masing-masing perusahaan diperolah dari website BEI dengan alamat www.idx.co.id serta data-data keuangan yang diperoleh dari laporan-laporan tahunan tersebut dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010. Data-data yang di ambil diantaranya, pengungkapan CSR, size (ukuran persahaan), profitabilitas, leverage, umur perusahaan.
Pengukuran variabel
Pengungkapan CSRPengukuran tingkat tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dengan menggunakan indikator GRI (2006). Penggunaan standar GRI karena telah diakui
12 oleh dunia dan fokus pada pengungkapan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan (Waryanto,2010). Cheklist dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam 79 indikaror, yang terdiri dari indikator ekonomi, indikator lingkungan hidup, indikator praktek tenaga kerja, indikator hak asasi manusia, indikator kemasyarakatan, dan indikator tanggung jawab produk (Waryanto,2010 dalam Prakosa, 2011).
Indeks pengungkapan ini didapat dengan membagi jumlah total pengungkapan dengan jumlah total item informasi yang terdapat dalam daftar pengungkapan sosial.
CSDI =
Karakteristik Perusahaan Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan kapitalisasi pasar, dengan formula:
Kapitalisasi pasar = harga pasar saham x jumlah saham beredar (Boedi, 2008)
Ukuran perusahaan dibagi menjadi 2 yaitu perusahaan dengan ukuran besar dan ukuran kecil, dengan menggunakan dummy, untuk perusahaan dengan ukuran besar dengan nilai kapitalisasi pasar diatas rata-rata, sedangkan ukuran kecil perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar dibawah rata-rata.
Profitabilitas
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan ROA ROA =
(Lini, 2012)
Variabel profitabilitas dipisahkan menjadi dua untuk membedakan perusahaan dengan profit yang tinggi dan rendah. Perusahaan dengan ROA diatas rata-rata digolongkan ke dalam perusahaan dengan profitabilitas tinggi dengan menggunakan dummy variable. Sebaliknya perusahaan yang memiliki ROA dibawah rata-rata digolongkan ke dalam perusahaan dengan tingkat profitabilitasrendah.
13 Laverage
Leverage dalam penelitian ini akan diukur dengan DTA DTA =
(Lini, 2012).
Variabel leverage dipisahkan menjadi dua untuk membedakan perusahaan yang tingkat leveragenya tinggi dan rendah. Pemisah (cutoff) yang digunakan adalah rata-rata DTA. Perusahaan dengan rasio DTA lebih dari rata-rata digolongkan ke dalam perusahaan dengan tingkat leverage tinggi dan dengan menggunakan dummy variable. Sebaliknya perusahaan yang memiliki rasio DTA kurang dari rata-rata digolongkan ke dalam perusahaan dengan tingkat leverage rendah.
Umur perusahaan
Umur perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lamanya perusahaan tersebut berdiri. Umur perusahaan akan dibagi menjadi 2 yaitu perusahaan dengan old firm dan young firm, dengan menggunakan dummy. Untuk perusahaan dengan old firm dengan usia diatas rata-rata, sedangkan young firm dengan usia dibawah rata-rata.
AGE = Tahun penelitian – tahun listing (Lini, 2012).
Teknik dan Langkah Analisis
Langkah – langkah yang akan ditempuh untuk menganalisis data pada penelitian ini , adalah sebagai berikut:
1. Menghitung CSR yang diungkapkan pada setiap perusahaan
2. Menghitung ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, umur perusahaan.
3. Melakukan uji normalitas terhadap data yang dijadikan sampel, untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila ternyata diketahui data berdistribusi normal, maka selanjutnya digunakan uji beda T-Test dengan sample independen (Independent Sample T-Test). Namun, jika ternyata diketahui data berdistribusi tidak normal, maka uji yang digunakan adalah uji non-parametrik berupa Uji Mann-Whitney U. Kedua
14 uji ini sama-sama digunakan untuk mengetahui beda pengungkapan corporate social responsibility pada setiap variabel.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010. Dari 124 perusahaan manufaktur yang terdaftar, terdapat 66 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Tabel 1. Proses Sampling
No Keterangan Jumlah
1.
Perusahaan manufaktur terdaftar di BEI th
2010 123
2. Data yang tidak bisa di download 12 3. Data yang tidak lengkap:
a. CSR 18 b. Size 10 c. Profitabilitas 0 d. Leverage 7 e. Umur 10 -57 Jumlah sampel 66 Statistika Deskriptif
Statistik deskriptif varaibel penelitian ditampilkan pada tabel 2.
Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean
Profitabilitas 66 -.6185 .3900 .073358
Leverage 66 .1446 66.0060 1.938912
Size 66 7600000000 125895000000000 9187780878787.88
Age 66 1 29 16.11
CSR 66 .0380 .4430 .238964
15 Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa mean pengungkapan Corporate Social Responsibility dari perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 0,2389, atau sebanyak 19 item dari total 79 item komponen pengungkapan corporate sosial responsibility . Tingkat pengungkapan tertinggi adalah sebesar 0,4430 atau sebanyak 35 item, dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk.Variabel size, memiliki rata-rata sebesar 9.187.780.878.787. Variabel profitabilitas memiliki rata-rata sebesar 0.0733. Rata-rata untuk variabel leverage sebesar 1,9389. Variabel age memiliki rata-rata sebesar 16,11 .
Gambaran mengenai pengungkapan CSR untuk masing-masing klasifikasi yaitu pengungkapan indikator kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja sosial, hak asasi manusia, masyarakat, tanggung jawab produk dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Statistik Deskriptif Pengungkapan CSR
Klasifikasi N MIN MAX MEAN
Ekonomi 9 2% 2 item 70% 7 item 48,18% 4 item Lingkungan 30 0% 0 item 50% 15 item 14,23% 4 item Sosial 14 7% 1 item 57% 8 item 23,18% 3 item HakAsasi Manusia 9 0% 0 item 50% 5 item 6,68% 1 item Masyarakat 8 0% 0 item 50% 5 item 15,7% 1 item Tanggung Jawab
Produk
9 0% 0 item 100% 9 item 38,79% 3 item Sumber : Data Sekunder Diolah, 2013
Komponen pengungkapan ekonomi memiliki nilai rata-rata sebesar 48,18% atau sebanyak 4 item dari total 9 item pengungkapan CSR yang masuk dalam klasifikasi ekonomi. Untuk komponen pengungkapan lingkungan, nilai meannya sebesar 14,23% atau sebanyak 4 item dari total 30 item pengungkapan CSR yang masuk dalam klasifikasilingkungan. Selanjutnya adalah komponen social, dari total 14 item pengungkapan CSR yang masuk dalam klasifikasi social, rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel mengungkapkan 3 item atau sebesar 23,18%. Komponen pengungkapan hak asasi manusia memiliki nilai rata-rata sebesar 6,69%
16 atau hanya sebesar 1 item dari total 9 item pengungkapan CSR yang masuk dalam klasifikasi hak asasi manusia. Untuk komponen pengungkapan masyarakat, nilai meannya sebesar 15,7% atau juga hanya sebesar 1 item dari total 8 item pengungkapan CSR yang masuk dalam klasifikasi masyarakat. Selanjutnya adalah komponen tanggung jawab produk, dari total 9 item pengungkapan CSR yang masuk dalam klasifikasi tanggung jawab produk, rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel mengungkapkan 3 item atau sebesar 38,79%.
Pengujian Data
Uji NormalitasLangkah pertama yang dilakukan dalam pengujian data penelitian ini adalah melakukan uji normalitas. Hasil pengujian normalitas menunjukkan nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov dari empat variabel karakteristik perusahaan memiliki tingkat signifikansi dibawah 0,05, yang artinya data berdistribusi tidak normal. Sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan uji non-parametrik berupa uji Mann-Whitney U.
Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis penelitian dan rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan tinggi rendahnya karakteristik perusahaan ditampilkan pada tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
Asymp. Sig. (2-tailed)
(Mann-Whitney U Test) Kesimpulan
Ukuran Perusahaan 0,041 H1 Diterima
Profitabilitas 0,625 H2 Ditolak
Leverage 0,780 H3 Ditolak
Umur 0,456 H3 Ditolak
17 Tabel 5. Rata-rata Pengungkapan berdasarkan Tinggi Rendahnya Variabel
Variabel
Rata-rata
Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility Ukuran Perusahaan Tinggi 31,26 % 24 item Rendah 22,75% 17 item Profitabilitas Tinggi 24,41% 19 item Rendah 23,71% 18 item Leverage Tinggi 24,34% 19 item Rendah 23,94% 18 item Umur Tinggi 25,24% 20 item Rendah 22,31% 17 item Sumber : Data Sekunder Diolah, 2013
Perbedaan Tingkat Pengungkapan CSR menurut karakteristik Ukuran (Size) Perusahaan
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U Test diketahui bahwa signifikansi (Sig. (2-Tailed)) untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 0,041, lebih rendah dari tingkat alpha sebesar 0,05. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa secara statistik terdapat perbedaan tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasar tingkat size suatu perusahaan. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) dapat dinyatakan diterima.
Tabel 5 menunjukkan jumlah rata-rata pengungkapan untuk variabel-variabel karakteristik perusahaan. Perusahaan dengan size yang tinggi, nilai rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah sebesar 31,26% (24 item). Sedangkan perusahaan dengan size yang rendah rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah sebesar 22,75% (17 item). Hal ini menunjukkan bahwa jika ukuran perusahaan besar maka pengungkapan CSR juga tinggi, sedangkan jika ukuran perusahaan kecil maka pengungkapan CSR rendah.
18 Perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat, karena perusahaan yang lebih besar akan mendapatkan pengawasan lebih dari masyarakat. Maka dari itu perusahaan yang besar akan lebih banyak mengungkapan laporan mengenai informasi sosialnya demi memperoleh kepercayaan lebih dari masyarakat juga investor. Perusahaan yang besar umumnya juga memiliki skill karyawan yang lebih baik sehingga memungkinkan melakukan pengungkapan terhadap laporan keuangan yang lebih luas. Sedangkan perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibilitynya juga rendah karena kurangnya biaya yang dimiliki perusahaan, kurangnya tuntutan mengenai kelengkapan laporan tahunan perusahaan dan kurangnya skill dalam mengukur dan melaporkan Corporate Social Responsibility.
Cowen et.al (1977) dalam Aprilia (2011) mengungkapkan bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak yang menyebabkan dampak lebih besar terhadap lingkungan, dan akan memiliki lebih banyak pemegang saham yang mungkin berkepentingan dengan program sosial perusahaan. Perusahaaan juga akan menyediakan laporan keuangan yang efisiensi sebagai alat dalam mengkomunikasikan informasi sosial perusahaan.
Bukti bahwa ukuran perusahaan yang tinggi mempunyai pengungkapan tanggung jawab sosial yang tinggi juga telah ditemukan dalam penelitian Sembiring (2003) dalam Raisa (2009). Hal ini umumnya dikaitkan dengan teory agensi yang menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya keagenan tersebut perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas.
Dapat dilihat dari sampel perusahaan yang diteliti, PT Semen Gresik Tbk yang merupakan perusahaan dengan ukuran perusahaan yang besar, tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 40,51%. Sedangkan PT Kalbe Farma Tbk yang memiliki ukuran perusahaan yang kecil, tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility hanya 22,78%.
19 Perbedaan Tingkat Pengungkapan CSR Berdasarkan Tingkat Profitabilitas Perusahaan
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U Test diketahui bahwa signifikansi (Sig. (2-Tailed)) untuk variabel profitabilitas sebesar 0,625, lebih tinggi dari tingkat alpha sebesar 0,05. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasar tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) dapat dinyatakan ditolak.
Tabel 5 menunjukkan jumlah rata-rata pengungkapan untuk variabel-variabel karakteristik perusahaan. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, nilai rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah sebesar 24,41% (19 item). Sedangkan perusahaan dengan profitabilitas yang rendah juga memliki rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility yang hampir sama yaitu sebesar 23,71% (18 item).
Deskripsi hasil uji tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang rendah akan melakukan pengungkapan sosial sebagai bentuk pertanggung jawaban manajemen atas kinerja yang telah dilakukan demi menarik lebih banyak investor dan tetap dianggap kredibel meski memiliki profitabilitas yang rendah. Hal itu diharapkan akan lebih meningkatkan image perusahaan dimata investor dan masyarakat. Namun perusahaan dengan profitabilitas tinggi juga menampilkan informasi mengenai CSR pada laporan tahunannya untuk menarik minat investor dan menjaga kepercayaan serta nilai tambah di mata investor. Dari deskripsi tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan menurut tingkat profitabilitas perusahaan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Sembiring (2005) yang menemukan bahwa profitabilitas tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.
Sebagai contohnya perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi seperti PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk, dengan profitabilitas tinggi (ROA 23%) memiliki tingkat pengungkapan CSR 36,71%. Tingkat pengungkapan CSR yang sama yaitu
20 36,71% juga dimiliki oleh perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah (ROA 0,08%) seperti PT. Holcim Indonesia Tbk.
Perbedaan Tingkat Pengungkapan CSR Berdasarkan Tingkat Leverage Perusahaan
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U Test diketahui bahwa signifikansi (Sig. (2-Tailed)) untuk variabel leverage sebesar 0,780, lebih tinggi dari tingkat alpha sebesar 0,05. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasar tingkat leverage suatu perusahaan. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) dapat dinyatakan ditolak.
Tabel 5 menunjukkan jumlah rata-rata pengungkapan untuk variabel-variabel karakteristik perusahaan. perusahaan dengan leverage yang tinggi, nilai rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah sebesar 24,34% (19 item). Sedangkan perusahaan dengan leverage yang rendah rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility yang hampir sama yaitu sebesar 23,94% (18 item).
Perusahaan yang memiliki leverage tinggi akan melakukan pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaannya (Hidayat, 2007 dalam Andreas, 2009) alasan yang mendasar perusahaan yang leveragenya tinggi akan mengungkapkan kegiatan sosial untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan semakin besar pula biaya agensi, sehingga untuk mengurangi hal tersebut perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan sosial guna memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Sedangkan perusahaan dengan leverage rendah, hal itu menunjukkan bahwa perusahaan tergolong baik karena memiliki hutang yang kecil. Perusahaan yang memiliki hutang kecil umumnya resiko yang akan dihadapi juga lebih kecil karena perusahaan tersebut lebih banyak membiayai dengan modalnya sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan pengungkapan sosial perusahaan. Pengungkapan tersebut dilakukan perusahaan juga bertujuan untuk meningkatkan image dan nilai perusahaan dimata investor dan masyarakat, sehingga diharapkan investor dapat
21 berinvestasi lebih banyak lagi di perusahaan. Dengan demikian terbukti juga bahwa perusahaan memiliki hungungan yang baik dengan masyarakat dan konsumennya.
Contohnya dapat dilihat dari PT Voksel Electric Tbk yang memiliki tingkat leverage tinggi (0,657), memiliki tingkat pengungkapan Corporate Sosial Responsibility sebesar 39,24%. Sedangkan PT Holcim Indonesia Tbk yang memiliki tingkat leverage rendah (0,345), juga memiliki tingkat pengungkapan Corporate Sosial Responsibility yang hampir sama , yaitu sebesar 36,71%.
Perbedaan Tingkat Pengungkapan CSR Berdasarkan Umur (Age) Perusahaan
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney Test diketahui bahwa signifikansi (Sig. (2-Tailed)) untuk variabel Age sebesar 0,456, lebih tinggi dari tingkat alpha sebesar 0,05. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasar tingkat Age suatu perusahaan. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) dapat dinyatakan ditolak.
Tabel 5 menunjukkan jumlah rata-rata pengungkapan untuk variabel-variabel karakteristik perusahaan. perusahaan dengan age yang tinggi, nilai rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah sebesar 25,24% (20 item). Sedangkan perusahaan dengan age yang rendah rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah sebesar 22,31% (17 item).
Hal ini berarti bahwa umur perusahaan yang lebih tua menunjukkan perusahaan yang tetap eksis dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Dengan kata lain perusahaan yang berumur lebih tua akan berupaya untuk mengungkapkan CSR dalam rangka meningkatkan image dan nilai perusahaan. Jika perusahaan yang berumur lebih tua tetap mampu bertahan maka diharapkan investor tetap berinvestasi pada perusahaan mereka atau mungkin para investor akan bertambah jumlahnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki umur lebih muda mereka juga akan melakukan pengungkapan kegiatan sosial perusahaan, hal itu dikarenakan perusahaan yang berumur lebih muda ingin menunjukkan eksistensi
22 perusahaan. Oleh sebab itu mereka akan cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi penting yang disoroti oleh pasar, seperti pengungkapan CSR. Dengan harapan investor akan mau berinvestasi pada perusahaan mereka dan pada akhirnya perusahaan akan memperoleh reputasi yang baik dari pasar juga dapat mengimbangi perusahaan-perusahaan yang sudah berumur lebih tua. Penelitian sebelumnya yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yularto dan Chaori (2003) yang menyatakan bahwa umur perusahaan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap CSR.
Contohnya dapat dilihat dari PT Astra Graphia Tbk yang memiliki umur lebih tua (21th), memiliki tingkat pengungkapan Corporate Sosial Responsibility sebesar 41,77%. Sedangkan PT Titian Kimia Nusantara Tbk yang memiliki umur yang jauh lebih muda (8th), juga memiliki tingkat pengungkapan Corporate Sosial Responsibility yang sama besarnya , yaitu sebesar 41,77%.