Penelitian dilakukan di Bogor pada bulan Maret hingga Juni 2008. Pengolahan data dilakukan di Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen Pertanian yang bertempat di Jalan Jend. A. Yani No. 70 Bogor. Pengolahan data dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Maret hingga April 2008.
Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut berupa data dasar (raw data) dalam bentuk CD sehingga dapat diolah sesuai dengan keperluan analisis.
Susenas merupakan survei rumah tangga yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial ekonomi yang sangat luas dengan lingkup nasional. Kerangka sampel yang digunakan adalah blok sensus. Suatu blok sensus harus memenuhi kriteria seperti berikut: (1) setiap wilayah desa/kelurahan dibagi habis menjadi beberapa blok sensus, (2) blok sensus harus mempunyai batas-batas yang jelas/mudah dikenali baik batas alam maupun buatan (RT, RW, dan sebagainya), dan (3) satu blok sensus harus terletak dalam satu hamparan.
Kategori data kategori data yang terdapat dalam Susenas terdiri dari 2 set, yaitu: (1) variabel pokok yang disebut dengan Kor, yang terdiri dari data karakteristik sosial ekonomi rumah tangga dan kelompok pangan serta pendapatan; dan (2) variabel sasaran yang disebut dengan Modul, yang terdiri dari data konsumsi pangan rumah tangga secara terperinci dan lengkap. Data Kor dikumpulkan setiap tahun sekali, sedangkan data Modul dikumpulkan setiap tiga tahun sekali.
Data konsumsi pangan yang disajikan dalam Modul Susenas mencakup 214 jenis pangan dan 104 jenis bukan pangan. Data konsumsi pangan terdapat dalam bentuk data kuantitas dan nilainya. Selain itu, dari Modul Susenas juga dapat diperoleh data harga pangan. Data bukan pangan umumnya hanya berupa besar pengeluarannya kecuali untuk beberapa jenis pengeluaran tertentu, seperti listrik, air, gas, arang dan bahan bakar minyak (BBM) yang dikumpulkan kuantitasnya (BPS 2004). Pengelompokan dan jumlah jenis pangan Susenas 2005 yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengelompokan dan jumlah jenis pangan dalam data Susenas 2005
No Kelompok Pangan Jumlah Jenis Pangan
1 Padi-padian 8
2 Umbi-umbian 9
3 Ikan/udang segar 19
4 Ikan/udang diawetkan 13
5 Daging segar 8
6 Daging diawetkan dan lainnya 9
7 Telur dan susu 13
8 Sayur-sayuran 29
9 Kacang-kacangan 11
10 Buah-buahan 23
11 Minyak dan lemak 6
12 Bahan minuman 8
13 Bumbu-bumbuan 13
14 Konsumsi lainnya 9
15 Makanan dan minuman jadi 30
16 Tembakau dan sirih 6
Total 214
Pengumpulan data Susenas umumnya dilakukan pada bulan Februari melalui wawancara langsung kepada rumah tangga sampel atau anggota rumah tangga yang paling mengetahui keadaan di rumah tangga yang bersangkutan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan dengan metode ”recall” (mengingat kembali). Referensi waktu survei yang digunakan adalah selama seminggu yang lalu untuk konsumsi pangan serta sebulan atau setahun yang lalu untuk konsumsi bukan pangan. Data konsumsi pangan pada dasarnya merupakan turunan dari data pengeluaran rumah tangga untuk semua jenis pangan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data Susenas tahun 2005 dengan jumlah sampel sebanyak 64.709 rumah tangga yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Dari seluruh sampel, 26.376 rumah tangga berada di perkotaan dan 38.333 rumah tangga berada di pedesaan. Berdasarkan kelas pendapatan, sampel dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan jumlah sampel masing-masing sebanyak 25.883, 25.883, dan 12.943 rumah tangga.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diolah dalam penelitian ini meliputi: (1) pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga, (3) sumber perolehan pangan, (2) kontribusi energi dan protein, 4) jumlah konsumsi dan tingkat partisipasi konsumsi pangan, (5) harga berbagai jenis pangan. Pangan yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 11 jenis, yaitu beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar, terigu dan turunannya,
19
mi instan, mi basah, kedelai dan turunannya, gula, daging sapi dan minyak goreng. Karakteristik pangan-pangan tersebut disajikan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Jenis pangan strategis yang dianalisis dan karakteristiknya dalam
Susenas 2005
No Jenis
Pangan
Jenis Pangan dalam Susenas Kelompok Pangan dalam Susenas
1 Beras Beras, beras ketan, tepung beras, bihun Padi-padian 2 Jagung Jagung basah dengan kulit,
jagung pipilan, tepung jagung (maizena)
Padi-padian
3 Ubi kayu Ketela pohon/singkong, gaplek, tepung gaplek (tiwul), tepung ketela pohon (tapioka/kanji)
Umbi-umbian
4 Ubi jalar Ketela rambat/ubi jalar Umbi-umbian 5 Terigu dan turunannya Tepung terigu Mi instan, mi basah Padi-padian Konsumsi lainnya 6 Mi instan Mi instan Konsumsi lainnya 7 Mi basah Mi basah Konsumsi lainnya 8 Kedelai dan
turunannya
Kacang kedelai, tahu, tempe, tauco Kecap
Kacang-kacangan Bumbu-bumbuan 9 Gula Gula pasir Bahan minuman 10 Daging sapi Daging sapi Daging (Daging
segar) 11 Minyak
goreng
Minyak kelapa, minyak jagung, minyak sawit
Minyak dan Lemak
Jenis pangan dalam Susenas dikonversi setara dengan jenis pangan strategis yang dianalisis untuk mendapatkan analisis komoditas secara utuh. Faktor konversi diperoleh dari daftar konversi yang telah dipublikasikan dan hasil perhitungan menggunakan referensi hasil penelitian suatu lembaga. Daftar konversi pangan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 7. Tabel 7 Daftar konversi pangan
No Jenis Pangan Bentuk Semula Bentuk Sekarang Faktor Konversi
1 Beras Tepung beras Bihun
Beras Beras
1.01 1.00 2 Jagung Jagung basah dengan kulit
Jagung kering dengan kulit Tepung jagung Jagung pipilan Jagung pipilan Jagung pipilan 0.39 0.60 2.53 3 Ubi kayu Gaplek
Tapioka Tepung gaplek Ubi kayu Ubi kayu Ubi kayu 2.76 3.57 4.35 4 Tepung terigu Mi instan
Mi basah Tepung terigu Tepung terigu 0.08 0.08 5 Kedelai Tahu Tempe Tauco Saridele Kecap Kacang kedelai Kacang kedelai Kacang kedelai Kacang kedelai Kacang kedelai 0.35 0.50 3.00 8.00 0.80*
Sumber: Hardinsyah, Madanijah & Baliwati (2002) * BPK Manado (1978) diolah
Pengolahan data untuk menjawab tujuan penelitian 1 dilakukan dengan menggunakan program SAS versi 6.12 dan Program Aplikasi Perencanaan Pangan dan Gizi Wilayah yang dikembangkan Heryatno, Baliwati & Tanziha (2004) dari Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 digunakan dalam perhitungan tingkat konsumsi energi dan protein, yaitu 2000 Kal/kap/hari dan 52 gram/kap/hari. Skor PPH diukur berdasarkan kriteria PPH Deptan 2001. dengan keluaran berupa tabel Skor PPH (Tabel 8). Hasil pengolahan dipresentasikan dalam bentuk tabel dan gambar dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Tabel 8 Perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH)
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) N o Kelompok Pangan Gram/ Kap/ Hari Energi % % AKE*) Bobot Skor Aktual Skor AKE Skor Maks Skor PPH (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Padi-padian 0.5 25.0 2 Umbi-umbian 0.5 2.5 3 Pangan Hewani 2.0 24.0 4 Minyak dan Lemak 0.5 5.0 5 Buah/Biji Berminyak 0.5 1.0 6 Kacang-kacangan 2.0 10.0 7 Gula 0.5 2.5 8 Sayur dan Buah 5.0 30.0 9 Lain-lain 0.0 0.0 Total 100.0
Keterangan: (9) = (7); jika (7) > (8) maka (9) = (8)
Pengolahan data untuk menjawab tujuan penelitian 2 dilakukan menggunakan model ekonometrika regresi Log-Ganda. Turunan dari model yang bernama lain model Log-Linear ini dapat secara langsung menunjukkan nilai elastisitas permintaan secara konstan sehingga sering juga disebut model Elastisitas Konstan (Gujarati 1997). Satu ciri dari model log-ganda adalah koefisien kemiringan mengukur elastisitas Y terhadap X, yaitu persentase perubahan dalam Y untuk persentase perubahan tertentu dalam X. Koefisien merupakan koefisien elastisitas. Dalam ilmu kalkulus, koefisien elastisitas didefinisikan sebagai (dY/Y)/(dX/X) = (dY/dX)(X/Y) (Johnston 1972). Model empirik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
21
Ln Y1 11LnX11 12LnX12 13LnX13 14LnX14 15LnX15 ...(1) Dimana
Y1 = Permintaan beras; X11 = Harga beras; X12 = Harga jagung; X13 = Harga ubi kayu; X14 = Harga ubi jalar; X15 = Harga mi instan; P = Pendapatan
Ln Y2 21LnX21 22LnX22 23LnX23 24LnX24 25LnX25 ...(2) Dimana
Y2 = Permintaan jagung; X21 = Harga jagung; X22 = Harga beras; X23 = Harga ubi kayu; X24 = Harga ubi jalar; X25 = Harga mi instan; P = Pendapatan
Ln Y3 31LnX31 32LnX32 33LnX33 34LnX34 35LnX35 ...(3) Dimana
Y3 = Permintaan ubi kayu; X31 = Harga ubi kayu; X32 = Harga beras; X33 = Harga jagung; X34 = Harga ubi jalar; X35 = Harga mi instan; P = Pendapatan
Ln Y4 41LnX41 42LnX42 43LnX43 44LnX44 45LnX45 ...(4) Dimana
Y4 = Permintaan ubi jalar; X41 = Harga ubi jalar; X42 = Harga beras; X43 = Harga jagung; X44 = Harga ubi kayu; X45 = Harga mi instan; P = Pendapatan
Ln Y5 51LnX51 52LnX52 53LnX53 54LnX54 55LnX55 ...(5) Dimana
Y5 = Permintaan terigu dan turunannya; X51 = Harga terigu dan turunannya;
X52 = Harga beras; X53 = Harga jagung; X54 = Harga ubi kayu; X55 = Harga ubi jalar; P = Pendapatan
Ln Y6 61LnX61 62LnX62 63LnX63 64LnX64 65LnX65 ...(6) Dimana
Y6 = Permintaan mi instan; X61 = Harga mi instan; X62 = Harga beras; X63 = Harga jagung; X64 = Harga ubi kayu; X65 = Harga ubi jalar; P = Pendapatan
Ln Y7 71LnX71 72LnX72 73LnX73 74LnX74 + 75LnX75 76LnX76 + ...(7)
Dimana
Y7 = Permintaan mi basah; X71 = Harga mi basah; X72 = Harga beras; X73 = Harga jagung; X74 = Harga ubi kayu; X75 = Harga ubi jalar; X76 = Harga terigu dan turunannya;
Ln Y8 81LnX81 82LnX82 83LnX83 84LnX84 85LnX85 86LnX86 + .... (8)
Dimana
Y8 = Permintaan kedelai; X81 = Harga kedelai; X82 = Harga ikan segar; X83 = Harga ikan asin; X84 = Harga daging sapi; X85 = Harga daging ayam; X86 = Harga telur; P = Pendapatan
Ln Y9 91LnX91 92LnX92 ....(9) Dimana
Y9 = Permintaan gula; X91 = Harga gula; X92 = Harga gula merah; P = Pendapatan
Ln Y10 101LnX101 102LnX102 103LnX103 ....(10) Dimana
Y10 = Permintaan daging sapi; X101 = Harga daging sapi; X102 = Harga daging ayam; X103 = Harga telur; P = Pendapatan
Ln Y11 111LnX111 ....(11) Dimana
Y11 = Permintaan minyak goreng;
X111 = Harga minyak goreng; P = Pendapatan
Harga setiap pangan yang akan dimasukkan ke dalam rumus empirik perlu disesuaikan terlebih dahulu jika pangan tersebut memiliki produk olahan. Harga pangan tersebut didapatkan melalui perhitungan harga rata-rata dengan bobot tertimbang dari bentuk asal dan semua produk olahannya. Sebagai contoh, harga beras diperoleh dari rata-rata bobot tertimbang dari harga beras, beras ketan, tepung beras, dan bihun. Setelah semua harga pangan yang dibutuhkan diperoleh, data diolah dengan menggunakan program SAS versi 6.12. Selanjutnya, dilakukan analisis secara deskriptif.
Analisis untuk menjawab tujuan penelitian 1 dan 2 tersebut dibedakan menurut wilayah dan kelas pendapatan agar didapat analisis yang lengkap. Wilayah dibedakan menjadi kota, desa, dan nasional, sedangkan kelas pendapatan dibedakan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan kelas pendapatan mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Bank Dunia (BPS 2004) dalam menggolongkan penduduk yaitu: (1) kelas berpendapatan rendah (40%), (2) kelas berpendapatan sedang (40 %) dan (3) kelas berpendapatan tinggi (20%).
23
Definisi Operasional
Pangan strategis adalah 11 komoditas pangan yang berdasarkan pertimbangan tertentu dianggap penting, yaitu dikonsumsi sebagian besar masyarakat, dan atau memiliki nilai ekonomi, sosial, dan politik yang tinggi, memiliki ketergantungan impor yang cukup tinggi, atau memiliki berbagai masalah lain yang menuntut adanya campur tangan pemerintah, mencakup beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar, terigu dan turunannya (mi instan dan mi basah), kedelai dan turunannya, gula, daging sapi, dan minyak goreng.
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan tinggal bersama serta makan dari satu dapur, sesuai dengan definisi rumah tangga yang ditetapkan oleh BPS dalam Susenas.
Wilayah adalah pengelompokan domisili rumah tangga berdasarkan tempat tinggal menurut kategori BPS, diklasifikasikan atas desa, kota, dan kota+desa (nasional).
Kelas pendapatan adalah pengelompokan rumah tangga berdasarkan besar pendapatan, dikategorikan menurut Bank Dunia, yaitu rendah (40% rumah tangga berpendapatan paling rendah), sedang (40% rumah tangga berpendapatan lebih tinggi), dan tinggi (20% kelas berpendapatan paling tinggi). Permintaan pangan strategis adalah jumlah pangan yang diminta untuk dikonsumsi konsumen pada tingkat harga tertentu, terdiri dari variabel konsumsi pangan strategis dan elastisitas permintaan pangan strategis.
Konsumsi pangan strategis adalah variabel yang terdiri dari jumlah konsumsi pangan strategis, tingkat partisipasi konsumsi pangan strategis, konsumsi pangan strategis berdasarkan sumber perolehan, kontribusi energi dan protein pangan strategis, pangsa pengeluaran pangan strategis, dan kualitas konsumsi pangan (skor PPH).
Jumlah konsumsi pangan strategis adalah jumlah pangan strategis yang dikonsumsi seseorang dalam jangka waktu 1 tahun, dinyatakan dalam kg/kap/th. Tingkat partisipasi konsumsi pangan strategis adalah persentase rumah tangga contoh yang mengkonsumsi pangan strategis terhadap total rumah tangga, dinyatakan dalam satuan persen (%).
Konsumsi pangan strategis berdasarkan sumber perolehan adalah persentase asal pangan strategis yang dikategorikan menurut BPS menjadi 1)
pembelian dan 2) produksi sendiri/pemberian terhadap total sumber perolehan pangan, dinyatakan dalam satuan persen (%).
Konsumsi energi dan protein adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi seseorang dalam jangka waktu 1 hari, dinyatakan dalam Kal/kap/hari untuk energi dan gram/kap/hari untuk protein.
Tingkat konsumsi energi dan protein adalah persentase konsumsi energi atau protein terhadap Angka Kecukupan Energi dan Protein, dinyatakan dalam satuan persen (%).
Kontribusi energi dan protein pangan strategis adalah perbandingan kontribusi energi dari beras, jagung, gula pasir dan minyak goreng terhadap total konsumsi energi; perbandingan kontribusi protein dari kedelai dan daging sapi terhadap total konsumsi protein; dinyatakan dalam satuan persen (%).
Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang dikeluarkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jangka waktu 1 bulan, dinyatakan dalam Rp/kapita/bulan.
Pangsa pengeluaran pangan strategis adalah persentase pengeluaran setiap pangan strategis terhadap total pengeluaran pangan, dinyatakan dalam satuan persen (%).
Skor Pola Pangan Harapan adalah nilai yang menunjukkan kualitas/keragaman pangan yang dikonsumsi yang ditunjukkan dengan skor 100 dengan komposisi sebagai berikut: padi-padian (25), umbi-umbian (2.5), pangan hewani (24), minyak dan lemak (5), buah dan biji berminyak (1), kacang-kacangan (10), gula (2.5), sayur dan buah (30), dan lain-lain (0).
Elastisitas permintaan pangan strategis adalah respons permintaan pangan strategis akibat perubahan satu satuan harga atau pendapatan, meliputi elastisitas harga sendiri, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan.
Elastisitas harga sendiri adalah respon permintaan suatu jenis pangan akibat perubahan satu satuan harga komoditas pangan tersebut.
Elastisitas silang adalah respon permintaan suatu jenis pangan akibat perubahan satu satuan harga komoditas pangan lain.
Elastisitas pendapatan adalah respon permintaan pangan akibat perubahan satu satuan pendapatan.