• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga Bogor, yang terletak pada elevasi 250 m di atas permukaan laut (dpl). Percobaan di lapangan dilakukan selama sembilan bulan mulai Desember 2011 sampai dengan Agustus 2012, sedangkan analisis tanah dan jaringan dilakukan selama dua bulan pada bulan September sampai dengan November 2012.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit kelapa sawit Tenera umur 4 bulan hasil persilangan Dura dan Pisifera (D x P) varietas Dami Mas, top soil, pupuk organik, polybag 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 0.02 mm, insektisida delthametrin 25 g l-1, fungisida mancozeb 80%, kapur pertanian (CaCO3), pupuk majemuk NPK (15:15:15), cat kuku bening dan selotip. Bahan kimia untuk destruksi jaringan tanaman yaitu H2SO4 dan H2O2 diperoleh dari Merck, Darmstadt, Jerman.

Alat-alat yang digunakan terdiri atas timbangan digital, meteran aluminium, kamera, mikroskop, SPAD-502 plus chloropyll meter jangka sorong, gelas objek, portable leaf area meter, sprayer, grinder dan peralatan destruksi (tabung dan block digestion, pengocok tabung, dispenser, tabung reaksi dan Atomic Absorption Spectrometry) –PERKIN ELMER 3110- yang menggunakan nyala asetilen udara sebagai sumber energi.

7

Metode Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam lingkungan Acak Kelompok Lengkap dengan perlakuan terdiri atas dua faktor yaitu dosis pupuk majemuk NPK dan dosis pupuk kalsium. Dosis pupuk majemuk NPK terdiri atas empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (M0), 115 g bibit-1 (M1), 230 g bibit-1 (M2) dan 460 g bibit-1 (M3). Dosis pupuk kalsium terdiri atas empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (C0), 5 g bibit-1 (C1), 10 g bibit-1 (C2) dan 20 g bibit-1 (C3). Penetapan dosis pupuk majemuk dilakukan berdasarkan Uexkull (1992) yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan rincian dosis perlakuan disajikan pada Lampiran 2.

Secara keseluruhan diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan. Setiap unit percobaan terdiri atas 5 bibit kelapa sawit sehingga terdapat 240 polybag. Model linier aditif dari rancangan yang digunakan sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + τk + (αβ)jk + εijk

Keterangan :

i = 1, 2, 3; j = 1, 2, 3, 4; k = 1, 2, 3, 4

Yijk = respon pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan dosis pupuk majemuk NPK kalsium taraf ke-j dan dosis pupuk kalsium taraf ke-k pada kelompok ke-i.

µ = rataan umum

αi = pengaruh kelompok ke-i

βj = pengaruh perlakuan dosis pupuk majemuk NPK ke-j

τk = pengaruh perlakuan dosis pupuk kalsium ke-k

(αβ)jk = pengaruh interaksi perlakuan dosis majemuk NPK ke-j dan dosis pupuk kalsium ke-k

εijk = pengaruh acak dari kelompok ke-i, perlakuan dosis pupuk majemuk NPK ke-j dan perlakuan dosis pupuk kalsium ke-j

Pelaksanaan Percobaan Persiapan Areal Percobaan

Areal pembibitan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman lain yang dapat menjadi sumber organisme pengganggu tanaman. Pembersihan gulma dilakukan secara manual dengan cangkul sekaligus meratakan permukaan tanah.

Persiapan Media Tanam

Media yang digunakan untuk mengisi polybag adalah campuran top soil jenis Latosol dengan kedalaman 0-20 cm dan pupuk organik dengan perbandingan 7 : 1. Media dimasukkan ke dalam polybag sedikit demi sedikit, kemudian dipadatkan sehingga tidak terdapat rongga udara.

Penanaman Bibit

Bibit kelapa sawit yang normal dan seragam dipilih dari pre nursery. Pada media tumbuh dalam polybag berukuran 50 cm x 40 cm dibuat lubang tanam dengan ponjo. Kemudian, polybag bibit dibuka dengan dengan hati-hati agar perakaran bibit tidak terganggu. Bibit ditanam bersama media tanamnya. Polybag disusun sesuai pengacakan dengan jarak antar polybag 90 cm x 90 cm x 90 cm.

8

Pemupukan

Pupuk ditimbang sesuai dosis perlakuan dengan timbangan digital. Penetapan dosis pemupukan berdasarkan rekomendasi pemupukan pembibitan kelapa sawit (Uexkull 1992). Pemberian pupuk dilakukan setiap bulan dengan cara dibenamkan secara melingkar dengan jarak ± 10 cm dari tanaman. Pemberian pupuk kalsium dilakukan satu kali yaitu pada saat dua minggu setelah pindah tanam dari pre nursery ke main nursery. Dua minggu kemudian, diberikan pupuk majemuk NPK yang ditetapkan sebagai umur 0 bulan setelah perlakuan (BSP).

Penetapan dosis pupuk majemuk dilakukan berdasarkan Uexkull (1992) yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pemberian pupuk majemuk NPK dilakukan setiap bulan dengan dosis berikut : umur 0-2 BSP 0 g/bibit (M0), 5 g/bibit (M1), 10 g/bibit (M2) dan 20 g/bibit (M3); umur 3-7 BSP 0 g/bibit (M0), 20 g/bibit (M1), 40 g/bibit (M2) dan 80 g/bibit (M3) yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak dua kali pada pagi dan sore hari masing-masing sebanyak 2 liter per polybag. Apabila turun hujan, tidak dilakukan penyiraman.

Gulma yang tumbuh di polybag dibersihkan secara manual, sekaligus menggemburkan tanah apabila terdapat pengerasan tanah. Selain itu, dilakukan penyiangan gulma di sekitar polybag.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida delthametrin dan fungisida mancozeb setiap minggu. Konsentrasi yang digunakan adalah 2 ml l-1 dan 2 g l-1 air.

Pengamatan Tanggap Morfologi

Pengamatan tanggap morfologi dilakukan terhadap peubah berikut ini :

1. Tinggi Bibit. Tinggi bibit diukur dari batas leher akar sampai ke ujung daun yang tertinggi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita meter setiap bulan.

2. Luas Daun Ke-empat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan portable leaf area meter pada umur empat bulan. Daun yang diukur adalah daun yang ke-empat dari daun pertama setelah daun tombak.

3. Jumlah Daun. Jumlah daun yang dihitung merupakan daun yang telah membuka sempurna. Daun tombak yang belum membuka sempurna dihitung sebagai daun ke-nol Pengamatan dilakukan setiap bulan.

4. Diameter Batang. Diameter batang kelapa sawit merupakan kumpulan pelepah daun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dan diukur 5 cm di atas permukaan tanah setiap bulan.

Tanggap Fisiologi

Pengamatan tanggap fisiologi dilakukan terhadap peubah berikut ini :

1. Kerapatan Stomata. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali yaitu umur empat dan dua belas . Pengamatan sampel stomata dilakukan dengan cara mengoleskan selulosa asetat (cat kuku bening) di

9

permukaan atas dan bawah daun sekitar 2 cm x 2 cm dan dibiarkan mengering. Kemudian ditempelkan selotip bening pada permukaan daun yang telah diolesi dan ditekan agar pola stomata menempel sempurna. Selotip kemudian dilepaskan dan ditempelkan pada gelas objek. Stomata dapat diamati di bawah mikroskop elektron pada perbesaran 40 x 10. Jumlah stomata dihitung dengan rumus :

a) Kerapatan stomata

Kerapatan stomata = n/luas bidang pandang = x/1 cm2 Keterangan :

n = jumlah stomata/luas bidang pandang x = jumlah stomata/mm2

b) Luas bidang pandang mikroskop (L) L = πr2

Keterangan :

π = 3.14

R = jari-jari bidang pandang (0.5 mm dengan pembesaran 40 x 10)

2. Kandungan Klorofil. Kandungan klorofil diukur melalui pengamatan tingkat kehijauan daun dengan alat SPAD-502 plus chloropyll meter setiap bulan. Alat ini secara digital mengukur kehijauan dan jumlah relatif molekul klorofil yang terdapat di dalam daun dalam satu nilai berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun. Pengukuran dilakukan pada umur 3-8 BSP pada daun ke-4. Sampel daun diletakkan pada titik alat pembaca, kemudian tombol pembaca tersebut ditekan. Pengukuran dilakukan pada tiga titik (pangkal, tengah dan ujung) yang berjarak ± 5 cm dari tepi leaflet. Berdasarkan Farhana et al. (2007) nilai real kandungan klorofil dihitung menggunakan rumus :

y = 0.0007x – 0.0059 Keterangan :

y = kandungan klorofil

x = nilai hasil pengukuran SPAD-502

Analisis Kadar Hara Jaringan Tanaman (N, P, K dan Ca)

Pengukuran kadar hara jaringan dilakukan pada akhir percobaan pada seluruh perlakuan pupuk majemuk NPK dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1. Jaringan tanaman yang dianalisis adalah anak daun (leaflet), pelepah dan akar. Sampel daun yang diambil merupakan daun yang ke-lima. Seluruh sampel kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis sesuai prosedur baku.

Bahan dikeringkan dan dioven pada suhu 80 0C sampai mencapai berat konstan. Bahan dipotong kasar dan dicampur, kemudian diambil ± 10 gram untuk digiling halus dengan grinder sampai dapat lolos mata saring 0.5 mm dan dianalisis di laboratorium (Pusat Penelitian Tanah 2005).

Analisis kandungan N, P, K dan Ca dilakukan melalui analisis destruksi basah. Bahan ditimbang 0.25 g, ditambahkan H2SO4 pekat dan 15 menit pada suhu rendah. Suhu dinaikkan sampai dengan ± 150 0C sampai 30 menit. Kemudian ditambahkan 5 tetes H2O230% secara berulang sampai jernih. Esktrak dipanaskan pada suhu 250 0C sampai cairan tertinggal ± 2.5 ml. Setelah dingin, ekstrak diencerkan dengan aquadest, dikocok dan disaring. Ekstrak cairan destruksi pekat tersebut digunakan untuk penetapan nitrogen.

10

Biomassa

Pengamatan biomassa dilakukan melalui pengamatan bobot kering yang dilakukan pada akhir percobaan pada seluruh perlakuan pupuk majemuk NPK dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1. Bibit kelapa sawit dipanen, kemudian bagian anak daun (leaflet), pelepah dan akar dipisahkan. Kemudian, dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu 80 oC. Setelah itu, ditimbang bobot keringnya.

Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Pada awal percobaan, diambil sampel tanah secara komposit. Sampel tanah diambil pada kondisi kapasitas lapang sedalam ± 20 cm. Kemudian, diambil sebanyak 200 g untuk dianalisis. Analisis tanah yang dilakukan merupakan pengujian rutin lengkap.

Analisis tanah pada akhir percobaan dilakukan pada perlakuan pupuk majemuk NPK 230 g bibit-1 dan 460 g bibit-1 dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1. Pengambilan sampel tanah dilakukan di empat kedalaman tanah yaitu 0-7 cm, 7-14 cm, 14-21 cm dan 21-28 cm. Analisis tanah dilakukan terhadap kadar N, P, K, dan Ca total. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat pola pergerakan N, P, K dan Ca di dalam media tanam.

Neraca Hara N, P, K dan Ca

Perhitungan neraca hara dilakukan di akhir percobaan pada perlakuan pupuk majemuk NPK 230 g bibit-1 pada taraf pupuk kalsium 20 g bibit-1. Perhitungan ini meliputi kadar hara N, P, K dan Ca pada sumber dan recovery nutrient berikut ini: 1. Tanah (awal) (g)

= kadar hara analisis tanah awal (ppm) x bobot kering tanah awal (g) 2. Pupuk (g) = kadar hara pupuk (%) x bobot pupuk sesuai perlakuan (g) 3. Tanah (akhir) (g)

= kadar hara analisis tanah akhir (ppm) x bobot kering tanah akhir (g) 4. Serapan tanaman (akar, pelepah, leaflet) (g)

= kadar hara jaringan (akar, pelepah, leaflet) (%) x bobot kering jaringan (g) 5. Efisiensi pemupukan (%) = (serapan tanaman (g) : pupuk (g)) x 100 % 6. Pupuk yang hilang (%)

= (pupuk (g) – (tanah akhir (g) – tanah awal (g)) – serapan tanaman (g)) x 100 % pupuk (g)

Prosedur Analisis Data

Data dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil sidik ragam pada uji F taraf α 0.05 terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Kontras Polynomial

Ortogonal untuk menelusuri pola respon dari suatu faktor yang bertaraf kuantitatif (Mattjik dan Sumartajaya 2006). Analisis dilakukan dengan program SAS (Statistical Analysis System).

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait