• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media tanam yang digunakan dalam pembibitan kelapa sawit ini adalah campuran top soil tanah latosol dan pupuk organik berupa kompos kotoran sapi dengan perbandingan 7:1. Hasil analisis sampel tanah awal sebelum perlakuan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Tekstur tanah didominasi liat 75.76%, kandungan pasir 4.99% dan debu 19.25%. Reaksi tanah termasuk masam dengan pH (H2O) 4.7, kandungan C-organik tinggi (3.38%), kadar N sedang (0.32%), kadar P tersedia sangat rendah (6.80 ppm) dan kadar K sedang (0.30 me 100 g -1). Hara makro sekunder seperti Ca tergolong rendah (3.30 me 100 g -1) dan Mg tergolong sedang (1.90 me 100 g -1). Kapasitas tukar kation tergolong sedang (19.47%) dan kejenuhan basa sangat rendah (29.84%).

Hasil analisis pupuk organik menunjukkan pH 7.70 dengan kadar C-organik 30.96%, N-total 1.56%, P2O5 1.42%, K2O 2.08% dan hara-hara mikro

(Lampiran 4). Pemberian pupuk organik merupakan upaya untuk menambah bahan organik tanah, meningkatkan pH tanah serta kadar hara tanah sehingga media tanam dapat mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan baik.

Hasil analisis sampel tanah akhir dilakukan pada perlakuan pupuk majemuk NPK 230 g/bibit dan 460 g/bibit pada pupuk kalsium 20 g.bibit-1. Pada perlakuan NPK 230 g.bibit-1 menunjukkan bahwa pH tanah (H2O) termasuk sangat masam (4.2) dengan kapasitas tukar kation rendah (15.59%). Kadar hara N sedang (0.22), kadar P tersedia dan total sangat tinggi (543.40 ppm dan 1312.5 ppm), kadar K tergolong tinggi (0.75 me 100 g-1) dan kadar Ca tergolong sangat rendah (1.04 me 100 g-1). Sedangkan perlakuan dosis NPK 460 g/bibit menunjukkan pH tanah (H2O) termasuk sangat masam (4.2) dengan kapasitas tukar kation sedang (17.99%). Kadar hara N sedang (0.24%), kadar P tersedia dan total sangat tinggi (783.75 ppm dan 3481.35 ppm), kadar K tergolong tinggi (0.73 me 100 g-1) dan kadar Ca tergolong sangat rendah (1.02 me 100 g-1).

Hasil analisis sampel akhir tanah ini menunjukkan bahwa media tanam bibit memiliki reaksi tanah yang sangat masam. Pemberian pupuk majemuk yang dilakukan terus menerus selama delapan bulan dapat menyebabkan penurunan pH tanah akibat tingginya penyerapan N dalam bentuk amonium (NH4+). Ion amonium dikonversi menjadi ion nitrat yang menghasilkan pemasaman (acidification). Marschner (1995) menyatakan bahwa keseimbangan elektron di dalam sel menyebabkan asimilasi ion amonium (NH4+) diimbangi dengan mengeluarkan proton (H+) ke luar sel akar sehingga dapat menyebabkan penurunan pH tanah. Meski demikian, menurut Caliman et al. (1988) cit. Corley dan Tinker (2003) kelapa sawit pada pH 4.67 tidak menghambat pertumbuhan.

Data iklim selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Bogor. Curah hujan rata-rata bulanan berkisar 244.67 mm/bulan, tertinggi pada bulan Februari 548.90 mm dan terendah pada bulan Agustus 79.00 mm. Jumlah hari hujan berkisar 14-31 hari dengan rata- rata 22 hari. Kisaran suhu bulanan 25-26 0C dengan rata-rata 25.91 0C. Lama penyinaran rata-rata 63.40% atau 7.07 jam dengan intensitas penyinaran matahari rata-rata 267.70 Cal/cm2. Kelembaban udara rata-rata 81.80%.

Tanggap Morfologi

Peubah morfologi umumnya dijadikan kriteria bibit kelapa sawit siap salur yaitu tinggi bibit, diameter batang dan jumlah daun (Lampiran 6). Hasil analisis korelasi dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tinggi Bibit

Pupuk majemuk NPK memberikan pengaruh nyata secara kuadratik terhadap tinggi bibit pada umur 4 – 8 bulan setelah tanam (BSP), kecuali pada umur 5 BSP perlakuan berpengaruh nyata secara linier. Pupuk kalsium memberikan pengaruh nyata secara linier terhadap tinggi bibit hanya pada umur 1 BST, selain itu pupuk kalsium tidak berpengaruh nyata (Tabel 1). Pupuk majemuk NPK dan kalsium memberikan pengaruh interaksi secara nyata terhadap tinggi bibit pada umur 3 BSP dengan persamaan regresi : y = 52.8 + 0.719 NPK + 0.098 Ca - 0.0188 NPK2 - 0.0006 Ca2- 0.00887 NPK*Ca.

Tinggi bibit berkorelasi positif nyata dengan kadar P-daun (1.000). Fosfor berperan sebagai substrat metabolisme, regulator hasil fotosintat, penyimpanan dan transfer energi serta pembentukan awal akar. Kadar P sangat tinggi di bagian meristematik (titik tumbuh). Pada pertumbuhan bibit, sebagian besar fotosintat akan dialokasikan ke bagian titik tumbuh yang merupakan sink fotosintat. Oleh karena itu, peningkatan penyerapan fosfor akan meningkatkan tinggi bibit

Tabel 1 Tanggap tinggi bibit kelapa sawit pada berbagai perlakuan pupuk majemuk NPK dan kalsium pada umur 0-8 BSP

Dosis Pupuk (g bibit-1) Umur bibit (BSP) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 ………(cm)....………. Majemuk# 0 39.78 41.49 46.54 52.94 62.58 78.77 89.80 99.90 108.25 115 40.33 43.06 48.13 57.89 70.78 86.50 107.31 121.48 136.04 230 39.89 41.44 47.36 56.87 72.32 86.56 106.69 120.39 136.42 460 41.25 43.75 49.57 59.05 71.71 87.57 107.85 122.11 136.28 Pr 0.6763 0.0829 0.1355 <.0001 <.0001 0.0124 0.0003 <.0001 <.0001 Notasi tn tn tn ** ** * ** ** ** Pr 0.0038 0.0025 0.0054 0.0003 0.0002 <.0001 Pola Responφ tn tn tn Q** Q** L* Q** Q** Q** Kalsium 0 40.89 43.83 48.70 57.09 69.52 84.20 104.49 117.27 131.64 5 39.32 40.68 46.79 55.32 66.56 81.95 100.67 113.78 126.29 10 40.83 42.46 48.69 57.75 71.85 86.72 103.90 117.06 130.52 20 40.21 42.76 47.40 56.60 69.46 86.54 102.59 115.77 128.55 Pr 0.6079 0.0393 0.3583 0.2085 0.0686 0.2920 0.7790 0.6964 0.6157 Notasi tn * tn tn tn tn tn tn tn Pr tn 0.0417 L* tn tn tn tn tn tn tn Pola Responφ Interaksi Pr 0.1792 0.0787 0.1393 0.0223 0.6456 0.7475 0.5011 0.6774 0.5892 Notasi tn tn tn * tn tn tn tn tn

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability, φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik,

BSP : Bulan setelah perlakuan; # : Pupuk diberikan setiap bulan dengan rincian pada Lampiran 2

Diameter Batang

Batang bibit kelapa sawit terdiri atas kumpulan pelepah-pelepah daun yang saling menempel. Pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata secara linier pada umur 3 BSP dan kuadratik pada umur 4-8 BSP, sedangkan pupuk kalsium tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang bibit kelapa sawit (Tabel 2). Diameter batang pada umur 8 BSP secara nyata berkorelasi positif dengan tinggi bibit (0.990) dan kadar P-daun (0.990). Hal ini menunjukkan semakin lebar diameter batang semakin banyak jumlah pelepah daun baru sehingga meningkatkan tinggi bibit. Sama halnya dengan tinggi bibit, peningkatan penyerapan fosfor di jaringan daun akan meningkatkan lebar diameter batang. Tabel 2 Tanggap diameter batang bibit kelapa sawit umur 0-8 BSP pada berbagai

dosis pupuk majemuk NPK dan kalsium

Dosis Pupuk (g bibit-1) Umur (BSP) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 ………..(mm)………. Majemuk 0 10.75 13.59 17.98 23.44 36.95 49.07 56.81 62.52 68.80 115 11.52 15.15 19.16 25.71 44.97 58.17 69.25 76.34 86.01 230 10.92 14.17 19.21 25.39 44.06 58.56 68.14 74.77 85.55 460 10.90 14.16 19.62 25.27 40.31 56.62 66.94 74.38 83.42 Pr 0.309 0.2582 0.0931 0.0078 0.0038 <.0001 0.0002 <.0001 <.0001 Notasi tn tn tn ** ** ** ** ** ** Pr tn tn 0.0034 0.0007 <.0001 <.0001 0.0001 <.0001 Pola Responφ tn L* Q** Q** Q** Q** Q** Kalsium 0 10.96 14.25 19.58 24.83 41.78 55.52 66.25 72.62 82.87 5 10.71 13.31 18.44 24.61 40.03 54.38 63.73 71.61 79.82 10 11.45 15.21 19.14 25.42 43.06 57.17 65.92 72.63 81.27 20 10.97 14.30 18.82 24.95 41.42 55.34 65.23 71.15 79.82 Pr 0.4236 0.1304 0.3587 0.6893 0.5961 0.3602 0.5907 0.8870 0.5788 Notasi tn tn tn tn tn tn tn tn tn Interaksi Pr 0.3436 0.1680 0.6396 0.4686 0.7713 0.1042 0.8678 0.5422 0.7182 Notasi tn tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability, φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik,

BSP : Bulan setelah perlakuan

Jumlah Daun

Pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit pada umur 3-8 BSP, sedangkan pemberian pupuk kalsium tidak berpengaruh nyata (Tabel 3). Peubah jumlah daun merupakan peubah morfologi yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan. Pelepah kelapa sawit yang baru akan tumbuh setiap dua minggu.

Luas Daun

Pupuk majemuk NPK hanya berpengaruh nyata secara linier terhadap luas daun bibit kelapa sawit pada umur 3 BSP, sedangkan pupuk kalsium tidak berpengaruh nyata (Tabel 4).

Tabel 3 Tanggap jumlah daun bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK dan kalsium pada umur 0-8 BSP

Dosis pupuk (g/bibit) Umur bibit (BSP) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 ………(helai)……… Majemuk 0 5.95 7.70 8.83 10.38 11.45 12.72 13.43 13.85 13.97 115 6.13 8.00 9.20 10.85 12.08 13.78 14.82 15.35 15.07 230 6.08 7.85 9.30 11.13 11.77 13.60 14.29 15.07 14.75 460 5.77 7.70 9.07 10.73 11.38 13.29 14.08 14.78 14.28 Pr 0.2059 0.3928 0.1636 0.0104 0.0424 0.0063 0.0097 0.0004 0.0115 Notasi tn tn tn * * ** ** ** ** Pr tn tn tn 0.0393 0.0095 0.0025 0.0012 0.0004 0.0022 Pola Responφ Q* Q** Q** Q** Q** Q* Kalsium 0 6.12 7.92 9.20 10.85 11.76 13.42 14.27 14.83 14.75 5 5.87 7.50 8.92 10.68 11.55 13.42 14.35 14.95 14.60 10 5.97 7.80 9.10 10.72 11.57 13.43 14.02 14.55 14.42 20 5.98 8.03 9.18 10.85 11.80 13.12 13.99 14.71 14.30 Pr 0.5976 0.0687 0.5278 0.7851 0.6795 0.6719 0.3871 0.6382 0.5460 Notasi tn tn tn tn tn tn tn tn tn Interaksi Pr 0.2590 0.1186 0.6660 0.2228 0.4924 0.2981 0.8004 0.5850 0.5955 Notasi tn tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability, φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik,

BSP : Bulan setelah perlakuan

Tabel 4 Tanggap luas daun ke-empat bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK dan kalsium pada umur 0-3 BSP

Dosis Pupuk (g bibit-1) Umur bibit (BSP) 0 1 2 3 ……….(cm2)……… Majemuk 0 70.32 158.14 199.67 345.75 115 78.45 170.64 204.27 471.45 230 74.80 163.69 214.96 445.31 460 74.45 173.69 218.23 460.14 Pr 0.4989 0.6706 0.1806 0.0052 Notasi tn tn tn * Pola Responφ tn tn tn 0.0016 Notasi L* Kalsium 0 76.58 174.98 209.84 433.50 5 68.63 154.99 198.31 377.47 10 79.93 172.94 208.19 453.56 20 72.89 163.25 220.78 458.11 Pr 0.1742 0.4466 0.1475 0.1151 Notasi tn tn tn tn Pola Responφ tn tn tn tn Notasi Interaksi Pr 0.1850 0.4239 0.0909 0.5093 Notasi tn tn tn tn

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability, φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik,

Pertumbuhan bibit kelapa sawit didukung oleh pemeliharaan yang baik terutama kecukupan air dan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menambah unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Hara media tanam bibit dalam polybag sangat terbatas untuk mendukung pertumbuhan bibit selama 8 bulan, sedangkan akar bibit kelapa sawit tidak sepenuhnya dapat menembus tanah untuk mencari air dan hara.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum, tidak terdapat pengaruh interaksi antara pupuk majemuk NPK dan pupuk kalsium terhadap peubah tanggap morfologi, kecuali pada tinggi bibit 3 BSP. Pupuk majemuk NPK secara nyata berpengaruh sejak umur 3 BSP. Menurut Nazari (2008) pupuk majemuk NPK dapat menyediakan unsur hara lengkap dan tersedia bagi bibit kelapa sawit setelah 3 bulan aplikasi pemupukan. Wu et al. (2008) menyatakan bahwa pupuk majemuk NPK bersifat slow release yaitu melepaskan hara N, P dan K perlahan sehingga tersedia lambat bagi tanaman. Pemberian NPK 15-15-15 menurut Jannah et al. (2012) dapat memberikan pengaruh terbaik pada tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit umur 4, 5 dan 6 bulan di main nursery.

Secara umum, pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh secara kuadratik sejak umur 3 BSP hingga 8 BSP, kecuali pada tinggi bibit 5 BSP, diameter batang dan luas daun 3 BSP yang dipengaruhi secara linier. Pengaruh linier menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian dosis pupuk, pertumbuhan tanaman akan semakin meningkat. Pengaruh kuadratik menunjukkan penurunan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada dosis pupuk majemuk NPK 460 g bibit-1, sehingga terbentuk pola parabola (kuadratik). Penelitian ini menunjukkan walaupun dosis pupuk yang diberikan sudah melewati dosis optimum, tetapi belum menuanjukkan gejala toksisitas hara.

Perlakuan tanpa pupuk majemuk pada umur 8 BSP menunjukkan tinggi bibit 108.25 cm, diameter batang 68 mm dan jumlah daun 14 helai. sedangkan perlakuan pemberian pupuk majemuk dosis 230 g bibit-1 menunjukkan tinggi bibit 136 cm, diameter batang 85 mm dan jumlah daun 15 helai. Pertumbuhan bibit kelapa sawit pada perlakuan tanpa pupuk majemuk hanya didukung oleh hara yang terkandung di dalam tanah serta hara yang disediakan oleh pupuk organik. Berdasarkan hasil analisis pupuk organik (Lampiran 4), menunjukkan bahwa pada pupuk organik yang diberikan terdapat N 5.71 g, P 2.16 g dan K 6.22 g.

Pemberian pupuk majemuk berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit yang merupakan upaya untuk memenuhi kriteria bibit siap salur. Bibit kelapa sawit siap salur sesuai standar pada umur 12 bulan sejak pre nursery ditandai dengan tinggi bibit 159.6 cm, diameter batang 80.00 mm dan jumlah daun 22.5 helai (Lampiran 7). Tinggi bibit perlakuan pupuk majemuk dosis 230 g bibit-1 pada umur 8 BSP pada percobaan ini setara dengan umur 12 bulan sejak pre main nursery mencapai 85.48 % dari standar bibit kelapa sawit siap salur. Sementara diameter batang dan jumlah daun masing-masing mencapai 106.92%, dan 65.56% dari standar bibit kelapa sawit siap salur.

Pupuk kalsium tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit hasil percobaan ini. Dosis tertinggi kalsium dari percobaan ini belum meningkatkan pertumbuhan morfologi tanaman. Hal tersebut sejalan dengan Costa (2012) bahwa pupuk anorganik dosis tinggi yang mengandung N, P2O5, K2O dan S berpengaruh lebih besar terhadap hasil tanaman dibandingkan

pemberian kapur pertanian. Ca bersifat immobil (tidak bergerak) dan diserap secara pasif (aliran massa). Menurut Bouman et al. (2012) kapur pertanian belum berpengaruh nyata pada pertumbuhan fase juvenil tanaman yellow birch.

Tanggap Fisiologi Kandungan Klorofil

Pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata secara linier pada 3 BSP dan kuadratik pada 5, 6 dan 8 BSP terhadap kandungan klorofil, sedangkan

pemberian pupuk kalsium tidak berpengaruh nyata (Tabel 5). Pengaruh kuadratik pupuk majemuk NPK menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk dapat menyebabkan penurunan kandungan klorofil daun.

Tabel 5 Kandungan klorofil kaun bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK dan kalsium pada umur 3-8 BSP

Dosis pupuk

(g bibit-1) 3 4 5 Umur bibit (BSP) 6 7 8

……….. (mg cm-2)………. Majemuk 0 0.036 0.035 0.038 0.037 0.039 0.036 115 0.041 0.039 0.041 0.039 0.040 0.040 230 0.039 0.037 0.042 0.038 0.039 0.042 460 0.039 0.036 0.041 0.036 0.039 0.041 Pr 0.0216 0.1086 0.024 0.0076 0.2953 0.0009 Notasi * tn * ** tn ** Pola Responφ 0.0069 tn 0.0391 0.0019 tn 0.0054 Notasi L* Q* Q** Q** Kalsium 0 0.040 0.037 0.041 0.038 0.039 0.039 5 0.038 0.036 0.041 0.038 0.039 0.039 10 0.039 0.037 0.041 0.037 0.038 0.040 20 0.040 0.036 0.039 0.038 0.040 0.039 Pr 0.2027 0.6481 0.8742 0.9330 0.2131 0.8529 Notasi tn tn tn tn tn tn Pola Responφ tn tn tn tn tn tn Notasi Interaksi Pr 0.9836 0.2060 0.6943 0.3507 0.3074 0.7503 Notasi tn tn tn tn tn tn

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability, φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik,

BSP : Bulan setelah perlakuan

Kandungan klorofil umur 8 BSP secara nyata berkorelasi positif erat dengan tinggi bibit (0.954) dan kadar P-daun (0.951). Korelasi ini menunjukkan bahwa kandungan klorofil memiliki hubungan erat dengan peubah pertumbuhan tanaman karena klorofil merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis. Fosfor secara fisiologis berperan sebagai sintesis ATP, asam nukleat, fosfolipid dan hekso fosfat. Hekso fosfat berfungsi dalam transformasi CHO dalam fotosintesis. Peningkatan kadar P-daun berkaitan erat dengan peningkatan kandungan klorofil.

Kandungan klorofil daun sangat berkaitan dengan kecukupan hara nitrogen. Nitrogen merupakan salah satu penyusun utama klorofil bersama Mg. Mobilitas nitrogen sangat tinggi di dalam jaringan sel. Menurut Ai dan Banyo (2011),

konsentrasi klorofil ditentukan oleh penyerapan hara nitrogen dan magnesium yang berperan penting dalam sintesis klorofil. Akumulasi nitrogen yang tinggi akan ditranslokasikan ke jaringan yang lebih muda.

Kerapatan Stomata

Interaksi pupuk majemuk NPK dan pupuk kalium berpengaruh secara nyata terhadap kerapatan stomata bibit kelapa sawit pada umur 3 BSP. Akan tetapi, pada umur 8 BSP baik interaksi maupun faktor tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan stomata (Tabel 6).

Tabel 6 Kerapatan stomata daun bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK dan kalsium pada umur 3 dan 8 BSP

Dosis pupuk (g bibit-1) Umur bibit (BSP) 3 8 ..………..(stomata mm-2)……….……..…. Majemuk 0 132.25 120.16 115 128.14 109.08 230 104.02 118.21 460 122.29 111.33 Pr 0.0010 0.3520 Notasi ** tn Pola Responφ 0.001 Notasi Q** tn Kalsium 0 122.94 114.50 5 128.35 112.55 10 122.94 109.31 20 112.47 122.42 Pr 0.1341 0.3133 Notasi tn tn Pola Responφ tn tn Notasi Interaksi Pr 0.0001 0.9234 Notasi ** tn

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability,

φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik, : Bulan setelah

perlakuan

Pengaruh kuadratik pupuk majemuk NPK terlihat pada umur 3 BSP. Hal tersebut dikarenakan aktivitas stomata sangat dipengaruhi oleh hara kalium yang terkandung dalam pupuk majemuk NPK. Menurut Corley dan Tinker (2003) kalium merupakan regulator osmosis di dalam tanaman yang menjaga tekanan turgor sel-sel penjaga di dalam stomata yang merupakan tempat masuknya suplai CO2 bagi fotosintesis tanaman. Defisiensi kalium dapat mengurangi konduktansi stomata yang menyebabkan stomata menutup sehingga membatasi suplai CO2. Kadar Hara Jaringan Tanaman

Kadar hara jaringan tanaman menggambarkan kandungan hara yang terdapat di dalam jaringan tanaman sehingga dapat menunjukkan tingkat

kecukupan, defisiensi dan kelebihan hara. Analisis dilakukan terhadap jaringan akar, pelepah dan daun (leaflet) bibit kelapa sawit pada seluruh perlakuan pupuk majemuk NPK taraf dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1 pada umur 8 BSP (Tabel 7). Tabel 7 Kadar hara N, P, K dan Ca pada jaringan akar, pelepah dan daun (leaflet)

bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK taraf dosis pupuk kalsium 20 g bibit -1 pada umur 8 BSP

Dosis Pupuk (g/bibit)

Kadar Hara Akar Kadar Hara Pelepah Kadar Hara Daun

N P K Ca N P K Ca N P K Ca ………..(%)……….……..…. Majemuk 0 0.93 0.06 0.61 0.36 0.55 0.06 0.49 0.51 2.14 0.07 0.58 1.05 115 1.36 0.12 1.30 0.27 0.67 0.11 1.70 0.42 2.21 0.12 1.08 1.02 230 1.28 0.12 1.42 0.26 0.65 0.11 1.21 0.41 2.59 0.12 1.16 1.01 460 1.67 0.14 1.50 0.31 1.03 0.12 1.70 0.48 2.68 0.12 1.38 0.96 Pr 0.28 0.004 0.14 0.69 0.26 0.02 0.09 0.62 0.0006 0.07 0.0002 0.65 Notasi tn ** tn tn tn * tn tn ** tn ** tn Pr tn 0.0013 tn tn tn 0.0071 tn tn 0.0001 tn 0.045 tn Pola responφ L* L** L** Q*

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability,

φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik, : Bulan setelah

perlakuan

Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh sangat nyata secara linier pada kadar hara P-akar, P-pelepah dan N-daun. Pengaruh linier menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk majemuk NPK dapat meningkatkan kandungan hara di dalam jaringan tanaman. Lampiran 8 menunjukkan kadar P-pelepah berkorelasi erat positif nyata dengan kadar P-akar (0.995), K-akar (0.993), dan P-daun (0.985). Kadar P-akar berkorelasi erat positif nyata dengan K-akar (0.987) dan P-daun (0.962). Menurut Munawar (2011) unsur K sinergis dengan unsur P untuk memacu pertumbuhan akar.

Kadar hara daun pada Tabel 8 menunjukkan bahwa keseimbangan hara dapat tercapai oleh hara Ca dan K pada perlakuan pupuk majemuk NPK 230 dan 460 g bibit-1. Menurut Nainggolan (2002) cit. Harahap et al. (2005) kadar keseimbangan hara pada pelepah daun ke-9 bibit kelapa sawit umur 9 bulan antara lain : N 3-3.5%, P 0.15-0.17%, K 1.20-1.40% dan Ca 0.50-0.70%.

Sebagian besar kadar hara daun sudah melewati titik kritis hara (critical nutriet level) pada perlakuan pupuk majemuk NPK 230 dan 460 g bibit-1, kecuali kadar P. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK dapat meningkatkan kadar hara jaringan sehingga dapat mencapai dosis optimum pemupukan. Kadar hara N, K dan Ca masing-masing mencapai 2.59%, 1.38% dan 1.01%, sedangkan kadar P mencapai 0.12%. Menurut Ochs dan Olvin (1977) cit. Fairhurst dan Mutert (1999) nilai titik kritis N, P, K dan Ca baik pada daun ke-9 atau ke-17 masing-masing 2.5-2.75%, 0.15-0.16%, 1.00-1.25% dan 0.6%.

Kadar hara nitrogen daun bibit kelapa sawit hasil percobaan ini belum mencapai kecukupan hara karena pada hasil analisis jaringan daun (Tabel 2) menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh sangat nyata secara linier terhadap peningkatan kadar N-daun. Pemberian dosis tinggi pupuk majemuk NPK masih meningkatkan kadar N-daun.

Kadar K-daun yang dipengaruhi secara kuadratik menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK sudah mencapai dosis optimum. Kelebihan hara di jaringan segera ditranslokasi ke jaringan yang lebih muda karena mobilitas kalium sangat tinggi di dalam jaringan.

Kadar hara K-daun stabil dari pembibitan sampai penanaman di lapang yaitu sekitar 1-1.3% (Goh dan Härdter 2003). Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian pupuk majemuk memiliki kadar hara K-daun yang tidak cukup mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit (0.58%) dibandingkan perlakuan yang diberi pupuk majemuk (1.08-1.38%).

K-daun secara nyata berkorelasi erat positif dengan N-akar (0.959), P-akar (0.991) K-akar (0.978) dan P-pelepah (0.976). Hasil korelasi ini menunjukkan bahwa serapan kalium di jaringan daun akan meningkat seiring dengan peningkatan penyerapan hara N, P dan K di akar serta hara P di pelepah. Menurut Halim (2012), pemberian pupuk kalium dapat meningkatkan bobot kering akar yang menyebabkan peningkatan luas permukaan akar sehingga penyerapan hara menjadi lebih besar.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa Ca-daun berkorelasi negatif nyata dengan N-akar (-0.958) dan N-pelepah (-0.967), sedangkan Ca-pelepah berkorelasi erat positif nyata dengan Ca-akar (0.978). Nitrogen dan kalsium bersifat antagonistik. Menurut Marchsner (1995), kalsium masuk ke dalam jaringan tanaman melalui aliran massa yang ikut bersama transpirasi tanaman. Semakin tinggi konsentrasi Ca-akar, maka kadar Ca-pelepah pun akan meningkat. Kadar Ca-daun lebih tinggi dibandingkan kadar Ca-pelepah dan akar. Penelitian Tagliavinia et al. (2005) pada strawberry menunjukkan bahwa sebagian besar kalsium diakumulasi dan ditemukan pada daun.

Biomassa

Biomassa tanaman diukur dari bobot kering tanaman yang mencerminkan hasil fotosintesis tanaman selama masa pertumbuhan bibit selama 8 bulan di main nursery. Bobot kering ini diukur pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK pada dosis pupuk kalsium 20 g bibit -1 pada umur 8 BSP (Tabel 8).

Bobot kering daun berkorelasi positif dengan kadar K-daun (0.958) dan berkorelasi negatif dengan kadar Ca-daun (-0.989). Peningkatan penyerapan kalium berkaitan erat dengan peningkatan bobot kering daun. Kalium berperan dalam enzim-enzim fotosintesis, translokasi karbohidrat dan penyerapan CO2 pada mulut daun. Berbeda dengan kadar Ca-daun, peningkatan bobot kering daun berkorelasi nyata dengan penurunan kadar Ca-daun. Ca merupakan kation bervalensi dua (divalen) yang diserap secara pasif melalui aliran massa (transpirasi). Penyerapan akan menurun dengan banyaknya penyerapan kation bervalensi satu seperti K.

Hasil pengamatan biomassa bibit kelapa sawit pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK pada dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1 berpengaruh nyata secara linier terhadap bobot kering pelepah, sedangkan bobot kering akar dan leaflet tidak dipengaruhi secara nyata oleh pemberian pupuk majemuk NPK dan kalsium.. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk, semakin tinggi bobot kering pelepah. Pemberian pupuk dapat

mendukung metabolisme tanaman dengan baik sehingga meningkatkan proses fotosisntesis di dalam tanaman yang ditunjukkan oleh pelepah daun sebagai sink fotosintat terkuat dibandingkan anak daun dan akar. Menurut Darmawan (2006) pemberian dosis nitrogen 400 g tanaman-1 pada bibit kelapa sawit dapat meningkatkan laju fotosintesis sehingga meningkatkan akumulasi bahan kering. Tabel 8 Bobot kering anak daun (leaflet), pelepah dan akar bibit kelapa sawit

pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK taraf dosis pupuk kalsium 20 g bibit -1 pada umur 8 BSP

Dosis pupuk (g bibit-1) Bobot kering (g) Anak daun (leaflet) Pelepah Akar Majemuk 0 111.92 189.95 83.40 115 138.89 264.04 80.11 230 163.66 320.92 94.04 460 225.66 452.21 87.41 Pr 0.1049 0.0376 0.6654 Notasi tn * tn Pola Responφ tn 0.0104 tn Notasi L*

Keterangan : *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%, Pr : probability,

φ: Uji kontras polinomial ortogonal; L : Linier; Q: Kuadratik, : Bulan setelah

perlakuan

Dinamika Hara

Dinamika hara menunjukkan pergerakan kadar hara di dalam tanah. Pergerakan hara diamati pada perlakuan dosis pupuk majemuk NPK 230 g bibit-1 dan 460 g bibit-1 pada dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1 (Gambar 1). Pengamatan ini dilakukan dari pangkal ke dasar polybag pada kedalaman 7, 14, 21 dan 28 cm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar hara total N, P dan K pada dosis pupuk majemuk NPK 460 g bibit-1 lebih tinggi dibandingkan dosis 230 g bibit-1, kecuali untuk kadar Ca. Kadar Ca lebih tinggi pada 230 g bibit-1 dibandingkan 460 g bibit-1. Menurut Murdi (2007) tanah yang memiliki Ca-dd tinggi akan menentukan pertukaran kation ke dalam jaringan tanaman.

Gambar 1 menunjukkan bahwa lapisan 7 cm memiliki kadar hara yang lebih tinggi dibandingkan lapisan 28 cm untuk hara P, K dan Ca, kecuali N. Kadar N lebih tinggi pada lapisan 28 cm dibandingkan lapisan 7 cm. Hebbar et al. (2004) menyatakan bahwa NO3-N dan K mudah tercuci. NO3- bersifat sangat larut air, tidak dijerap oleh kompleks jerapan tanah sehingga nitrogen mudah hilang karena aliran permukaan dan pencucian hara.

Kadar hara P pada lapisan 7 cm lebih tinggi dibandingkan lapisan 28 cm (Gambar 1). Hal tersebut dikarenakan pergerakan P sangat lambat dan tidak mudah tercuci. Menurut Munawar (2011) fiksasi (jerapan) fosfor tinggi karena P sangat reaktif terhadap partikel liat, Fe, Al dan kation Ca dan Na sehingga tidak

tersedia bagi tanaman. Akibatnya, P terfiksasi akan tertinggal di daerah perakaran tanaman dan secara perlahan akan tersedia bagi tanaman.

Kadar Ca lebih tinggi pada lapisan dekat permukaan tanah (Gambar 1). Goh dan Härdter (2003) menjelaskan bahwa Ca dari kapur pertanian (CaCO3) memiliki kelarutan yang sangat rendah sehingga lepas perlahan (slow release) tersedia bagi tanaman. Setelah aplikasi hanya mencapai 5 – 10 cm dari permukaan tanah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Thchienkoua dan Zech (2004) yang melaporkan Ca terakumulasi di lapisan permukaan tanah pada pertanaman Eucalyptus grandis.

(a) (c)

(b) (d)

Gambar 1 Dinamika pergerakan hara N, P, K dan Ca pada perlakuan dosis pupuk majemuk NPK 230 g bibit-1 () dan 460 g bibit-1 (●●●●) pada dosis pupuk

Dokumen terkait