• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengumpulkan data penelitian pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, dapat mendeskripsikan sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan. Alasan pemilihan sekolah ini adalah setelah dilakukan random terhadap semua SMA di Medan, maka yang terpilih untuk SMA Negeri adalah SMA Negeri 6 dan untuk SMA swasta adalah SMA Methodist 2.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada semester 6 dan semester 7 yaitu antara bulan Februari hingga November 2010.Waktu Pengumpulan data pada Oktober 2010.

4.3. Populasi dan sampel penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan tahun 2010. Populasi penelitian pada SMA tingkat 3 Methodist 2 berjumlah 638 orang, sedangkan pada SMA tingkat 3 Negeri-6 berjumlah 214 orang.

Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik cluster sampling .Cara ini sangat efisien apabila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan tahun 2010.

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :

n = Z

²

1-

[P

1

(1-P

1

) + P

2

(1-P

2

)]

d

²

n = besar sampel minimum Z1-α/2 = standar deviasi normal= 1,96

P1 = Proposi dari anak-anak SMA yang mempunyai pengetahuan tentang HIV/AIDS ,yaitu 50% (0,5).

P2 = Proposi dari anak-anak SMA yang tidak mempunyai pengetahuan tentang HIV/AIDS ,yaitu 50% (0,5). d = derajat ketepatan yang diinginkan = 0,1

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah : n = Z21-α/2 [ P1 (1- P1) + P2 (1- P2) ]

d2

n = 1,962 [ 0,5 (1-0,5) + 0,5 (1-0,5) ] 0,12

n = 192,08 digenapkan menjadi 200 orang

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling. Sampel tersebut didistribusikan merata pada pelajar SMA tingkat 3 : a. SMA Methodist-2 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang

b. SMA Methodist-2 kelas 3 IPS : ¼ x 200 = 50 orang c. SMA Negeri-6 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang d. SMA Negeri-6 kelas 3 IPS : ¼ x 200 = 50 orang

4.4. Instrumen Penelitian 4.4.1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran gambaran pengetahuan pelajar SMA mengenai HIV/AIDS dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawanban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah akan diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap- tiap pertanyaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan No. Urut Pertanyaan Nilai/score A B C D Bahagian Pengetahuan 1. 0 0 0 1 2. 0 0 0 1 3. 1 0 0 0 4. 0 0 0 1 5. 0 1 0 0 6. 1 0 0 0 7. 0 0 1 0 8. 0 0 0 1 9. 0 1 0 0 10. 0 1 0 0

Dengan memakai skala pengukuran ,yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden,yaitu :

a. Skor 8-10 : baik

b. Skor 4-7 : sedang

c. Skor ≤ 3 : kurang

4.4.2. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap pelajar SMA mengenai HIV/AIDS dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Dengan menggunakan Likert Scale yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Penyusunan kuesioner ini juga dikelompokkan dalam 5 pertanyaan favorable dan 5 pertanyaan unfavorable.Jawaban dalam pertanyaan favorable mengandung nilai- nilai positif dan nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 4

setuju = nilai 3

tidak setuju = nilai 2

Sedangkan jawaban dalam pertanyaan unfavorable mengandung nilai-nilai negatif dn nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 1

setuju = nilai 2

tidak setuju = nilai 3

sangat tidak setuju = nilai 4

Tabel 4.2

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap No. Urut Pertanyaan Nilai/score SS S TS STS Bahagian Sikap 1. 4 3 2 1 2. 4 3 2 1 3. 1 2 3 4 4. 1 2 3 4 5. 4 3 2 1 6. 4 3 2 1 7. 1 2 3 4 8. 1 2 3 4 9. 1 2 3 4 10. 4 3 2 1

Keterangan : SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

Dengan memakai skala pengukuran ,yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner sikap.

b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner sikap.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner sikap.

Maka penilaian terhadap sikap responden,yaitu :

a. Skor 31-40 : baik

b. Skor 16-30 : sedang

c. Skor <16 : kurang

4.5. Metode Pengumpulan Data

4.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah murid SMA tingkat 3.

4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas telah dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai. Uji validitas ini telah dilakukan dengan memberikan keusioner kepada satu populasi yang mirip dengan populasi yang akan kita uji. Uji reliabilitas telah dilakukan untuk memastikan hasil pengukuran adalah tetap konsistent. Ini bermakna hasilnya haruslah sama kalau pengumpulan data

diulangi lagi. Uji validitas dan uji reliabilitas telah dilakukan pada populasi yang terdiri dari 20 orang setelah berakhirnya seminar proposal. Uji validitas telah dilakukan secara validity of construct dan validity of content. Validity of construct telah dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasilnya adalah 5 pertanyaan yang valid untuk bagian pengetahuan, dan 5 pertanyaan yang valid untuk bagian sikap. Validity of content dilakukan dengan meminta pendapat pakar. Hasilnya adalah 10 pertanyaan yang valid untuk bagian pengetahuan, dan 10 pertanyaan yang valid untuk bagian sikap.

4.6. Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian ataupun scoring method. Dalam bagian pertama, untuk setiap jawaban pelajar SMA yang benar akan mendapat skor 1. Untuk setiap jawaban pelajar SMA yang salah akan mendapat skor 0. Skor tertinggi yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 10 dan skor yang terendah yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 0. Untuk Bagian kedua, skor 1, 2, 3 dan 4 akan diberi berdasarkan ketepatan jawaban pelajar SMA. Skor tertinggi yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 40 dan skor terendah yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 10.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan pembagian kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa di bawa pulang. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan pada hasil penelitian ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan. Pengambilan data di SMA Negeri 6 yang berlokasi di Jalan Ansari No.34 Medan, manakala SMA Methodist 2 berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No.96 Medan. Ada 2 ruangan pada SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 yang dijadikan tempat pengambilan data, yaitu: ruangan IPA dan IPS. Pengumpulan data dari kedua sekolah ini dilakukan pada bulan Oktober 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 tingkat 3, dengan jumlah responden masing-masing sekolah adalah sebanyak 100 orang.. Total responden adalah sebanyak 200 orang.

Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi, karena dalam penelitian ini hanya ingin melihat gambaran pengetahuan dan sikap dari responden terhadap HIV/AIDS . Peneliti tidak membandingkan pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F (frekuensi ) %

Laki-laki 88 44,0

Perempuan 112 56,0

Jumlah 200 100

Dari tabel di atas, dapat menyimpulkan bahwa responden terbanyak terdiri dari responden dengan jenis kelamin perempuan (56,0 %). Responden laki-laki adalah sebesar 44,0 %

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Terhadap HIV/AIDS

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan pelajar SMA terhadap HIV/AIDS. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mengawali pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS.Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Table 5.2.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable Pengetahuan

NO Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1. Kepanjangan dari HIV 138 69,0 62 31,0

2. Kepanjangan dari AIDS 164 82,0 36 18,0

3. Penyebab penyakit AIDS 188 94,0 12 6,0

4. Masa perkembagan HIV menjadi AIDS

129 64,5 71 35,5

5. Kelompok pertama kali ditemuka n HIV

50 25 150 75

6. Penderita AIDS pertama di Indonesia

35 17,5 165 82,5

7. Propinsi pertama kali AIDS muncul di Indonesia

105 52,5 95 47,5

8. Cara penularan HIV 192 96 8 4

9. Kontraseptif yang paling berguna untuk mencegah HIV

178 89 22 11

10. Cara penyebaran HIV 56 28 144 72

Berdasarkan tabel di atas, pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pernyataan tentang cara penularan HIV (96,0 %), dan pernyataan tentang penyebab penyakit AIDS (94%). Sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab salah adalah pada pernyataan tentang penderita AIDS pertama di Indonesia (82,5%) dan pernyataan tentang kelompok pertama kali ditemukan HIV (75,0 %) .

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu baik,sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan memiliki pengetahuan baik bila menjawab 8-10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 4-7

pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan pengetahuan kurang bila menjawab lebih kecil atau sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar .Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan F (frekuensi) %

Baik 32 16,0

Sedang 163 81,5

Kurang 5 2,5

Total 200 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase yang paling kecil yaitu 2,5% , tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 81,5% dan tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 16,0 %.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu sekolah kerajaan yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk pengetahuan pada table 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Kategori Pengetahuan Pengetahu-an Baik Pegetnahu-an SedPegetnahu-ang Pengetahu-an KurPengetahu-ang Total f % f % f % f % Asal Sekolah Responden Negeri 6 17 8,5 79 39,5 4 2,0 100 50, 0 Methodi -st 2 15 7,5 84 42,0 1 0,5 100 50, 0 Total 32 16,0 163 81,5 5 2,5 200 100

Dari tabel tersebut, tingkat pengetahuan kurang memiliki nilai yang paling kecil pada kedua sekolah SMA tersebut ,yaitu sebesar 2,0% dan 0,5%. Tingkat pengetahuan sedang sekolah SMA Methodist 2 memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah SMA Negeri 6 yaitu 42,0%.Sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik,SMA Negeri 6 memiliki hasil 8,5% dan SMA Methodist 2 memiliki hasil 7,5%.

5.1.3.2. Sikap Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 terhadap HIV/AIDS

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap terhadap HIV/AIDS. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variable sikap dapat dilihat pada table 5.5. di bawah ini.

Table 5.5.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable Sikap

Jawaban Responden

No. Pernyataan Sangat

Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju f % f % f % f % 1. Penderita AIDS tidak

dijaukan dari masyarakat

48 24,0 103 51,5 42 21,0 7 3,5

2. Anda berminat untuk tambah informasi HIV/AIDS

69 34,5 108 54,0 22 11,0 1 0,5

3. Anda menjauhi diri dari penderita HIV/AIDS

37 18,5 121 60,5 37 18,5 5 2,5

4. Anda membantah terhadap pendidikan seks

37 18,5 99 49,5 40 20,0 24 12,0

5. Anda setuju terhadap konsultasi masalah AIDS pada Koran/majalah

54 27,0 125 62,5 21 10,5 0 0,0

6. Anda setuju penggunaan kondom, untuk mencegah AIDS

62 31,0 103 51,5 26 13,0 9 4,5

7. Anda tidak membantu pemerintah untuk cegah penyebaran AIDS

55 27,5 109 54,5 25 12,5 11 5,5

8. Anda menolak melaku pencegahan dari infeksi AIDS

81 40,5 90 45,0 11 5,5 18 9,0

9. Jika anda positif HIV, apakah menyembunyikan

23 11,5 107 53,5 59 29,5 11 5,5

10. Anda berminat mengikuti test AIDS

69 34,5 99 49,5 22 11,0 10 5,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat setuju adalah pada pertanyaan mengenai responden akan menolak melakukan pencegaham dari infeksi AIDS, yaitu sebesar 40,5%. Pertanyaan sikap yang paling banyak dijawab dengan setuju adalah pada pernyataan tentang responden akan mengkonsultasi masalah AIDS pada Koran / majalah ,yaitu sebesar 62,5%. Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan tidak setuju adalah pada pernyataan tentang responden akan menyembuyikan jika mereka positif HIV sebesar 29,5%. Manakala pertanyaan

sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat tidak setuju adalah pada pernyataan tentang responden akan membantah terhadap pendidikan seks sebesar 12,0%.

Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 31-40 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki sikap sedang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 16-30 dan dikatakan bersikap kurang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai sama dengan atau di bawah 15. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap pelajar SMA Negeri 6 medan dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Sikap f (frekuensi) %

Baik 84 42

Sedang 116 58

Kurang 0 0

Total 200 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki persentase 42,0% sedangkan sikap yang dikategorikan sedang memiliki persentase yang paling banyak yaitu 58,0% dan pada penelitian ini tidak didapatkan sikap dengan kategori kurang.

Pada penelitian ini juga dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu sekolah Negeri yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk sikap pada tabel 5.7.

Tabel 5.7.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Sikap Kategori Sikap Sikap Baik Sikap Sedang Sikap Kurang Total f % f % f % f % Asal Sekolah Responden Negeri 6 49 24,5 51 25,5 0 0,0 100 50, 0 Methodist 2 35 17,5 65 32,5 0 0,0 100 50, 0 Total 84 42,0 116 58 0 0,0 200 100

Dari tabel diatas, kedua sekolah tersebut tidak ada pelajar SMA tingkat tiga dengan sikap yang kurang terhadap HIV/AIDS. Sikap sedang merupakan nilai yang terbanyak pada sekolah SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dengan nilai 25,5% dan 32,5%.Sikap baik pada masing-masing SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 bernilai 24,5% dan 17,5%.

5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang diketahui. (Soanes, 2001). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembahagian kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden terhadap HIV/AIDS pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Dari hasil pengetahuan diperoleh sebanyak 138 responden (69.0%) telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kepanjangan dari HIV , 164 responden (82,0%) telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kepanjangan dari AIDS , 188 responden (94%) telah memiliki pengetahuan tentang penyabab penyakit AIDS dan 129 responden (64,5%) telah memiliki pengetahuan yang baik tentang

masa perkembangan HIV menjadi AIDS.Hal ini juga dinyatakan menurut Lili bahwa pelajar sekarang umumnya mendapat informasi dari sekolah,televise, majalah dan buku.Namun ada yang dapat dari keluarga dan rakan- rakan. Umumnya mereka mendapat informasi yang memadai dan ringkas mengenai definisi, penyebab, masa inkubasi dan risiko mendapat HIV/AIDS. (Lili Rahayuwati,2007).

Sebanyak 50 responden ( 25,0%) memiliki pengetahuan baik terhadap kelompok pertama kali ditemukan HIV, seperti yang ditemukan bahwa AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Center for disease Control Prevention A.S mencatat adanya Pneumonia Pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan olehPneumosystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles (CDC,2010).

Pada 15 April 1987, kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan.

Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali (Depkes ,2000). Sebanyak 35 responden (17,5%) mempunyai pengetahui yang baik mengenai penderita AIDS pertama di Indonesia dan 105 responden (52,5%) mengetahui mengenai propinsi pertama kali AIDS di Indonesia.

Sebanyak 192 responden (96,0%) yang menjawab dengan benar tentang cara penularan HIV dan 56 responden (28,0%) mempunyai pengetahuan baik

tentang cara penyebaran HIV/AIDS. Ini bermakna 96,0% dari responden tahu

bahwa pemakaian alat suntik bekas penderita AIDS dan transfusi darah serta hubungan seksual dapat menularkan HIV/AIDS dan 28,0% respomden tahu virus ini tidak akan menyebar melalui kontak biasa . Hal ini dapat dilihat dari penelitian Ririn berdasarkan data dari Departemen Kesehatan tahun 1991 hingga 2005 diperoleh data proporsi di Kota Bandung , resiko terbesar tertular HIV dimiliki oleh pemakai narkoba suntik (IDU=Injecting Drug Users) sebesar 63% ,heterosexual 26%, gay/homo 7%, waria 3% dan intra uterine 1% (Ririn Sispiyati ,2009).

Sebanyak 178 responden (89,0%) mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling berguna untuk mencegah infeksi HIV, hal ini sesuai dengan sarana yang dianjurkan dari Centre for Disease Control and Prevention(CDC, 2008) .

Secara keseluruhan, diperoleh sebanyak 32 responden yang berpengetahuan baik (16,0%), 163 responden yang berpengetahuan sedang (81,5%) dan 5 responden yang berpengetahuan kurang (2,5%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang HIV/AIDS pada pelajar SMA Negeri dan Swasta di kota Medan berada pada tingkat sedang. Dari penelitian ini tidak terdapt perbedaan yang sangat jauh tentang pengetahuan HIV/AIDS pada kedua sekolah SMA, ini mungkin disebabkan lingkungan sosial, budaya juga berperanan terhadap pengetahuan mereka.Akibat pengetahuan mereka ini,maka kasus tentang seks bebas dan aborbsi di kalangan remaja semakin meningkat di masyarakat kita(Depkes, 2010).

5.2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek .Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek( Notoatmodjo,2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembahagian kuesioner untuk mengukur sikap responden terhadap HIV/AIDS.

Dari hasil penelitian, diketahui bahawa sebahagian besar responden sudah dapat merespon dengan baik terhadap HIV/AIDS baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.Hal ini bisa dilihat dari tabel hasil bahwa sebanyak 103 responden (51,5%) menyatakan setuju bahwa penderita AIDS tidak perlu dijauhkan dari masyarakat , 108 responden (54,0%) menyatakan setuju bahwa berminat untuk menambahkan informasi tentang HIV/AIDS,1221 responden (60,5%) menyatakan setuju menjauhkan diri dari penderita AIDS dan

99 responden (49,5%) menyatakan setuju untuk membantah terhadap pendidikan seks.

Sebanyak 125 responden (62,5%) menyatakan setuju terhadap mengkonsultasikan masalah AIDS pada koran/majalah, 103 responden (51,5%) menyatakan setuju terhadap penggunaan kondom untuk mencegah AIDS, 109 responden menyatakan setuju bahwa tidak akan membantu pemerintah untuk mencegah penyebaran AIDS, 90 responden menyatakan setuju untuk menolak melakukan pencegahan dari infeksi AIDS, 107 responden (53,5%) menyatakan setuju bahwa akan menyembunyikan jika positif HIV dan 99 responden (49,5%) menyatakan setuju untuk mengikuti test HIV.

Dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat paling banyak responden yang menjawab sangat setuju apabila menolak untuk melakukan pengamanan/pencegahan terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat terdekat dari kemungkinan terinfeksi AIDS dengan 40,5% daripada 100%. Dimana ini sangat berlawanan dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang manyatakan hampir 100% responden menyatakan sikap mau melakukan pengamanan/pencegahan AIDS terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat.Hal ini mungkin responden dari penelitian ada keliru mengenai pencegahan terhadap AIDS dan mungkin responden tidak terlalu paham dengan pertanyaan tersebut.

Dari penelitian ini ,kita dapat lihat 62,5% dari responden menjawab setuju mengenai konsultasi masalah seks dan AIDS yang ada pada si majalah/koran. Dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang menyatakan hampir seluruh informasi yang diperoleh responden berasal dari lingkungannya,yaitu dari televisi, koran dan majalah. Maka responden akan berkonsultasi masalah seks dan AIDS pada si majalah / koran.

Sebanyak 29,5% dari responden menjawab tidak setuju untuk menyembunyikan hal positif terinfeksi HIV dari orang lain.Hal ini bisa dilihat dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang menyatakan hampir semua responden

menyatakan sikap mau melakukan pengamanan/pencegahan AIDS terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat dengan tidak menyembunyikan daripada orang lain dan tidak menular pada orang lain.

Sebanyak 12.5% dari responden menjawab sangat tidak setuju untuk membantah terhadap pendidikan seks yang diberikan pada anak sejak kecil. Menurut siswa, sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memberikan informasi tentang narkoba dan HIV/AIDS. Kekurangannya, sekolah belum mempunyai program regular untuk melaksanakan pendidikan kesehatan secara umum menurut (Laili Rahayuwati,2007).

Dalam penelitian ini, diperoleh sebanyak 84 responden dari kategori sikap baik (42,0%), 116 responden dari kategori sikap sedang (58,0%) dan tidak mempunyai pelajar yang mempunyai sikap kurang terhadap HIV/AIDS. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS berada pada tingkat sedang. Ini mungkin disebabkan oleh pengetahuan, berfikaran, keyakinan dan emosi berperanan terhadap sikap mereka. Akibat sikap mereka ini, maka tindakan mereka untuk mencegah dari kasus AIDS masih kurang.

Dari hasil analisa secara keseluruhan, didapati hasil pengetahuan dan sikap adalah sejalan dimana menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinaya. Maka bisa disimpulkan bahawa pengetahuan yang diperoleh dari para responden berada pada kategori sedang dan memiliki sikap yang sedang juga.

BAB 6

Dokumen terkait