• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang HIV/AIDS Di Kota Medan tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang HIV/AIDS Di Kota Medan tahun 2010"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA

TENTANG HIV/AIDS

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

Oleh:

TAY CHIU MEI

070100324

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA

TENTANG HIV/AIDS

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

TAY CHIU MEI

070100324

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang

HIV/AIDS

Di Kota Medan tahun 2010.

NAMA: TAY CHIU MEI

NIM: 070100324

Pembimbing Penguji I

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, Mkes) (dr.Sri Sofyani, Sp. A)

NIP: 196906091999032001

Penguji II

(dr.A. Amra, Sp.M)

Medan, 30 November 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Sampai saat ini HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan

tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang

sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan

kemiskinan .Namun, kesadaran dan pengetahuan masyarakat, terutama yang

berusia produktif,untuk menghindari dari HIV/AIDS masih rendah, termasuk di

kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap

pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS di kota Medan.Penelitian ini

dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada

desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS

mayoritas berada pada dalam kategori sedang, yaitu 81,5%, kategori baik dan

buruk masing-masing 16,0% dan 2,5%. Hasil uji sikap responden terhadap

HIV/AIDS mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu 58,0%, kategori baik

diperoleh sebesar 42,0%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori

kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar

SMA di kota Medan berada pada kategori sedang dan sikap pelajar SMA di kota

Medan berada di kategori sedang.Masukan kepada kepala sekolah SMA supaya

memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS, melakukan

training pada guru-guru dan melakukan pertemuan ilmiah dan seminar-seminar

mengenai HIV/AIDS.

(5)

ABSTRACT

Introduction. By now HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. However, awareness and knowledge of society, especially the productive age to avoid of HIV / AIDS is still low, including in the city of Medan.

Methods. The purpose of this study was to determine knowledge and attitudes of public and private high school students about HIV / AIDS in Medan city. This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using cluster sampling technique.

Results. With a total sample of 200 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 81.5%, good and less categories respectively 16.0% and 2.5%. Test results respondent attitudes towards HIV / AIDS is majority on average category that is 58.0%, the good category is 42.0%, and it is not obtained by the respondents with less category.

Discussion. From these results, it can be concluded that knowledge of high school students in Medan city is at average category and the attitudes of high school students in the Medan city are also at the average category. Input to the high school principal in order to provide information and learning materials on HIV / AIDS, conduct training on the teachers and conduct scientific meetings and seminars on HIV / AIDS.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan karena berkat dan karunianya, laporan

penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan

Swasta Tentang HIV/AIDS Di Kota Medan tahun 2010 akhirnya selesai. Saya

juga ingin mengambil kesempatan ini untuk memberikan penghargaan saya

kepada dosen pembimbing saya dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes yang telah

membimbing saya selama 2 semester dari awal penelitian sampai selesainya

penelitian ini. Penghargaan turut diberikan kepada ibu bapa saya, dan semua yang

terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam penghasilan laporan penelitian

ini.

Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan kita dalam ilmu HIV/

AIDS. Ini karena penyakit infeksius ini merupakan penyakit yang sampai

sekarang tidak ada terapi definitif yang dapat menyembuhkan penderitanya.

Selain itu, masalah HIV/ AIDS telah semakin bertambah di setiap negara. Sebagai

seorang yang dalam bidang kesehatan, kita seharusnya mempunyai pengetahuan

yang cukup dalam HIV/ AIDS, dan sikap yang sesuai terhadap pasien-pasien kita

yang terinfeksi HIV. Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam usaha

peperangan dengan HIV/ AIDS. Sekian, terima kasih.

Penulis,

Tay Chiu Mei

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

(8)

2.1.7. Diagnosis HIV / AIDS ...

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI

OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...

3.2. Definisi Operasional ...

BAB 4 METODE PENELITIAN

(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

DAFTAR TABEL

Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara

Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap

Distribusi Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variable Pengetahuan

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Pengetahuan

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap

tingkat Pengetahuan

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variable Sikap

Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan

Sikap

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar 3.1

Judul

Kerangka konsep antara tingkat

pengetahuan dan sikap Pelajar SMA di

sekolah SMA Negeri-6 dan SMA

Methodist-2 di Kota Medan terhadap

HIV/AIDS.

Halaman

(12)

DAFTAR ISTILAH

HIV - Human Immunodeficiency Virus

AIDS - Acquired Immune Deficiency Syndrome

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran II Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner

Lampiran III Lembar Persetujuan Pengisian Kuesioner

Lampiran IV Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran V Health Research Ethical Committee

Lampiran VI Surat Pengizinan

Lampiran VII Master Data dan Output

(14)

ABSTRAK

Pendahuluan. Sampai saat ini HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan

tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang

sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan

kemiskinan .Namun, kesadaran dan pengetahuan masyarakat, terutama yang

berusia produktif,untuk menghindari dari HIV/AIDS masih rendah, termasuk di

kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap

pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS di kota Medan.Penelitian ini

dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada

desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS

mayoritas berada pada dalam kategori sedang, yaitu 81,5%, kategori baik dan

buruk masing-masing 16,0% dan 2,5%. Hasil uji sikap responden terhadap

HIV/AIDS mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu 58,0%, kategori baik

diperoleh sebesar 42,0%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori

kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar

SMA di kota Medan berada pada kategori sedang dan sikap pelajar SMA di kota

Medan berada di kategori sedang.Masukan kepada kepala sekolah SMA supaya

memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS, melakukan

training pada guru-guru dan melakukan pertemuan ilmiah dan seminar-seminar

mengenai HIV/AIDS.

(15)

ABSTRACT

Introduction. By now HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. However, awareness and knowledge of society, especially the productive age to avoid of HIV / AIDS is still low, including in the city of Medan.

Methods. The purpose of this study was to determine knowledge and attitudes of public and private high school students about HIV / AIDS in Medan city. This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using cluster sampling technique.

Results. With a total sample of 200 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 81.5%, good and less categories respectively 16.0% and 2.5%. Test results respondent attitudes towards HIV / AIDS is majority on average category that is 58.0%, the good category is 42.0%, and it is not obtained by the respondents with less category.

Discussion. From these results, it can be concluded that knowledge of high school students in Medan city is at average category and the attitudes of high school students in the Medan city are also at the average category. Input to the high school principal in order to provide information and learning materials on HIV / AIDS, conduct training on the teachers and conduct scientific meetings and seminars on HIV / AIDS.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), sekarang ini dianggap sebagai pandemik paling hebat yang pernah terjadi dalam dua decade terakhir ini.

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabakan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh makin melemah dan mudah terjangkit penyakit infeksi.

Sampai saat ini HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara

langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius

di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan

(Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS , 2003-2007).

Statistik terbaru dari global HIV dan AIDS yang diterbitkan oleh

UNAIDS(United National Joint Program For HIV/AIDS) pada bulan November 2009, dan mengacu pada akhir 2008. Diperkirakan terdapat Orang-orang yang

hidup dengan HIV / AIDS adalah 33,4 juta .Orang dewasa yang hidup dengan

HIV / AIDS adalah 31.3 juta .Perempuan yang hidup dengan HIV / AIDS adalah

15,7 juta . Anak-anak yang hidup dengan HIV / AIDS adalah 2,1 juta . Orang

yang baru terinfeksi HIV adalah 2.7 juta maka Kematian AIDS pada tahun 2008

2,0 juta. Lebih dari 25 juta orang meninggal karena AIDS sejak tahun 1981. Di

afrika 14 juta anak kehilangan orangtua yang meninggal akibat AIDS(UNAIDS

2009).

Di Indonesia, diperkirakan epidemik HIV/AIDS akan terus mengalami

peningkatan, ada 12-19 juta orang rawan untuk terkena HIV dan diperkirakan ada

95.000-130.000 penduduk yang tertular HIV(Depkes, 2004). Sejak pertama kali

kasus HIV dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987, jumlah kasus HIV/AIDS

(17)

2009 secara kumulatif, terdapat kasus total AIDS sebanyak 19973 dan kematian

yang disebabkan AIDS sebanyak 3846(Ditjen PPM & PL Depkes RI 2009).

Menurut Ditjen PPM & PL Depkes RI 2009, prevalensi kasus AIDS per

100.000 penduduk berdasarkan propinsi,terdapat 3.71 di Sumatera Utara. Jumlah

kumulatif kasus AIDS berdasarkan provinsi di Sumatera Utara adalah sebanyak

485 dan kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 93 kasus (Ditjen PPM & PL

Depkes RI 2009).

Penularan yang penting termasuk penetrasi tanpa kondom antara laki-laki,

penggunaan narkoba suntikan, dan suntikan yang tidak aman dan transfusi darah.

Di banyak negara, termasuk kebanyakan negara di benua Amerika, Asia dan

Eropa, infeksi HIV adalah terutama terkonsentrasi di populasi melakukan perilaku

berisiko tinggi, seperti seks yang tidak aman (terutama dalam konteks pekerjaan

seks komersial atau antara laki-laki) dan berbagi obat peralatan injeksi. Di

beberapa negara, pertumbuhan yang cepat dari ukuran populasi rentan - sebagai

akibat dari kerusuhan sipi, meningkatnya kemiskinan atau faktor-faktor sosial dan

ekonomi lain - memicu pertumbuhan epidemi dan penyebaran lebih luas virus

(WHO 2004).

Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah

pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di

Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS

1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,

14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak

penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda.Dari data tersebut, dilaporkan

yang sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah 394 orang (Subdit PMS

& AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.).Diperkirakan setiap hari ada 8.219

orang di dunia yang meninggal karena AIDS, sedangkan di kawasan Asia Pacific

mencapai angka1.192orang.Data dan fakta tersebut belum mencerminkan keadaan

yang sebenarnya, melainkan hanya merupakan "puncak gunung es", artinya, yang

(18)

dilaporkan jumlahnya berkali-kali lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah

sebenarnya bisa 100 kali lipat (Widianti E, Universitas Padjadjaran Falkultas

Keperawatan Jatinangor 2007).

Ada beberapa penyebab yang memasukkan remaja dalam kelompok risiko

tinggi .Salah satu penyebabnya adalah usia mereka masih berada dalam masa

transisi, namun belum dapat disebut orang dewasa yang ditandai dengan adanya

beberapa perubahan dalam diri mereka, antara lain perubahan fisik, emosi, pola

pikir, sosial, dan biologis/seksual. Dini Usia inisiasi seksual. Menurut CDC

Young Risiko Behavioral Survey (YRBS), banyak orang muda mulai melakukan

hubungan seksual di usia dini: 47% dari siswa SMA telah melakukan hubungan

seksual, dan 7,4% dari mereka melaporkan hubungan seksual pertama sebelum

usia 13. PMP Menurut sebuah studi CDC dari 5.589 MSM, 55% laki-laki muda

(umur 15-22) tidak membiarkan orang lain tahu mereka tertarik secara seksual

pada laki-laki.(CDC 2004)

Estimasi populasi rawan tertular HIV di Indonesia tahun 2006 sebesar

193.000. Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49

tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar

501.400 kasus(2010 Ditjen PP&PL - Departemen Kesehatan R.I.). Faktor

risiko penularan aids di Indonesia, khususnya Remaja lebih banyak karena

pemakaian narkoba melalui jarum suntik bersama diantara pemakainya (IDU).

Serta kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan

upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya

informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain,

sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan

kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari

berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.Dan parahnya berdasarkan

penelitian oleh lembaga terkait di Indonesia, banyaknya kasus HIV/AIDS di

kalangan remaja disebabkan oleh ketidak mengertian dan ketidakpedulian remaja

(19)

dengan bahasa yang mudah dimengerti dan cara yang tidak membosankan

sekaligus tidak mendikte, sehingga dapat diterima dengan baik oleh para

remaja(Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta 2010).

Sekolah menengah atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada

pendidikan formal di Indonesia setelah lulus

sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari

kelas 1 sampai kelas 3 . Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA Negeri

sangat berbeda dengan SMA Swasta, di mana SMA Negeri merupakan sekolah

yang dikelola oleh pemerintah sedangkan SMA Swasta dikelola oleh pihak swasta.

SMA Negeri dengan SMA Swasta memiliki perbedaan dalam hal tingkat

sosial-ekonomi, di mana SMA Negeri kebanyakan menampung siswa dengan latar

belakang keluarganya sosial-ekonomi menengah ke bawah, sedangkan SMA

Swasta lebih banyak menampung siswa dengan latar belakang keluarganya

sosial-ekonomi menengah ke atas. Contohnya dari segi uang sekolah mereka,pada SMA

Negeri hanya berkisar beberapa puluh ribu rupiah,sedangkan untuk SMA Swasta

berkisar ratusan ribu rupiah. Maka kesempatan SMA Swasta untuk berjajan lebih

tinggi dibandingkan dengan SMA Negeri. Contohnya, terlibat dalam makanan ,

IUD dan sosial yang luas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap dari para pelajar SMA baikdi

sekolah swasta maupun negeri mengenai HIV/AIDS.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dilihat masih banyaknya jumlah remaja

penderita HIV/AIDS diduga karena keterbatasan akses informasi dan layanan

kesehatan bagi remaja yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang

(20)

Rumuskan masalah dalam penelitian ini, Bagaimana Gambaran Pengetahuan

dan Sikap Palajar SMA Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri dan Swasta pada

Tahun 2010?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang

HIV/AIDS di SMA Negeri dan Swata di kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pelajar SMA tentang pengertian

HIV/AIDS .

b. Untuk mengetahui sikap pelajar SMA tentang HIV/AIDS .

1.4. Manfaat penelitian

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat :

a. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai informasi dan masukan bagi instansi kesehatan yang terkait dalam

pengambil keputusan, penetapan kebijakan, dan perencanaan program kesehatan

dalam upaya penanggulangan IMS khususnya HIV/AIDS di sekolah.

b. Bagi Pihak Sekolah

Sebagai informasi dan masukan bagi para guru atau pendidik agar lebih

mendukung pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan

(21)

c. Bagi Siswa-Siswi (subjek Penelitian)

Sebagai informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap

tentang HIV/AIDS dalam upaya pencegahan sehingga dapat terhindar dari

penyakit tersebut.

d. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan

kemampuan peneliti dibidang kesehatan khususnya program pencegahan

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIV/AIDS

2.1.1. Definisi

Menurut Martin (2003) Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menyebabkan AIDS. Terdapat 2 subtipe virus yaitu HIV-1 dan

HIV-2. Menurutnya dalam buku yang sama, AIDS merupakan suatu sindroma

yang diakibatkan oleh virus HIV akibat serangan pada Helper T-cells (CD4 lymphocytes). Ini menyebabkan hambatan dalam respon imun tubuh. AIDS merupakan manifestasi terakhir dari infeksi HIV. AIDS boleh tertular melalui 3

cara utama, iaitu melalui hubungan sexual, darah terinfeksi, atau dari ibu ke anak.

2.1.2. Etiologi

Walaupun sudah jelas bahwa HIV sebagai penyebab AIDS, tetapi

asal-usul virus ini masih belum diketahui secara pasti. Mula-mula dinamakan

Lymphadenopathy Associated Virus (LAV). Virus ini detemukan oleh ilmuwan Institute Pasteur Paris, Barre-Sinoussi, Montagnier dan kolega-koleganya pada

tahun 1983, dari seorang penderita dengan gejala “Lymphadenopathy Syndrome”. Pada tahun 1984, Popovic, Gallo dan rekan kerjanya dari National Institute of

Health, Amerika Serikat, menemukan virus lain yang disebut Human T

Lymphotropic Virus Type III(HTLV-III). Kedua virus ini oleh masing-masing penemuanya dianggap sebagai penyebab AIDS, kerena dapat diisolasi dari

penderita AIDS di Amerika ,Eropah dan Afrika Tengah. Penyelidikan lebih lanjut

membuktikan bahwa kedua virus ini sama dan saat ini dinamakan HIV-1.

Sekitar tahun 1985 ditemukan retrovirus yang berbeda dari HIV-1 pada

penderita yang berasal dari Afrika Barat. Virus ini oleh penelitian dari Paris

disebut sebagai LAV-2, dan yang terbaru disebut sebagai HIV-2, dan juga

(23)

dibandingkan virus HIV-1, tetapi disebutkan 70% individu yang terinfeksi virus

HIV-2 akan terinfeksi oleh virus HIV-1.

Virus HIV-1 memiliki 10 subtipe yang diberikan kode A sampai J.Virus

subtipe B merupakan prevalen di Amerika serikat dan Eropa Barat, ditemukan

terutama pada pria homoseksual dan penggunaan obat suntik. Subtipe C dan E

ditularkan melalui hubungan seksual. Subtipe C, yang merupakan prevalen di

Afrika sub-Sahara, juga ditemukan di Amerika Utara. Subtipe E, yang merupakan

penyebab epidemi di Thailand, memiliki daya afinitas yang lebih kuat terhadap sel

epitel baik saluran reproduksi pria maupun wanita.Sebaliknya, subtipe B tidak

mudah ditularkan melalui sel epitel saluran reproduksi, tetapi langsung masuk ke

dalam tubuh melalui kontak pada darah. Subtipe E telah ditemukan hanya pada

isolasi di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Karena subtipe C dan / atau E

mempunyai afinitas tinggi pada sel epital saluran reproduksi, epidemi HIV yang

baru dapat terjadi pada populasi heteroseksual. Penelitian vaksinasi saat ini masih

ditujukan untuk pengembangan vaksinasi terhadap virus subtipe B.

HIV adalah retrovirus yang mampu mengkode enzim khusus, reverse transcriptase, yang memungkinkan DNA ditranskripsi dari RNA. Sehinnga HIV dapat menggandakan gen mereka sendiri, sebagai DNA, di dalam sel inang

(hospes=host) seperti limfosit helper CD4. DNA virus bergabung dengan gen

limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis HIV. Penggabungan gen virus

HIV pada sel inang ini merupakan rintangan berat untuk pengembangan antivirus

terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV dan kegagalan manusia (sebagai hospes)

untuk mengeluarkan antibodi terhadap virus menyebabkan sulitnya

pengembangan vaksinasi yang efektif terhadap HIV.

2.1.3. HIV / AIDS Transmisi

HIV ditularkan ketika virus masuk ke dalam tubuh, biasanya dengan

menyuntikkan sel yang terinfeksi atau air mani. Ada beberapa cara yang mungkin

(24)

• Umumnya, infeksi HIV ditularkan dengan melakukan hubungan seks

sesama jenis(homoseksual) atau berbeda jenis (heteroseksual) ketika

partner terinfeksi. Virus ini dapat memasuki tubuh melalui selaput vagina,

vulva, penis, dubur, atau mulut selama seks.

• HIV sering menyebar di antara pengguna narkoba jarum suntik-saham

yang atau jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah dari orang yang

terinfeksi.

• Perempuan dapat menularkan HIV ke bayi mereka selama kehamilan atau

kelahiran, ketika sel-sel ibu yang terinfeksi masuk sirkulasi bayi.

• HIV dapat tersebar di pengaturan layanan kesehatan melalui jarum

disengaja tongkat atau kontak dengan cairan yang terkontaminasi.

• Sangat jarang, HIV menyebar melalui transfusi darah atau komponen

darah yang terkontaminasi. Produk darah sekarang diuji untuk

meminimalkan risiko ini. Jika jaringan atau organ dari orang yang

terinfeksi adalah ditransplantasikan, penerima dapat terjangkit HIV.

Donatur sekarang diuji untuk HIV untuk meminimalkan risiko ini.

• Orang-orang yang telah memiliki penyakit menular seksual, seperti

mungkin untuk mendapatkan infeksi HIV selama hubungan seks dengan

pasangan yang terinfeksi.

Virus tidak menyebar melalui kontak biasa seperti menyiapkan makanan, berbagi

handuk dan selimut, atau melalui kolam renang, telepon, atau toilet kursi.Virus ini

juga tidak mungkin ditularkan melalui kontak dengan air liur, kecuali jika

terkontaminasi dengan darah. (eMedicine health 2010).

2.1.4. Faktor resiko

Terdapat 5 kelompok orang dewasa yang mempunyai resiko terinfeksi

HIV, (Cotran, Kumar & Collins, 1999). Pertama adalah kelompok homoseksual

dan biseksual. Ini merupakan kelompok terbesar di kebanyakan negara barat.

(25)

merupakan faktor resiko terbesar untuk golongan heteroseksual. Ketiga adalah

kelompok haemophiliacs. Namun setelah usaha memeriksa antibodi dan antigen HIV bermula pada tahun 1985, bilangan orang dalam kelompok ini semakin

berkurang. Keempat adalah penerima transfusi darah dan komponen darah.

Contohnya adalah penerima platlet. Kelima adalah golongan yang mempunyai

hubungan heteroseksual dengan empat golongan di atas.

2.1.5. Imunopatogenesis

Sasaran utama virus HIV adalah subset limfosit yang berasal dari thimus,

yaitu sel helper/inducer.Pada permukaan sel ini terdapat molekul glikoprotein

disebut CD4, yang diketahui berikatan dengan glikoprotein envelope virus HIV.

Kerusakan CD4 pada limfosit ini merupakan salah satu penyebab terjadinya efek

imunosupresif oleh virus. Saat ini telah ditemukan bahwa CD4 juga ada di sel-sel

yang lainnya, walaupun dalam densitas yang lebih rendah, seperti pada monosit

dan makrofag termasuk yang di jaringan seperti sel Langerhans di kulit dan sel

dendritik di darah dan limfonodi. Sel-sel ini juga merupakan sel yang berperanan

penting untuk memulai respons imun sehingga fungsi ini juga terganggu oleh

adanya ikatan dengan virus HIV. CD4 atau molekul yang mirip juga dideteksi ada

di otak walaupun belum diketahui dengan jelas sel mana yang mengekspresikan

CD4 itu.

HIV yang sudah masuk ke dalam sel limfosit CD4 tersebut akan

mengadakan multiplikasi dengan cara menumpang dalm proses pertumbuhan sel

inangnya. Di dalam sel limfosit CD4, HIV mengadakan replikasi dan merusak sel

tersebut, dan apabila sudah matang virus-virus baru keluar dan selanjutnya masuk

ke dalam sel limfosit CD4 yang lainnya, berkembang biak dan selanjutnya

merusak sel tersebut.

Sel limfosit CD4 berperan sebagai pengatur utama respon imun. Ketika sel

ini diaktifkan oleh kontak dengan antigen, mereka akan berespons melalui

pembelahan sel dan menghasilkan limfokin seperti interferon, interleukin dan

(26)

mengendalikan pertumbuhan dan maturasi sel limfosit tipe lainnya terutama sel T

sitotoksik/supresor (CD8) dan limfosit B penghasil antibodi. Limfokin juga

memicu maturasi dan fungsi monosit dan makrofag jaringan.

Awal setelah infeksi virus HIV, respon antibodi belum terganggu,

sehingga timbul antibodi terhadap envelope dan protein core virus yang

merupakan bukti prinsip adanya infeksi HIV. Aktivasi poliklonal limfosit B

selanjutnya ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsentrasi immunoglobulin

serum. Hal inimungkin terjadi akibat aktivasi langsung virus terhadap sel B. Pada

stadium penyakit selanjutnya, konsentrasi immunoglobulin cenderng untuk turun.

Efek paling penting dari virus HIV adalah terhadap respon imun selular

(sel T). Pada awal infeksi, dalam beberapa hari atau minggu, seperti pada infeksi

virus lainnyaakan terdapat peningkatan jumlah sel sitotoksik/supresor CD8.

Tetapi , meski penderita masih berada dalam kondisi seropositif sehat, pada

paparan ulang antigen tidak terjadi peningkatan sel CD8 lagi. Hal ini mungkin

disebabkan berkurangnya limfokin interleukin 2 yang dikeluarkan sel limfosit

CD4 untuk memicu CD8. Seseorang akan tetap seropositif dan sehat untuk jangka

waktu yang lama. Petanda progresivitas dari penyakit ini, selain gejala klinik,

ditujukkan dengan cepatnya penurunan jumlah sel limfosit CD4. Sel limfosit

CD8 juga bisa ikut berkurang. Pada tahap lebih lanjut akibat gangguan produksi

limfokin oleh limfosit CD4, fungsi sel-sel lainnya seperti monosit, makrofag dan

sel Natural killer juga ikut terganggu. Infeksi progresid HIV pada akhirnya akan

menyebabkan penurunan imunitas progresif.

2.1.6. Perjalanan penyakit

Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS,

sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien , terutama imunitas selular dan

menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan immunitas biasanya

diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi opurtunistik

sertapenyakit keganasan (Depkes RI,2003). Dari semua orang yang terinfeksi HIV,

(27)

AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV menunjukkan gejala

AIDS setelah 13 tahun (James,2000).

2.1.7. Diagnosis HIV / AIDS

Diagnosis ditujukan kepada dua hal, yaitu keadaan terinfeksi HIV dan AIDS.

Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan dua metode:

a. Langsung : yaitu isolasi virus dari sampel, umumnya dilakukan dengan

mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi

antigen virus ialah Polymerase Chain Reaction (PCR)

b. Tidak langsung : dengan melihat respon zat anti bodi spesifik, misalnya

dengan ELISA, immunoflurescent assay (IFA), atau

radioimmunoprecipitation assay (RIPA) (Tjokronegoro&Hendra, 2003). Untuk diagnosis HIV, yang lazim dipakai:

a. ELISA: sensitivitas tinggi, 98,1% - 100%. Biasanya memberikan hasil

positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Dahulu, hasil positif dikonfirmasi

dengan pemeriksaan Western blot. Tetapi sekarang menggunakan tes

berulang dengan tingkat spesifisitas.

b. PCR (Polymerase Chain reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk tes HIV pada bayi, menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada

kelompok risiko tinggi, tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi

serokonversi, tes konfirmasi untuk HIV-2 (sebab ELISA sensitivitasnya

rendah untuk HIV-2) (tjokronegoro&Hendra, 2003).

Tiap Negara memiliki strategi tes HIV yang berbeda. Di Indonesia, skrining dan

surveilans menggunakan strategi tes yang sama. Tes ELISA dan Western Blot

telah digunakan di waktu yang lalu, sekarang di Indonesia menggunakan Dipstik,

ELISA 1, dan ELISA 2 untuk skrining dan surveilans (Utomo dan Irwanto, 1998).

Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada pemeriksaan didasarkan pada

sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagensia. Untuk diagnosis klien yang

asimtomatik harus menggunakan strategi III dengan persyaratan reagensia sebagai

(28)

1) Sensitivitas reagen pertama >99%

2) Spesifisitas reagen kedua >98%

3) Spesifisitas reagen ketiga >99%

4) Preparasi antigen atau prinsip tes dari reagen pertama, kedua, dan

ketiga tidak sama. Reagensia yang dipakai pada pemeriksaan kedua

atau ketiga mempunyai prinsip pemeriksaan (misalnya EIA, dot blot,

imunokromatografi atau aglutinasi) atau jenis antigen (misalnya lisat

virus, rekombinan DNA atau peptide sintetik) yang berbeda daripada

reafensia yang dapat dipakai pada pemeriksaan pertama.

5) Prosentase hasil kombinasi dua readensia pertama yang tidak sama

(discordant) kurang dari 5%.

6) Pemilihan jenis reagensia (EIA atau Simple/Rapid) harus didasarkan

pada:

a. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil

b. Jumlah specimen yang diperiksa dalam satu kali pengerjaan

c. Sarana dan prasarana yang tersedia

Untuk tujuan surveilans, reagen pertama harus memiliki sensitivitas >99%

spesifisitas reagen kedua >98%.

Keuntungan diagnosis dini:

a. Intervensi pengobatan fase infeksi asimtomatik dapat diperpanjang.

b. Menghambat perjalanan penyakit kearah AIDS.

c. Pencegahan infeksi oportunistik

d. Konseling dan pendidikan untik kesehatan umum penderita.

e. Penyembuhan (bila mungkin) hanya dapat terjadi bila pengobatan pada

fase dini (Tjokronegoro&Hendra, 2003).

2.1.8. Epidemi HIV/AIDS

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam epidemiologi Hiv di Indonesia

(29)

faktor-faktor yang berpengaruh. Epidemi HIV di Indonesia berada pada kondisi

epidemic terkonsentrasi. Klasifikasi untuk Epidemi HIV/AIDS terdiri dari:

a. Rendah: Prevalensi HIV dalam suatu sub-populasi berisiko tertentu

belum melebihi 5%.

b. Terkonsentrasi: Prevalensi HIV secara kosisiten lebih dari 5% di

sub-populasi berisiko tertentu dan prevalensi HIV di bawah 1% di sub-populasi

umum atau ibu hamil.

c. Meluas: Prevalensi HIV lebih dari 1% di populasi umum atau ibu

hamil (USAID,2003)

2.1.9. Pembahagian Stadium

a) Stadium pertama : HIV

Infeksi dimulai dengan maksudnya HIV dan diikuti terjadinya perubahan

serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negetif menjadi

positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi

terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window period

antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai

enam bulan.

b) Stadium kedua :Asimptomatik (tanpa gejala)

Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh

tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata

selama5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini

sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.

c) Stadium tiga:

Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata( persistent Generalized

Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlansung

(30)

d) Stadium keempat:AIDS

Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit

konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder.

(Nursalam, dkk, 2007).

2.1.10. Gejala klinis pada stadium AIDS

a. Gejala utama / mayor:

• Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan

• Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus • Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan

• TBC

b. Gejala minor:

• Batuk kronis selama lebih dari satu bulan

• Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida Albican.

• Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh. • Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh

tubuh (Nursalam, dkk,2007)

2.1.11. Pencegahan HIV/AIDS

Dalam upaya menurunkan risiko terinfeksi HIV, berbagai organisasi

kesehatan dunia termasuk Indonesia menganjurkan pencegahan melalui

pendekatan ABCD, yaitu:

a. A atau Abstinence, yaitu menunda kegiatan seksual, tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah.

b. B atau Be faithful, yaitu saling setia pada pasangannya setelah menikah. c. C atau Condom, yaitu menggunakan kondom bagi orang yang melakukan

(31)

d. D atau Drugs, yaitu tidak menggunakan napza terutama napza suntik agar tidak mengguanakan jarum suntik bergantian dan secara bersama-sama.

Upaya pencegahan juga dilakukan dengan cara memberikan KIE

(Komunikaasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat

agar tidak melakukan perilaku berisiko, khususnya pada remaja.

Ada lima tingkat pencegahan (Five level prevention) menurut Level & Clark, yaitu:

a. Promosi kesehatan (health promotion) b. Perlindungan Khusus (specific protection)

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)

d. Pembatasan cacat (disability limitation) e. Rehabilitasi (rehabilitation)

Dalam proses pencegahan terhadap semakin meluasnya epidemic

HIV/Aids, semua elemen dari masyarakat bertanggung jawab terhadap proses

pencegahan. Yang bertanggung jawab terhadap pencegahan persebaran

HIV/AIDS adalah:

a. Individu

Seseorang harus mengadopsi gaya hidup dan perilaku yang sehat dan mengurangi

risiko penularan HIV. Orang terinfeksi HIV harus menjadi orang yang

bertanggungjawab untuk menjamin bahawa mereka untuk seterusnya tidak akan

menyebarkan virus ke orang lain.

b. Keluarga

Keluarga harus mengadopsi nilai-nilai peningkatan kesehatan. Keluarga harus

memberikan pemahaman dan rasa simpati serta perlindungan untuk menolong

anggota keluarga yang divonis orang terinfeksi HIV dalam menghadapi situasi

yang tidak normal dan memaksimalkan potensi kesehatan untuk mempertahankan

diri dari infeksi yang lain.

c. Masyarakat

Masyarakat harus menghindari sikap diskriminasi terhadap orang terinfeksi HIV

(32)

yang bersifat melindungi. Masyarakat juga harus berusaha keras meminimalkan

kemiskinan yang cenderung memperburuk situasi.

d. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan memiliki tanggungjawab ganda terhadap penyediaan perawatan

konseling terhadap orang terinfeksi HIV. Mereka harus menyediakan tindakan

pencegahan yang sesuai untuk mencegah penyebaran infeksi ke klien yang lain

dan diri mereka sendiri.

e. Media

Media masa memiliki peran yang dengan mudah dapat dijangkau oleh banyak

pembaca dan murah dalam menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS. Bersama

dengan media dalam bentuk lain, media masa bias efektif menimbulkan

kepedulian masyarakat tentang HIV/AIDS. Bagaimanapun, media masa harus

bertanggungjawab dalam melaporkan informasi tentang HIV/AIDS, menghindari

ketidakakuratan yang mana mungkin menghasilkan perbedaan persepsi dan

membutuhkan klarifikasi.

f. Ahli Kesehatan dan LSM

Para ahli kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat membantu

menyebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dengan melakukan proses

pembelajaran di masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat umum, LSM dapat

menjadi penghubung antara ahli kesehatan dan masyarakat (WHO, 1992).

Pencegahan HIV diantara penjaja seks dan pelanggan PS:

Banyak projek yang menemukan bahawa aktivitas pencegahan HIV

diantara penjaja seks, pelanggan PS, dan pasangannya adalah paling efektif ketika

paket intervensi mencakup paling sedikit tiga elemen:

a. Pesan informasi dan perubatan perilaku.

b. Promosi kondom dan membangun keterampilan.

c. Pelayanan IMS.

Pencegahan HIV pada remaja:

a. Merubah perilaku sikap adalah lebih mudah jika dimulai sebelum pola

dibentuk.

(33)

c. Sering dan mudah dijumpai dalam jumlah besar.

Pencegahan HIV dan Pengguna napza suntik:

a. Program penjangkauan masyarakat berbasis komunitas sebaya.

b. Meningkatkan akses untuk alat suntik yang steril dan kondom.

c. Meningkatkan akses untuk perawatan ketergantungan obat, Khususnya

metadon (Tim, Brown. Et. all. 2001).

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari

pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan jumlah dari segala

yang diketahui. (Soanes, 2001). Dari sumber yang lain, pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2003). Tedapat beberapa

proses untuk memperoleh pengetahuan:

a. Kesadaran, yaitu orang akan menyadari dalam arti pengetahuan terlebih

dahulu.

b. Merasa tertarik, yaitu sikap subjek sudah mulai timbul terhadap stimulus.

c. Menimbang-nimbang, yaitu memikirkan tentang baik dan tidaknya suatu

stimulus

d. Mencoba, yaitu orang telah menguji perilaku baru

e. Mengadopsi, yaitu subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran.

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan mempunyai enam

tingkatan, yaitu:

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

(34)

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh itu, ’tahu’ ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang depelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

(35)

baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), Sikap merupakan reaksi atau respons

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari

berbagai tindakan, yakni:

a. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) menginginkan dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

(36)

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERATIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1: Kerangka konsep antara tingkat pengetahuan dan sikap Pelajar SMA

di sekolah SMA Negeri-6 dan SMA Methodist-2 di Kota Medan

terhadap HIV/AIDS.

3.2. Definisi Operational

Variabel dan definisi operasionil yang digunakan dalam penelitian ini akan

dijelaskan dalam bentuk tabel berikut di bawah ini :

HIV/AIDS Tingkat Pengetahuan

Pelajar SMA

(38)

Tabel 3.1: Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur dan

Kuesioner Angket Baik, apabila nilai jumlah

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif, yaitu

dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengumpulkan data penelitian pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali

pengamatan pada rentang waktu tertentu, dapat mendeskripsikan sejauh

mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan.

Alasan pemilihan sekolah ini adalah setelah dilakukan random terhadap semua SMA di Medan, maka yang terpilih untuk SMA Negeri adalah

SMA Negeri 6 dan untuk SMA swasta adalah SMA Methodist 2.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada semester 6 dan semester 7 yaitu antara

bulan Februari hingga November 2010.Waktu Pengumpulan data pada

Oktober 2010.

4.3. Populasi dan sampel penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA

Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan tahun 2010. Populasi penelitian

pada SMA tingkat 3 Methodist 2 berjumlah 638 orang, sedangkan pada

SMA tingkat 3 Negeri-6 berjumlah 214 orang.

(40)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA Negeri 6

dan SMA Methodist 2 Medan tahun 2010.

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :

n = Z

²

1-

[P

1

(1-P

1

) + P

2

(1-P

2

)]

d

²

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = standar deviasi normal= 1,96

P1 = Proposi dari anak-anak SMA yang mempunyai pengetahuan

tentang HIV/AIDS ,yaitu 50% (0,5).

P2 = Proposi dari anak-anak SMA yang tidak mempunyai

pengetahuan tentang HIV/AIDS ,yaitu 50% (0,5).

d = derajat ketepatan yang diinginkan = 0,1

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah :

n = Z21-α/2 [ P1 (1- P1) + P2 (1- P2) ]

d2

n = 1,962 [ 0,5 (1-0,5) + 0,5 (1-0,5) ]

0,12

n = 192,08 digenapkan menjadi 200 orang

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling. Sampel tersebut didistribusikan merata pada pelajar SMA tingkat 3 :

a. SMA Methodist-2 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang

b. SMA Methodist-2 kelas 3 IPS : ¼ x 200 = 50 orang

c. SMA Negeri-6 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang

(41)

4.4. Instrumen Penelitian

4.4.1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran gambaran pengetahuan pelajar SMA mengenai HIV/AIDS

dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden.

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan

sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawanban responden benar akan diberi nilai

1, jika jawaban salah akan diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan

pada tiap- tiap pertanyaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

No. Urut

Pertanyaan

Nilai/score

A B C D

Bahagian Pengetahuan

1. 0 0 0 1

2. 0 0 0 1

3. 1 0 0 0

4. 0 0 0 1

5. 0 1 0 0

6. 1 0 0 0

7. 0 0 1 0

8. 0 0 0 1

9. 0 1 0 0

(42)

Dengan memakai skala pengukuran ,yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner

pengetahuan.

b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner

pengetahuan.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner

pengetahuan.

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden,yaitu :

a. Skor 8-10 : baik

b. Skor 4-7 : sedang

c. Skor ≤ 3 : kurang

4.4.2. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap pelajar SMA mengenai HIV/AIDS dilakukan berdasarkan

jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan

berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Dengan

menggunakan Likert Scale yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Penyusunan kuesioner ini juga dikelompokkan dalam 5 pertanyaan favorable dan 5 pertanyaan unfavorable.Jawaban dalam pertanyaan favorable mengandung nilai- nilai positif dan nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 4

setuju = nilai 3

tidak setuju = nilai 2

(43)

Sedangkan jawaban dalam pertanyaan unfavorable mengandung nilai-nilai negatif dn nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 1

setuju = nilai 2

tidak setuju = nilai 3

sangat tidak setuju = nilai 4

Tabel 4.2

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap

No. Urut

Pertanyaan

Nilai/score

SS S TS STS

Bahagian Sikap

1. 4 3 2 1

2. 4 3 2 1

3. 1 2 3 4

4. 1 2 3 4

5. 4 3 2 1

6. 4 3 2 1

7. 1 2 3 4

8. 1 2 3 4

9. 1 2 3 4

10. 4 3 2 1

Keterangan : SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

(44)

Dengan memakai skala pengukuran ,yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner sikap.

b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner

sikap.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner sikap.

Maka penilaian terhadap sikap responden,yaitu :

a. Skor 31-40 : baik

b. Skor 16-30 : sedang

c. Skor <16 : kurang

4.5. Metode Pengumpulan Data

4.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan

pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang

berhubungan dengan jumlah murid SMA tingkat 3.

4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas telah dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat

dipercayai. Uji validitas ini telah dilakukan dengan memberikan keusioner

kepada satu populasi yang mirip dengan populasi yang akan kita uji. Uji

reliabilitas telah dilakukan untuk memastikan hasil pengukuran adalah tetap

(45)

diulangi lagi. Uji validitas dan uji reliabilitas telah dilakukan pada populasi

yang terdiri dari 20 orang setelah berakhirnya seminar proposal. Uji validitas

telah dilakukan secara validity of construct dan validity of content. Validity of construct telah dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasilnya adalah 5 pertanyaan yang valid untuk bagian pengetahuan, dan 5 pertanyaan yang

valid untuk bagian sikap. Validity of content dilakukan dengan meminta pendapat pakar. Hasilnya adalah 10 pertanyaan yang valid untuk bagian

pengetahuan, dan 10 pertanyaan yang valid untuk bagian sikap.

4.6. Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian ataupun

scoring method. Dalam bagian pertama, untuk setiap jawaban pelajar SMA yang benar akan mendapat skor 1. Untuk setiap jawaban pelajar SMA yang

salah akan mendapat skor 0. Skor tertinggi yang dapat diperoleh pelajar

SMA adalah 10 dan skor yang terendah yang dapat diperoleh pelajar SMA

adalah 0. Untuk Bagian kedua, skor 1, 2, 3 dan 4 akan diberi berdasarkan

ketepatan jawaban pelajar SMA. Skor tertinggi yang dapat diperoleh pelajar

SMA adalah 40 dan skor terendah yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah

10.

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan

pembagian kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa di bawa

pulang. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga

dapat disimpulkan pada hasil penelitian ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Negeri 6 dan SMA

Methodist 2 Medan. Pengambilan data di SMA Negeri 6 yang berlokasi di Jalan

Ansari No.34 Medan, manakala SMA Methodist 2 berlokasi di Jalan M.H.

Thamrin No.96 Medan. Ada 2 ruangan pada SMA Negeri 6 dan SMA Methodist

2 yang dijadikan tempat pengambilan data, yaitu: ruangan IPA dan IPS.

Pengumpulan data dari kedua sekolah ini dilakukan pada bulan Oktober 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pelajar SMA

Negeri 6 dan SMA Methodist 2 tingkat 3, dengan jumlah responden

masing-masing sekolah adalah sebanyak 100 orang.. Total responden adalah sebanyak

200 orang.

Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi,

karena dalam penelitian ini hanya ingin melihat gambaran pengetahuan dan sikap

dari responden terhadap HIV/AIDS . Peneliti tidak membandingkan pengetahuan

(47)

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F (frekuensi ) %

Laki-laki 88 44,0

Perempuan 112 56,0

Jumlah 200 100

Dari tabel di atas, dapat menyimpulkan bahwa responden terbanyak terdiri

dari responden dengan jenis kelamin perempuan (56,0 %). Responden laki-laki

adalah sebesar 44,0 %

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Terhadap

HIV/AIDS

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 pertanyaan

mengenai pengetahuan pelajar SMA terhadap HIV/AIDS. Pertanyaan-pertanyaan

yang ada di dalam kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya,

sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mengawali pengetahuan responden

terhadap HIV/AIDS.Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden pada

(48)

Table 5.2.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable

Pengetahuan

NO Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1. Kepanjangan dari HIV 138 69,0 62 31,0

2. Kepanjangan dari AIDS 164 82,0 36 18,0

3. Penyebab penyakit AIDS 188 94,0 12 6,0

4. Masa perkembagan HIV menjadi AIDS

129 64,5 71 35,5

5. Kelompok pertama kali ditemuka n HIV

50 25 150 75

6. Penderita AIDS pertama di Indonesia

35 17,5 165 82,5

7. Propinsi pertama kali AIDS muncul di Indonesia

105 52,5 95 47,5

8. Cara penularan HIV 192 96 8 4

9. Kontraseptif yang paling berguna untuk mencegah HIV

178 89 22 11

10. Cara penyebaran HIV 56 28 144 72

Berdasarkan tabel di atas, pernyataan yang paling banyak dijawab dengan

benar yaitu pernyataan tentang cara penularan HIV (96,0 %), dan pernyataan

tentang penyebab penyakit AIDS (94%). Sedangkan pernyataan yang paling

banyak dijawab salah adalah pada pernyataan tentang penderita AIDS pertama di

Indonesia (82,5%) dan pernyataan tentang kelompok pertama kali ditemukan HIV

(75,0 %) .

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu

baik,sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan memiliki pengetahuan

baik bila menjawab 8-10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan

(49)

pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan pengetahuan kurang bila

menjawab lebih kecil atau sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan dengan

benar .Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan pelajar SMA

Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan F (frekuensi) %

Baik 32 16,0

Sedang 163 81,5

Kurang 5 2,5

Total 200 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori

kurang memiliki persentase yang paling kecil yaitu 2,5% , tingkat pengetahuan

dengan kategori sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 81,5% dan tingkat

pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 16,0 %.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu sekolah

kerajaan yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA

Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat

(50)

Tabel 5.4.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan

Kategori Pengetahuan

Dari tabel tersebut, tingkat pengetahuan kurang memiliki nilai yang paling

kecil pada kedua sekolah SMA tersebut ,yaitu sebesar 2,0% dan 0,5%. Tingkat

pengetahuan sedang sekolah SMA Methodist 2 memiliki nilai lebih tinggi

dibandingkan dengan sekolah SMA Negeri 6 yaitu 42,0%.Sedangkan untuk

tingkat pengetahuan baik,SMA Negeri 6 memiliki hasil 8,5% dan SMA Methodist

2 memiliki hasil 7,5%.

5.1.3.2. Sikap Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 terhadap

HIV/AIDS

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10

pertanyaan mengenai sikap terhadap HIV/AIDS. Data lengkap distribusi frekuensi

jawaban angket responden pada variable sikap dapat dilihat pada table 5.5. di

(51)

Table 5.5.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable Sikap

Jawaban Responden

No. Pernyataan Sangat

Setuju 1. Penderita AIDS tidak

dijaukan dari masyarakat

48 24,0 103 51,5 42 21,0 7 3,5

2. Anda berminat untuk tambah informasi

4. Anda membantah terhadap pendidikan seks

37 18,5 99 49,5 40 20,0 24 12,0

5. Anda setuju terhadap konsultasi masalah AIDS pada Koran/majalah

54 27,0 125 62,5 21 10,5 0 0,0

6. Anda setuju penggunaan kondom, untuk mencegah AIDS

62 31,0 103 51,5 26 13,0 9 4,5

7. Anda tidak membantu pemerintah untuk cegah penyebaran AIDS

55 27,5 109 54,5 25 12,5 11 5,5

8. Anda menolak melaku pencegahan dari infeksi

10. Anda berminat mengikuti test AIDS

69 34,5 99 49,5 22 11,0 10 5,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling

banyak dijawab dengan sangat setuju adalah pada pertanyaan mengenai

responden akan menolak melakukan pencegaham dari infeksi AIDS, yaitu sebesar

40,5%. Pertanyaan sikap yang paling banyak dijawab dengan setuju adalah pada

pernyataan tentang responden akan mengkonsultasi masalah AIDS pada Koran /

majalah ,yaitu sebesar 62,5%. Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab

dengan tidak setuju adalah pada pernyataan tentang responden akan

(52)

sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat tidak setuju adalah pada

pernyataan tentang responden akan membantah terhadap pendidikan seks sebesar

12,0%.

Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik,

sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor atas pertanyaan

sikap bernilai 31-40 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki sikap

sedang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 16-30 dan dikatakan bersikap

kurang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai sama dengan atau di bawah 15.

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap pelajar SMA Negeri 6 medan dan SMA

Methodist 2 dapat dikategorikan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Sikap f (frekuensi) %

Baik 84 42

Sedang 116 58

Kurang 0 0

Total 200 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki

persentase 42,0% sedangkan sikap yang dikategorikan sedang memiliki

persentase yang paling banyak yaitu 58,0% dan pada penelitian ini tidak

didapatkan sikap dengan kategori kurang.

Pada penelitian ini juga dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari

satu sekolah Negeri yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu

SMA Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat

(53)

Tabel 5.7.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Sikap

Kategori Sikap

Dari tabel diatas, kedua sekolah tersebut tidak ada pelajar SMA tingkat

tiga dengan sikap yang kurang terhadap HIV/AIDS. Sikap sedang merupakan

nilai yang terbanyak pada sekolah SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dengan

nilai 25,5% dan 32,5%.Sikap baik pada masing-masing SMA Negeri 6 dan SMA

Methodist 2 bernilai 24,5% dan 17,5%.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari

pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang

diketahui. (Soanes, 2001). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembahagian

kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden terhadap HIV/AIDS

pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Dari hasil pengetahuan diperoleh sebanyak 138 responden (69.0%) telah

memiliki pengetahuan yang baik tentang kepanjangan dari HIV , 164 responden

(82,0%) telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kepanjangan dari AIDS ,

188 responden (94%) telah memiliki pengetahuan tentang penyabab penyakit

(54)

masa perkembangan HIV menjadi AIDS.Hal ini juga dinyatakan menurut Lili

bahwa pelajar sekarang umumnya mendapat informasi dari sekolah,televise,

majalah dan buku.Namun ada yang dapat dari keluarga dan rakan- rakan.

Umumnya mereka mendapat informasi yang memadai dan ringkas mengenai

definisi, penyebab, masa inkubasi dan risiko mendapat HIV/AIDS. (Lili

Rahayuwati,2007).

Sebanyak 50 responden ( 25,0%) memiliki pengetahuan baik terhadap

kelompok pertama kali ditemukan HIV, seperti yang ditemukan bahwa AIDS

pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Center for disease

Control Prevention A.S mencatat adanya Pneumonia Pneumosistis (sekarang

masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan olehPneumosystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles (CDC,2010).

Pada 15 April 1987, kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan.

Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di

Rumah Sakit Sanglah, Bali (Depkes ,2000). Sebanyak 35 responden (17,5%)

mempunyai pengetahui yang baik mengenai penderita AIDS pertama di Indonesia

dan 105 responden (52,5%) mengetahui mengenai propinsi pertama kali AIDS di

Indonesia.

Sebanyak 192 responden (96,0%) yang menjawab dengan benar tentang

cara penularan HIV dan 56 responden (28,0%) mempunyai pengetahuan baik

tentang cara penyebaran HIV/AIDS. Ini bermakna 96,0% dari responden tahu

bahwa pemakaian alat suntik bekas penderita AIDS dan transfusi darah serta

hubungan seksual dapat menularkan HIV/AIDS dan 28,0% respomden tahu virus

ini tidak akan menyebar melalui kontak biasa . Hal ini dapat dilihat dari penelitian

Ririn berdasarkan data dari Departemen Kesehatan tahun 1991 hingga 2005

diperoleh data proporsi di Kota Bandung , resiko terbesar tertular HIV dimiliki

(55)

Sebanyak 178 responden (89,0%) mempunyai pengetahuan yang baik

mengenai kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling berguna untuk

mencegah infeksi HIV, hal ini sesuai dengan sarana yang dianjurkan dari Centre for Disease Control and Prevention(CDC, 2008) .

Secara keseluruhan, diperoleh sebanyak 32 responden yang

berpengetahuan baik (16,0%), 163 responden yang berpengetahuan sedang

(81,5%) dan 5 responden yang berpengetahuan kurang (2,5%). Dari hasil tersebut

terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang HIV/AIDS pada pelajar SMA

Negeri dan Swasta di kota Medan berada pada tingkat sedang. Dari penelitian ini

tidak terdapt perbedaan yang sangat jauh tentang pengetahuan HIV/AIDS pada

kedua sekolah SMA, ini mungkin disebabkan lingkungan sosial, budaya juga

berperanan terhadap pengetahuan mereka.Akibat pengetahuan mereka ini,maka

kasus tentang seks bebas dan aborbsi di kalangan remaja semakin meningkat di

masyarakat kita(Depkes, 2010).

5.2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek .Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan reaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

objek( Notoatmodjo,2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembahagian

kuesioner untuk mengukur sikap responden terhadap HIV/AIDS.

Dari hasil penelitian, diketahui bahawa sebahagian besar responden sudah

dapat merespon dengan baik terhadap HIV/AIDS baik terhadap diri sendiri

maupun lingkungan di sekitarnya.Hal ini bisa dilihat dari tabel hasil bahwa

sebanyak 103 responden (51,5%) menyatakan setuju bahwa penderita AIDS tidak

perlu dijauhkan dari masyarakat , 108 responden (54,0%) menyatakan setuju

bahwa berminat untuk menambahkan informasi tentang HIV/AIDS,1221

(56)

99 responden (49,5%) menyatakan setuju untuk membantah terhadap pendidikan

seks.

Sebanyak 125 responden (62,5%) menyatakan setuju terhadap

mengkonsultasikan masalah AIDS pada koran/majalah, 103 responden (51,5%)

menyatakan setuju terhadap penggunaan kondom untuk mencegah AIDS, 109

responden menyatakan setuju bahwa tidak akan membantu pemerintah untuk

mencegah penyebaran AIDS, 90 responden menyatakan setuju untuk menolak

melakukan pencegahan dari infeksi AIDS, 107 responden (53,5%) menyatakan

setuju bahwa akan menyembunyikan jika positif HIV dan 99 responden (49,5%)

menyatakan setuju untuk mengikuti test HIV.

Dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat paling banyak responden

yang menjawab sangat setuju apabila menolak untuk melakukan

pengamanan/pencegahan terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat terdekat

dari kemungkinan terinfeksi AIDS dengan 40,5% daripada 100%. Dimana ini

sangat berlawanan dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang manyatakan

hampir 100% responden menyatakan sikap mau melakukan

pengamanan/pencegahan AIDS terhadap diri sendiri, keluarga dan

masyarakat.Hal ini mungkin responden dari penelitian ada keliru mengenai

pencegahan terhadap AIDS dan mungkin responden tidak terlalu paham dengan

pertanyaan tersebut.

Dari penelitian ini ,kita dapat lihat 62,5% dari responden menjawab setuju

mengenai konsultasi masalah seks dan AIDS yang ada pada si majalah/koran.

Dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang menyatakan hampir seluruh

informasi yang diperoleh responden berasal dari lingkungannya,yaitu dari televisi,

koran dan majalah. Maka responden akan berkonsultasi masalah seks dan AIDS

pada si majalah / koran.

Sebanyak 29,5% dari responden menjawab tidak setuju untuk

menyembunyikan hal positif terinfeksi HIV dari orang lain.Hal ini bisa dilihat dari

Gambar

Gambar 3.1: Kerangka konsep antara tingkat pengetahuan dan sikap  Pelajar SMA
Tabel 3.1: Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur dan
Tabel 4.1.
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika ibu dan ayah berbeda penerimaan terhadap anak-anaknya, akan mendorong masalah yang serius bagi anak-anak yang merasa diperlakukan tidak adil atau dinomorduakan.. PESAN

Class Object (the ultimate superclass of everything) 208 Taking objects out of an ArrayList (they come out as type Object) 211 Compiler checks the reference type (before letting

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Persepsi

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa demokrasi yang merupakan manifestasi kedaulatan rakyat berupa penyerahan kepada rakyat untuk mengambil keputusan-keputusan politik

Bahan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber ekstrak adalah buah kemukus (Piper cubeba) dan daun kacang babi (Tephrosia vogelii) yang masing- masing diperoleh dari

Since it is important to test the speaking skill, this study focuses on the speaking tests at tertiary education levels in terms of the preparation, administration

Kewenangan yang dimiliki oleh Komnas HAM sebagai lembaga negara yang berhak dan diamanti oleh presiden untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di rasa kurang

Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses pelaksanaan kerja praktek, baik dari awal hingga tersusun laporan