• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri 1 Medan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

SELF-EFFICACY

TERHADAP STRES AKADEMIK

PADA SISWA KELAS I RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (RSBI) DI SMP NEGERI 1 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

DANIA DWI RAHMAWATI 071301101

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

SKRIPSI

PENGARUH

SELF-EFFICACY

TERHADAP STRES AKADEMIK

PADA SISWA KELAS I RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (RSBI) DI SMP NEGERI 1 MEDAN

Dipersiapkan dan disusun oleh:

DANIA DWI RAHMAWATI 071301101

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 19 April 2012

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Sri Supriyantini, M.Si., Psikolog Penguji I / Pembimbing

NIP. 196204092000122001

2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd Penguji II NIP. 196910142000042001

3. Etty Rahmawati, M.Si Penguji III

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri 1 Medan

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2012

(4)

Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan

Dania Dwi Rahmawati dan Sri Supriyantini

ABSTRAK

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional (Kemdikbud, 2009). Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini memberikan tuntutan tugas yang berat bagi siswanya, hal tersebut dapat menimbulkan stres akademik pada siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan padanya. Olejnik dan Holschuh (2007) menggambarkan stres akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi stres akademik adalah self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif (Bandura, 1997). Siswa yang memiliki self-efficacy mengenai kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres (Odgen, 2000). Dalam hal ini siswa yang memiliki self-efficacy dalam dirinya maka mereka akan mampu mengontrol stres akademik yang dialaminya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 116 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy dengan reliabilitas 0,947 yang terdiri dari 43 aitem dan skala stres akademik dengan reliabilitas 0,915 yang terdiri dari 39 aitem.

Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi diperoleh nilai F= 340.157 dengan p = 0,000 dan p<0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN I Medan. Selanjutnya, nilai koefisien determinan (r2) sebesar 0.749. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif self-efficacy sebesar 74.9% terhadap stres akademik dan selebihnya yaitu 25.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

(5)

Affection of Self-Efficacy to Academic Stress in Beginning of International Standard 1th Grade Students of SMPN 1 Medan

Dania Dwi Rahmawati dan Sri Supriyantini

ABSTRACT

Beginning of International Standard School is a school with National Standard which prepare its students based on Educational National Standard with international quality. So that, they expect the alumnus will have an national or international competitiveness ability (Kemdikbud, 2009). Beginning of International Standard School press its students with hard task. This situation will rise the academic stress of student if he could not appease in proving in achievement and excellence in highly competition situation. Academic stress is the response that comes from too many demands and students' work to be done (Olejnik dan Holschuh, 2007). One of the factors that students affected academic stress is a self-efficacy. Self-efficacy is a will that someone can control the situation and produce positive result (Bandura, 1997). Students with self-efficacy in control his behavior is very influencing how people response any kind of things that caused stress (Odgen, 2000). In this case, the student with self-efficacy in himself will be able to control his academic stress problems.

This study aims to determine the affection of self-efficacy to academic stress in Beginning of International Standard 1th grade students of SMPN 1 Medan. The subjects in this research were 116 students. Measuring instrument was used an self-efficacy scale with reliability of 0.947 which consist of 43 items and academic stress scale with reliability of 0.915 which consist of 39 items.

Hypothesis test results using regression analysis of the value of F = 340 157 with p = 0.000 and p <0.05, so that it can be concluded that there is the affection of self-efficacy to academic stress in Beginning of International Standard 1th grade students of SMPN 1 Medan. Furthermore, the value of the determinant coefficient (r2) of 0.749. This suggests that the contribution of effective self-efficacy for 74.9% of academic stress and rest 25.1% are affected by other variables not examined in this study.

Keywords: Self-Efficacy, Academic Stress, Beginning of International Standard School.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP

Negeri 1 Medan.”

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis Bapak H.Rustam Effendi, SH dan Ibu Hj.Jamiah, Amd. Terima kasih penulis ucapkan untuk setiap perjuangan, didikan, cinta dan kasih sayang, pengertian, perhatian, doa, dan semua hal yang telah kalian berikan. Semoga Allah membalas semua kebaikan mama dan papa.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, peneliti tidak akan mungkin dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Kak Siti Zahreni, M.Psi., selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih

untuk bimbingan dan motivasi yang kakak berikan selama ini.

3. Ibu Sri Supriyantini, Msi., Psikolog selaku dosen pembimbing penulisan

(7)

4. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan Ibu Etty Rahmawati, M.Si sebagai dosen penguji skripsi. Terima kasih atas segala kritik, masukan, bimbingan, telah diberikan kepada peneliti guna membuat penelitian ini menjadi lebih baik. 5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih

untuk segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

6. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Psikologi USU, yang telah banyak membantu peeliti sepanjang menjadi mahasiswa.

7. Kepala sekolah SMPN 1 Medan Bapak Drs. H. Ahmad Siregar dan PKS

Humas SMPN 1 Medan Ibu Heriyani, SPd terima kasih atas bantuan dan izin yang Bapak dan Ibu berikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

8. Kakak dan adik yang ku sayangi (Kak Luki, Bebe, Umbum, Uje), terima kasih atas dukungan, bantuan, dan semangat yang diberikan selama ini.

9. Untuk sahabat ku Liza, Ririn, Milna, Yossy, Indah, dan untuk anak-anak

psikologi angkatan 2007. Terima kasih atas semangat, perhatian, dukungan, dan masukan yang telah kalian berikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia psikologi pendidikan pada khususnya.

Medan, April 2012

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Stres Akademik ... 13

1. Pengertian Stres ... 13

2. Jenis-Jenis Stres ... 14

3. Pengertian Stres Akademik ... 14

4. Stressor Akademik ... 15

5. Respon terhadap Stres Akademik ... 16

6. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik ... 17

B. Self-Efficacy ... 19

1. Pengertian Self-Efficacy ... 19

(9)

3. Klasifikasi Self-efficacy... 22

4. Sumber-Sumber Self-Efficacy ... 23

5. Perkembangan Self-Efficacy ... 25

6. Proses Psikologis dalam Self-Efficacy ... 26

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy ... 29

8. Cara Meningkatkan Self-Efficacy ………31

C. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ... 32

1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)..32

2. Tujuan Program RSBI ... 32

3. Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran RSBI ... 35

4. Penjaminan Mutu Kompetensi Lulusan ... 36

5. RSBI SMPN 1 Medan ... 37

D. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 RSBI di SMPN 1 Medan ... 41

E. Hipotesis Penelitian... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 45

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45

C. Populasi, Sampel. Dan Metode Pengambilan Sampel ... 46

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 48

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 52

1.Validitas ... 52

(10)

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 54

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 57

1.Tahap Persiapan Penelitian ... 57

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 59

3. Tahap Pengolahan Data ... 59

G. Metode Analisa Data ... 59

H. Kategorisasi Data Penelitian ...61

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Gambaran Subjek Penelitian ... 62

B. Uji Asumsi Penelitian ... 62

1. Uji Normalitas ... 63

2. Uji Linearitas ... 63

C. Hasil Uji Hipotesis ... 64

1. Analisis Regresi Linier ... 64

2. Kategorisasi Data... 65

D. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint penyusunan skala stres akademik ... 49

Tabel 2. Blue print penyusunan skala self-efficacy ... 51

Tabel 3. Distribusi aitem pada skala stres akademik sebelum uji coba ... 54

Tabel 4. Distribusiaitem pada skala stres akademik setelah uji coba ... 55

Tabel 5. Distribusi aitem pada skala penelitian stres akademik ... 55

Tabel 6. Distribusi aitem pada skala self-efficacy sebelum uji coba ... 56

Tabel 7. Distribusiaitem pada skala self-efficacy setelah uji coba ... 56

Tabel 8. Distribusi aitem pada skala penelitian self-efficacy ... 57

Tabel 9. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 62

Tabel 10. Normalitas sebaran variabel self-efficacy dan stres akademik ... 63

Tabel 11. Uji linearitas variabel self-efficacy dan stres akademik ... 64

Tabel 12. Hasil analisis regresi ... 64

Tabel 13. Deskripsi data penelitian self-efficacy ... 65

Tabel 14. Kategorisasi data self-efficacy ... 67

Tabel 15. Deskripsi data penelitian stres akademik ... 68

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Mentah Subjek Pada Saat Uji Coba

Lampiran 2 Analisa Reliabilitas

Lampiran 3 Data Mentah Subjek Penelitian

Lampiran 4 Output SPSS

Lampiran 5 Aitem Skala Pada Saat Uji Coba

(13)

Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan

Dania Dwi Rahmawati dan Sri Supriyantini

ABSTRAK

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional (Kemdikbud, 2009). Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini memberikan tuntutan tugas yang berat bagi siswanya, hal tersebut dapat menimbulkan stres akademik pada siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan padanya. Olejnik dan Holschuh (2007) menggambarkan stres akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi stres akademik adalah self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif (Bandura, 1997). Siswa yang memiliki self-efficacy mengenai kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres (Odgen, 2000). Dalam hal ini siswa yang memiliki self-efficacy dalam dirinya maka mereka akan mampu mengontrol stres akademik yang dialaminya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 116 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy dengan reliabilitas 0,947 yang terdiri dari 43 aitem dan skala stres akademik dengan reliabilitas 0,915 yang terdiri dari 39 aitem.

Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi diperoleh nilai F= 340.157 dengan p = 0,000 dan p<0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN I Medan. Selanjutnya, nilai koefisien determinan (r2) sebesar 0.749. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif self-efficacy sebesar 74.9% terhadap stres akademik dan selebihnya yaitu 25.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

(14)

Affection of Self-Efficacy to Academic Stress in Beginning of International Standard 1th Grade Students of SMPN 1 Medan

Dania Dwi Rahmawati dan Sri Supriyantini

ABSTRACT

Beginning of International Standard School is a school with National Standard which prepare its students based on Educational National Standard with international quality. So that, they expect the alumnus will have an national or international competitiveness ability (Kemdikbud, 2009). Beginning of International Standard School press its students with hard task. This situation will rise the academic stress of student if he could not appease in proving in achievement and excellence in highly competition situation. Academic stress is the response that comes from too many demands and students' work to be done (Olejnik dan Holschuh, 2007). One of the factors that students affected academic stress is a self-efficacy. Self-efficacy is a will that someone can control the situation and produce positive result (Bandura, 1997). Students with self-efficacy in control his behavior is very influencing how people response any kind of things that caused stress (Odgen, 2000). In this case, the student with self-efficacy in himself will be able to control his academic stress problems.

This study aims to determine the affection of self-efficacy to academic stress in Beginning of International Standard 1th grade students of SMPN 1 Medan. The subjects in this research were 116 students. Measuring instrument was used an self-efficacy scale with reliability of 0.947 which consist of 43 items and academic stress scale with reliability of 0.915 which consist of 39 items.

Hypothesis test results using regression analysis of the value of F = 340 157 with p = 0.000 and p <0.05, so that it can be concluded that there is the affection of self-efficacy to academic stress in Beginning of International Standard 1th grade students of SMPN 1 Medan. Furthermore, the value of the determinant coefficient (r2) of 0.749. This suggests that the contribution of effective self-efficacy for 74.9% of academic stress and rest 25.1% are affected by other variables not examined in this study.

Keywords: Self-Efficacy, Academic Stress, Beginning of International Standard School.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Maryati, 2008).

Peningkatan mutu pendidikan atau sekolah adalah proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan kualitas, dengan tujuan agar target pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, 2007). Dengan dilakukannya peningkatan mutu pendidikan maka akan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang sangat dibutuhkan agar mampu bersaing di dunia. Salah satu cara yang ditempuh untuk memajukan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan (Astuti, 2009).

(16)

dikarenakan RSBI menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi kurikulum sekolah negara lain, sehingga diharapkan dapat menyiapkan SDM manusia yang mampu bersaing secara internasional (Kemdikbud, 2010).

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan sekolah calon dari Sekolah Bertaraf Internasional (Kemdikbud, 2009).

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan sekolah calon dari Sekolah Bertaraf Internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah realisasi dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat 3 tentang pendirian sekolah internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar dapat bersaing secara global maupun internasional (IISS, 2010).

(17)

Saat ini di Medan baru ada satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan status RSBI yaitu SMPN 1 Medan (Kemdikbud, 2011). Untuk masuk ke RSBI SMPN 1 Medan juga para siswa harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, seperti mengikuti beberapa tes tertulis (tes pada mata pelajaran IPA dan matematika), tes psikologi, dan tes TOEFL (Kemdikbud, 2009). Hal ini diperkuat berdasarkan komunikasi personal dengan salah seorang guru berinisial HY, berusia 48 tahun:

”Disini kelasnya udah internasional, untuk masuknya juga ada tes khusus yang diberikan, kayak tes tertulis gitu, tes kecerdasannya sama ada wawancara nya juga. Terus bahasa pengantar dibeberapa pelajaran juga bahasa Inggris. Sebelumnya juga ada seleksi administrasi yang diberikan pas pendaftaraan awalnya. Nilai minimal yang harus didapatkan pada saat seleksi untuk pelajaran MIPA juga minimalnya 7,5. terus pada saat pendaftaran juga diminta sertifikat bahasa Inggris atau sertifikat

komputernya gitu.” (HY, Komunikasi Personal, 30/04/2011)

SMPN 1 Medan sebagai sekolah yang berstatus RSBI, menerapkan konsep bilingual dalam kegiatan belajar mengajarnya (Kemdikbud, 2010). Triyono (2009) menyatakan bahwa penerapan bahasa Inggris dalam SBI pada tahun pertama guru menggunakan sekitar 75% bahasa Indonesia dan 25% bahasa Inggris. Akan tetapi, kenyataannya pada tahun pertama RSBI SMPN 1 Medan sudah menerapkan bahasa Inggris sepenuhnya di beberapa mata pelajaran. Hasil komunikasi personal dengan siswa kelas 1 berikut menunjukkan bagaimana penerapan bahasa Inggris di SMPN 1 Medan.

“Yaa, masalahnya kan kami di kelas belajar gurunya pake bahasa Inggris

terus kak, kadang kan ada juga aku yang kurang ngerti kak, tapi kan gurunya jelasin terus pake bahasa Inggris, iya kak.. bahasa Inggris terus gurunya jelasin pelajarannya, gak dicampur gitu sama bahasa Indonesia,

tapi ya ikutin aja lah kak biarpun kadang gak ngerti, hehehee..” (AN,

(18)

Selain masalah bahasa pengantar masalah yang dihadapi siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan di dalam kelas, masalah lain menurut RN adalah tuntutan tugas yang banyak diberikan guru di kelas dan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru, hal ini dapat dilihat berdasarkan komunikasi personal, sebagai baerikut:

“Kalo di kelas, kalo gurunya udah siap jelasin, nanti ada guru nya kasi

tugas ngerjain jawab-jawab soal gitu kak.. kan pas jelasin gurunya pake bahasa Inggris , kadang ada juga yang gak ngerti, pas ngerjain tugas soal itu ya bingung kak jadinya, udah ngerjain soal dikelas pun juga tetap aja di kasi juga PR lagi untuk di rumah, udah gitu PR banyak kak, kalo kayak senin-kamis itu kan kami pulangnya aja udah sore kan, pulang sekolah pun Aku ada les lagi kak di luar, kadang malam sampe rumah suka kecapean ya tidur dulu sebentar kak, baru bangun lagi ngerjain PR yang banyak

itu… (RN, Komunikasi Personal, 13/05/2011).

Selanjutnya, masalah yang dihadapi siswa kelas 1 RSBI di sekolah yaitu peraturan yang diterapkan oleh pihak sekolah mengenai standart nilai yang lebih tinggi yang harus diperoleh siswa RSBI yaitu nilai 8 dan lebih lamanya jam pulang sekolah di RSBI SMPN 1 Medan ini yaitu jam 15.30 dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan komunikasi personal, sebagai berikut:

(19)

Iya kak, belajarnya kami pake bahasa Inggris guru nerangin pelajaranya,

terus nilai yang mesti kami dapat nilai nya 8 kak…Kalo bahasa Inggris sih

saya ngerti sih kak, tapi kadang-kadang kan banyak juga yang gak tau artinya kalo pas guru jelasin pelajaran pake bahasa Inggris, kalo udah bingung sama yang dijelasin gitu baru pas ngerjain tugas agak susah jadinya.. (BL, Komunikasi Personal, 09/11/2011).

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diperoleh gambaran mengenai tuntutan yang harus dijalani oleh siswa RSBI di SMPN 1 Medan, mulai dari bahasa pengantar dalam belajar yang menggunakan bahasa Inggris, beban pelajaran yang terlalu banyak dalam sehari, dan tugas ataupun PR yang banyak diberikan kepada siswanya, standart nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah umum lainnya dan jam pulang sekolah yang lebih lama. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan stres pada siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan padanya (Olejnik dan Holschuh, 2007, hal 101).

Stres telah menjadi masalah nyata dalam kehidupan sekolah anak (Alvin, 2007). Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino, 2006, hal. 62).

(20)

mampu dan tidak aman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku yang tidak baik . Keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, dan perilaku yang tidak baik dapat menyebabkan stres (Hurlock, 1990).

Stres merupakan suatu tekanan pada diri individu yang biasanya diikuti dengan adanya gejala-gejala fisiologis, seperti otot mengencang, denyut jantung meningkat, pernafasan menjadi cepat dan dangkal serta beberapa gejala lain yang bersifat somatis. Hal ini biasanya terjadi karena adanya keinginan atau kebutuhan yang kurang atau tidak terpenuhi (Hawari, dalam Susilowati 2010).

Stres pada siswa yang terjadi karena banyaknya harapan dan tuntutan dalam bidang akademik disebut dengan stres akademik. Menurut Gusniarti (2002), stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa. Ibung (2008) menambahkan bahwa ketidaksesuaian kondisi individu dengan lingkungannya dapat terjadi dalam bentuk tuntutan lingkungan lebih tinggi daripada kemampuan individu atau tuntutan individu yang lebih tinggi dari kondisi lingkungan yang ia hadapi.

(21)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres berbeda-beda pada tiap individu tergantung individu tersebut. Menurut Davidson dan Coper (dalam Kusuma, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi stres secara umum yaitu bersumber dari diri pribadi (internal) dan faktor eksternal (lingkungan rumah, sosial, maupun tempat kerja individu sendiri). Salah satu faktor internal individu yaitu karakteristik kepribadian. Di dalam karakteristik kepribadian terdapat self-efficacy. Selanjutnya, menurut Bandura (1997, hal. 262) untuk melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang sangat berguna. Odgen (dalam Supriyantini, 2008) mengatakan bahwa keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres .

Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif. Self-efficacy merupakan kepercayaan pada satu kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan bagian dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan (Bandura, 1997, hal. 21). Widanarti & Indati (2002) mengatakan bahwa keyakinan tentang kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha untuk mencapai tujuan, namun juga dapat menghambat usaha untuk mencapai sasaran. Adanya perasaan tidak mampu merupakan hal yang dapat menghambat seseotang dalam pencapaian sasaran.

(22)

mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dan menganggapnya sebagai suatu tantangan yang tidak perlu untuk dihindari. Sarafino (2006, hal. 94) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mengalami tekanan yang lebih rendah ketika berhadapan dengan sumber stres atau stressor. Apabila seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung lebih kuat dalam menghadapi stres tersebut. Menurut Bandura ( dalam Sarafino, 1994. Hal. 94) self-efficacy yang dimiliki individu dapat membuat individu mampu menghadapi berbahagi situasi.

Bandura & Schunk, 1981 ; Norwick, 1987 ; Pajares & Miller, 1994 (dalam Azwar, 1996) mengemukakan bahwa tingginya self-efficacy akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak lebih terarah terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, ditemukan hubungan yang signifikan antara persepsi individu mengenai self-efficacy dengan prestasi dan performansi individu tersebut. Hal ini juga sesuai hasil penelitian Schunk & Meece (dalam Hinton, Simson dan Smith, 2008) menemukan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung akan berhasil dalam bidang akademiknya. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi akan memiliki komitmen dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya sehingga mereka dapat berhasil dalam bidang akademiknya.

(23)

berada dalam masa transisi dari masa anak-anak menuju masa remaja, terjadi banyak perubahan sehingga dibutuhkan adanya self-efficacy yang kuat dalam diri untuk memperoleh kesuksesan dalam mencapai prestasi akademis siswa.

Self-efficacy merupakan suatu keyakinan dalam diri seseorang bahwa ia mampu melakukan tugas tertentu. Self-efficacy mempengaruhi pemilihan perilaku, usaha, dan ketekunan seseorang. Self-efficacy dapat menentukan bagaimana perasaan seseorang, cara berfikir, dan berperilaku (Bandura, 1997, hal. 24). Hal ini juga sesuai dengan kondisi pada siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan, dimana terdapat gambaran mengenai keyakinan diri (self-efficacy) pada siswa yaitu karena adanya tuntutan tugas yang berat di RSBI tersebut beberapa siswa ada yang merasa tidak yakin dengan persaingan antar siswa di dalam kelasnya, siswa menjadi ragu-ragu untuk mencoba hal yang baru dan kurang memiliki keberanian dalam menghadapi persaingan tersebut, yang mengganggu keyakinan diri siswa sehingga siswa merasa tidak nyaman dan tidak optimal dalam mengembangkan diri mereka. Selain itu beberapa siswa juga merasa ragu dalam mengerjakan suatu tugas yang diberikan guru di kelas dikarenakan terkadang mereka kurang mengerti dengan apa yang telah dipelajari, karena bahasa pengantar yang digunakan di RSBI merupakan bahasa Inggris. Namun, terdapat juga beberapa siswa yang memiliki keyakinan bahwa siswa tersebut dapat menyelesaikan tiap tugas yang diberikan guru dan tidak merasa terbebani dengan tuntutan tugas di RSBI tersebut.

(24)

tindakan, pengerahan usaha, serta keuletan individu. Keyakinan yang didasari oleh batas-batas kemampuan yang dirasakan akan menuntut kita berperilaku secara efektif.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri I Medan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

(25)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan, mengenai pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN 1 Medan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak sekolah mengenai self-efficacy dan stres akademik yang dimiliki siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanal (RSBI), sehingga diharapkan dapat bermanfaat dalam pembinaan siswa terutama dalam meningkatkan self-efficacy dan menurunkan stres akademik yang diperkirakan dapat mengganggu prestasi belajarnya.

b. Bagi para siswa

(26)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I : Pendahuluan

Pendahualuan berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan dalam penelitian.

Bab II : Landasan teori

Landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang, diteliti, teori yang berkaitan tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) , pengaruh antara variabel dan hipotesa penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu stres akademik, dan self-efficacy.

Bab III : Metode penelitian

Berisi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel, metode pengambilan sampel penelitian, instrumen / alat ukur yang akan digunakan, prosedur pelaksanaan, dan metode analisis data yang digunakan.

Bab IV : Analisis data dan pembahasan

Berisi mengenai gambaran mengenai subjek penelitian, laporan hasil penelitian, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesis, dan pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan saran

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. STRES AKADEMIK 1. Pengertian Stres

Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino 2006). Agolla dan Ongori (2009) juga mendifinisikan stres sebagai persepsi dari kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk memenuhinya. Menurut Santrock (2003) stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).

(28)

2. Jenis-Jenis Stres

Selye (dalam Rice, 1992) mengategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu: a. Distres (Stres Negatif)

Seyle (1992) menyebutkan distres merupakan stres yang bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, atau timbul keinginan untuk menghindarinya.

b. Eustres (Stres Positif)

Seyle (1992) menyebutkan bahwa eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kewaspadaan, koginisi, dan performansi individu. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis stres terbagi menjadi dua, yaitu distres (stres negatif) dan eustres (stres positif).

3. Pengertian Stres Akademik

Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan stres akademik. Olejnik dan Holschuh (2007) mengambarkan stres akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa.

(29)

yang semakin meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan (Alvin, 2007). Menurut Gusniarti (2002), stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres akademik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan.

4. Stresor Akademik

Stresor akademik diidentifikasi dengan banyaknya tugas, kompetisi dengan siswa lain, kegagalan, kekurangan uang, relasi yang kurang antara sesama siswa dan guru, lingkungan yang bising, sistem semester, dan kekurangan sumber belajar (Agolla dan Ongori, 2009). Selanjutnya, Olejnik dan Holschuh (2007) menyatakan sumber stres akademik atau stresor akademik yang umum antara lain:

a. Ujian, menulis, atau kecemasan berbicara di depan umum

(30)

melakukan yang terbaik karena mereka terlalu cemas ketika merefleksikan apa yang telah di pelajari.

b. Prokrastinasi

Beberapa guru menganggap bahwa siswa yang melakukan prokrastinasi menunjukkan ketidakpedulian terhadap tugas mereka, tetapi ternyata banyak siswa yang peduli dan tidak dapat melakukan itu secara bersamaan. Siswa tersebut merasa sangat stres terhadap tugas mereka.

c. Standar akademik yang tinggi

Stres akademik terjadi karena siswa ingin menjadi yang terbaik di sekolah mereka dan guru memiliki harapan yang besar terhadap mereka. Hal ini tentu saja membuat siswa merasa tertekan untuk sukses di level yang lebih tinggi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa stresor akademik yang umum antara lain: ujian, menulis, atau kecemasan berbicara di depan umum, prokrastinasi, standar akademik yang tinggi.

5. Respon terhadap stres akademik

Olejnik dan Holschuh (2007) mengemukakan reaksi terhadap stresor akademik terdiri dari:

a. Pemikiran

Respon yang muncul dari pemikiran, seperti: kehilangan rasa percaya diri,

(31)

b. Perilaku

Respon yang muncul dari perilaku, seperti menarik diri, menggunakan obat-obatan dan alkohol, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan menangis tanpa alasan.

c. Reaksi tubuh

Respon yang muncul dari reaksi tubuh, seperti: telapak tangan berkeringat,

kecepatan jantung meningkat, mulut kering, merasa lelah, sakit kepala, rentan sakit, mual, dansakit perut.

d. Perasaan

Respon yang muncul dari perasaan, seperti: cemas, mudah marah, murung, dan merasa takut.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat empat respon terhadap stresor akademik yaitu pemikiran, perasaan, reaksi tubuh, dan perilaku.

6. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik

Alvin (2007) mengemukakan bahwa stres akademik ini diakibatkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.

1) Faktor internal yang mengakibatkan stres akademik, yaitu: a. Pola pikir

(32)

b. Kepribadian

Kepribadian seorang siswa dapat menentukan tingkat toleransinya terhadap stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis.

c. Keyakinan

Penyebab internal selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres siswa adalah keyakinan atau pemikiran terhadap diri. Keyakinan terhadap diri memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan situasi-situasi disekitar individu. Penilaian yang diyakini siswa, dapat mengubah cara berfikirnya terhadap suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa stres secara psikologis.

2) Faktor eksternal yang mengakibatkan stres akademik a. Pelajaran lebih padat

Kurikulum dalam sistem pendidikan telah ditambah bobotnya dengan standar lebih tinggi. Akibatnya persaingan semakin ketat, waktu belajar bertambah dan beban pelajar semakin berlipat. Walaupun beberapa alasan tersebut penting bagi perkembangan pendidikan dalam negara, tetapi tidak dapat menutup mata bahwa hal tersebut menjadikan tingkat stres yang dihadapi siswa meningkat pula.

b. Tekanan untuk berprestasi tinggi

(33)

c. Dorongan status sosial

Pendidikan selalu menjadi simbol status sosial. Orang-orang dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan yang tidak berpendidikan tinggi akan dipandang rendah. Siswa yang berhasil secara akademik sangat disukai, dikenal, dan dipuji oleh masyarakat. Sebaliknya, siswa yang tidak berprestasi di sekolah disebut lamban, malas atau sulit. Mereka dianggap sebagai pembuat masalah dan cendrung ditolak oleh guru, dimarahi orang tua, dan diabaikan teman-teman sebayanya.

d. Orang tua saling berlomba

Dikalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi, persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan dalam berbagai aspek juga lebih keras. Seiring dengan menjamurnya pusat-pusat pendidikan informal, berbagai macam program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama yang juga menimbulkan persaingan siswa terpandai, terpintar dan serba bisa.

B. SELF-EFFICACY

1. Pengertian Self-Efficacy

(34)

performansi dapat meningkatkan self-efficacy yang dimiliki seseorang dan kegagalan untuk menemukan dan mempertahankan performasi tersebut akan mengurangi self-efficacy yang dimilikinya itu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif dan perasaan seseorang terhadap kecukupan, efisiensi, dan kompetensinya dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

2. Dimensi Self-Efficacy

Menurut Bandura (1997), ada beberapa dimensi dari self-efficacy, yaitu: a. Tingkatan (Level)

Level berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapi. Keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Ada yang menganggap suatu tugas itu sulit sedangkan orang lain mungkin merasa tidak demikian

(35)

b. Keadaan umum (Generality)

Generality sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit. Generality merupakan perasaan dimana kemampuan yang ditunjukkan individu pada konteks penyelesaian tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkah laku, kognitif dan afektifnya. Generality ini berhubungan dengan sejauh mana self efficacy yang dimiliki dapat digeneralisasi untuk tugas-tugas atau situasi-situasi yang serupa sehingga menimbulkan penguasaan di bidang tertentu.

c. Kekuatan (Strength)

Strength merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.

Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi.

(36)

keadaan umum dalam menyelesaikan suatu tugas, dan kekuatan dari keyakinan seseorang untuk menyelesaikan suatu tugas.

3. Klasifikasi Self-efficacy

Secara garis besar, self-efficacy terbagi dalam dua bentuk, yaitu self-efficacy tinggi dan self-efficacy rendah. Dalam mengerjakan suatu tugas, individu yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung memilih terlibat langsung, sedangkan individu yang memiliki self-efficacy rendah cenderung menghindari tugas tersebut.

Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru. Individu dengan self-efficacy yang tinggi juga menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam terhadap apa yang dilakukannya, dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat bangkit ketika mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya (Bandura, 1997).

(37)

sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, kemauan yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan (Bandura, 1997).

4. Sumber-Sumber Self-Efficacy

Menurut Bandura (dalam Schultz & Schultz, 1994) sumber-sumber dari self-efficacy yaitu :

a. Pencapaian prestasi (performance attainment)

Pencapaian prestasi merupakan bagian yang paling berpengaruh dalam penentuan self-efficacy. Pengalaman sukses sebelumnya memberikan indikasi langsung dari tingkatan kompetensi individu. Tingkah laku atau hasil sebelumnya menunjukkan kemampuan individu dan menguatkan penilaiannya atas self-efficacy. Khususnya apabila kegagalan sebelumnya diulangi dengan kegagalan lagi, maka hal ini akan menurunkan self-efficacy.

(38)

mereka hanya sedikit memperlihatkan keragu-raguan. Individu dengan self-efficacy yang tinggi melihat hal sulit sebagai tantangan dan aktif mencari situasi yang baru.

b. Pengalaman orang lain (vicarious experiences)

Melihat kesuksesan orang lain akan menguatkan perasaan akan self-efficacy, khususnya jika seseorang yang menjadi objek observasi memiliki kemampuan yang sama dengan individu yang melakukan observasi. Sebaliknya jika individu melihat orang lain yang dianggap memiliki kesamaan tersebut mengalami kegagalan, maka hal ini akan menurunkan self-efficacy.

Individu yang memiliki standar penampilan tinggi yang mengambil standar tersebut dari hasil mengobservasi model yang sukses akan memiliki harapan yang tinggi, namun jika kemudian gagal, maka individu tersebut akan menghukum dirinya sendiri dengan perasaan tidak berharga dan depresi.

Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang sesuai dengan keinginannya. Dengan mengamati perilaku dan cara berfikir dari model tersebut, maka akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997).

c. Persuasi Verbal (verbal persuation)

(39)

mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan melakukan usaha yang lebih besar dari pada orang yang tidak mendapatkan persuasi bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut. Persuasi lisan ini sering dilakukan oleh orang tua, guru, suami/istri, teman, dan terapis. Agar efektif, persuasi haruslah realistik.

d. Keterbangkitan psikologis (psychological arousal)

Keterbangkitan psikologis ini meliputi perasaan tenang atau ketakutan pada situasi yang membuat stres. Keterbangkitan psikologis ini biasa digunakan untuk melihat kemampuan individu dalam mengatasi masalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat sumber informasi mengenai tingkatan self-efficacy, yaitu pencapaian prestasi, pengalaman orang lain, persuasi lisan, dan keterbangkitan psikologis.

5. Perkembangan Self-Efficacy

Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy berkembang sejak bayi. Bayi mulai mengembangkan self-efficacy sebagai usaha untuk melatih pengaruh lingkungan fisik dan sosial. Mereka mulai belajar mengenai kemampuan dirinya, kecakapan fisik, kemampuan sosial, dan kecakapan berbahasa yang hampir secara tetap digunakan dan ditujukan pada lingkungan. Perubahan sebagai perluasan pengalaman dunia anak dipengaruhi oleh saudara kandung, teman sebaya, dan individu dewasa lainnya.

(40)

Dalam hal ini remaja harus menetapkan kemampuan baru, yaitu penilaian baru terhadap diri mereka. Self-efficacy pada individu dewasa meliputi penyesuaian pada masalah perkawinan dan peningkatan karir. Sedangkan self-efficacy pada individu yang sudah lanjut usia sangat sulit terbentuk sebab pada tahapan perkembangan ini terjadi penurunan mental dan fisik, pensiun kerja, dan penarikan diri dari lingkungan sosial

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa self-efficacy mengalami perkembangan terus-menerus dari bayi hingga dewasa. Self-efficacy berubah seiring dengan perubahan yang dialami oleh individu. Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, lingkungan sosial, kecakapan dan tuntutan tugas yang dihadapi.

6. Proses Psikologis dalam Self-Efficacy

Bandura (1997) mengemukakan empat proses psikologis dalam self-efficacy yang turut berperan dalam diri manusia, yaitu :

a. Proses kognitif

Proses kognitif merupakan proses berfikir, termasuk didalamnya adalah pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Dampak dari self-efficacy pada proses kognitif sangat bervariasi. Seseorang akan membentuk suatu tujuan tertentu sebelum ia melakukan pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut.

(41)

manusia bermula dari sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu dengan self-efficacy yang rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997).

Fungsi utama pikiran adalah memungkinkan individu untuk memprediksi suatu kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Untuk dapat memprediksi dan mengembangkan cara tersebut diperlukan pemrosesan informasi melalui kognitif. Proses kognitif ini juga dipengaruhi oleh bagaimana kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana cara pandangnya, baik itu terhadap dirinya maupun orang lain dan kejadian disekitarnya berhubungan dengan self-efficacy seseorang dalam suatu aktivitas tertentu melalui mekanisme self regulatory (Bandura, 1997).

b. Proses motivasi

(42)

c. Proses afeksi

Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Menurut Bandura (1997), keyakinan individu akan kemampuan coping mereka turut mempengaruhi tingkatan stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit.

Individu dengan self-efficacy yang rendah merasa tidak berdaya, tidak bisa memberikan pengaruh dalam kehidupannya. Mereka percaya bahwa usaha mereka sia-sia, mereka seperti akan mengalami peningkatan kesedihan, apatis, dan kecemasan. Mereka cepat menyerah dalam menghadapi masalah dalam hidupnya dan merasa usahanya tidak efektif. Individu dengan self-efficacy yang sangat rendah tidak akan mencoba untuk mengatasi masalahnya, karena mereka percaya apa yang mereka lakukan tidak akan membawa perbedaan (Schultz, 1994).

d. Proses seleksi

Manusia merupakan bagian dari lingkungan tempat dimana mereka berada. Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu, turut mempengaruhi dampak dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang di luar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebut (Bandura, 1997).

(43)

yang memengaruhi tingkat stres dari suatu tugas dan proses seleksi yang mempengaruhi pemilihan individu terhadap situasi dan perilaku tertentu.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy

Menurut Bandura (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-efficacy, yaitu:

a. Jenis kelamin

Orang tua sering kali memiliki pandangan yang berbeda terhadap kemampuan laki-laki dan perempuan. Zimmerman (Bandura, 1997) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada perkembangan kemampuan dan kompetensi pada laki-laki dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya, perempuan seringkali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa waniat lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibandingkan laki-laki, walaupun prestasi akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin seorang wanita menerima perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah penilaian terhadap kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu, pria memiliki self-efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Begitu juga sebaliknya self-efficacy wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria. b. Usia

(44)

dengan individu yang lebih muda yang mungkin masih memiliki sedikit pengalaman dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu mengatasi rintangan dalam hidupnya dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang kehidupannya.

c. Tingkat pendidikan

Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang pendidikan tinggi biasanya memiliki self-efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan menerima pendidikan formal dan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengatasi suatu persoalan yang ada dalam hidupnya.

d. Pengalaman

(45)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi self-efficacy seseorang, yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja.

8. Cara Meningkatkan Self-Efficacy

Menurut Santrock (1999), ada empat cara meningkatkan self-efficacy yang dimiliki, yaitu:

a. Memilih satu tujuan yang diharapkan dapat dicapai, dimana tujuan yang dipilih tentu saja yang sifatnya realistis untuk dicapai.

b. Memisahkan pengalaman masa lalu dengan rencana yang sedang dilakukan. Hal ini penting untuk dilakukan agar pengaruh kegagalan masa lalu tidak mempengaruhi rencana yang sedang dilakukan.

c. Tetap berusaha mempertahankan prestasi yang baik dengan cara berusaha dan tetap fokus dengan keberhasilan yang telah dicapai.

d. Membuat daftar urutan situasi atau kegiatan yang diharapkan dapat di atasi atau dapat dilakukan mulai dari yang paling mudah sampai ke yang paling sulit. Hal ini penting untuk mengingkatkan self-efficacy secara bertahap dalam pengerjaan hal-hal yang sulit.

(46)

C. RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIOAL (RSBI) 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional. Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang harus dipenuhi sekolah RSBI , yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan (Kemdikbud, 2009).

2. Tujuan Program Rintisan Sekolah Bertandart Internasional (RSBI)

Tujuan Umum

a. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat Tujuan Nasional dalam Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No.19 tahun 2005 tentang SNP( Standar Nasional Pendidikan), dan UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang menetapkan Tahapan Skala Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.

(47)

c. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.

Tujuan Khusus

Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional. RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena Kurikulumnya ditujukan untuk Pencapaian indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut:

a. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);

b. Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK; c. Memenuhi Standar Isi; dan

d. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.

Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing;

b. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang

(48)

c. Menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.

Menurut Ditjen Mandikdasmen (2010) adalah tidak benar kalau guru Bahasa Indonesia harus menggunakan bahasa Inggris dalam memberikan pengantar pelajarannya. Walaupun hal tersebut boleh saja dilakukan, tetapi penggunaan bahasa Inggris adalah untuk pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan saja, sebagaimana dalam bagian proses pembelajaran RSBI/SBI dinyatakan bahwa mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi standar proses. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi

sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator;

b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;

(49)

d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia; dan Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.

3. Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran RSBI

Berdasarkan Ditjen Mandikdasmen (2010) pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran RSBI menggunakan asas-asas sebagai berikut:

a. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadabtasi kurikulum sekolah di negara lain.

b. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara

terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yakni Subtractive Bilingualism dan Additive Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual Language. c. Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan perbedaan adanya bahasa akademis dan bahasa sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan subjek maupun waktu. d. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek

kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.

(50)

f. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan sikap serta prilaku (kepribadian ).

g. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis ,

memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar. Penyusunan kurikulum ini didasarkan prinsip Understanding by Design yang menekankan pemahaman jangka panjang (Enduring Understanding). Pemahaman (understanding) dilihat dari 6 aspek: explain, interpret, apply, perspective, empathy, self knowledge.

h. Kurikulum tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket

dan kredit semester.

i. Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA dan SMK. j. Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication

Technology (ICT) yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.

4. Penjaminan Mutu Kompetensi Lulusan

a. Standar kelulusan menekankan pada semua aspek seperti spiritual, norma, sosial, emosional selain akademik.

b. Standar akademik menekankan pada pemahaman materi belajar, bukan pada pengumpulan nilai, yang harus didukung oleh berbagai bukti otentik c. Kelulusan berdasarkan pada analisa individu yang menggunakan

(51)

d. Kualitas lulusan dipersiapkan mampu bersaing secara global baik dari segi pengetahuan maupun kompetensi berkomunikasi dengan tetap mempertahankan budaya Indonesia.

e. Terdapat standar minimal pendukung yang harus dipenuhi siswa yang dapat berupa; projek dan makalah/tulisan, Community Service project (pengabdian pada masyarakat), program magang untuk SMA,MA dan SMK, serta kehadiran

f. Kualitas lulusan yang dihasilkan dapat diterima di sekolah-sekolah Internasional di dunia berdasarkan: kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki siswa, tipe laporan standar internasional, dapat bekerjasama dengan lembaga internasional.

5. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP Negeri 1 Medan

SMPN 1 Medan merupakan sekolah yang menggunakan kurikulum RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), dimana sistem pembelajaran di SMPN1 Medan ini menggunakan konsep bilingual, yaitu memadukan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam proses belajarnya. Pada pelajaran-pelajaran tertentu seperti pelajaran MIPA mengunakan bahasa Inggris sepenuhnya, sedangkan pada pelajaran bahasa Indonesia sistem pembelajarannya tetap menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya.

RSBI SMPN 1 Medan memiliki visi dan misi. Visi RSBI SMPN 1 Medan yaitu:

(52)

b. Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk berkarya dan kewajiban lingkungan secara bertanggung jawab.

c. Berpikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif memecahkan masalah

serta berkomunikasi melalui berbagai media.

d. Unggul dalam Penilaian dan Kelulusan berstandar Internasional

Selanjutnya, misi dari RSBI SMPN 1 Medan, yaitu: a. Menyenangi dan menghargai seni.

b. Menjalankan pola hidup bersih, bugar dan sehat.

c. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan

bangga terhadap bangsa dan tanah air.

d. Melaksanakan pengembangan Kurikulum pendidikan dan pembelajaran yang berstandar Internasional

Pelajaran yang diajarkan di RSBI SMPN 1 Medan berupa Religion, Social Science, Mandarin, Physics, Bahasa Indonesia, Mathematics, English, Sport, ICT, Biology, BK, Art, Lifeskill, dan Civic Education. SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Maksimal) di RSBI SMPN 1 Medan juga berbeda dengam sekolah regular, dimana SKBM di RSBI SMPN 1 Medan adalah masing-masing pelajaran bernilai 8, sedangkan pada sekolah regular SKBM yang ditetapkan adalah 7.

(53)

itu, untuk masuk di RSBI SMPN 1 Medan ini ada beberapa tes yang harus dilakukan yaitu tes potensi akademik MIPA (Matematika dan IPA), kemudian dilanjutkan dengan tes potensi akademik pengetahuan umum (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS dan PKN). Selain itu, ada juga tes potensi non akademik yang meliputi tes kemampuan dasar komputer (Ms Word dan operator dasar Komputer). calon siswa juga wajib mengikuti tes wawancara dengan materi tentang pendidikan Matematika, IPA dan Bahasa Inggris.

Dalam proses pembelajaran di kelas para siswa diberikan tugas-tugas setelah para guru selesai menjelaskan pelajaran,tugas tersebut harus diselesaikan murid di dalam kelas. Selanjutnya, guru juga memberikan PR yang harus dikerjakan murid di rumah. Dalam proses pembelajaran juga masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran yang disampaikan guru karena sistem pembelajaran bilingual tersebut.

Buku pelajaran, di sekolah RSBI SMPN 1 Medan juga menggunakan buku cetak bilingual (dua bahasa yaitu Inggris dan Indonesia) yang berguna untuk memperlancar keterampilan berbahasa Inggris siswa-siswinya. Perlengkapan belajar di SMPN 1 Medan ini dilengkapi dengan sarana dan prasaran yang berbasis TIK seperti terdapat TV, komputer, layar OHP sebagai perlengkapan dalam belajar.

(54)

Jam belajar yang berlangsung di RSBI SMPN 1 Medan juga berbeda dengan sekolah regular lainnya, dimana RSBI SMPN I Medan memiliki jam belajar 50 jam perminggunya, yaitu pada hari Senin-Kamis berlangsung dari pukul 07.30 dan pulang pukul 15.30 dan pada hari Jumat-Sabtu berlangsung dari pukul 07.30 sampai 12.00. Siswa RSBI SMP Negeri 1 Medan, dipersiapkan untuk bisa bersaing dengan alumni sekolah lain, khususnya sekolah yang berstandar internasional dalam melanjutkan pendidikan ke sekolah tingkat atas.

RSBI SMPN 1 Medan juga memiliki kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti oleh para siswanya, yaitu berupa Basket, Sepak bola, Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, Paskibra, Menggambar, Menari, Catur, dan Tenis meja. Selain itu juga sekolah membuat les tambahan bagi siswa yang mau mengikutinya yaitu Mathematics, English, dan Physics. Les tambahan ini diberikan sekolah bagi siswa yang kurang mengerti ketika belajar dikelas, maka siswa tersebut akan mendapatkan penjelasan tambahan agar lebih memahami pembelajaran yang diberikan guru dikelas. Kegiatan ekstrakulikuler dan les tambahan yang diberikan sekolah ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mendapatkan tambahan pengetahuannya, agar siswa tersebut dapat lebih yakin dalam menjalani tuntutan yang diberikan sekolah tersebut.

(55)

D. PENGARUH SELF-EFFICACY TERHADAP STRES AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 RSBI DI SMPN 1 MEDAN

Salah satu cara yang ditempuh untuk memajukan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan (Astuti, 2009). Salah satu upaya dalam peningkatan kemampuan dan pengembangan SDM adalah pembangunan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sebelum menjadi SBI sebuah sekolah harus melalui Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Susiani, 2009). Tuntutan tugas siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tersebut berat, dan beratnya sistem pembelajaran yang dilakukan di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dapat menyebabkan stres pada siswa (Dharma, 2010).

Stres telah menjadi masalah nyata dalam kehidupan sekolah anak (Alvin, 2007). Stres pada siswa yang terjadi karena banyaknya harapan dan tuntutan dalam bidang akademik disebut dengan stres akademik.

(56)

Efek negatif dari terjadinya stres tersebut dapat mempengaruhi keefektifan performa individu dalam melakukan sebuah tugas, mengganggu fungsi kognitif, dapat menyebabkan burnout, menyebabkan masalah, gangguan psikologis dan fisik. Keadaan ini berpotensi menurunkan prestasi siswa dalam bidang akademik. Selain itu, stres berhubungan langsung dengan prestasi yang rendah di sekolah. Selanjutnya, Stres dapat membuat seorang siswa merasa tidak sanggup untuk belajar (Armacort dalam Rice, 1993). Maka, apabila siswa RSBI tersebut mengalami stres di bidang akademiknya, hal itu dapat berpotensi menurunkan prestasi siswa tersebut dan membuat siswa tersebut merasa tidak sanggup belajar. Jadi untuk mengatasi stres tersebut diperlukannya cara untuk menghadapi stres pada siswa tersebut.

Banyak faktor internal individu yang mempengaruhi individu dalam menghadapi stres. Salah satu faktor internal individu yaitu karakteristik kepribadian. Di dalam karakteristik kepribadian terdapat self-efficacy. Selanjutnya, Untuk melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang sangat berguna (Bandura, 1997).

(57)

merasa karena adanya tuntutan tugas

Gambar

Tabel 2. Blue Print Penyusunan Skala Self-Efficacy
Tabel 3. Distribusi Aitem pada Skala Stres Akademik Sebelum Uji Coba
Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Pada Skala Penelitian Stres Akademik
Tabel 6. Distribusi Aitem pada Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

penguasa seluruh makhluk dan alam yang senantiasa memberikan kebaikan, perlindungan, kasih sayang, dan rahmat pada penulis untuk menyelesaikan tesis, yang

Pengelolaan perencanaan pembelajaran fisika di SMP N 1 Magelang dilakukan dalam bentuk penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan telah dilaksanakan sebelum

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari segi standar isi, SMP Negeri 2 Ambararawa telah memenuhi kriteria IKKM, dimana hasil penelitian ini.. Namun demikian jika dilihat

Hasil penelitian ini memberikan suatu gambaran yang cukup jelas bagi peneliti bahwa usaha untuk menuju sebagai RSBI bukanlah hal mudah untuk dilakukan sebab sekolah wajib

memiliki buku cetak untuk setiap mata pelajaran, laboratorium komputer memiliki jumlah komputer yang sesuai dengan jumlah siswa, memiliki buku referensi bagi guru, namun belum

Pelaksanaan pembelajaran pada pro- gram RSBI di SMPN 1 Trenggalek sudah menggunakan berbagai sumber belajar. Dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dapat

untuk mencapai keberhasilan usaha, tetapi keyakinan diri atau efikasi diri dan. motivasi juga diperlukan dalam melakukan pekerjaannya untuk

Pengelolaan perencanaan pembelajaran fisika di SMP N 1 Magelang dilakukan dalam bentuk penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan telah dilaksanakan sebelum