commit to user
IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH
BERTARAF INTERNASIONAL DI SMP NEGERI 1
SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : DIANA NIM : X7406065
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user ii
IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH
BERTARAF INTERNASIONAL DI SMP NEGERI 1
SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
DIANA NIM : X7406065
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Dra. C. Dyah SI, M.Pd 1...
Sekretaris : Dra. Patni Ninghardjanti , M.Pd 2...
Anggota I : Drs. Sutaryadi, M. Pd. 3...
Anggota II : Susantiningrum, SPd.SE MAB 4...
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
commit to user v
ABSTRAK
Diana, Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, November 2010.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui dan mengkaji Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri 1 Sukoharjo (2) mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi SMP Negeri 1 Sukoharjo dalam mengarahkan sekolahnya menuju bertaraf Internasional (SBI) (3) mendeskripsikan usaha-usaha apa saja yang dilakukan SMP Negeri 1 Sukoharjo untuk mengatasi kendala tersebut.
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen dan arsip, serta tempat/peristiwa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, analisis dokumen dan arsip, serta observasi. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode. Sedangkan Teknik analisis data menggunakan model interaktif mengalir.
commit to user vi
commit to user vii
ABSTRACT
Diana, Implementation Program of International Standard School Pioneering in SMP Negeri 1 Sukoharjo in Academic Year 2009/2010. Essay, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of Sebelas Maret, November 2010.
The purpose of this study are: (1) to understand and study the implementation program of standard international school (RSBI) in SMP Negeri 1 Sukoharjo (2) to describe the constraints faced by SMP Negeri 1 Sukoharjo in directing the school towards an International (SBI) (3) to describe any efforts by SMP Negeri 1 Sukoharjo to overcome these obstacles.
This study used a qualitative descriptive research with a single fixed strategy. Sources of data used informants, documents and archives, as soon as a place / event. The sampling technique used in this study waspurposive sampling and Snowball Sampling. Techniques of data collection techniques used were interviews, document analysis and archival, as soon as observation. The validity of the data used is the triangulation of data and triangulation of methods. While the analysis using an interactive model of flow.
commit to user viii
commit to user ix
MOTTO
“M engakui kekurangan diri adalah tangga untuk mencapai cita-cita, dan
berusaha untuk mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian yang luar
biasa.”
(Hamka)
“SesungguhnyaSesudahkesulitanitu adakemudahan, makaapabilakamu
telah selesai(dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yanglain.”
(Qs.A lam Nasrah ayat 6- 7))
“K ebahagiaan adalah saat kita bisa meraih apa yangkita impikan dengan
tetesankeringat kitasendiri.”
(Peneliti)
“H idupadalahbagaimanakitabisamenghargai orangapaadanyadanbukan
karenaapayangdimilikinya”
(Peneliti)
“H idupadalahmempersembahkanyangterbaik, danbermaknabagi duniadan
akherat.”
(Peneliti)
commit to user x
Skripsi ini peneliti persembahkankepada:
I budanB apakTercinta
K akak-kakakakutersayang
Saudara-saudaradankeluarga
besarkuyangselalumendukungku,
commit to user xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian
prasyarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS Surakarta
3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNS Surakarta
4. Dra. C. Dyah S. Indrawati, M. Pd, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UNS Surakarta
5. Bapak Drs. Sutaryadi, M. Pd., selaku Pembimbing I
6. Ibu Susantiningrum, S. Pd. SE. MAB, selaku Pembimbing II
7. Bapak/Ibu dosen Khususnya BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang
telah memberi banyak ilmu.
8. Bapak Bambang Maryadi,S. Pd.M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1
Sukoharjo yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah
yang beliau pimpin.
9. Ibu Dra. Indiah Dewi Murni, M.Pd., selaku WAKA 2 yang telah banyak
membantu dalam penyediaan infomasi.
10. Ibu dan bapak yang telah senantiasa memberikan doa dan dorongan, kakakku,
kakek dan nenekku yang selalu memberi semangat dan motivasi sehingga
commit to user xii
11. Teman-temanku Rini, Fahim, Vera, Vivin, Ratna, Prengky, Yuli, Mala,
Maria, Ika, Wartini, Anum, Dias, Dian, Sari, Neti, Naning, Purnama, Inti,
Rika, Tiwi, Kemi, Iyut, Mas Rangga, Mas Prima, Niko, Romadhan, Rohmat,
yang tak akan terlupakan dan tergantikan.
12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
bagi pembaca.
Surakarta, 18 Oktober 2010
commit to user xiii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK... v
HALAMAN MOTTO... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka... 6
1. Tinjauan tentang Pendidikan ... 6
2. Tinjauan tentang Sekolah Menengah Pertama ... 8
3. Tinjauan tentang Sekolah Bertaraf Internasional ... 9
B. Kerangka Berfikir ... 22
BAB III METODOLOGI... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 25
commit to user xiv
C. Sumber Data……… ... 27
D. Teknik Sampling………... 29
E. Teknik Pengumpulan Data……….. ... 30
F. Validitas Data……….. ... 31
G. Analisis Data………... 32
H. Prosedur Penelitian………. ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN... 37
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 37
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Sukoharjo. 37 2. Visi, Misi, Tujuan dan Program Strategis SMP Negeri 1 Sukoharjo ... 37
3. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Sukoharjo ... 41
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian………... 48
1. Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Sukoharjo ... 49
2. Kendala-kendala yang dihadapi SMP Negeri 1 Sukoharjo dalam mengarahkan sekolahnya menuju bertaraf Internasional ... 70
3. Usaha-usaha yang dilakukan smp negeri 1 sukoharjo untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan rintisan sekolah bertaraf internasional ... 73
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori... 77
1. Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Sukoharjo ... 77
2. Kendala-kendala yang dihadapi SMP Negeri 1 Sukoharjo dalam mengarahkan sekolahnya menuju bertaraf Internasional ... 85
commit to user xv
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 89
A. Simpulan... 89
B. Implikasi ... 94
C. Saran... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Kepala sekolah yang pernah menjabat di SMP Negeri
1 Sukoharjo ... 37
Tabel 2. Jabatan-Jabatan yang terdapat di SMP Negeri 1
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir ... 24
Gambar 2. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir ... 33
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
Lampiran 4. Field Note Wawancara
Lampiran 5. Daftar Rekap Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM)
Lampiran 7. Daftar Nilai Ujian Nasional SMP Negeri 1 sukoharjo Tahun
Pelajaran 2009 / 2010
Lampiran 8. Data Prestasi Siswa Pada Dasawarsa Terakhir (2001-2010)
Lampiran 9. Kalender Pendidikan SMP Negeri 1 Sukoharjo
Lampiran 10. Daftar Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 sukoharjo
Lampiran 11. Jadwal pelajaran SMP Negeri 1 sukoharjo Semester genap tahun
Pelajaran 2009 / 2010
Lampiran 12. Daftar Wali Kelas dan Jumlah Siswa
Lampiran 13. Bagan Struktur Organisasi
Lampiran 14. Daftar fasilitas sekolah
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang menentukan kecerdasan suatu bangsa.
Melalui pendidikan, manusia dibekali ilmu pengetahuan dan pengajaran tentang
kehidupan yang mencakup banyak hal seperti afektif, psikomotor, dan kognitif.
Sebagai salah satu cita-cita nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa maka proses pencerdasan dapat dilakukan
melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Pencerdasan melalui
pendidikan formal (sekolah) harus tetap dijalankan, apalagi mulai tahun 1984
telah diwajibkan pendidikan 9 tahun untuk setiap masyarakat sehingga pendidikan
menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat. Upaya pencerdasan
melalui pendidikan non formal dapat diperoleh melalui pengalaman yang sifatnya
empiris yang dapat memberikan pengajaran hidup yang bermakna apalagi ada
pepatah yang mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”.
Kemajuan teknologi, komunikasi, dan transportasi membuat jauhnya
jarak antar bangsa tidak lagi menjadi hambatan karena semuanya dapat diakses
dengan mudah. Era globalisasi menuntut setiap bangsa khususnya Indonesia untuk
mampu bersaing di segala bidang termasuk pendidikan. Sistem pendidikan yang
pernah berlaku di Indonesia adalah sistem birokratis-sentralistik atau sistem
manajemen pendidikan terpusat, yaitu segala kebijakan dan keputusan dibuat oleh
atasan (pemerintah pusat). Sementara sekolah hanya sebagai pelaksana
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Dengan adanya Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang
otonomi daerah yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi diberbagai bidang termasuk pendidikan.
maka sekolah dituntut untuk ikut serta terlibat secara aktif dan dinamis dalam
rangka proses peningkatan kualitas pendidikan (desentralistik) yaitu secara
commit to user
mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber
yang ada baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Oleh karena itu, maka diperlukan suatu peranan manajemen sekolah
melalui strategi sekolah yang dapat menciptakan sekolah yang bermutu sehingga
mampu membekali siswanya di era global ini. Peningkatan kompetisi, pilihan, dan
tuntutan masyarakat mempengaruhi pendidikan saat ini. Pendidikan di Indonesia
perlu mendapat pengaturan dan standarisasi untuk memenangkan kompetisi dan
peningkatan mutu terus menerus. Fokus utama yang harus perhatikan dalam
peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan institusi sekolah sebagai basis
utama pendidikan, baik aspek manajemen, sumber daya manusianya, maupun
sarana dan prasarananya.
Pendidikan di Indonesia pada era globalosasi dituntut untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang unggul di bidang pengetahuan
serta mampu bersaing di dunia teknologi. Teknologi komunikasi dan informasi
yang begitu pesat rasanya memang tidak menjadikan perdebatan bila
perkembangan ini diikuti dengan mendirikan sekolah bertaraf internasional
di Indonesia. Pendidikan dan pelatihan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan
sehubungan menjelang Tahun 2020. Perkonomian Indonesia akan berubah dan
berkembang ke arah perekonomian global sehingga diperlukan pengembangan
sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang mampu
memenuhi dan mengimbangi kebutuhan lokal, regional maupun internasional.
Maka dari itu untuk mendukung tujuan tersebut pemerintah mempunyai
ide dasar untuk mewujudkan sekolah yang membekali peserta didiknya
berdasarkan standar nasional pendidikan dan bertaraf internasional sehingga
lulusannya memiiki daya saing internasional. Tujuan utama penyelenggaraan
Sekolah Bertaraf Internasional adalah upaya perbaikan kualitas pendidikan
nasional, khususnya supaya eksistensi pendidikan nasional Indonesia diakui di
mata dunia dan memiliki daya saing dengan negara-negara maju lainnya.
Kebijakan pemerintah mengenai Sekolah Bertaraf Internasional didukung
secara penuh seperti yang di cantumkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang
commit to user
dibiayai oleh Pemerintah Pusat 50%, Pemerintah Propinsi 30%, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota 20%. Pada dasarnya kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional
merupakan langkah maju untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Namun dalam
pelaksanaannya, sampai sekarang ini masih terdapat masalah sehingga
pelaksanaan program Sekolah Bertaraf Internasional tersebut tidak dapat berjalan
dengan lancar.
Masalah yang dimaksud adalah mengenai kurikulum yang diterapkan di
sekolah yang selama ini belum sepenuhnya mengadopsi dan beradaptasi dengan
kurikulum dari negara-negara maju yang tergabung dalam Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD) dan negara maju lainnya.
sehingga dalam proses pembelajarannya itu belum secara maksimal menggunakan
Bahasa Inggris. Selain itu, sekolah juga belum secara maksimal memanfaatkan
Teknologi Informasi (TI) dalam proses pembelajarannya, dan partisipasi dari
masing-masing warga sekolah masih dirasa kurang sehingga mengakibatkan
program SBI tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar.
SMP Negeri 1 Sukoharjo merupakan salah satu sekolah yang
mengarahkan sekolahnya menuju sekolah yang berstandar internasional.
Pelaksanaan program RSBI di SMP Negeri 1 Sukoharjo diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang baik terhadap mutu pendidikan di Indonesia. Dan
dengan pelaksanaan program RSBI di SMP Negeri 1 Sukoharjo, maka sekolah
dapat membekali lulusannya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada
dalam sekolah tersebut serta menciptakan lulusan yang berkualitas internasional.
Dengan demikian alumni SMP Negeri 1 Sukoharjo mereka dapat melanjutkan
serta diterima ke jenjang berikutnya yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) atau
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang favorit. Maka dari uraian di atas
menimbulkan keinginan peneliti untuk meneliti dan mengkaji secara mendalam
tentang “IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH
commit to user
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pernyataan mengenai permasalahan apa
saja yang akan diteliti untuk mendapatkan jawabannya. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) di SMP Negeri 1 Sukoharjo?
2. Apa kendala-kendala yang dihadapi SMP Negeri 1 Sukoharjo dalam
mengarahkan sekolahnya menuju bertaraf Internasional (SBI)?
3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan SMP Negeri 1 Sukoharjo untuk
mengatasi kendala tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab masalah yang telah
dirumuskan secara tegas dalam rumusan masalah. Tujuan yang ingin dicapai
peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan mengaji Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMP Negeri 1 Sukoharjo.
2. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi SMP Negeri 1 Sukoharjo
dalam mengarahkan sekolahnya menuju bertaraf Internasional (SBI).
3. Mendeskripsikan usaha-usaha apa saja yang dilakukan SMP Negeri 1
Sukoharjo untuk mengatasi kendala tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan informasi
yang akurat, rinci, dan faktual sehingga akan memberikan manfaat yang besar
bagi peneliti dan orang lain. Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari sudut
commit to user 1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
ilmu pendidikan serta cakrawala pandang tentang implementasi Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah sebagai
sumbangan pemikiran dalam hal implementasi program Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI).
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai referensi yaitu studi
pendalaman tentang implementasi program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk mencapai
commit to user 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia,
1889 - 1959) merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : “Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan
bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan
masyarakatnya”.
Kamus Bahasa Indonesia (1991:232) menyebutkan bahwa pendidikan
berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga
menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara
dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran.
Lebih lanjut dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, Disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengertian diatas merupakan pengertian pendidikan dari berbagai pihak,
sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan pada penelitian ini adalah usaha
sadar dan terencana untuk memelihara serta memberi latihan kepada peserta didik
sehingga terwujudnya suatu suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif
commit to user
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di Indonesia dicantumkan dalam TAP MPR No
4/MPR/1975 Disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah membangun di bidang
pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk
membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya; memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab
dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa; dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur;
mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan
yang termaksud dalam UUD 1945, Bab II (Pasal 2, 3, dan 4).
UU No. 2 Tahun 1985 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya
yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan berbangsa.
Pengertian diatas merupakan pengertian tujuan pendidikan dari berbagai
pihak, sedangkan tujuan pendidikan pada penelitian ini adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya sehingga
menjadi manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,
maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional
,sehat jasmani dan rohani, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan
commit to user
2. Tinjauan tentang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat. Menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Dasar merupakan pendidikan awal
selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak, yaitu di SD dan SMP. Pada
masa ini para siswa mempelajari bidang-bidang studi antara lain:
a. Ilmu Pengetahuan Alam
b. Matematika
c. Ilmu Pengetahuan Sosial
d. Bahasa Indonesia
e. Bahasa Inggris
f. Pendidikan Seni
g. Pendidikan Olahraga
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar, yakni SD atau yang sederajat selama enam tahun dan SMP atau
yang sederajat selama tiga tahun. SMP diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta. SMP adalah tingkatan atau jenjang pendidikan dasar formal di Indonesia
setelah SD dan merupakan persiapan bagi SMA.
SMP ditempuh dalam waktu tiga tahun, mulai dari Kelas VII (tujuh)
sampai Kelas IX (sembilan). Murid Kelas IX pada akhirnya diwajibkan untuk
mengikuti Ujian Nasional (UN) yang dapat mempengaruhi kelulusan peserta
didik. Lulusan dari SMP dapat melanjutkan pendidikan ke SMA atau SMK atau
sederajatnya. Pada umumnya pelajar SMP berusia antara umur 13-15 tahun.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada Tahun 2001, pengelolaan
SMP Negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen
Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab kabupaten/kota. Sedangkan
commit to user
standar nasional pendidikan. Secara struktural, SMP Negeri merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
3. Tinjauan tentang Sekolah Bertaraf Internasioanal a. Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Agus Purwanto (2009:5) menyatakan bahwa Sekolah Bertaraf
Internasional adalah Sekolah Nasional yang menyiapkan peserta didiknya
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan ( SNP ) Indonesia dan tarafnya
Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional.
Sedangkan menurut Sutopo Ghani Nugroho (http://www.
belajarmandiri.blogspot.com, Jumat, 3 juli 2009) pengertian Sekolah Bertaraf
Internasional adalah sekolah nasional yang menyelenggarakan pendidikan
berdasarkan atau telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan sebagai Indikator
Kinerja Kunci Minimal (IKKM), dan mutu internasional sebagai Indikator Kinerja
Kunci Tambahan (IKKT), sehingga lulusannya memiliki mutu/kualitas bertaraf
nasional dan internasional sekaligus.
Sebagaimana pengertian Sekolah Bertaraf Internasional yang
disampaikan diatas, yang dimaksud dengan Sekolah Bertaraf Internasional pada
penelitian ini adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Indonesia sebagai Indikator Kinerja
Kunci Minimal dan mutu internasional sebagai Indikator Kinerja Kunci
Tambahan, sehingga lulusannya memiliki mutu/kualitas bertaraf nasional dan
internasional sekaligus.
Sekolah Bertaraf Internasional dapat dirumuskan sebagai berikut : SBI =
SNP + X. SNP adalah standar nasional pendidikan yang meliputi standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, standar
pengelolaan, dan standar penilaian. Komponen X merupakan penguatan,
pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi
commit to user
telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional ( Depdiknas,
2007:3).
Visi Sekolah Bertaraf Internasional adalah ”terwujudnya insan Indonesia
yang cerdas dan kompetitif secara internasional”. Visi tersebut memiliki implikasi
bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional memerlukan upaya-upaya yang
dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan sistematik agar dapat
mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan
oleh bangsa-bangsa lain. Maka dari itu misi Sekolah Bertaraf Internasional adalah
mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara internasional, yang
mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Penyelenggaraan Sekolah
Bertaraf Internasional bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas
nasional dan internasional sekaligus.
b. Latar Belakang Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut Kir Haryana (2007;37), Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional dilatar belakangi oleh tiga alasan yaitu:1) Era globalisasi yang
menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan
sumber daya manusia, 2) Dasar hukum yang kuat, 3) Penyelenggaraan Sekolah
Bertaraf Internasional didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme
(fungsionalisme). Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi,
meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk dan
meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen akan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi. Keunggulan sumber daya manusia merupakan kunci daya
saing karena SDM yang akan menentukan siapa yang mampu menjaga
kelangsungan hidup, perkembangan, dan kemenangan dalam persaingan.
Dasar hukum Sekolah Bertaraf Internasional dapat ditemui dalam UU
No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 tentang sistem pendidikan nasional (UUSPN
20/2003) yang menyebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
commit to user
Nomor 19 mengamanatkan bahwa pemerintah bersama-sama pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satu satuan yang bertaraf
internasional.
Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus
menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin
melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat,
pro-perubahan, kreatif, inovatif, eksperimentif, menumbuhkan dan
mengembangkan bakat, minat, serta kemampuan peserta didik. Filosofi
eksistensialisme ini berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta
didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan,
mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi)
intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ). Sedangkan Filosofi
esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan
kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor
dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan
tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia
Indonesia yang mampu bersaing secara internasional.
c. Karakteristik Sekolah Bertaraf Internasional
Sekolah yang telah bertaraf internasional harus memiliki keunggulan
yang ditunjukkan oleh pengakuan internasional terhadap masukan, proses dan
hasil-hasil pendidikan dalam berbagai aspek. Pengakuan tersebut dibuktikan
dengan sertifikasi berpredikat baik dari salah satu anggota OECD dan/atau negara
maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan,
diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta
lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Lulusan Sekolah
Bertaraf Internasional diharapkan, menguasai kompetensi sesuai dengan Setandar
Nasional Pendidikan di Indonesia, serta menguasai kemampuan-kemampuan
commit to user
Menurut Stella Maris (www.stellamarisserpong.wordpress.com), bahwa
Sekolah Bertaraf Internasional itu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dari standart isi, standart kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan Internasional.
2. Menerapkan proses pembelajaran dalam Bahasa Inggris, minimal untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris.
3. Mengadopsi buku teks yang dipakai Sekolah Bertaraf Internasional (negara maju).
4. Menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan yang ada di dalam Standar Nasional Pendidikan
5. Pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi standart kompetensi yang ditentukan dalam Standar Nasional Pendidikan.
6. Sarana/prasarana memenuhi Standar Nasional Pendidikan. 7. Penilaian memenuhi standar nasional dan Internasional.
d. Profil Sekolah Bertaraf Internasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengeluarkan
rumusan tentang profil Sekolah Bertaraf Internasional yang mencakup
komponen-komponen utama di sekolah. Sekolah bertaraf internasional terdiri dari delapan
komponen utama yang meliputi : standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pembiayaan, standar pengelolaan, dan standar penilaian (Depdiknas,
2007:3).
1) Standar Kompetensi Lulusan
Sebagaimana dikemukakan dalam peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa
“Standar Kompetensi Lulusan adalah kualitifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”. Standar Kompetensi lulusan
tersebut berfungsi sebagai kriteria dalam menentukan kelulusan peserta didik pada
setiap satuan pendidikan, rujukan untuk penyusunan standar – standar pendidikan
lain dan merupakan arah peningkatan kualitas pendidikan secara mendasar pada
jenjang pendidikan dasar serta merupakan pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
commit to user
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sekolah bertaraf internasional
berdasarkan Permendiknas (2009: 78) :
1. Mendapat Input Siswa dengan nilai 75; 2. Mencapai nilai KKM 75;
3. Mencapai nilai UN 75;
4. Memenuhi SNP dan diperkaya keunggulan mutu lulusan dengan keunggulan tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya 5. Berdaya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan
menampilkan keunggulan lokal ditingkat internasional;
6. Mampu bersaing dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu
7. Memperoleh penghargaan internasional lainnya;
8. Berperan aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup;
9. Menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara professional.
Penelitian ini menggunakan standar kopetensi lulusan yang mengacu
pada:
a. Mendapat Input Siswa dengan nilai 75;
b. Mencapai nilai KKM 75;
c. Mencapai nilai UN 75;
d. Memenuhi SNP dan diperkaya keunggulan mutu lulusan dengan keunggulan
tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya
2) Standar Isi (Kurikulum)
Menurut S. Nasution (2008:5), kurikulum merupakan suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 ayat 19, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
commit to user
Pengertian diatas merupakan pengertian kurikulum dari berbagai pihak,
sedangkan yang dimaksud dengan kurikulum pada penelitian ini merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnyayang berfungsi untuk melancarkan proses
berlajar mengajardalam mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi, bahan dan strategi pembelajaran sebagai acuan
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah pelaksana Sekolah
Bertaraf Internasional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guna
meningkatkan kualitas kompetensi siswa.
Sekolah Bertaraf Internasional menggunakan kurikulum nasional yang
dikembangkan sekolah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Sekolah Bertaraf Internasional menggunakan KTSP yang diperkaya agar
memenuhi standar nasional pendidikan plus kurikulum internasional yang digali
(adopsi dan adaptasi) dari berbagai sekolah mitra baik dalam maupun luar negeri,
yang memiliki reputasi internasional.
3) Standar Proses (Proses Pembelajaran)
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. (Falah Yunus, http//www. falsburgers.biz, 12 Mei 2004)
Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses dalam kontek
ini menunjukkan adanya interaksi antara komponen-komponen dalam lingkup
sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta
commit to user
Pengertian diatas merupakan pengertian pembelajaran dari berbagai
pihak, sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran pada penelitian ini adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar dengan tujuan agar terjadi suatu proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik.
Standar proses pembelajaran Sekolah Bertaraf Internasional yaitu: (1)
pro-perubahan yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk
menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, (2) menerapkan model
pembelajaran aktif (cooperative learning), kreatif (quantum learning), efektif
(learning revolution) dan menyenangkan (contextual learning), yang kesemuanya
itu telah memiliki standar internasional. (3) menerapkan proses pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. (4) Proses pembelajaran
menggunakan Bahasa Inggris khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan
teknologi.
4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, telah di tetapkan bahwa “Setiap guru wajib
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara
nasional”. Kualifikasi akademik ditempuh melalui pendidikan formal atau melalui
uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik yang ditempuh melalui
pendidikan formal adalah minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (SI)
program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan
diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan kualifikasi akademik
guru yang ditempuh melalui uji kelayakan dan kesetaraan adalah bagi seseorang
yang memiliki keahlian tanpa ijasah dan pelaksanaannya dilakukan oleh
perguruan tinggi yang diberi kewenangan untuk menguji agar dapat diangkat
commit to user
Sedangkan standar kompetensi guru yang juga harus dipenuhi adalah
terdiri dari: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional. Sebagai bukti bahwa guru telah memenuhi
persyaratan sebagai pendidik yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan
standar kompetensi, maka diwajibkan juga memiliki sertifikat dalam jabatannya
sebagai guru yang dapat diperoleh melalui sertifikasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Hal ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan di dalam
Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang “Sertifikasi Bagi Guru Dalam
Jabatan“.
Persyaratan utama sekolah sebagai penyelenggara Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional adalah guru, kepala sekolah dan karyawan harus mampu
berkomunikasi dalam bahasa inggris. Persyaratan kemampuan berbahasa inggris
bagi sekolah yang melaksanakan SBI menurut Kir Haryana (2007:43) adalah :
a. Karyawan harus memiliki TOEFL minimal 400, b. Guru memiliki TOEFL minimal 450,
c. Kepala Sekolah memiliki TOEFL minimal 500.
Selain guru atau tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik
dan kompetensi, maka tenaga kependidikan lain juga harus memenuhi
persyaratan, khususnya tentang kepala sekolah. Hal ini telah ditetapkan dalam
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang “Standar Kepala Sekolah”.
Dijelaskan bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang
wajib memenuhi standar kepala sekolah. Standar kepala sekolah pada jenjang
SMP harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Kualifikasi kepala sekolah
yang dijelaskan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama dalam Kir
Haryana (2007:50), bahwa dalam Sekolah Bertaraf Internasional untuk tenaga
kependidikan (kepala sekolah) itu meliputi kualifikasi sebagai berikut :
1. Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A.
2. Kepala sekolah telah menempuh pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah.
3. Kepala sekolah mampu berbahasa Inggris secara aktif.
commit to user
Penelitian ini mengacu pada standar pendidik dan tenaga kependidikan
diatas sebagai dasar untuk melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan.
5) Standar Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana sebagai pendukung program SBI sesuai dengan pasal 15
ayat 1 UU Sidiknas tahun 2003 menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan
formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
kependidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi
fisik,kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik
Semua sarana dan prasarana pendidikan bagi sekolah bertaraf internasional
harus menjamin keselamatan bagi penggunanya sehingga perlu pencapaian
kriteria SBI (Depdiknas, 2005: 10-12), sebagai berikut :
a. Rasio jumlah siswa 1:24 dan minimum satu kelas untuk tiap- tiap tingkat memiliki satu sel perangkat ICT.
b. Perpustakaan memiliki buku teks dalam bentuk cetak / digital untuk setiap mata pelajaran minimal sama dengan jumlah siswa dalam satu kelas.
c. Laboratorium computer memiliki jumlah computer sesuai dengan rata- rata jumlah siswa (maksimum 24 siswa per rombel).
d. Memiliki buku referensi bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
e. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam unit kesehatan.
Penelitian ini mengacu pada standar sarana dan prasarana diatas sebagai
dasar untuk melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan.
6) Standar Pembiayaan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dan
PP Nomor 19 Tahun 2005 ditetapkan bahwa “Setiap sekolah harus memenuhi
standar pembiayaan yang memadai yang didasarkan atas kebutuhan pencapain
ketuntasan kompetensi, sebagaimana yang ada dalam kurikulum sekolah.
Diasumsikan bahwa, makin tinggi standar prestasi atau hasil-hasil pendidikan
yang dituntut atau ditetapkan, maka akan memerlukan pembiayaan yang makin
commit to user
Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Pada umumnya sekolah di Indonesia belum memenuhi standar
internasional. Dana Sekolah Bertaraf Internasional dapat bersumber dari
pemerintah pusat, daerah, komite sekolah, sponsor dunia usaha dan industri, dan
unit produksi sekolah.
7) Standar Pengelolaan (Manajemen)
Manajemen adalah serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakan, mengembangkan segala upaya dalam mengatur
dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai
tujuan organisasi yang ditetapkan secara efisien dan efektif.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah serta
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, bahwa dalam pengelolaan
(manajemen) Sekolah bertaraf internasional, antara lain :
a. Memenuhi standar pengelolaan yang diperkaya dengan standar pengelolaan sekolah di negara anggota OECD atau negara maju lainnya;
b. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dan ISO 14000 versi terakhir; c. Mempersiapkan peserta didik yang diharapkan mampu meraih prestasi tingkat
nasional dan/atau internasional pada aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni; dan
d. Menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada 8 (delapan) standar nasional pendidikan.
e. Mengembangkan lingkungan sekolah yang bersih, tertib, indah, rindang, aman, dan sehat,
f. Mengembangkan lingkungan sekolah bebas asap rokok dan narkoba,
g. Mengembangkan lingkungan sekolah bebas budaya kekerasan, dan berbudaya akhlak mulia
h. Memiliki lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu dan komunitas sosial warga sekolah
i. Melaksanakan seleksi penerimaan siswa baru SBI pada sekolah berdasarkan persyaratan
j. Membangun kultur yang mengarah pada peningkatan kemampuan di bidang bahasa Inggris dan/atau bahasa asing lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, dan budaya lintas bangsa;
k. Menjalin kemitraan dengan sekolah unggul di dalam negeri dan/atau di negara maju, meliputi :
commit to user 3) Penyelenggaraan program transfer kredit; 4) Pertukaran peserta didik;
5) Pertukaran pendidik dan/atau tenaga kependidikan; 6) Pemanfaatan bersama berbagai sumberdaya; 7) Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; 8) Penyelenggaraan pertemuan ilmiah;
9) Penyelenggaraan program penelitian; dan/atau 10) Penyelenggaraan seminar bersama.
l. Bekerja sama bidang akademik dan non-akademik yang dengan satuan pendidikan setara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya, meliputi :
1) Penyelenggaraan program sekolah kembaran (sister school); 2) Penyelenggaraan program kegiatan perolehan kredit;
3) Penyelenggaraan program transfer kredit; 4) Pertukaran peserta didik;
5) Pertukaran pendidik dan/atau tenaga kependidikan; 6) Pemanfaatan bersama berbagai sumberdaya; 7) Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; 8) Penyelenggaraan pertemuan ilmiah;
9) Penyelenggaraan program penelitian; dan/atau 10) Penyelenggaraan seminar bersama.
Dalam penelitian ini menggunakan Standar Pengelolaan (Manajemen)
yang mengacu pada :
1. Memenuhi standar pengelolaan yang diperkaya dengan standar
pengelolaan sekolah di negara anggota OECD atau negara maju lainnya;
2. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dan ISO 14000 versi
terakhir;
3. Mempersiapkan peserta didik yang diharapkan mampu meraih prestasi
tingkat nasional dan/atau internasional pada aspek ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau seni.
8) Standar Penilaian
Standar penilaian pendidikan adalah SNP yang berkaitan dengan
prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian hasil belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan PP No 19 Th 2005 dan Permendiknas No 20 Tahun 2007. Penilaian
commit to user
data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk pengambilan keputusan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian
adalah: bertujuan mengukur pencapaian kompetensi, menggunakan acuan kriteria
yaitu membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang telah
ditentukan/ditetapkan, dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan, hasil
penilaian dipergunakan sebagai tindak lanjut berupa perbaikan (remidial),
pengayaan, dan percepatan pencapaian kompetensi siswa, serta penilaian
disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam pembelajaran.
Penilaian juga dapat dipergunakan untuk perbaikan dan peningkatan program
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
penilaian harus dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyajian hasil,
sampai dengan pemanfaatan atau tindak lanjut penilaian.
Standar penilaian sekolah bertaraf internasional berdasarkan
Permendiknas (2009: 78) meliputi:
a. Menerapkan standar penilaian yang diperkaya dengan sistem penilaian pendidikan sekolah unggul di negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
b. Menerapkan model penilaian otentik dan mengembangkan model penilaian berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
c. Melaksanakan ujian nasional.
d. Dapat melaksanakan ujian sekolah yang mengacu pada kurikulum satuan pendidikan yang bersangkutan dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
e. Memfasilitasi peserta didik untuk mengakses sertifikasi yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
Dalam penelitian ini menggunakan Standar penilaian yang mengacu
pada:
1) Menerapkan model penilaian otentik dan mengembangkan model penilaian berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
2) Melaksanakan ujian nasional.
commit to user
4) Memfasilitasi peserta didik untuk mengakses sertifikasi yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
e. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Program RSBI
Pelaksanaan Sekolah Bertaraf Internasional di tingkat sekolah dasar dan
menengah masih terdapat kekurangan yang berdampak terhadap mutu pendidikan
maupun bagi kemajuan pendidikan. Menurut Kir Haryana (2007:40), hal tersebut
terjadi karena terdapat beberapa kendala dalam implementasi RSBI antara lain :
1. Kurikulum Sekolah RSBI pada umumnya belum mampu secara maksimal mengadopsi dan beradaptasi dengan kurikulum dari negara-negara OECD. 2. Penguasaan kemampuan TIK dan bahasa inggris SDM yang meliputi guru dan
staf masih tergolong rendah.
3. Kualifikasi akademik guru S-2 dan tenaga Administrasi (minimal SMA) masih belum semua memenuhi sesuai ketentuan dan masih terkait dengan keterbatasan dalam pendanaan.
4. Dukungan dana untuk memenuhi kebutuhan sarana/prasarana yang berstandar internasional baik dari pemerintah kabupaten maupun dari komite sekolah masih belum sesuai yang diharapkan.
Dengan adanya kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan Sekolah
Berstandar Internasional tersebut maka diperlukan suatu perhatian yang lebih bagi
sekolah untuk mengatasinya. Menurut Kir Haryana (2007:41) untuk mengatasi
kendala-kendala dalam pengimplementasian RSBI, sekolah dapat melakukan
cara-cara sebagai berikut:
1. Sikap dan SDM: kerja keras, kursus, IHT, workshop.
2. Kurikulum dan pembelajaran: mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum Cambridge dengan kurikulum nasional, perangkat pembelajaran, PBM, dan alat evaluasi bilingual dan berbasis IT.
3. Anggaran dan sarana/prasarana: moving class, penjadualan, kerjasama dengan pihak ketiga.
4. Fasilitator kurang aktif untuk dapatsharingdengan fasilitator yang aktif.
5. Mengubah pola pikir: memperbaiki PBM, Kepala Sekolah bersikap informatif dan terbuka.
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia
pendidikan. Dan untuk melakukan itu semua, diperlukan peranan manajemen
sekolah melalui strategi sekolah yang dapat menciptakan sekolah yang bermutu
sehingga mampu membekali siswanya di era global ini.
Fokus utama yang harus diperhatikan dalam peningkatan mutu
pendidikan adalah peningkatan institusi sekolah sebagai basis utama pendidikan,
baik aspek manajemen, sumber daya manusianya, maupun sarana dan
prasarananya. Pendidikan di Indonesia pada era globalosasi dituntut untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang unggul di bidang pengetahuan
serta mampu bersaing di dunia teknologi juga punya jiwa kebangsaan yang
tinggi, sehingga di manapun berada selalu memberikan karya terbaik bagi
bangsa dan negaranya.
SMP adalah tingkatan atau jenjang pendidikan dasar formal di Indonesia
setelah lulus SD dan merupakan persiapan bagi SMA. SMP Negeri 1 Sukoharjo
adalah salah satu sekolah menengah pertama yang mengidentitaskan dirinya
sebagai salah satu sekolah di Surakarta yang bertaraf internasional atau RSBI.
Dalam membekali lulusannya agar dapat bersaing di era globalisasi dan
berkualitas ketika melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu SMA atau SMK, maka
sekolah perlu meningkatkan kualitasnya dengan cara memaksimalkan standar
minimal sebagai sekolah yang bertaraf internasional, yang terdiri dari delapan
komponen utama yang meliputi :
1. standar kompetensi lulusan,
2. standar isi,
3. standar proses,
4. standar pendidik dan tenaga kependidikan,
5. standar sarana dan prasarana,
6. standar pembiayaan,
7. standar pengelolaan,
commit to user
Sedangkan kendala-kendala yang muncul secara umum dalam
pelaksanaan program RSBI adalah sebagai berikut :
1. Kurikulum Sekolah RSBI pada umumnya belum mampu secara maksimal
mengadopsi dan beradaptasi dengan kurikulum dari negara-negara OECD,
2. Penguasaan kemampuan TIK dan bahasa inggris SDM yang meliputi guru
dan staf masih tergolong rendah,
3. Kualifikasi akademik guru S-2 dan tenaga Administrasi (minimal SMA)
masih belum semua memenuhi sesuai ketentuan dan masih terkait dengan
keterbatasan dalam pendanaan,
4. Dukungan dana untuk memenuhi kebutuhan sarana/prasarana yang berstandar
internasional baik dari pemerintah kabupaten maupun dari komite sekolah
masih belum sesuai yang diharapkan.
Adanya kendala-kendala dalam pelaksanaan program RSBI, maka
hendaknya sekolah dapat berupaya dalam mengatasi hambatan-hambatan yang
ada pada standar-standar pelaksanaan SBI tersebut. Dengan adanya upaya sekolah
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, maka akan berdampak pada
pelaksanaan program RSBI yang lebih baik sehingga sekolah yang masih
berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dapat menjadi SBI
(Sekolah Bertaraf Internasional). Adapun skema dari kerangka berfikir di atas
commit to user
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
SMP RSBI
Pemenuhan Standar
Minimal SBI, yang meliputi : 1. Standar kompetensi
lulusan, 2. Standar isi, 3. Standar proses, 4. Standar pendidik dan
tenaga kependidikan, 5. Standar sarana dan
prasarana,
6. standar pembiayaan, 7. Standar pengelolaan, 8. Standar penilaian
Kendala-kendala
Upaya mengatasi kendala-kendala
commit to user 25
BAB III METODOLOGI
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) : “ Metodologi penelitian adalah
cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.”
Sedangkan Menurut Cholid Narbuko & Abu Achmadi (2003:2) : “Metodologi
penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau
mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi
kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis, sampai
menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah”.
Berdasarkan kedua pengertian metodologi penelitian bahwa metodologi
penelitian adalah suatu kegiatan mengumpulkan data dalam penelitian dengan
teratur, terencana dan sistematis untuk mencari jawaban atas suatu masalah
berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah. Disebutkan oleh Saifudin
Azwar (2004: 19) bahwa “Seorang peneliti harus dapat memilih dan menentukan
metode yang tepat dan mungkin dilaksanakan guna mencapai tujuan
penelitiannya”. Untuk itulah maka peneliti perlu memahami terlebih dahulu
tentang metode- metode penelitian.
Adapun bagian-bagian dari metodologi yang digunakan untuk memandu
penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukoharjo, yang beralamat
di Jalan Pemuda 36 Sukoharjo. Alasan-alasan yang menjadi pertimbangan
penelitian di tempat ini adalah :
a. SMP Negeri 1 Sukoharjo adalah salah satu SMP RSBI yang ada di Sukoharjo
yang akan melaksanakan program SBI
commit to user
c. Lokasi SMP Negeri 1 Sukoharjo dekat dengan tempat tinggal asal peneliti yang
mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memudahkan dalam pelaksanan
penelitian.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan setelah proposal disetujui dan telah
mendapat ijin dari pihak-pihak terkait. Penelitian dilaksanakan selama delapan
bulan yaitu bulan Maret 2010 sampai dengan November 2010. Jadwal penelitian
terlampir.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian
Penelitian merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menemukan,
menggambarkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilaksanakan
dengan menggunakan suatu metode ilmiah.
Menurut Lexy Moleong (2004:6) penelitian kualitatif adalah :
“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskreptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.” Sedangkan Menurut Sukmadinata (2005: 94), penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
(menggambarkan) dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial secara alamiah dan sudut perspektif partisipan penelitian kualitatif.
Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
mendiskripsikan (menggambarkan) dan menganalisis fenomena-fenomena,
peristiwa, aktifitas sosial pada konteks khusus yang ilmiah dengan memanfaatkan
berbagai motode ilmiah dan sudut perspektif partisipan penelitian kualitatif.
Berdasarkan tujuan penelitian dan perumusan masalah yang dikaji, maka
penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
commit to user
menghubungkan dengan variabel lain. Peneliti tidak memberikan perlakuan
terhadap obyek, sehingga obyek dibiarkan seperti kondisi aslinya dan apa adanya.
2. Strategi Penelitian
Masalah penelitian harus dikaji secara mendetail dan lengkap. Untuk itu
dibutuhkan suatu pendekatan permasalahan melalui pemilihan strategi penelitian
yang tepat. Strategi yang dipilih oleh penulis digunakan sebagai dasar untuk
mengamati, mengumpulkan informasi dan untuk menyajikan analisis hasil
penelitian. Dalam hal ini peneliti penulis mengacu pada bentuk penelitian
deskriptif. Sesuai dengan pendapat Mardalis (2002:26) bahwa penelitian
deskriptif adalah “Penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa yang saat ini
berlaku”. Penelitian deskriptif berupaya untuk mendeskripsikan, mencatat,
menganalisis, dan menginterprestasikan kondisi yang sekarang terjadi atau ada.
Peneliti tidak menguji dan menggunakan hipotesa, melainkan hanya
mendeskripsikan informasi apa yang ada sesuai dengan variabel yang diteliti.
Ciri-ciri penelitian deskriptif kualitaif adalah :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada sekarang, pada
masalah-masalah aktual.
2. Data yang dikumpulkan mulai disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa.
(Winarno Surakhmad, 2004:140).
Penelitian deskriptif yang dilaksanakan adalah menggunakan strategi
penelitian tunggal terpancang. Strategi penelitian tunggal terpancang merupakan
kegiatan pengumpulan kegiatan data yang lebih terarah berdasarkan tujuan dan
pertanyaan-pertanyaan peneliti yang lebih dahulu diajukan. Dalam strategi
penelitian tunggal terpancang peneliti hanya memusatkan penelitiannya pada
beberapa hal yang sesuai dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan.
C. Sumber Data
Sesuai dengan pendapat HB.Sutopo (2002:30) Bahwa “Sumber data
commit to user
serta berbagai benda lain ”. Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1) Informan
Informan merupakan orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang
akan diteliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Menurut
Lexy J Moleong (2004:132), “Informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang
penelitian”. Jadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar
belakang penelitian dan dapat memberilan informasi yang tepat kepada
peneliti. Orang yang menjadi informan peneliti di SMP Negeri 1 Sukoharjo
adalah :
a. Wakil Kepala Sekolah 1
b. Wakil Kepala Sekolah 2
c. QMR (Quality manajement representatif)
d. Kurikulum
e. Kesiswaan
f. Sarana Prasarana
g. Tata Usaha
h. Guru
2) Dokumen dan Arsip
Dokumen di dalam penelitian merupakan sumber data yang penting,
walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata atau tindakan merupakan
sumber kedua, jelas hal itu tidak diabaikan karena dalam banyak hal dokumen
sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan. Menurut H. B. Sutopo (2002: 54), “Dokumen dan arsip
merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu”. Lebih lanjut Lexy J. Moleong (2004: 159) mengungkapkan
“Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
commit to user
penelitian ini adalah sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Sukoharjo, dan data
lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
3) Tempat dan Peristiwa
Dalam melakukan kegiatan penelitian baik wawancara atau observasi akan
melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa. HB. Sutopo (2002: 52)
mengungkapkan “Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau
aktivitas yang dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang
merupakan tempat maupun lingkungannya”. Peneliti mengambil tempat
penelitian di SMP Negeri 1 Sukoharjo, sedangkan peristiwa yang dimaksud
yaitu mengenai implementasi program Rintisan Sekolah Bertraf Internasional
di SMP Negeri 1 Sukoharjo.
D. Teknik Sampling
Menurut Iskandar (2008:69) “Teknik Sampling merupakan penelitian
yang tidak meneliti seluruh subyek yang ada dalam populasi melainkan hanya
sebagian saja yang di perlukan oleh peneliti dalam penelitian”. Dalam penelitian
ini, peneliti tidak menentukan sejumlah sampel. Peneliti hanya menentukan
sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh keterangan tentang
permasalahan yang diteliti. Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan
teknikpurposive sampling.
Menurut Lexy J. Moleong (2004:224) bahwa ”Dengan teknikpurposive
sampling ini terkandung maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi
berbagai macam sumber dan bangunannya”. Purposive sampling merupakan
sampel yang diambil tidak ditekankan pada jumlah, tetapi ditekankan pada
kualitas pemahamannya kepada masalah yang diteliti. Peneliti tidak menentukan
sampel, tetapi peneliti menentukan kualitas pemahaman informan yang akan
diwawancarai untuk memperoleh informasi tentang masalah yang diteliti.
Peneliti juga menggunakan teknik bola salju (snowball sampling). Dalam
teknik ini untuk memperoleh data yang mendalam diperlukan informan yang
mengetahui permasalahan yang sedang diteliti, yaitu dengan cara menunjuk
commit to user
yang lebih tahu, sehingga akan didapat data yang lebih lengkap. Penarikan sampel
bola salju ini mempunyai beberapa tahapan. Tahap pertama, menentukan satu atau
beberapa orang informan untuk diwawancarai. Informan tersebut berperan sebagai
titik awal penarikan sampel. Tahap kedua, dari informan yang pertama
selanjutnya menunjuk informan yang dirasa lebih mengetahui tentang
permasalahan yang sedang diteliti. Kemudian peneliti mewawancarai informan
tersebut dan demikian selanjutnya sampai diperoleh data yang mendalam dan data
yang dikumpulkan benar-benar mendukung tercapainya tujuan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Pemecahkan suatu permasalahan harus dilakukan secara tuntas
dan baik. Untuk itu diperlukan sejumlah data yang valid. Sedangkan untuk
mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data.
Iskandar (2008:178 ) menyebutkan bahwa, “Teknik Pengumpulan data
merupakan tata cara atau langkah-langkah peneliti untuk mendapatkan data
penelitian, peneliti harus menggunakan teknik dan prosedur pengumpulan data
yang sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan, apakah data berbentuk kualitatif
atau kuantitatif. Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan.
Sesuai dengan metode penelitian diskriptif kualitatif maka teknik
pengumpulan data adalah:
1. Wawancara
Menurut Iskandar (2008:41), “Wawancara merupakan tanya jawab peneliti
dengan orang- orang yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber data”.
Tanya jawab itu dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyan itu”. Dalam teknik ini
peneliti mengumpulkan data mengenai implementasi program Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Sukoharjo. Dalam teknik
wawancara ini, peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan yang
commit to user 2. Observasi
Merupakan aktivitas pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan langsung terhadap subjek dan objek penelitian di lokasi
penelitian sehingga diperoleh gambaran mengenai permasalahan yang diteliti.
Menurut pendapat HB. Sutopo (2002:75) mengatakan bahwa “Teknik
observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa
peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman
gambar”. Peneliti dalam melakukan observasi di lokasi penelitian, mengamati
secara langsung implementasi program Rintisan sekolah bertaraf internasional
di SMP Negeri 1 Sukoharjo.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini merupakan teknik pengumpulan data melalui
penelaahan dokumen yang ada, dengan maksud untuk melengkapi data yang
di perlukan dalam analisis terhadap masalah yang dikaji. Informasi yang
terdapat dalam dokumen sangat mendukung dalam suatu penelitian. Dalam
analisis ini akan menjadi sumber data untuk mendapatkan data yang lengkap
dan mempermudah dalam penelitian antara lain dokumen dan arsip yang
berada di SMP Negeri 1 Sukoharjo yang ada hubungannya dengan penelitian
tersebut. Dokumentasi dalam penelitian ini antara lain dokumen dari sekolah
yang meliputi keadaan umum sekolah, data sarana dan prasarana, data guru,
data siswa (peserta didik), serta data-data lain menunjang dalam penelitian.
F. Validitas Data
Validitas data sangat diperlukan kebenarannya agar data dan informasi
yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Validitas data
merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil
penelitian,(H.B Sutopo, 2002:78). Untuk menganalisa data kualitatif digunakan
suatu teknik yang disebut Triangulasi. Menurut Iskandar (2008:230),
“Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan