• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf

Penerapan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Sukoharjo dimulai sejak tahun ajaran 2007/2008. Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 (wawancara pada tanggal 19 Agustus 2010) sebagai berikut :

”Ya perlu diketahui sebelumnya bahwa kami SMP Negeri 1 Sukoharjo pada saat itu tidak mencalonkan sebagai sekolah yang ingin menuju bertaraf internasional (RSBI), tetapi kita dipilih sendiri oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai wakil Kabupaten Sukoharjo untuk tingkat SMP yang ber-title Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). SMP Negeri 1 Sukoharjo dipilih sebagai RSBI oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah karena prestasi sekolah yang baik selama 3 tahun berturut-turut. Pada saat itu juga pemerintah mencanangkan program RSBI untuk tingkat SMP adalah sebanyak 200 sekolah se-Indonesia dan 20 sekolah se-Propinsi Jawa Tengah sehingga sekolah ini terpilih menjadi salah satunya dan dikeluarkan SK-nya oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah pada Tahun Ajaran 2007/2008. Sejak dikeluarkan SK sebagai sekolah RSBI tersebut, Alhamdulillah SMP Negeri 1 Sukoharjo sekarang menjadi sekolah RSBI dan paling favorit di kabupatennya.”

Hal senada juga diungkapkan oleh informan 2 (wawancara pada tanggal 19 Agustus 2010) sebagai berikut :

”Sebagai satuan pendidikan (SMP), kami saling bekerjasama mewujudkan tekad bulat kami untuk menjadikan sekolah ini bertaraf internasional (SBI). Terpilihnya sekolah ini menjadi RSBI pada tahun ajaran 2007/2008 adalah modal awal yang baik untuk kami teruskan perjuangan kami untuk menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI). Kami disini yakin bahwa dengan adanya kerja keras yang ulet dan profesionalitas serta kualitas dari tenaga-tenaga kami baik dari tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang kami miliki dan mampu

commit to user

bekerja secara individual maupun tim, itu juga merupakan modal awal yang cukup baik bagi kami untuk melangkah lebih maju.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa SMP Negeri 1 Sukoharjo menjadi salah satu rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) karena prestasi sekolah yang baik selama 3 tahun berturut-turut. Kemudian dengan dikeluarkan Surat Keputusan(SK) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah pada Tahun Ajaran 2007/2008 maka SMP Negeri 1 Sukoharjo ber-title Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Tujuan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), adalah menciptakan lulusan yang dapat bersaing di era globalisasi baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional. Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 (wawancara pada tanggal 19 Agustus 2010) sebagai berikut : ”Tujuan kami untuk melaksanakan program RSBI adalah untuk mempersiapkan lulusan yang mampu bersaing di era globalisasi. Kemudian membekali lulusan tersebut dengan kompetensi yang standarnya nasional maupun internasional untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu SMA atau SMK”. Kemudian hal yang sama diungkapkan oleh informan 2 (wawancara pada tanggal 19 Agustus 2010) sebagai berikut : ”Tujuan dari pada pelaksanaan RSBI adalah mewujudkan pencapaian Standar Kompetensi Lulusan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dan dikembangkan sesuai dengan kurikulum internasional. Kemudian untuk mewujudkan lulusan yang berdaya saing tinggi.

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tujuan SMP Negeri 1 Sukoharjo melaksanakan program RSBI antara lain :

a. Untuk mempersiapkan lulusan yang mampu bersaing di era globalisasi.

b. Membekali lulusan tersebut dengan kompetensi yang standarnya nasional maupun internasional untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu SMA atau SMK.

c. Mewujudkan pencapaian Standar Kompetensi Lulusan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dan dikembangkan sesuai dengan kurikulum internasional

commit to user

Penerapan Komponen utama yang menjadi bahan penilaian suatu satuan pendidikan (sekolah) dalam menuju Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dapat dilihat dalam pelaksanaan delapan komponen, yaitu meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, standar pengelolaan, dan standar penilaian. Adapun penjabaran dari komponen-komponen pemberdayaan sekolah yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1) Standar Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan sekolah yang bertaraf internasional adalah mengacu pada:

a. Mendapat Input Siswa dengan nilai 75

Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan penerimaan siswa baru (PSB). Untuk sekolah (SMP) RSBI, harus mendapat input peserta didik SD yang memiliki nilai rata-rata 75. Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut : ”Memang ada syarat untuk menjadi siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo yaitu bagi siswa SD yang ingin mendaftar di SMP ini harus memiliki rata-rata nilai rapor 75 untuk semua mata pelajaran mulai dari kelas 3, 4, 5, dan kelas 6 semester 1.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 8 (wawancara pada tanggal 23 Agusturs 2010) sebagai berikut :

”Nilai rata-rata rapor kelas 3 sampai 6 semester 1 minimal harus 75 bagi calon pendaftar dan setelah itu mereka juga harus melewati beberapa tes yang kami berikan, meliputi tes tertulis, tes komputer, psikotes, tes IQ, dan wawancara. Dan apabila lolos maka tinggal menunggu hasil ujian UAN dari anak tersebut, jika lolos ujian UAN maka siswa tersebut diterima menjadi siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa SMP Negeri 1 Sukoharjo sudah melakukan penyaringan peserta didik baru yang sesuai dengan standar sekolah RSBI. Penyaringan peserta didik baru dengan syarat sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata rapor Sekolah Dasar (SD) minimal harus 75 untuk kelas 3,4,5 dan 6 semester 1.

commit to user 2. Lolos tes tertulis,

3. Lolos tes komputer, 4. Lolos psikotes, 5. Lolos tes IQ,

6. Lolos tes wawancara, 7. Lolos ujian UAN b. Mencapai nilai KKM 75

Kinerja Ketuntasan Minimal (KKM) untuk peserta didik SMP RSBI harus mencapai 75. nilai tersebut meliputi nilai tugas, nilai ulangan, nilai ujian mid semester dan nilai ujian semester. Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut :

”Untuk kelas RSBI SMP Negeri 1 Sukoharjo nilai rata-rata Kinerja Ketuntasan Minimal (KKM) sedang berjalan untuk menuju KKM idial yaitu 75 sehingga untuk KKM setiap mata pelajaran berbeda-beda ada yang 71,72,73 dan sudah ada yang 75 misalnya untuk mata pelajaran agama dan senitari KKM nya sudah 75 sedangkan untuk mata pelajaran matematika, ips dan ipa KKM nya masih 71.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 8 (wawancara pada tanggal 23 Agustus 2010) sebagai berikut :

”Untuk kelas RSBI di SMP ini hanya mata pelajaran tertentu yang nilai KKM nya mencapai 75 yaitu untuk mata pelajaran pendidikan agama, karawitan dan senitari. untuk mata pelajaran lainnya KKM nya berbeda-beda masih kurang dari 75 seperti hal nya mata pelajaran Biologi yang saya ajarkan untuk KKM nya masih 71. Dimana nilai KKM itu meliputi nilai tugas, ulangan, ujian mid semester dan ujian semesteran. Apabila ada peserta didik yang belum mencapai nilai rata-rata KKM tersebut maka kami adakan remedial agar nilai minimal KKM tersebut tercapai.”

Berdasarkan data lapangan di atas menunjukkan bahwa nilai Kinerja Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 1 Sukoharjo sedang berjalan untuk

commit to user

menuju KKM idial yaitu 75. Sehingga untuk KKM setiap pelajaran masih ada yang belum mencapai KKM 75 seperti IPA,IPS dan Matematika KKM nya masih 71. Nilai KKM itu meliputi nilai tugas, ulangan, ujian mid semester dan ujian semesteran. Apabila ada peserta didik yang belum mencapai nilai rata-rata KKM tersebut maka kami adakan remedial agar nilai minimal KKM tersebut tercapai.” c. Mencapai nilai Ujian Nasional (UN) 75

Sesuai dengan standar sebagai sekolah RSBI, nilai ujian nasional untuk setiap mata pelajaran yang diujikan minimal harus mencapai 75. Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut : Sudah tercapai untuk UN sudah minimal 75 untuk kelas RSBI. Hal yang sama diungkapkan oleh informan 8 (wawancara pada tanggal 23 Agustus 2010) sebagai berikut :

”Alhamdulillah selama ini untuk kelas RSBI kami bisa mencapai nilai UN dengan nilai rata-rata UN 75, bahkan rata-rata peserta didik kami kemarin bisa lebih dari 75 untuk setiap mata pelajaran yang diujikan dalam UN. Termasuk mata pelajaran yang diujikan oleh Dirjen Dikdasmen yang meliputi IPA, matematika, bahasa inggris dan TIK yang pengantarnya dengan menggunakan bahasa inggris.”

Berdasarkan data lapangan di atas menunjukkan bahwa rata-rata peserta didik RSBI di SMP Negeri 1 Sukoharjo dapat melebihi nilai UN 75 untuk setiap mata pelajaran yang diujikan termasuk ujian yang diberikan oleh Dirjen Dikdasmen.

d. Memenuhi SNP dan diperkaya keunggulan mutu lulusan dengan keunggulan tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

Seperti yang diungkapkan oleh informan 4 (wawancara pada tanggal 20 Agustus 2010) sebagai berikut :

” Untuk kelulusannya sudah sesuai dengan standar SNP, Kami menggunakan kurikulum yang berlaku di indonesia sekarang yaitu KTSP, juga ada muatan lokal berupa bahasa jawa. Namun disamping itu, untuk kelas RSBI ada tambahan kompetensi-kompetensi lain yang harus diberikan pada anak didik kami yang standarnya internasional. Misalnya saja ada Englishday yang wajib dilakukan setiap warga sekolah setiap hari selasa. Pembelajaran yang tidak hanya dari buku saja namun juga memanfaatkan ICT misalkan dengan menggunakan internet. Selain itu juga ada penambahan jam mata pelajaran tertentu berupa pengayaan

commit to user

untuk mata pelajaran IPA, matematika, bahasa inggris dan TIK dalam pembelajaran bilingual .”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 3 (wawancara pada tanggal 20 Agustus 2010) sebagai berikut :

“Sudah kami lakukan mengenai hal ini namun baru sedikit yang baru kami lakukan seperti Englishday, pembelajaran menggunakan ICT dan laboratorium, pembelajaran bilingual untuk mata pelajaran IPA, matematika, bahasa inggris dan TIK. Selain itu model pembalarannya lebih dituntut yang mampu menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa di SMP Negeri 1 Sukoharjo sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu menggunakan kurikulum KTSP dan terdapat muatan lokal berupa bahasa jawa. Disamping itu, SMP Negeri 1 Sukoharjo juga sudah diperkaya keunggulan mutu lulusan yang standarnya internasional misalnya dengan adanya Englishday, pembelajaran menggunakan ICT dan laboratorium, pembelajaran bilingualuntuk mata pelajaran IPA, matematika, bahasa inggris dan TIK. Selain itu model pembalarannya mampu menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).

2) Standar Isi (Kurikulum)

Sekolah bertaraf internasional menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Penidikan (KTSP) yang diperkaya agar memenuhi standar nasional pendidikan plus kurikulum internasional yang digali (adopsi dan adaptasi) dari berbagai sekolah mitra baik dalam maupun luar negeri, yang memiliki reputasi internasional. Namun untuk SMP Negeri 1 Sukoharjo belum mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 (wawancara pada tanggal 19 Agustus 2010) sebagai berikut :

”Untuk acuan penyelenggaraan kegiatan dalam pembelajaran di SMP Negeri 1 Sukoharjo itu menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hanya saja untuk memenuhi syarat sebagai sekolah SBI itu harus Standar Nasional Produk (SNP) + X. Namun untuk SMP Negeri 1 Sukoharjo belum sampai pada unsur X karena belum dapat mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum dari negara OECD hanya

commit to user

melakukan penekanan pada pengembangan proses dan isi materi dari membaca referensi-referensi saja untuk mengembangkan kurikulum dan diterapkan pada saat proses pembelajaran Maka disini kami Sebut kurikulum tersebut dengan KTSPplus.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 4 (wawancara pada tanggal 20 Agusturs 2010) sebagai berikut :

“Untuk masalah kurikulum kita memakai KTSPPlusyang mana kurikulum tersebut memenuhi standar-standar nasional dan diperkaya lagi dengan adanya unsur Plus tersebut, yang mana unsur Plus tersebut artinya bahwa kita menekankan dalam hal proses pembelajaran yaitu : a. Pertama, pembelajaran bilingual (Bahasa Inggris) di beberapa mata

pelajaran terutama mata pelajaran sains (IPA), matematika, TIK (Teknik Informasi dan Komunikasi) serta khusus pada Hari Selasa seluruh warga sekolah wajib memakai Bahasa Inggris.

b. Kedua, pembelajaran berbasis IT (Teknologi Informasi) yang diwujudkan dengan penyediaan LCD disetiap kelas untuk pembelajaran dan ruang laboratorium yang memenuhi standar untuk 1 anak 1 alat.

c. Ketiga, ada tambahan muatan lokal bahasa Jawa dan setiap hari kamis seluruh warga sekolah wajib memakai bahasa jawa.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa di SMP Negeri 1 Sukoharjo menggunakan KTSP Plus yang mana di dalam kurikulum tersebut terdapat penekanan dalam hal proses pembelajaran yang meliputi :

1. Pertama, pembelajaran bilingual (Bahasa Inggris) di beberapa mata pelajaran terutama mata pelajaran sains (IPA), matematika, TIK (Teknik Informasi dan Komunikasi) serta khusus pada Hari Selasa seluruh warga sekolah wajib memakai Bahasa Inggris.

2. Kedua, pembelajaran berbasis IT (Teknologi Informasi) yang diwujudkan dengan penyediaan LCD disetiap kelas untuk pembelajaran dan ruang laboratorium yang memenuhi standar untuk 1 anak 1 alat.

3. Ketiga, memasukkan muatan lokal berupa bahasa Jawa dan setiap hari kamis seluruh warga sekolah wajib memakai bahasa jawa.

commit to user

3) Standar Proses (Proses Pembelajaran)

Standar proses pembelajaran Sekolah Bertaraf Internasional hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Pro-perubahan yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru.

Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut : “Tersedianya ruang lab. dan media pembelajaran yang lengkap membuat anak-anak senang pada saat KBM, dan tentunya membantu sekali bagi kami dalam menyampaikan materi. Dengan begitu pula peserta didik mampu mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi dalam model pembelajaran baru seperti di RSBI ini.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 8 (wawancara pada tanggal 23 Agustus 2010) sebagai berikut :

“Daya kreasi, inovasi dan ekperimentasi anak didik bisa kami rangsang melalui pembelajaran di laboratorium. Misalkan saja mempraktekkan bagaimana terjadinya gerhana matahari dengan menggunakan alat peraga, eksperimen anatomi tubuh hewan dengan bantuan alat mikroskop, menggambar melalui corel draw pada saat pelajaran komputer, dan lain lain. Kemudian untuk nalar bisa kami rangsang pada anak, misalkan saja pada saat melakukan tanya jawab presentasi dan diskusi kelompok.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 1 Sukoharjo sudah dapat merangsang peserta didik untuk mampu berinovasi, berkreasi, dan bereksperimen pada saat pembelajaran di laboratorium. Untuk merangsang daya nalar peserta didik, dapat diwujudkan misalnya pada saat tanya jawab presentasi dan diskusi kelompok. Dan semua itu tidak lepas dari faktor tenaga pendidik yang mampu mengarahkan serta merangsang peserta didik agar dapat berinovasi, berkreasi, berdaya nalar dan dapat bereksperimen.

b. Menerapkan model pembelajaran aktif (cooperative learning), kreatif (quantum learning), efektif (learning revolution) dan menyenangkan

commit to user

(contextual learning), yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional.

Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut :

“Rata-rata guru di sini sistem mengajarnya sudah modern, maksudnya sudah tidak seperti jaman dahulu yang hanya bercerita, kemudian peserta didik diperintah untuk mengerjakan soal dan begitu terus berulang-ulang membosankan. Tetapi sekarang sudah ada model diskusi kelompok dan presentasi untuk melatih peserta didik untuk berani dan berapresiasi di depan kelas serta menggunakan internet sebagai sumber belajar tidak hanya dengan buku. Kemudian rutin memberikan tugas dan ulangan baik yang sifatnya lisan, tertulis atau praktek.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 8 (wawancara pada tanggal 23 Agustus 2010) sebagai berikut : “Dalam proses pembelajaran, sering kami adakan diskusi kelompok, presentasi, dan bahkan kami melakukane-learningatau pembelajaran dengan menggunakan media internet. Semua itu kami upayakan agar dapat merangsang terciptanya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 1 Sukoharjo juga berusaha untuk menciptakan PAKEM dengan cara seperti sering mengadakan presentasi, diskusi kelompok, danE-learningatau pembelajaran dengan menggunakan media internet.

c. Menerapkan proses pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut : “Dalam proses pembelajaran bagi kami, sekolah yang berstandar internasional itu harus berbasis teknologi informasi (IT). Jadi untuk sekolah ini kami wujudkan dalam pembelajaran E-learning. Selain itu, setiap kelas RSBI itu tersedia LCD dan 1 unit Laptop untuk membantu guru dalam menyampaikan materi.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 8 (wawancara pada tanggal 23 Agustus 2010) sebagai berikut :

commit to user

“Kami sediakan lab. komputer yang bagus sesuai dengan standar internasional dan sudah 1 alat untuk 1 anak didik. Untuk kelas juga sudah dilengkapi LCD untuk kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga whiteboard semakin jarang digunakan oleh guru. Tapi meskipun begitu tetap kami sediakan whiteboard juga disetiap kelas RSBI. Namun untuk perpustakaan belum bisa kami wujudkandigital librarykarena terbentur dengan dana yang minim dan tidak adanya tenaga yang bisa mengoperasikannya. Namun ke depan akan kami wujudkan.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 1 Sukoharjo sudah memenuhi standar internasional dalam hal penggunaan IT dalam proses pembelajaran berupa penyediaan LCD dan 1 unit laptop disetiap kelas kemudian pembelajaranE-learningserta laboratorium yang sesuai dengan standar internasional. Namun ada beberapa yang belum bisa dikembangkan oleh sekolah, yaitu digital library pada perpustakaan sekolah karena terbentur oleh dana dan belum tersedianya tenaga yang dapat mengoperasikannya.

d. Proses pembelajaran menggunakan Bahasa Inggris khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknologi.

Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut : “Pembelajarannya menggunakan pengantar Bahasa Inggris yaitu untuk mata pelajaran matematika, sains (IPA) dan TIK, serta buku panduan belajarnya.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 8 (wawancara pada tanggal 23 Agustus 2010) sebagai berikut : ”Pada hari selasa baik saat proses pembelajaran maupun pada saat istirahat sekolah, peserta didik wajib menggunakan bahasa inggris yang kita sebut hari itu sebagai Englishday. Untuk beberapa mata pelajaran juga di wajibkan dengan pengantar bahasa inggris yaitu mata pelajaran Sains, matematika dan TIK.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 1 Sukoharjo sudah memenuhi standar internasional dalam hal penggunaan bahasa inggris. Hal tersebut diwujudkan ketika hari selasa adalah Englishday, penggunaan bahasa inggris pada mata pelajaran tertentu

commit to user

seperti pelajaran matematika, sains (IPA) dan TIK serta didukung dengan buku materi yang menggunakan pengantar bahasa inggris.

4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Untuk standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan mencakup kualifikasi dan tingkat penguasaan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan serta memiliki sertifikat kompetensi. Selain itu, persyaratan lainnya bagi sekolah yang berstandar internasional (SBI) terutama bagi karyawan, tenaga pendidik, dan kepala sekolah harus mampu berbahasa inggris dengan standar minimal yang telah ditetapkan sebagai berikut :

a. Karyawan harus memiliki TOEFL minimal 400 b. Tenaga Pendidik harus memiliki TOEFL minimal 450 c. Kepala Sekolah harus memiliki TOEFL minimal 500

Seperti yang diungkapkan oleh informan 7 (wawancara pada tanggal 23 Agustus 2010) sebagai berikut :

“Guru-guru di SMP Negeri 1 Sukoharjo,sebagian besar telah memiliki sertifikat TOEFL dengan capaian nilai 450. Namun juga masih ada beberapa guru yang belum meiliki sertifikat tersebut. Ada juga yang masih kurang nilainya sehingga harus mengulang lagi. Untuk pegawai administrasi masih ada beberapa yang belum memiliki sertifikat TOEFL dengan capaian nilai minimal 400. Dan ada beberapa juga dari mereka yang ikut kursus bahasa inggris untuk lebih memperdalam kemampuannya dan untuk kepala sekolah sudah memcapai nilai 500 untuk TOEFL”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan 5 (wawancara pada tanggal 21 Agustus 2010) sebagai berikut : ”Di SMP sini, sebagian besar karyawan dan guru-guru sudah memiliki sertifikat TOEFL dengan nilai minimal 450 bagi guru dan 400 bagi tenaga administrasi.. Kemudian untuk kepala sekolah tentunya juga otomatis memiliki sertifikat TOEFL tetapi nilainya lebih tinggi dari kami.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dalam standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 1 Sukoharjo sebagian besar tenaga administrasi dan tenaga pendidik sudah memiliki sertifikat TOEFL dan

commit to user

nilainya sesuai standarnya masing-masing yaitu untuk tenaga pendidik minimal 450 dan untuk tenaga administrasi minimal 400. Ada beberapa dari mereka yang belum memiliki sertifikat tersebut namun mereka juga berupaya untuk memperolehnya dengan cara mengikuti pelatihan dan tes TOEFL. Jadi dengan adanya kondisi tersebut, maka SMP Negeri 1 Sukoharjo belum sepenuhnya memenuhi standar ketenagaan sebagai sekolah berstandar internasional (RSBI). Sedangkan untuk kepala sekolah SMP Negeri 1 sukoharjo telah memiliki sertifikat TOEFL sesuai dengan yang di syaratkan untuk sekolah standar internasional (RSBI) yaitu 500.

Standar kepala sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berstandar internasinal (SBI) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program

studinya terakreditasi A.

Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 (wawancara pada tanggal 18 Agustus 2010) sebagai berikut : “Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sukoharjo telah mengenyam riwayat pendidikan yang baik. Di perguruan tinggi negeri, baik pendidikan S1-nya maupun pendidikan S2-nya dan terakreditasi A”. Hal yang sama diungkapkan oleh informan 4 (wawancara pada tanggal 20 Agustus 2010) sebagai berikut : “Beliau telah memenuhi persyaratan sebagai kepala sekolah, misalnya dalam hal riwayat pendidikan. Beliau lulusan S1 FKIP Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di UNS dan kemudian melanjutkan kuliah S2-nya dengan jurusan yang sama juga di UNS, yang pada waktu itu telah terakreditasi A.”

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sukoharjo telah memiliki riwayat pendidikan yang sesuai dengan persyaratan. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sukoharjo menyelesaikan pendidikan S1 & S2 di UNS yaitu FKIP Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah yang pada saat

Dokumen terkait