• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 hingga Februari 2015 pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Unit Ciampea Cabang Dewi Sartika. Pemilihan tempat ini dilakukan secara sengaja, yakni sehubungan dengan aksesibilitas peneliti kepada responden sehingga informasi yang terkait dengan debitur dapat tergali dengan baik untuk keperluan penelititan ini serta rekomendasi dari BRI Cabang Dewi Sartika dengan berbagai pertimbangan pihak manajemen yaitu salah satu Bank Unit yang nasabahnya sebagian besar merupakan sektor agribisnis.

BRI Unit Ciampea merupakan salah satu dari kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. Di antara unit-unit BRI yang berada dibawah Kantor Cabang Dewi Sartika, BRI Unit Ciampea memiliki peluang terhadap pasar sektor ekonomi usaha mikro karena banyaknya unit kegiatan usaha di daerah ini pada umumnya berskala mikro serta letak kantor BRI unit Ciampea yang tidak jauh dari dengan pasar tradisional (Pasar Ciampea) serta letaknya mudah dijangkau oleh masyarakat karena dekat dengan jalan raya. Selain itu, lokasi juga dekat dengan salah satu pusat perdagangan sehingga semakin mendukung penyaluran KUR bagi sektor tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan adanya kecenderungan peningkatan jumlah debitur yang mengakses KUR Mikro pada BRI Unit Ciampea yang terjadi pada bulan Desember 2009 hingga Oktober 2014 (BRI 2014). Namun pada sisi lain, peningkatan dalam penyaluran KUR tersebut ternyata juga diikuti dengan adanya peningkatan rasio kredit bermasalah. Sehingga penelitian yang bermanfaat dalam pengembangan pengelolaan risiko kredit ini, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen BRI Unit Ciampea.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan memberikan kuisioner kepada nasabah/debitur yang menggunakan KUR Mikro di Bank BRI Unit Ciampia. Di samping itu, agar pertanyaan dalam wawancara lebih sistematis dan diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Ciampea. Data sekunder diperoleh dari kantor pusat Bank BRI yang merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari data terkait debitur KUR Mikro serta laporan BRI Unit Ciampea dari jangka waktu Desember 2009 hingga Oktober 2014 yang menyangkut KUR, studi pustaka, jurnal, laporan penelitian, majalah dan internet yang relevan dengan topik penelitian.

22

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua usaha mikro yang menjadi debitur KUR Mikro BRI unit Ciampea dan masih tergolong aktif dari bulan Januari 2014 hingga bulan Oktober 2014 dan telah memperoleh pinjaman KUR dengan tujuan modal usaha bukan untuk investasi. Jumlah anggota populasi ini sebanyak 4978 debitur yang terbagi dalam dua sub populasi yaitu debitur dengan pengembalian lancar sebanyak 4683 orang dan debitur dengan pengembalian tidak lancar sebanyak 295 orang, dimana populasi ini terbagi menjadi tiga sektor yaitu terdiri dari 666 sektor pertanian, 1417 sektor perdagangan, 976 sektor industri, dan 1919 sektor jasa. Sedangkan total nasabah KUR agribisnis berjumlah 3059 yang terdiri dari 2814 nasabah yang lancar dalam mengembalikan Kredit Usaha Rakyat dan 245 nasabah yang kurang lancar dalam mengembalikan Kredit Usaha Rakyat. Jumlah sampel yang diambil yaitu 40 responden, di mana terdiri dari 3 responden yang tidak lancar dalam pengembalikan kredit dan 37 responden yang lancar dalam mengembalikan kredit. Hal ini diperoleh dari perhitungan sampel dengan menggunakan metode cluster yang mengelompokkan responden berdasarkan sektor pertanian, perdagangan dan industri. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mengikuti pendapat dari Hair (1998) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa kesamaan antara analisis diskriminan dengan analisis regresi diantaranya adalah populasi terbagi menjadi kelompok-kelompok tertentu dan untuk dapat mewakili masing-masing kelompok dibutuhkan minimal 30 observasi sebagai sampel dari masing-masing kelompok tersebut.

Heterogenitas populasi yang menjadi sasaran sangat penting dalam menetapkan besarnya sampel. Dua pertimbangan yang sering kali dianggap penting dalam menentukan besarnya sampel adalah waktu dan dana yang tersedia bagi peneliti. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan disproporsional sehingga semua anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel dan jumlah sampel yang mewakili kelompok- kelompok dalam populasi tidak bersifat proporsional. Pemilihan sampel secara sengaja dan tidak proporsional ini dilakukan karena keterbatasan jangkauan terhadap debitur yang tempat tinggalnya cukup jauh sehingga debitur sampel yang diambil adalah debitur yang relatif lebih mudah dijangkau dan lebih komunikatif berdasarkan referensi petugas BRI Unit Ciampea, sehingga konsukuensi dari penggunaan metode pemilihan sampel tersebut adalah responden yang diambil kemungkinan tidak merepresentasikan sebagian dari populasi secara keseluruhan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara manual dan komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu penyuntingan (editing), pengkodean (coding), dan tabulasi (tabulating). Editing dilakukan dengan memeriksa kembali setiap lembar kuisioner untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan di dalam kuisioner telah diisi dengan baik oleh setiap

23 responden.Setelah itu, coding dilakukan dengan memberi kode pada setiap jawaban responden dalam kuisioner.Data-data yang telah di-coding kemudian dimasukkan ke dalam bentuk tabel-tabel (tabulating) untuk diolah dengan Microsoft Excel, SPSS 11 dan Minitab 16. Pengolahan data dilakukan untuk menjawab setiap pertanyaan yang tercantum dalam tujuan penelitian. Penelitian ini digunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskripsif. Analisis deskriptif merupakan deskripsi yang akan menggambarkan gambaran umum BRI Unit Ciampea serta karakteristik nasabah mengenai hubungan karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit yang diduga dapat mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Unit Ciampea yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik nasabah yang lancar dalam pengembalian kreditnya dengan debitur yang tidak lancar dalam pengembalian kreditnya di Bank BRI Unit Ciampea.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda sehingga diketahui variabel- variabel bebas yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tunggakan kredit sebagai variabel terikat. Variabel bebas dalam model tersebut terdiri dari tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha agribisnis, aset usaha, omset usaha, jangka waktu pelunasan kredit, pengalaman menerima kredit dan penggunaan kredit untuk usaha.

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea akan dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah persamaan regresi dengan pendugaan nilai peubah Y (variabel terikat) berdasarkan hasil pengukuran pada beberapa peubah bebas X (variabel bebas) (Harmini 2009).

Variabel terikat merupakan tunggakan kredit yang diperoleh dari persentase perbandingan Baki Debet terhadap total plafon nasabah KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Sedangkan variabel bebas terdiri dari tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omset usaha, jangka waktu pelunasan kredit, pengalaman menerima kredit dan penggunaan

24

usaha untuk usaha. Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea adalah sebagai berikut: Yi = b0+b1X1i+ b2X2i+b3X3i+b4X4i+b5X5i+b6X6i+b7X7i+b8X8i+b9X9i+b10X10i+e Dugaan nilai parameter:

b1,b4,b5, b6, b7, b8,b9,b10< 0 adalah koefisien untuk faktor X1, X4, X5, X6, X7, X8, X9 dan X10

b0, b2,b3> 0 adalah koefisien untuk konstanta, X2 dan X3 Dimana:

Yi = Tunggakan (%)

X1i = Tingkat pendidikan (tahun) X2i = Jarak rumah nasabah (km)

X3i = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X4i = Frekuensi menerima kredit (kali)

X5i = Jenis usaha (dummy (on-farm = 1 dan off-farm = 0) X6i = Pengaaman usaha agribisnis (tahun)

X7i = Aset usaha (juta rupiah) X8i = Omset usaha (juta rupiah)

X9i = Jangka waktu pelunasan kredit (tahun) X10i= Penggunaan kredit untuk usaha (%) e = Kesalahan penganggu (disturbance error)

Hipotesis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea dalam penelitian adalah:

1. Tingkat pendidikan diduga mempengaruhi wawasan nasabah dalam menjalankan usaha dan dalam mengambil keputusan secara rasional dalam pengembangan usahanya. Hal ini karena semakin tinggi pendidikan seseorang pada umumnya semakin meningkatnya wawasan dan pengetahuan nasabah yang dianggap akan semakin mampu dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu tingkat pendidikan diduga mempengaruhi secara nyata terhadap tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea dimana dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan, maka tunggakan KUR Mikro akan semakin kecil. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:

H0 = Koefisien tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien tingkat pendidikan berpengaruh nyata

2. Jarak rumah nasabah diduga berimplikasi pada pengeluaran yang dikeluarkan nasabah untuk transportasi menuju ke lokasi BRI Unit Ciampea, sehingga semakin jauh jarak rumah nasabah dengan BRI Unit Ciampea maka kemalasan dalam membayar secara tepat waktu samakin besar. Dengan kata lain, jarak rumah nasabah berdampak terhadap bertambahnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh nasabah sehingga cenderung besar tingkat kemalasannya. Hal ini akan berhubungan secara positif terhadap tunggakan kredit. Semakin jauh jarak rumah nasabah maka tunggakan akan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:

H0 = Koefisien jarak rumah nasabah tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien jarak rumah nasabah berpengaruh nyata

3. Jumlah tanggungan keluarga diduga berkorelasi pada pengeluaran keluarga yang akan mempengaruhi kemampuan dalam tingkat

25 pengembalian kredit. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga pada umumnya semakin besar pula pengeluaran keluarga. Sehingga berdasarkan hal ini jumlah tanggungan keluarga diduga berhubungan secara positif terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hal tersebut, hipotesisi yang akan digunakan adalah:

H0 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata 4. Frekuensi menerima kredit diduga berimplikasi terhadap kepercayaan

yang diberikan terhadap pihak manajemen perbankan terhadap para debitur. Semakin sering frekuensi menerima kredit nasabah maka semakin besar pula kepercayaan yang diberikan pihak manajemen terhadap nasabah. Dengan kata lain, nasabah tersebut memiliki catatan pengembalian kredit baik di pihak manajemen bank. Hal ini berpengaruh secara negatif terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea, semakin sering frekuensi menerima kredit nasabah maka semakin kecil tunggakan kreditnya. Berdasarkan hal ini, hipotesis yang digunakan adalah:

H0= Koefisien frekuensi menerima kredit tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien frekuensi menerima kredit berpengaruh nyata

5. Jenis usaha diduga mempunyai pengaruh secara negatif terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Jenis usaha dalam penelitian ini berbentuk Dummy, ketika jenis usaha on-farm diberi nilai nol karena dianggap sektor on-farm lebih berisiko dari pada sektor off-farm dan ketika off-farm diberi nilai satu. Semakin besar nilai koefisein jenis usaha yang diperoleh maka diduga tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea semakin kecil karena dianggap resiko usaha yang dijalankan oleh nasabah kecil.

H0 = Koefisien jenis usaha tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien jenis usaha berpengaruh nyata

6. Pengalaman usaha agribisnis diduga mempunyai pengaruh secara negatif terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea. Semakin berpengalaman nasabah dalam menjalankan usahanya maka semakin besar juga nasabah tersebut dalam mengembangkan usahanya, sehingga omset usaha akan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:

H0 = Koefisien pengalaman usaha tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien pengalaman usaha berpengaruh nyata

7. Aset usaha diduga berimplikasi terhadap kelengkapan fasilitas yang dimiliki oleh nasabah dalam menjalankan usahanya, sehingga akan semakin menunjang perkembangan usahanya tersebut. Dengan kata lain, semakin besar aset usaha yang dimiliki nasabah maka semakin besar pula usaha tersebut akansemakin mampu berkembang. Hal ini akan berhubungan negatif dengan tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:

H0 = Koefisien aset usaha tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien aset usaha berpengaruh nyata

8. Omset usaha diduga berpengaruh secara negatif terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea. Semakin besar omset usaha yang didapat oleh nasabah dari hasil usahanya, maka akan semakin besar pula kesempatan

26

untuk mengembalikan kredit secara tepat waktu. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:

H0 = Koefisien omset usaha tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien omset usaha berpengaruh nyata

9. Jangka waktu pelunasan kredit diduga berimplikasi terhadap besar kecilnya jumlah angsuran yang harus dibayar debitur setiap bulannya. Semakin lama jangka waktu pelunasan kredit semakin kecil jumlah angsuran yang harus dibayar oleh debitur. Hal ini berpengaruh secara negative terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea, semakin lama jangka waktu pelunasan kredit yang diambil nasabah maka semakin turun tunggakan kredit artinya persentase tunggakan nasabah semakin kecil. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:

H0 = Koefisien jangka waktu pelunasan kredit tidak berpengaruh nyata

H1 = Koefisien jangka waktu pelunasan kredit berpengaruh nyata 10.Penggunaan kredit untuk usaha diduga berimplikasi terhadap semakin

besarnya kesempatan untuk mengembangkan usahanya karena semakin besar alokasi pinjaman kredit untuk usaha, diharapkan akan semakin mampu membantu dalam mendanai usaha nasabah, sehingga omset usahanya semakin besar pula. Hal ini berpengaruh secara negatif terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea. Semakin besar penggunaan kredit untuk usaha maka semakin kecil jumlah tunggakan yang akan dimiliki oleh debitur sehingga persentase tunggakan kreditnya. Berdasarkan hal ini, hipotesis yang digunakan adalah:

H0=Koefisien penggunaan kredit untuk usaha tidak berpengaruh nyata

H1= Koefisien penggunaan kredit untuk usaha berpengaruh nyata Untuk mengetahui persen variasi dalam variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X) maka digunakan koefisien determinasi (Harmini 2009). Dalam regresi berganda, variasi ini akan disebabkan oleh beberapa variabel bebas (X1,X2,X3 ,...,X9)

R2= SSregression SS total Dimana:

R2 = Koefisien Determinasi SSR = Jumlah Kuadrat Regresi SSTotal = Jumlah Kuadrat Total

Jangkauannya berkisar antara 0-1.Nilai yang dekat dengan nol menunjukkan hubungan yang lemah antara kelompok variabel bebas dan variabel terikatnya.Sedangkan nilai yang dekat dengan satu menunjukkan hubungan yang kuat yang berarti semakin tepat suatu garis regresi linier yang digunakan sebagai pendekatan.

Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata digunakan uji sebagai berikut:

1. Uji Signifikansi Model Dugaan (Uji F)

Pemeriksaan akurasi model dugaan, selain menggunakan ukuran deskriptif melalui R2 tersebut, juga dibutuhkan pemeriksaan inferensia statistika yakni melalui uji hipotesis.Berdasarkan hal tersebut digunakan pengujian serentak seluruh koefisien regresi (Uji F).

27 Fhit= [SSregression DFregression] [SSerror DFerror] Dimana:

SSR = jumlah dari kuadrat regresi SSE = jumlah kesalahan kuadrat k = jumlah variabel bebas

n = jumlah pengamatan hipotesa:

H0 = β1= β2= ... = βj =... = βk = 0

H1 = Minimal ada satu Slope (β) yang ≠ 0 Kreteria ujia:

H0 ditolak apabila : Fhitung> Ftabel atau P- value< α, derajat bebas tertentu H1 diterima apabila : Fhitung< Ftabel atau P- value< α, derajat bebas tertentu

Uji F ini digunakan untuk mengetahui kemampuan dari sekelompok variabel bebas X1,X2,X3, ... , X9 untuk menjelaskan perilaku variabel terikat Y. Jika tolak H0 berarti seluruh variabel bebas X berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y. Sedangkan jika terima H0 berarti seluruh variabel bebas X tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y.

2. Uji Signifikansi Koefisien Model Dugaan (Uji T)

Apabila model dugaan disimpulkan signifikan, maka perlu diperiksa lebih lanjut variabel independent mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Untuk memeriksa hal tersebut digunakan uji T, yaitu:

Thitung = bj- βj Ho StDev bj Dimana:

bj= Koefisien model dugaan (slope) untuk variabel Xj

βj(Ho)= Nilai koefisien model (slope) untuk variabel Xj di bawah H0 StDev(bj) = Standae deviasi koefisien regresi ke i

Hipotesa: H0 : bj = 0 H1 : bj ≠ 0 Kriteria uji:

H0 ditolak apabila : thitung> ttabel atau P-value< α, derajat bebas tertentu H1 diterima apabila : thitung< ttabel atau P-value< α, derajat bebas tertentu Uji T digunakan untuk melihat masing-masing koefisien regresi berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.Jika tolak H0 berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, sedangkan jika terima H0 berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90 persen atau taraf nyata (α) sebesar 10 persen.

Selain itu, untuk mengevaluasi model dugaan terhadap adanya masalah pada regresi linier berganda (Lind et al. 2007) harus memenuhi asumsi OLS ( Ordinary Least Square) antara lain:

28

Uji normalitas digunakan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil dalam uji global dan uji parsial valid adanya.Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Cara yang digunakan untuk melihat normalitas data salah satunya adalah melihat plot garis dari strandardized residualcumulative probality (grafik probabilitas normal). Apabila sebaran data berada pada garis normal atau cukup dekat dengan garis lurus yang ditarik dari kiri bawah ke kanan atas dalam grafik, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran normal. 2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi ketika error-error berhubungan yang berada dalam regresi saling berkorelasi.Adanya masalah autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson.Nilai d (statistic Durbin-Watson) berkisar 0-4. Jika nilai d berkisar pada angka dua, hal ini menunjukkan bahwa model tersebut tidak mengandung autokorelasi.

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas terjadi ketika variabel-variabel bebasnya saling berkorelasi.Variabel variabel yang berkorelasi ini membuat pendugaan koefisien menjadi tidak stabil.Pengujian masalah multikolinier dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factors) pada setiap variabel bebas, jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh menunjukkan adanya masalah multikolinieritas.

4. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas terjadi ketika variasi di sekitar persamaan regresi bernilai berbeda untuk semua nilai variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dengan cara membuat scatter plot dari model persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu, maka akan terjadi adanya heteroskedastisitas. Jika tidak membentuk pola yang jelas serta titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka heteroskedastisitas tidak terjadi atau disebut dengan homokedastisitas.Hal ini juga dapat diperjelas dengan Test for Equal Variance for residual.Jika P-value Bartlett’s test dan P-value Levene’s test > α, maka data tersebut homogeny atau komponen error tidak heterokedastisitas.

Definisi Operasional

1. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Pada penelitian ini nasabah yang dimaksud adalah nasabah pengguna KUR Mikro BRI Unit Ciampea.

2. Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari waktu yang ditetapkan. 3. Kredit tidak lancar (menunggak) kredit yang mengalami

penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari waktu yang ditetapkan selama satu minggu atau lebih.

29 4. Tingkat pengembalian kredit merupakan persentase dari hasil perbandingan dari Baki Debet terhadap total plafon nasabah KUR Mikro BRI Unit Ciampea.

5. Baki Debet merupakan saldo pokok dari plafon pinjaman yang telah disepakati dalam perjanjian kredit dan biasanya akan berkurang jika angsuran rutin dilakukan atau sesuai dengan jadwal pembayaran oleh debitur. Dengan kata lain, semakin besar Baki Debet debitur maka semakin besar pula tunggakan yang dimiliki oleh debitur tersebut.

6. Tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani oleh debitur, dihitung dalam satuan tahun (tidak lulus SD = 0 tahun, lulus SD = 6 tahun, lulus SMP = 9 tahun, lulus SMA = 12 tahun, lulus D3 = 15 tahun, lulus S1 = 16 tahun, lulus S2 = 18 tahun).

7. Jarak tempat tinggal adalah jarak antara tempat tinggal debitur dengan kantor pelayanan BRI, diukur dalam satuan kilometer.

8. Jumlah tanggungan dalam keluarga yaitu banyaknya orang yang menjadi tanggungan debitur dalam keluarganya termasuk debitur sendiri dan dihitung dalam satuan orang.

9. Frekuensi menerima kredit yaitu pengalaman debitur dalam mengambil atau menerima kredit, dihitung dalam satuan kali.

10.Jenis usaha yaitu jenis usaha yang dijalankan oleh debitur apakah sektor on-farm atau sektor off-farm dalam bentuk Dummy, dimana sektoron-farm diberi nilai 0 dan sektor off-farmdiberi nilai 1.

11.Pengalaman usaha agribisnis yaitu lama usaha yang digeluti debitur, dihitung dalam satuan tahun.

12.Aset usaha yaitu harta kekayaan yang dimiliki oleh debitur yang digunakan untuk menjalankan atau mendukung usaha yang digelutinya. 13.Pendapatan/omset usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan

dari hasil usaha debitur, dihitung dalam satuan juta rupiah.

14.Jangka waktu pengembalian yaitu lamanya masa pengembalian yang disepakati baik oleh pihak BRI Unit Ciampea maupun oleh pihak debitur, dihitung dalam satuan tahun.

15.Penggunaan kredit yaitu penggunaan kredit yang digunakan oleh debitur untuk usaha, dihitung dalam satuan rupiah.

Dokumen terkait