• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian inidilakukan di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juni – Juli 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat tulis, buku identifikasi mangrove, GPS (Global Positioning System). Bahan yang digunakan yaitu kuisioner, vegetasi mangrove dan data masyarakat. Gambar alat dan bahan disajikan pada Lampiran 1.

Lokasi Penelitian

Peta lokasi penelitian Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai berada pada titik koordinat 3o34’69” LU dan 99o7’16,6” BT (Gambar 2). Lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian (google earth)

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: (1) Melakukan survey lapangan, (2) Wawancara dan pemberian kuisioner pada masyarakat, (3) Studi literatur. Kegiatan observasi lapangan dan wawancara disajikan pada Lampiran 3.

Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan, dengan melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat, dan pihak-pihak terkait. Komposisi dan jenis data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi dan jenis data (Muhaerin, 2008)

No. Kelompok Jenis Data Aspek-Aspek Jenis Data

Primer Sekunder 1 Faktor Fisik Geografi Topografi Demografi Aksesbilitas Kondisi Fisik Pasang surut 2 Faktor Sosial Masyarakat Identitas (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan) Persepsi, pemahaman dan harapan Pengunjung Persepsi, pemahaman dan keinginan 3 Faktor biologi Vegetasi mangrove (kerapatan) Objek biota mangrove 4 Faktor lainnya Isu-isu yang berkembang Kebijakan pengelolaan

a. Metode Pengamatan Ekosistem mangrove

Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus dapat mewakili setiap zona mangrove yang terdapat di wilayah kajian (Bengen, 2001). Data vegetasi mangrove yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Penentuan lokasi stasiun pengamatan di kawasan mangrove Desa Sialang Buah dilakukan dengan menentukan perwakilan dari setiap zonasi yang bisa dilihat dari peta hasil interpretasi citra SPOT tahun 2006. Selain dengan sistem perwakilan, penentuan lokasi stasiun pengamatan juga mempertimbangkan apakah suatu lokasi

memungkinkan dilakukannya sampling atau tidak. Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut, didapatkan 3 stasiun dan 12 plot.

Pada setiap lokasi pengamatan, letakan petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 x 10 m untuk tingkat pohon (diameter batang > 4 cm), 5 x 5 m untuk tingkat pancang (diameter batang < 4 cm dan tinggi > 1 m), 1 x 1 m untuk semai dan tumbuhan bawah (tinggi < 1 m). Data yang diambil pada pengamatan ekosistem mangrove adalah jenis mangrove yang berada di dalam stasiun pengamatan serta jenis perakarannya, kemudian dilakukan pengukuran diameter setiap pohon setinggi dada (1,3 meter) yang berada di dalam stasiun serta pengamatan visual biota-biota yang berada di stasiun tersebut (Bengen, 2001).

b. Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat dan Pengunjung

Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :

Keterangan:

n = ukuran sampel e = galat pendugaan (10 %) N = ukuran populasi

Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa

sampel/responden tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja (purposive). Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden (masyarakat) yang memanfaatkan ekosistem mangrove dan bersedia untuk diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi:

1. Data karakteristik responden (umur, pendidikan formal, pekerjaan) 2. Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Desa Sialang Buah oleh Masyarakat 3. Pemahaman atau persepsi masyarakat tentang ekowisata mangrove 4. Keterlibatan Masyarakat

Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan responden pengunjung adalah responden (pengunjung) yang berada di sekitar lokasi penelitian dan bersedia diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi:

1. Data karakter responden (umur, pendidikan, pendapatan, asal wisatawan)

2. Pemahaman atau persepsi wisatawan tentang ekowisata, mangrove, kondisi mangrove serta sarana dan prasarana

3. Keinginan untuk berwisata mangrove

Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya. Sumber data berasal dari Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Daerah dari Dinas/Instansi terkait dengan penelitian, yaitu : Kantor Kepala Desa Sialang Buah.

Analisis Data

1. Analisis Potensi Ekosistem Mangrove

Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah individu, dan diameter pohon. Data-data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui kerapatan setiap spesies dan kerapatan total semua spesies.

a. Kerapatan Spesies

Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut:

Kerapatan Spesies = ni / A b. Kerapatan Total

Kerapatan Total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut:

Kerapatan Total = ∑n / A Keterangan:

ni : Jumlah total individu dari spesies i ∑n : Jumlah total individu seluruh spesies A : Luas area pengambilan contoh 2. Analisis Kesesuaian Ekologis

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah (Yulianda, 2007):

IKW = ∑ x 100% Keterangan:

IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove (Sesuai: >83%, Sesuai Bersyarat: 50%-<83%, Tidak Sesuai : <50). Ni : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).

Nmaks : Nilai maksimum dari kategori wisata mangrove(39).

Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter. Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove antara lain: ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut, dan obyek biota disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove

No Parameter Bobot Kategori Baik Skor Kategori Cukup Baik Skor Kategori Cukup Buruk Skor Kategori Buruk Skor 1. Ketebalan mangrove (m) 5 >500 3 >200-500 2 50-200 1 >50 0 2. Kerapatan mangrove (100 m2) 3 >15-25 3 >10-15 2 5-10 1 <5 0 3. Jenis Mangrove 3 >5 3 3-5 2 1-2 1 0 0 4. Pasang surut 1 0-1 3 >1-2 2 >2-5 1 >5 0 5. Objek biota 1 Ikan, udang, kepiting, moluska, reptil, burung 3 Ikan, udang, kepiting, moluska 2 Ikan, moluska 1 Salah satu biota air 0

3. Analisis Daya Dukung

Analisa daya dukung ditujukan untuk pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK).

DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007):

DDK = kxLp/ x Wt/ Lt Wp

Keterangan:

DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari).

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang). Lp = Panjang area yang dapat dimanfaatkan (m).

Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m).

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari).

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari).

Potensi ekologis pengunjung per luas area kegiatan dalam hal ini untuk kegiatan wisata mangrove dapat dilihat pada Tabel 3.

Jenis kegiatan K (∑ pengunjung) Unit area (Lt) Keterangan Wisata

mangrove 1 50 m

Dihitung panjang track, setiap orang sepanjang 50 m

Sumber : Yulianda (2007) diacu oleh Muhaerin (2008)

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt).

Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (Tabel 4).

Tabel 4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove

No. Kegiatan Waktu yang dibutuhkan (Wp) (jam/hari) Total waktu 1 hari (Wt) (jam/hari) 1. Wisata mangrove 2 8

Dokumen terkait