• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Luas

Kawasan Ekosistem Mangrove berada di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Luas total Desa Sialang Buah adalah 200Ha.

Secara geografis desa Sialang Buah terletak antara 3o34’69” LU dan 99o7’16,6” BT, dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Bagian Utara berbatasan dengan Desa Sentang dan Selat Malaka

- Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Pekan Sialang Buah dan Pasar Baru -Bagian Barat berbatasan dengan Desa Pekan Sialang Buah

-Bagian Timur berbatasan dengan Desa P.Guntung dan Desa Sentang 2. Demografi

Jumlah penduduk Desa Sialang Buah pada tahun 2010 mencapai sekitar 3.500 jiwa. Penduduk Desa Sialang Buah terdiri dari agama Islam, Budha, Protestan dan Katolik. Agama mayoritas di Desa ini adalah Kristen (54,28%) dan berikutnya adalah Islam (40,07%). Mata pencaharian penduduk Desa Sialang Buah, sekitar 55% (dari total jumlah penduduk) adalah nelayan dan sekitar 26% adalah petani.

3. Aksesbilitas

Aksesibilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung keberhasilan pengembangan pada suatu kawasan, karena akan menghubungkan

wilayah pengembangan dengan daerah luar. Sarana transportasi angkutan umum di Desa Sialang Buah terdiri dari Truk, Bus, Mini Bus serta Sepeda Motor. Telah ada sarana jalan umum menuju kawasan ini, sehingga akses menuju kawasan ini sudah mudah. Untuk mencapai ibu kota Kabupaten dari tempat ini dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi darat umum ataupun pribadi selama ± 1 jam.

4. Kondisi Fisik

Jumlah sarana pendidikan di Desa Sialang Buah sampai tahun 2013 adalah sebanyak 2 unit, dengan rincian: 1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan 1 Sekolah Dasar (SD). Sarana ibadah di Desa Sialang Buah terdiri dari 9 unit, dengan rincian: 1 unit Masjid, 2 unit Musholla, 5 unit Gereja dan 1 unit Vihara.

Sumber air bersih berasal dari sumur bor, secara umum fasilitas MCK di Desa Sialang Buah cukup memadai. Fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang digunakan masyarakat adalah berupa jamban atau tangki yang dapat dipakai sendiri atau bersama.

5. Pasang Surut

Pasang surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa kisaran pasang surut di sekitar mangrove Desa Sialang Buah berkisar antara pasang tertinggi 105 cm sampai surut terendah 15 cm dari batas normal air. Tipe pasang surut di daerah ini adalah tipe semi diurnal, artinya dalam sehari terjadi dua kali pasang surut.

1. Karakteristik Masyarakat Pemanfaat Ekosistem Mangrove

Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang bermukim disekitar pesisir pantai dan memanfaatkan daerah tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan karakteristik masyarakat pesisir yang menjadi responden berdasarkan usia yang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Persentase Usia Responden Masyarakat

Responden terdiri dari 97 orang. Rata-rata usia masyarakat yang menjadi responden berkisar antara 27-40 tahun.

Adapun data mengenai tingkat pendidikan responden dari masyarakat pesisir dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat 46% 37% 14% 3% 27-40 Tahun 41-56 Tahun <20 Tahun >57 Tahun 3% 37% 31% 27% 2% TK SD SLTP SMA S-1

Secara umum pendidikan masyarakat belum cukup baik.Tingkat pendidikan masyarakat yang paling banyak adalah SD dengan persentase 37%. Sedangkan untuk tingkat pendidikanS1 hanya sebanyak 2% (Gambar 4).

Adapun persentase jenis pekerjaan dari masyarakat pesisir Desa Sialang Buah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat

Berdasarkan data yang diperoleh, karakteristik pekerjaan masyarakat yang memiliki nilai persentase paling tinggi adalah sebagai nelayan sebanyak 39%. Masyarakat yang menjadi petani sebanyak 32%, wiraswasta 18% dan persentase paling rendah adalah jenis pekerjaan PNS dengan nilai 2%.

2. Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Mangrove oleh Masyarakat

Adapun jenis-jenis pemanfaatan kawasan pesisir yang dilakukan oleh masyarakat pesisir disekitar kawasan mangrove Desa Sialang Buah dapat dilihat pada Gambar 6. 39% 32% 18% 2% 9% Nelayan Petani Wiraswasta PNS Dan lain-lain

Gambar 6. Jenis Pemanfaatan Kawasan

Masyarakat sebagian besar melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan ini berupa penangkapan ikan (91%), sisanya ada yang melakukan penangkapan udang, kerang dan kepiting. Selain itu terdapat juga masyarakat yang melakukan pemafaatan kayu mangrove (9%). Masyarakat pemanfaat kayu yang terdata relatif sedikit, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang melakukan kegiatan tersebut. Alasan masyarakat melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan ini sangat beragam, baik itu untuk kepentingan komersial, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan juga untuk kegiatan wisata.

3. Pemahaman dan Persepsi Masyarakat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Sialang Buah, diperoleh hasil persentase mengenai pemahaman masyarakat tentang mangrove dan ekowisata yang disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.

91% 9% Penangkapan ikan, udang, kerang dan kepiting Pemanfaatan kayu mangrove

Gambar 7.Pemahaman Masyarakat tentang Mangrove

Pemahaman masyarakat terhadap ekosistem mangrove cukup baik. Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui pengertian ekosistem mangrove secara umum dan fungsinya, namun ada beberapa masyarakat yang sama sekali belum mengetahui tentang ekosistem ini. Rata-rata masyarakat didaerah ini telah mengetahui ekosistem mangrove, dengan perolehan nilai persentase mencapai 58%.

Adapun persentase mengenai pemahaman masyarakat pesisir tentang ekowisata disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Pemahaman Masyarakat tentang Ekowisata 20% 58% 22% Rendah Sedang tinggi 82% 7% 11% Rendah Sedang Tinggi

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemahaman masyarakat mengenai ekowisata masih sangat rendah dengan nilai persentase mencapai 82%. Maka dari itu, apabila di sekitar kawasan mangrove Desa Sialang Buah akan dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, maka perlu adanya sosialisasi program atau penyuluh konservasi secara kontinyu kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat mengetahui dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan. Selain itu, dengan adanya kegiatan sosialisasi ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai konservasi.

Adapun persentase persepsi masyarakat mengenai kondisi mangrove yang terdapat di Desa Sialang Buah disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Persepsi Masyarakat tentang kondisi mangrove

Masyarakat sebagian besar mengatakan bahwa kondisi mangrove di Desa Sialang Buah berada dalam keadaan cukup baik atau sedang dengan persentase mencapai 54%. Adapun beberapa yang mengatakan kondisi mangrove berada dalam keadaan buruk dengan nilai persentase mencapai 33%. Persepsi masyarakat terhadap kondisi mangrove yang berada dalam keadaan buruk ini disebabkan karena

13%

54%

33% Baik

Sedang Buruk

masyarakat cenderung membandingkan keadaan mangrove pada saat ini dengan keadaan mangrove dahulu (sebelum adanya alih fungsi lahan ekosistem mangrove menjadi pertambakan).

4. Keterlibatan Masyarakat

Salah satu tujuan dari kegiatan ekowisata adalah untuk mensejahterakan masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan ekowisata sangat penting, karena merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Adapun persentase keinginan masyarakat untuk ikutterlibat dalam kegiatan ekowisata disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Keterlibatan Masyarakat dalam Ekowisata

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar dari masyarakat (51%) berkeinginan untuk terlibat dalam kegiatan ekowisata, 15% tidak inginterlibat, dan sekitar 34% mengatakan tidak tahu. Masyarakat yang ingin terlibatdalam kegiatan ekowisata ini ada yang bersedia menjadi pemandu, menyewakanrumahnya untuk

51% 15% 34% Ingin Terlibat Tidak Ingin Terlibat Tidak Tahu

penginapan ekowisatawan dan ada juga yang berkeinginan untukmenjadi relawan dalam pengembangan ekowisata mangrove di Desa Sialang Buah.

5. Karakteristik Pengunjung

Sama halnya dengan masyarakat, jumlah responden untuk pengunjung yang diwawancarai adalah sebanyak 30 orang. Pengunjung yang diwawancarai adalah pengunjung yang datang ke sekitar Desa Sialang Buah dan melakukan kegiatan wisata pantai.

Adapun persentase usia pengunjung yang menjadi responden disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Usia Responden Pengunjung Wisata

Berdasarkan penelitian, usia pengunjung didominasi oleh kisaran usia 20-26 tahun sebanyak 33%, kisaran usia 27-40 sebanyak 30% dan 41-56 sebanyak 24%, dibawah 20 tahun sebanyak 10% dan usia yang di atas 56 tahun sebanyak 3%.

Adapun persentase mengenai tingkat pendidikan pengunjung yang berwisata di kawasan Desa Sialang Buah ini dapat dilihat pada Gambar 12.

10% 33% 30% 24% 3% <20 20-26 27-40 41-56 >56

Gambar 12. Tingkat Pendidikan pengunjung wisata

Tingkat pendidikan pengunjung sangat bervariasi, mulai dari tingkat SD (10%) sampai dengan tingkat S1 (8%). Tingkat pendidikanpengunjung yangpaling banyak adalah tingkat SMA sebanyak 68 % dan pada tingkat SMP 13%.Hasil wawancara mengenai karakteristik pengunjung ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengelola dalam pembuatan paket-paket wisata.

6. Keinginan Pengunjung Berwisata Mangrove

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui tingkat persentase pengunjung yang memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan wisata mangrove di Desa Sialang Buah apabila daerah ini dikembangkan menjadi kawasan ekowisata mangrove. Adapun persentase dari keinginan pengunjung untuk berwisata mangrove disajikan pada Gambar 13.

10% 13% 68% 9% SD SMP SMA S1

Gambar 13. Keinginan Pengunjung Untuk Berwisata Mangrove

Sekitar 73% pengunjung mengatakan bersedia datang untuk berwisata mangrove dan sisanya sekitar 27% mengatakan tidak tahu. Selain keadaan sumberdaya alam, jenis kegiatan wisata yang ditawarkan serta sarana dan prasarana yang disediakan juga dapat mempengaruhi tingkat keinginan pengunjung untuk datang ke suatu kawasan wisata.

Ekosistem Mangrove

1. Potensi Sumberdaya Mangrove

Berdasarkan hasil pengamatan mangrove di 3 stasiun yang terdapat di Desa Sialang Buah didapatkan jenis-jenis mangrove yang dicantumkan dalam Tabel 5. Tabel 5. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan

No. Nama Spesies Stasiun

1 2 3 1. Avicennia marina √ √ 2. Bruguiera cylindrica √ √ 3. Rhizophora apiculata √ √ √ 4. Sonneratia alba √ √ 5. Xylocarpus granatum √ √ √ 73% 27% Ingin Berwisata Mangrove Tidak Tahu

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan diperoleh 5 jenis mangrove yang terdiri dari Avicennia marina, Bruguiera cylindrica, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, dan Xylocarpus granatum (Lampiran 4).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat diperoleh kisaran kerapatan jenis mangrove setiap stasiunnya. Selain itu, kisaran kerapatan total mangrove juga dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan semua jenis yang terdapat pada setiap plotnya. Hasil perhitungan nilai kerapatan jenis vegetasi mangrove dicantumkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Kerapatan Jenis Vegetasi Mangrove

Stasiun Plot Species JumlahPohon

(Ni) Luas Area (m) Kerapatan (Di) I 1 Sonneratia alba 2 40 0,05 Rhizophora apiculata 2 40 0,05 2 Xylocarpus granatum 3 40 0,07 Rhizophora apiculata 1 40 0,02 3 Rhizophora apiculata 2 40 0,05 4 Sonneratia alba 2 40 0,05 Total 12 40 0,3 Rata-rata 0,07 II 1 Avicennia marina 2 40 0,05 Rhizophora apiculata 2 40 0,05 Bruguiera cylindrica 1 40 0,02 Xylocarpus granatum 1 40 0,02 2 Avicennia marina 2 40 0,05 Rhizophora apiculata 2 40 0,05 3 Avicennia marina 2 40 0,05 Rhizophora apiculata 2 40 0,05 Xylocarpus granatum 2 40 0,05

4 Avicennia marina 2 40 0,05

Xylocarpus granatum 1 40 0,02

Rhizophora apiculata 2 40 0,05

Total 21 40 0,52

Rata-rata 0,13

III 1 Avicennia marina 3 40 0,07

Bruguiera cylindrica 1 40 0,02 Sonneratia alba 1 40 0,02 2 Avicennia marina 2 40 0,05 Rhizophora apiculata 2 40 0,05 Xylocarpus granatum 1 40 0,02 Bruguiera cylindrica 2 40 0,05 3 Avicennia marina 3 40 0,07 Rhizophora apiculata 2 40 0,05 Bruguiera cylindrica 2 40 0,05 4 Avicennia marina 3 40 0,07 Rhizophora apiculata 1 40 0,02 Total 23 40 0,57 Rata-rata 0,14

Berdasarkan hasil pengukuran nilai kerapatan jenis mangrove berdasarkan kategori pohon di setiap plot pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa jenis

Avicennia marina memiliki nilai kerapatan yang tinggi. Berdasarkan nilai rata-rata di setiap stasiun, maka didapatkan pada stasiun 1 memiliki nilai kerapatan 0,07 ind/m, stasiun 2 memiliki nilai kerapatan 0,13 ind/m dan stasiun 3 memiliki nilai kerapatan 0,14 ind/m.

2. Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove

Mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa. Komunitas Fauna ekosistem mangrove di Desa Sialang Buah membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu kelompok fauna daratan (terestrial) dan

kelompok fauna perairan (akuatik). Fauna yang ditemukan di kawasan mangrove Sialang Buah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Fauna yang ditemukan di kawasan mangrove Desa Sialang Buah 1.

Fauna Daratan Burung Bangau

2. Reptil -

3.

Fauna Perairan

Moluska Gelonia sp, Solen sp,

Murex sp, Terebralia sp

4. Ikan Ikan glodok

5. Crustacea Udang, Scylla

serrata(kepiting bakau), kepiting biola (uca sp)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan jenis fauna daratan dan perairan antara lain dari jenis burung seperti burung bangau, dari jenis moluska seperti Gelonia sp, Solen sp, Murex sp, Terebralia sp; dari jenis ikan seperti ikan glodok, dan dari jenis crustacea seperti udang, kepiting bakau (Scylla serrata), kepiting biola (uca sp).

Keberadaan fauna-fauna ini dapat menjadi potensi pengembangan alternatif wisata mangrove lainnya. Contoh alternatif-alternatif ini seperti pengamatan jenis burung, memancing dan fotografi.

D. Kesesuaian Ekologis untuk Kegiatan Ekowisata

Berdasarkan penelitian, didapatkan nilai Indeks Kesesuaian Wilayah magrove Desa Sialang Buah termasuk kedalam kategori bersyarat dengan nilai IKW berkisar antara 58%-71%, seperti yang dicantumkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Indeks Kesesuaian Ekosistem Untuk Wisata Mangrove Lokasi Pengamatan Indeks Kesesuaian Ekosistem

Stasiun 1 58 SB

Stasiun 2 71 SB

Stasiun 3 71 SB

Keterangan : SB= Sesuai Bersyarat(50% - <83%) E. Daya Dukung Kawasan Untuk Kegiatan Ekowisata

Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2007). Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi kegiatan yang dilakukan di lingkungan alam. Berdasarkan penelitian diperoleh nilai Daya Dukung Kawasan untuk pemanfaatan kawasan mangrove Desa Sialang Buah yang dicantumkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Daya Dukung Kawasan

No. Lokasi Luas area yang dapat

dimanfaatkan (m)

Daya Dukung Kawasan (org/hari)

1 Wisata mangrove 2.000 160

2 Wisata perairan

(sungai) 1.000 80

Ekosistem mangrove di sekitar kawasan Desa Sialang Buah memiliki keunikan yang khas, selain jenis mangrove yang cukup banyak, kondisi ekosistemnya pun sangat menarik dengan adanya aliran seperti sungai di antara hamparan hutan mangrove. Keunikan ini dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisatawan untuk melakukan kegiatan ekowisata melalui perairan ataupun daratan.

Pembahasan

Potensi Sumberdaya Mangrove

Secara umum hutan mangrove dan ekosistem mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan. Namun demikian, mangrove sangat peka terhadap pengendapan dan sedimentasi, tinggi rata-rata permukaan air, pencucian serta tumpahan minyak. Keadaan ini mengakibatkan penurunan kadar oksigen dengan cepat untuk kebutuhan respirasi, dan menyebabkan kematian mangrove (Dahuri dkk., 2004).

Berdasarkan pengamatan dilapangan ditemukan 5 jenis mangrove yang terdapat di Desa Sialang Buah antara lain Avicennia marina, Bruguiera cylindrica,

Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, dan Xylocarpus granatum. Pada stasiun 1 ditemukan 3 jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata dengan jumlah 5 individu, Sonneratia alba 4 individu, dan Xylocarpus granatum 3 individu. Pada stasiun 2 ditemukan 4 jenis mangrove, yaitu Avicennia marina dengan jumlah 8 individu,

1 individu serta Xylocarpus granatum dengan jumlah 4 individu. Pada stasiun 3 ditemukan kelima jenis mangrove, Avicennia marina berjumlah 11 individu,

Bruguiera cylindrica berjumlah 5 individu, Sonneratia alba berjumlah 1 individu,

Rhizopora apiculata 5 individu dan Xylocarpus granatum berjumlah 1 individu. Nontji (2005) menyatakan, dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan pedada (Sonneratia sp) merupakan tumbuhan mangrove utama yang paling banyak dijumpai.Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan, dan menstabilkan tanah habitatnya (Muhaerin, 2008).

Berdasarkan jumlah komposisi jenis mangrove diperoleh nilai kerapatan dari jenis mangrove yang terdapat di Desa Sialang Buah. Nilai kerapatan paling tinggi yaitu 0,07 ind/m2 dari jenis Xylocarpus granatum yang terdapat di stasiun 1 dan

Avicennia marina yang terdapat pada stasiun 3. Kemudian berdasarkan nilai kerapatan rata-rata di setiap stasiun pengamatan, maka pada stasiun 1diperoleh nilai 0,07 ind/m2, pada stasiun 2 diperoleh nilai 0,13 ind/m2 dan 0,14 ind/m2 pada stasiun 3. Nilai rata-rata kerapatan tertinggi terdapat pada staiun 3.Tingginya kerapatan mangrove menunjukkan banyaknya pohon dalam stasiun ini, dengan demikian pengunjung yang datang berwisata dapat memperoleh informasi yang bersifat edukatif tentang jenis-jenis mangrove selain menikmati pemandangan hutan mangrove yang indah.

Kawasan mangrove memiliki tempat yang cukup tinggi bagi pengembangan wisata atau rekreasi pantai. Hal ini didasarkan pada keunikan karakteristik dari tumbuhan (flora) penyusun ekosistem mangrove, terutama sistem pembuangannya,

diversitas bentuk buah dan sistem perakarannya. Daya tarik utama ekosistem mangrove adalah potensi keragaman kehidupan liarnya (wildlife), terutama burung air, burung migrasi, reptil, mamalia, primata, dan ikan. Berdasarkan pengamatan dilapangan ditemukan beberapa jenis fauna dari kelas burung, crustacea, molusca dan gastropoda.

Nybakken (1992) menyatakan komunitas mangal bersifat unik, disebabkan luas vertikal pohon, dimana organisme daratan menempati bagian atas sedangkan hewan lautan menempati bagian bawah. Hutan-hutan bakau, membentuk percampuran yang aneh antara organisme lautan dan daratan dan menggambarkan suatu rangkaian dari darat ke laut dan sebaliknya.

Selain itu dengan adanya komposisi jenis yang beragam dari pohon mangrove dengan bentuknya yang melengkung kesana-kemari, batang dengan tekstur yang tidak merata dan kuat (yang bisa dipanjati), dedaunan yang lebat,rindang, bunga dan buah yang khas pada ekosistem mangrove memberikan pula daya yang cukup atraktif. Satu hal yang spesial dari mangrove, akarnya selain fungsi lazimnya sebagai penopang dan menyerap makanan, juga berfungsi sebagai “akar nafas” yang digunakan untuk bernafas oleh mangrove yang merupakan atraksi yang paling menonjol (Alfira, 2014).

Indeks Kesesuaian Wilayah

Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, vegetasi, dan benda-benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap

penggunaan lahan. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu jenis lahan tertentuuntuk penggunaan lahan tertentu (Alfira, 2014). Menurut kamus Penataan ruang (2009), kesesuaian lahan diartikan sebagai hal sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk pemanfaatan tertentu.

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Indeks kesesuaian ekologis dapat mengidentifikasikan apakah suatu ekosistem sesuai (S), sesuai bersyarat (SB), atau tidak sesuai (N) untuk suatu kegiatan wisata. Kesesuaian wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter-parameter tersebut adalah ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut dan obyek biota.

Berdasarkan penelitian dari ketiga stasiun pengamatan, didapatkan Indeks Kesesuaian Wilayah untuk wisata mangrove di Desa Sialang Buah termasuk kedalam kategori tingkat Sesuai Bersyarat (SB). Kategori sesuai bersyarat menunjukan bahwa untuk menjadikan lokasi ini sebagai lokasi wisata, maka lokasi ini perlu dikelola terlebih dahulu sebelum dijadikan sebagai tempat wisata. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut agar potensi yang ada pada ekosistem mangrove di kawasan ini dapat terus dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata berbasis lingkungan.

Daya Dukung Kawasan 1. Perairan

Wisata perairan Desa Sialang Buah dapat dilakukan dengan menyusuri sungai di ekosistem mangrove ini. Kegiatan yang dilakukan pada

kawasan ini dalam pelaksanaannya harus memperhatikan daya dukung kawasan. Terdapat satu usulan track pada lokasi ini, dengan nilai daya dukung kawasan sebanyak 160 orang/hari untuk ekosistem darat (mangrove) dan 80 orang/hari untuk ekosistem perairan (sungai). Nilai ini menunjukan bahwa, dalam satu harinya maksimal ekowisatawan yang dapat melalui lokasi ini adalah 160 orang. Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan ekowisata mangrove ini adalah 8 jam dalam satu harinya, untuk wisata sungai (berperahu menyusuri sungai) dapat disediakan waktu sebanyak 4 jam/hari, waktu ini disesuaikan dengan rata-rata lama pasang air laut. Hal ini dikarenakan ada beberapa lokasi pada sungai yang tidak bisa dilalui oleh alat transportasi pada saat air surut.

Track perairan ini dapat dilalui dengan menggunakan alat transportasi seperti perahu dayung, canno atau kapal kecil. Fasilitas lain yang diperlukan pada track ini adalah fasilitas keamanan seperti pelampung. Selain itu juga perlu adanya dermaga untuk berlabuhnya alat-alat transportasi yang akan digunakan pada track ini. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada track ini selain menikmati keindahan mangrove sambil menyusuri sungai, juga dapat dilakukan kegiatan memancing, fotografi dan pengamatan biota yang terdapat di kawasan mangrove.

2. Daratan

Ekosistem mangrove merupakan salah satu potensi wisata di kawasan Desa Sialang Buah. Salah satu cara untuk menikmatinya adalah dengan berjalan menyusuri hutan mangrove. Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman, seperti pengalaman berjalan di tengah hutan mangrove, memberikan pengetahuan mengenai jenis-jenis

mangrove dan ciri-ciri khasnya juga mengamati jenis-jenis fauna yang terdapat di sekitar ekosistem mangrove seperti burung air dan biota lainnya. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan kesadaran akan pentingnya ekosistem mangrove.

Beberapa jenis wisata di hutan mangrove antara lain dapat dilakukan pembuatan jalan berupa jembatan diantara tanaman pengisi hutan mangrove. Sarana prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah boardwalk (Gambar 15). Track daratan dibuat dengan pertimbangan dibuat pada daerah yang memenuhi kriteria sesuai pada indeks kesesuaian wisata atau kategori sesuai bersyarat. Kegiatan yang dilakukan pada kawasan ini dalam pelaksanaannya harus memperhatikan daya dukung kawasan.

Gambar 15. Contoh boardwalk (Yulianda, 2006)

Jumlah maksimal ekowisatawan yang dapat berkunjung ke track daratan ini berjumlah 160 orang perharinya (Tabel 9). Waktu yang dapat diberikan oleh kawasan pada kegiatan track daratan ini adalah sebanyak 8 jam, sesuai dengan

rata-rata lama jam kerja (Yulianda, 2007). Track-track ini tidak begitu dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, asalkan tinggi boardwalk yang dibuat disesuaikan dengan kondisi pasang tertinggi. Sedangkan untuk track perairan, menyusuri mangrove dengan berperahu menyusuri sungai, wisatawan yang dapat berkunjung sebanyak 80 orang per harinya. Waktu yang dapat diberikan untuk track ini adalah 4 jam, dikarenakan sungai hanya dapat dilalui menggunakan perahu ketika air pasang yaitu antara pukul 12.00-16.00 WIB.

Rekomendasi yang dapat dilakukan dalam pengembangan ekowisata mangrove di Desa Sialang Buah antara lain :

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat di Desa Sialang Buah dengan cara memberikan penyuluhan dan membuat kelompok-kelompok sadar wisata dan sadar lingkungan.

2. Memberikan pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat di Desa Sialang Buah.

3. Meningkatkan keterampilan pada masyarakat di Desa Sialang Buah. 4. Pemantauan dilakukan oleh pemerintah setempat.

Dokumen terkait