• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tinjauan Terhadap Korupsi

III. Metode Penelitian

Bab ini memuat dan membahas tentang tentang langkah-langkah yang digunakan dalam metode penelitian yang dimulai dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data dan diakhiri dengan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab yang menyajikan hasil penelitian dan pembahasan terkait dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu kewenangan lembaga praperadilan dalam menetapkan sah tidaknya penetapan tersangka tindak pidana korupsi dan faktor penghambat yang ditemui lembaga praperadilan dalam

memutus sah tidaknya penetapan tersangka yang terjadi dalam praperadilan terhadap kasus tindak pidana korupsi.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran mengenai permasalahan yang ada dalam penulisan karya ilmiah yang sifatnya dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelesaian masalah.

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A.Tinjauan Terhadap Praperadilan ... 17

1. Pengertian dan Sejarah Praperadilan ... 14

2. Acara Praperadilan ... 21

3. Tujuan Penciptaan Lembaga Praperadilan di dalam KUHAP ... 23

4. Wewenang Praperadilan ... 24

5. Praperadilan Setelah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU- XII/2014 ... 27

B.Tinjauan Terhadap Korupsi ... 28

1. Pengertian Korupsi dan Sifat Korupsi ... 28

2. Ciri-Ciri Korupsi dan Faktor Penyebab Korupsi ... 30

3. Penetapan Tersangka Tindak Pidana Korupsi ... 31

C. Faktor Penghambat Penegakan Hukum... 33

III. Metode Penelitian... .... 35

A. Pendekatan Masalah ... 35

B. Sumber dan Jenis Data ... 36

C. Penentuan Narasumber ... 37

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 40 A. Kewenangan Lembaga Praperadilan dalam Memutus Sah Tidaknya

Penetapan Tersangka Tindak Pidana Korupsi ... 40 B. Faktor Penghambat yang ditemui oleh Lembaga Praperadilan dalam

Memutus Sah Tidaknya Penetapan Tersangka Tindak Pidana Korupsi 58

V. Penutup ... 67 A. Simpulan ... 68 B. Saran ... 69

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kewenangan lembaga praperadilan dalam memutus sah tidaknya penetapan tersangka tindak pidana korupsi tidak diatur dalam KUHAP sebelumnya, sebagaimana kewenangan lembaga praperadilan diatur pada Pasal 77 KUHAP. Sidang praperadilan terhadap Budi Gunawan di dalam prakteknya, hakim telah melakukan penemuan hukum yaitu dengan melakukan perluasan objek praperadilan. Hal ini terlihat bahwa hakim menerima gugatan praperadilan yang objeknya memutus sah atau tidaknya penetapan tersangka tindak pidana korupsi, dengan demikian adanya perluasan kewenangan Pasal 77 KUHAP, namun setelah putusan tersebut ditegaskan kembali dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 maka penetapan tersangka masuk dalam objek praperadilan. Lembaga kontrol sangat diperlukan dalam penegakan hukum. Namun hendaknya lembaga kontrol tersebut tidak menghambat proses penyidikan.

2. Faktor penghambat yang ditemui lembaga praperadilan dalam memutus sah tidaknya penetapan tersangka tindak pidana korupsi berkaitan dengan faktor penghambat penegakan hukum berasal dari lemahnya faktor hukum itu sendiri, yang terletak dalam lemahnya ketentuan undang-undang sehingga terdapatnya celah-celah di dalamnya , adanya faktor penegakan hukum dalam menangani masalah tindak pidana korupsi dalam pelaksanannya aparat penegak hukum harus bertindak adil dan tegas, faktor sarana dan fasilitas mencangkup tenaga manusia yang bersih, jujur, integral, dan berkualitas, faktor masyarakat sangat memiliki peran penting dalam membantu lembaga praperadilan, yang ditemui lembaga praperadilan sendiri dalam prakteknya yaitu ketidakhadiran pihak yang perlu dihadirkan dalam sidang praperadilan, hal itu sangat mempengaruhi mengingat sidang praperadilan sendiri yang waktunya terbatas, faktor budaya hukum dan politik juga mempengaruhi dimana korupsi semakin meningkat karena adanya barisan politik yang didukung dengan hausnya kekuasaan, uang, dan fasilitas yang cenderung menyebabkan korupsi meningkat. Faktor penghambat yang paling dominan terletak pada faktor penegakan hukum yang berasal dari lemahnya kekosongan hukum yang menyebabkan celah bagi penegak hukum dalam menafsirkan isi undang-undang.

B. Saran

Adapun saran penulis dalam uraian skripsi ini sebagai berikut:

1. Agar penegak hukum dalam melaksanakan tugas dalam menegakkan hukum diharapkan lebih teliti dan hati-hati baik hakim, penyelidik, maupun penyidik

dalam menetapkan status tersangka kepada seseorang, harus adanya koordinasi jangan sampai terjadinya pelanggaran hak asasi di dalamnya. 2. Lembaga yang membuat peraturan diharapkan teliti dalam membuat dan

merumuskan peraturan, karena ketidakjelasan terhadap peraturan/ undang-undang yang dibuat akan menimbulkan kelemahan akan adanya kepastian hukum dan menjadi celah dalam penegakan hukum itu sendiri.

Buku:

Alfiah, Ratna Nurul. 1986. Praperadilan dan Ruang Lingkupnya, Jakarta: Akademika Pressindo C.V.

Andrisman, Tri. 2010.Hukum Acara Pidana. Bandar Lampung: Buku Ajar. ---. 2011. Hukum Pidana. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Chazawi, Adami. 2010.Lembaga Peninjauan Kembali (PK) Perkara Pidana, Penegakan Hukum dalam Penyimpangan Praktik dan Peradilan Sesat. Jakarta: Sinar Graha.

Hamzah, Andi. 2008.Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Harahap, M. Yahya. 2008.Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.

---. 2012. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali , Jakarta: Sinar Grafika.

Hartanti, Evi. 2012.Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika.

Husin, Kadri dan Rizki Husin. 2012.Sistem Peradilan Pidana di Indonesia. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung

Kerlinger, Fred N. 1996.Asas-Asas Penelitian Behavioral; Edisi Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada University Pres.

Maroni, dan Eddy Rifai. 2013. Studi Penegakan dan Pengembangan Hukum. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Mertokusumo, Sudikno. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Surat Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan Peradilan). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Nawawi, AriefBarda. 2010. Kebijakan Hukum Pidana. Jakarta: Kencana Media Group.

Priyanto, Anang. 2012. Hukum Acara Pidana Indonesia. Yogyakarta: Ombak. Sasangka, Hari. 2007. Penyidikan, Penahanan, Penuntutan, dan Praperadilan

dalam Teori dan Praktek. Bandung: CV. Mandar Maju.

Siahaan, Lintong Oloan. 1981. Jalannya Peradilan Prancis Lebih Cepat dari Peradilan Kita. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soeparmono, R. 2003.Praperadilan dan Penggabungan Perkara Ganti Kerugian dalam KUHAP. Bandung: Mandar Maju.

Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: Rajawali.

---. 2004, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono.2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tanusubroto. 1993.Peranan Praperadilan Dalam Hukum Acara Pidana. Bandung: Alumni.

Widodo, J. Pajar. 2013. Menjadi Hakim Progresif. Bandar Lampung: Indepth Publishing

Winarno.2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

Undang-UndangNomor 48 Tahun 2009 tentangKekuasaanKehakimanRepublik Indonesia.

Putusan Mahkamah Konstitusi 21/PUU-XII/2015.

Website:

http://www.hukumonline.com, diakses pada tanggal 12 Mei 2015, pukul 20.00. http://jodisantoso.blogspot.com,diakses pada tanggal 27 Agustus 2015, pukul 11.10.

http://www.tribunnews.com,diakses pada tanggal 10 September 2015, pukul 13.00.

Dokumen terkait