• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian yang berjudul “Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida terhadap Kualitas Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dan Mahoni” ini dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2015. Penelitian ini dilakukan di

WorkShop (WS) dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan (THH) Program Studi

Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah chain saw, mesin serut, blender drum,

sprayer gun, ember plastik, kamera digital, kertas label, alat tulis, UTM (Universal Testing Machine), mesin kempa, timbangan elektrik, plat besi

berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm, plastik teflon, kalkulator, dan mikrometer sekrup. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang kelapa sawit, kayu mahoni, dan perekat phenol formaldehida (PF).

Prosedur Penelitian 1. Persiapan bahan baku

Tanaman kelapa sawit yang tidak produktif lagi ditebang dengan chainsaw dan dipotong menjadi beberapa bagian batang. Batang tersebut dibelah untuk diserut dengan menggunakan mesin serut hingga menjadi partikel. Kemudian partikel tersebut dikeringkan hingga kadar air 5%. Demikian juga kayu mahoni yang telah dipersiapkan dan dipotong hingga menjadi pasahan- pasahan kecil.

2. Perhitungan bahan baku

Kebutuhan bahan baku papan partikel tergantung pada jumlah partikel dan jumlah perekat yang digunakan, ukuran papan serta kerapatan sasaran yang ditetapkan. Papan partikel yang dibuat berukuran 25x25x1 cm3 dengan kerapatan sasaran 0,7 gr/cm3. Jumlah kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan papan partikel dapat dilihat pada Tabel 3 dan untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 3. Kebutuhan bahan baku papan partikel kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

Kadar perekat PF (%)

Jumlah partikel (g) Jumlah perekat (g) 8 10 445,6 437,5 35,00 43,75 12 14 16 429,7 422,2 414,9 52,50 61,25 70,00 3. Pencampuran (blending)

Partikel batang kelapa sawit dan pasahan mahoni dicampur dengan perbandingan 50 : 50. Kemudian ditambahkan perekat phenol formaldehida (PF) dengan kadar perekat sebanyak 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16%. Pencampuran dilakukan di dalam alat pencampur (blender) menggunakan sprayer gun.

4. Pembentukan lembaran papan (mat forming)

Partikel batang kelapa sawit dan pasahan mahoni yang telah dicampur dengan perekat phenol formaldehida (PF) dimasukkan ke dalam frame besi. Lembaran papan yang dibuat berukuran 25x25x1 cm3 dengan target kerapatan 0,7 g/cm3.

5. Pengempaan panas (hot pressing)

Setelah lembaran terbentuk, kemudian diletakkan di atas kempa panas pada suhu 170 °C, tekanan 30 kgf/cm2 selama 10 menit sampai ketebalan yang diinginkan yaitu ketebalan 1 cm.

6. Pengkondisian (conditioning)

Papan yang baru dibentuk dengan mesin kempa panas masih lunak dan rentan terhadap kerusakan. Maka diperlukan pengkondisian selama 7 hari pada suhu kamar untuk menyeragamkan kadar air lembaran papan partikel dengan menggunakan penyangga (sticker) antar papan partikel.

7. Pemotongan contoh uji

Papan partikel yang telah dikondisikan selama 7 hari kemudian dipotong sesuai ukuran pada tiap contoh uji. Dimensi contoh uji yaitu (5x20) cm2 untuk uji MOE dan MOR, (10x10) cm2 untuk kerapatan dan kadar air, (5x5) cm2 untuk

internal bond (IB), serta (5x5) cm2 untuk pengembangan tebal (PT) dan daya serap air (DSA). Pembagian contoh uji papan partikel dapat dilihat dari Gambar 1.

25 cm

25 cm

Gambar 1. Pola pemotongan untuk contoh uji fisis dan mekanis papan Keterangan :

A = contoh uji MOE & MOR (5x20) cm2 B = contoh uji kerapatan dan KA (10x10) cm2 C = contoh uji PT dan DSA (5x5) cm2

D = contoh uji IB (5x5) cm2 8. Pengujian Papan Partikel

Pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel kombinasi limbah batang kelapa sawit dan kayu mahoni yang dilakukan meliputi sifat fisis (kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal) dan sifat mekanis (MOE dan MOR) berdasarkan SNI 03-2105-2006 yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel

No. Sifat Fisis dan Mekanis SNI 03-2105-2006

1 Kerapatan (gr/cm3) 0,4 - 0,9

2 Kadar Air (%) ≤ 14

3 Daya Serap Air (%) -

4 Pengembangan Tebal (%) ≤ 12

5 MOR (kg/cm2) ≥ 82

6 MOE (kg/cm2) ≥20.400

7 Internal Bond (kg/cm2) ≥ 1,5 Sumber : Standardisasi Nasional Indonesia

A

Proses Penelitian secara singkat disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan alur penelitian

Batang kelapa sawit

Dikeringkan hingga kadar air 5%

Pencampuran partikel batang kelapa sawit, pasahan mahoni (perbandingan 50 : 50) dan perekat PF

(kadar perekat 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16%)

Pembentukan lembaran papan dengan ukuran dimensi 25 cm x 25 cm x 1 cm dan kerapatan 0,7 g/cm3

Pengempaan dengan suhu 170 0C dengan tekanan 30 kgf/cm2 selama 10 menit

Pengkondisian selama 7 hari dan dilakukan pemotongan contoh uji

Pengujian kualitas berdasarkan standar SNI 03-2105-2006

Pengujian sifat fisis yaitu kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal

kayu mahoni

Dipotong dengan ukuran 50 cm x 30 cm

Batang kelapa sawit diserut dalam bentuk partikel dan kayu mahoni dalam bentuk pasahan

Pengujian sifat mekanis yaitu keteguhan rekat internal, keteguhan patah (MOR) dan keteguhan lentur (MOE)

Pengujian Sifat Fisis 1. Kerapatan

Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara. Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm ditimbang beratnya, lalu diukur rata-rata panjang, lebar, dan tebalnya untuk menentukan volume contoh uji. Nilai kerapatan dapat dihitung dengan rumus :

K = M/V Keterangan:

K = kerapatan (g/cm3)

M = berat contoh uji kering udara (g) V = volume contoh uji kering udara (cm3)

2. Kadar Air

Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm yang digunakan adalah bekas contoh uji kerapatan. Kadar air papan partikel dihitung berdasarkan berat awal (BA) dan berat kering oven (BKO). BKO diperoleh setelah contoh uji dioven selama 24 jam pada suhu (103±2 ˚C). Penimbangan dilakukan sampai BKO nilainya konstan.

Nilai kadar air dihitung berdasarkan rumus:

KA (%) = x100% BKO BKO -BA Keterangan: KA = kadar air (%)

BA = berat awal contoh uji (g)

3. Daya Serap Air

Daya serap air dihitung dari berat sebelum (B1) dan berat sesudah (B2) perendaman dalam air selama 2 jam dan 24 jam. Pengukuran berat dilakukan setelah perendaman selama 2 jam kemudian direndam lagi, setelah direndam selama 22 jam kemudian dilakukan pengukuran kedua. Nilai daya serap air dihitung dengan rumus :

DSA (%) = x100% B B -B 1 1 2 Keterangan :

DSA = daya serap air (%)

B1 = berat contoh uji sebelum perendaman (g) B2 = berat contoh uji setelah perendaman (g)

4. Pengembangan Tebal

Pengembangan tebal dihitung atas tebal sebelum (T1) dan tebal sesudah perendaman (T2) dalam air selama 24 jam. Pengukuran tebal dilakukan setelah perendaman selama 2 jam kemudian direndam lagi, setelah direndam selama 22 jam kemudian dilakukan pengukuran kedua. Pengembangan tebal dihitung dengan rumus : PT (%) = x100% T T -T 1 1 2 Keterangan: PT = pengembangan tebal (%)

T1 = tebal contoh uji sebelum perendaman (mm) T2 = tebal contoh uji setelah perendaman (mm)

Pengujian Sifat Mekanis

1. Keteguhan Rekat Internal (internal bond)

Contoh uji diukur dimensi panjang dan lebar untuk mendapatkan luas permukaan. Contoh uji keteguhan rekat internal berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm dilekatkan pada dua blok besi dengan perekat epoksi dan dibiarkan mengering selama 24 jam dan. Kedua blok besi ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai beban maksimum menggunakan UTM merk Instron. Cara pengujian keteguhan rekat internal dapat dilihat pada Gambar 3.

Arah beban

Balok besi Contoh uji

Arah beban

Gambar 3. Pengujian keteguhan rekat internal Nilai keteguhan rekat dihitung dengan rumus:

IB = A

P Keterangan:

IB = keteguhan rekat internal (kg/cm2) P = beban maksimum (kg)

A = luas permukaan contoh uji (cm)

2. MOE (Modulus of Elasticity) dan MOR (Modulus of Rupture)

Pengujian MOE dilakukan bersama-sama dengan pengujian keteguhan patah (MOR) dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM). Cara pengujian MOR dan MOE dapat dilihat pada Gambar 4.

P

L

Gambar 4. Cara pengujian MOR dan MOE Nilai MOE dan MOR dihitung dengan rumus :

MOE = 3 3 h b 4 L P Υ ∆ ∆ MOR = 2 h b 2 L Pmax 3 Keterangan :

MOE = modulus lentur (kg/cm2) MOR = modulus patah (kg/cm2)

ΔP = selisih beban (kg) Pmax = beban maksimum (kg) L = jarak Sangga (cm)

ΔY = selisih lenturan pada beban (cm) b = lebar contoh uji (cm)

h = tebal contoh uji (cm) Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan variasi kadar perekat terhadap papan partikel dengan kadar 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16%, masing-masing dengan jumlah ulangan sebanyak tiga. Model statistik linier dari rancangan percobaan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Yij = �+��+���

Keterangan:

Yij : respon pengamatan pada pengaruh kadar perekat phenol formaldehida (PF) pada papan partikel taraf ke-i dan ulangan ke-j

�� : pengaruh perlakuan kadar perekat phenol formaldehida (PF) pada papan taraf ke-i

��� : sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang dikenai perlakuan kadar perekat taraf ke-i

I : 8%, 10%, 12%, 14%, 16% j : 1, 2, 3

Adapun hipotesis yang digunakan adalah

Ho : Komposisi kadar perekat phenol formaldehida (PF) tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.

H1 : Komposisi kadar perekat phenol formaldehida (PF) berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.

Analisis keragaman dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel. Analisis keragaman tersebut menggunakan kriteria uji sebagai berikut:

a. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima atau kadar perekat tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.

b. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak atau kadar perekat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.

Setelah data hasil pengujian untuk setiap respon yang diuji dianalisis, lalu dibandingkan dengan persyaratan SNI 03-2105-2006 dengan maksud untuk mengetahui apakah sifat-sifat papan yang dibuat memenuhi standar atau tidak. Selain itu, Apabila kadar perekat berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel maka dilakukan uji lanjut yaitu uji wilayah berganda

Dokumen terkait