• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2007 sampai dengan Mei 2008. Penelitian ini meliputi tahapan analisa proksimat daun kaliki (R. communis) dan jarak pagar (J. curcas) yang dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB, serta tahapan pemeliharaan ulat yang dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kokon A. atlas dan tiga jenis daun yaitu, A. muricata (P1) sebagai kontrol, R. communis (P2) dan J. curcas (P3) sebagai tanaman alternatif. Untuk pemeliharaan digunakan kaporit (5 gram/liter), alkohol 70%, formalin 4%, label, tissue, kapas dan kapur anti semut. Sedangkan untuk perebusan kulit kokon digunakan NaOH, teepol dan sabun netral.

Alat-alat yang digunakan antara lain: kandang ngengat, cawan petri, toples gelas, pisau, gunting, termometer, higrometer, timbangan digital AND HX-100 berskala 0.0001 gram, mistar, kelos dengan keliling (2πr) sebesar 5 cm, pemanas listrik, panci, dan pinset.

Cara Kerja Persiapan

a. Penanaman pohon jarak pagar dan kaliki. Keduanya ditanam melalui biji. Pemupukan pohon-pohon tersebut menggunakan pupuk kandang. Penyiangan terhadap gulma dilakukan seminggu sekali. Setelah tinggi pohon mencapai 1 meter, daun sudah dapat dipanen untuk pakan larva. Sedangkan tanaman sirsak telah tersedia di sekitar laboratorium.

b. Kokon dari lapang (sekitar kampus IPB darmaga) dikumpulkan dan diseleksi (dengan memilih kokon yang sehat yaitu tidak basah dan berbau). Kokon yang telah diseleksi ditempatkan pada kandang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dalam laboratorium PPSHB dengan luas ruangan 12 m2 dan dibiarkan sampai muncul imago. Jika muncul imago maka imago jantan dan imago betina setiap satu pasang dipindahkan ke dalam kandang berukuran 40 x 40 x 40 cm3 untuk

dibiarkan melakukan kopulasi. Setelah dekopulasi, telur yang diletakkan oleh imago betina dalam kandang tersebut dikumpulkan dan selanjutnya dipindahkan ke dalam cawan petri untuk ditetaskan.

c. Desinfeksi ruangan dan peralatan. Peralatan yang digunakan dan ruangan laboratorium untuk pemeliharaan dibersihkan menggunakan larutan desinfektan berupa campuran 5 gram kaporit/liter air dan larutan formalin 4%.

Pelaksanaan Penelitian

a. Analisa proksimat

Analisa proksimat dilakukan hanya terhadap daun kaliki (R. communis) dan jarak pagar (J. curcas). Pengujian analisa proksimat (Lampiran 3) dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB.

b. Pengamatan morfologi imago

Imago diamati morfologinya yaitu panjang dan lebar abdomen serta rentang sayapnya. Pengukuran dilakukan terhadap sepuluh ekor imago jantan dan sepuluh ekor imago betina sehingga total imago yang diamati sebanyak 20 ekor.

c. Pengamatan lama hidup imago

Pengamatan lama hidup imago dilakukan terhadap sepuluh ekor imago jantan dan betina. Imago yang diamati meliputi baik imago jantan dan betina yang melakukan kopulasi maupun yang tidak berkopulasi.

d. Pengamatan telur

Pengamatan fekunditas (keperidian) dilakukan terhadap sepuluh ekor imago betina yang dibuahi (fertil) maupun tidak dibuahi (infertil). Lama peletakan telur dihitung sejak peletakan telur hari pertama hingga hari terakhir terutama pada betina yang dibuahi. Selanjutnya pada telur yang dibuahi (fertil) dilakukan pengamatan jumlah telur yang menetas (viabilitas). Lama penetasan telur dihitung sejak penetasan telur hari pertama hingga hari terakhir. Lamanya waktu (periode) sejak telur diletakkan oleh imago betina hingga telur tersebut menetas dicatat sebagai “lamanya masa telur” atau “periode telur”.

23

e. Pemeliharaan larva

Larva yang digunakan dalam pemeliharaan ini berasal dari telur yang menetas dengan masa telurnya sama yaitu 8 hari. Hal ini dipilih dengan tujuan keseragaman dari awal daur hidupnya.

Larva yang dipakai dan dipilih secara acak adalah larva yang aktif dan sehat. Masing-masing perlakuan pakan diamati 20 ekor larva, sehingga diperlukan total untuk ketiga perlakuan tersebut adalah 60 ekor larva. Pemberian pakan dengan daun segar dilakukan tiga kali setiap hari yaitu jam 07.00, 13.00, dan 17.00 WIB. Sebelum daun diberikan pada larva, dilakukan dahulu pencucian dan perlakuan sterilisasi pada daun menggunakan alkohol teknis 70%.

Penimbangan pakan dilakukan sebelum dan sesudah pakan diberikan. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan.

Larva instar I-III, dipelihara dalam cawan petri berdiameter 11 cm dengan tinggi 1.5 cm. Setiap cawan petri terdiri dari 2 ekor larva. Cara pemberian pakan dengan menyobek daun muda dan meletakkan dalam cawan petri. Memasuki instar IV hingga mengokon, larva dipindahkan dalam toples gelas berdiameter 14.5 cm dengan tinggi 23 cm. Setiap toples terdiri dari 2 ekor larva. Cara pemberian pakan dengan memasukkan daun tua secara utuh disertai tangkai ke dalam toples gelas.

f. Parameter yang diamati (Atmosoedarjo et al. 2000) terdiri dari:

1. Konsumsi pakan. Banyaknya pakan yang dikonsumsi per ekor larva dihitung menggunakan rumus:

x = banyaknya pakan yang dikonsumsi per ekor (g) a = total pakan hari ke-i (i = 1, 2, 3, 4,...)

b = pakan sisa

c = pakan sisa dikali faktor koreksi*)

n = jumlah ulat yang berhasil hidup setiap akhir instar Ket: *) lampiran 4, 5 dan 6

2. Pertumbuhan larva. Hal ini diamati dengan mengukur bobot dan panjang larva pada setiap awal dan akhir setiap instar.

3. Daur hidup. Parameter ini diamati dengan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh ngengat A. atlas mulai periode telur, larva, pupa hingga imago.

4. Kualitas kokon. Pengujiannya meliputi:

- Penurunan bobot kokon selama proses mengokon (g), yaitu bobot akhir instar VI dikurangi bobot kokon segar.

- Bobot kokon segar (g), yaitu bobot kokon tanpa floss (kulit + pupa). - Bobot kulit kokon (g), yaitu bobot kokon setelah pupa keluar dari

kokon.

- Persentase kulit kokon, yaitu perbandingan antara bobot kulit kokon dengan bobot kokon dikali 100%.

% Kulit kokon= Bobot kulit kokon Bobot kokon x 100% 5. Kualitas filamen. Pengujiannya meliputi:

Sebelum dilakukan pengambilan data kualitas filamen, terlebih dahulu kulit kokon diproses dengan cara direbus dalam campuran: 1 liter air + 2 gram soda kaustik (NaOH) + 2 cc teepol + 20 gram sabun netral, selama satu jam (Awan 2007). Selanjutnya kokon-kokon tersebut dicuci secara bertahap dengan air panas, hangat dan dingin.

- Panjang filamen (m), yaitu ditentukan dengan cara mengurai satu kokon tunggal dengan tangan (secara manual).

- Bobot filamen (g), yaitu bobot filamen dari satu kokon tunggal.

- Daya urai kokon/Reelability (%), yaitu dihitung dari berapa jumlah kali putus filamen selama kokon tersebut diurai

g. Klasifikasi kualitas kokon dan filamen

Di Indonesia, belum ada standar untuk mengklasifikasikan kualitas kokon dan filamen sutera liar. Klasifikasi dibuat berdasarkan data keadaan kokon dan filamen dalam penelitian ini. Penghitungan dilakukan berdasarkan data rata-rata populasi dari jenis serangga (seluruh data) dan jenis pakan (data terbaik tiap parameter uji). Dengan mencari standar deviasi pada masing-masing parameter uji diperoleh rentangan klasifikasi dalam 4 tingkatan (A, B, C dan D).

25

Rancangan Percobaan

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan pakan yang berbeda (P1= daun sirsak; P2= daun kaliki, dan P3= daun jarak pagar). Untuk pengamatan konsumsi pakan, satu perlakuan diulang 3 kali. Pada pengamatan pertumbuhan dan daur hidup larva, satu perlakuan diulang 20 kali. Sedangkan pengamatan kualitas kokon dan kualitas filamen, satu perlakuan diulang 10 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut dengan menggunakan program SAS dan MINITAB.

Model linier dalam percobaan ini adalah sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya 2000):

Yij = µ + τ i + ε ij

Dengan: i = 1,2,3. dan j = 1,2,3; j = 1,2,3, ... 20; j = 1,2,3, ... 10. Yij = Pengamatan pada perlakuan ke i dan ulangan ke j µ = Rataan umum

τ i = Pengaruh perlakuan ke i

= µi - µ

ε ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Data dari setiap parameter yang diukur/diamati dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5. Sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 3 Tabulasi data pengamatan konsumsi pakan

Ulangan Perlakuan

Total Keseluruhan P1 P2 P3

1 Y11 Y21 Y31

2 Y12 Y22 Y32

3 Y13 Y23 Y33

Total

Perlakuan (Y) Y1 Y2 Y3 Y

Tabel 4 Tabulasi data pengamatan pertumbuhan dan daur hidup larva

Ulangan Perlakuan

Total Keseluruhan P1 P2 P3 1 Y11 Y21 Y31 2 Y12 Y22 Y32 3 Y13 Y23 Y33 … … … … 20 Y120 Y220 Y320 Total

Perlakuan (Y) Y1 Y2 Y3 Y

Ket.: P1 = A. muricata; P2 = R. communis; P3 = J. curcas.

Tabel 5 Tabulasi data pengamatan kualitas kokon dan filamen

Ulangan Perlakuan

Total Keseluruhan P1 P2 P3 1 Y11 Y21 Y31 2 Y12 Y22 Y32 3 Y13 Y23 Y33 … … … … 10 Y110 Y210 Y310 Total

Perlakuan (Y) Y1 Y2 Y3 Y

Ket.: P1 = A. muricata; P2 = R. communis; P3 = J. curcas.

Tabel 6 Struktur analisis sidik ragam (ANOVA) Sumber

Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F Hitung Ulangan sama r1 = r2 = r3

Perlakuan t - 1 JKP KTP KTP/KTG

Galat t (r – 1) JKG KTG

Total Tr - 1 JKT

Ulangan tidak sama r1 ≠ r2 ≠ r3

Perlakuan t - 1 JKP KTP KTP/KTG

Galat ∑ (r1 - 1) JKG KTG

Total ∑ r1 - 1 JKT

Dari analisis sidik ragam di atas ada 3 hal yang dapat disimpulkan:

1. Perlakuan memberikan respon yang sama atau tidak dengan melihat nilai peluang pada tabel ANOVA, jika nilai peluang<α maka perlakuan memberikan respon yang berbeda.

2. Jika terdapat perbedaan, maka perlakuan yang sama atau berbeda dapat ditentukan dengan Uji Wilayah Duncan.

27

Nilai kritis Duncan dapat dihitung sebagai berikut:

y dbg p p r S R = α; ; r KTG Sy = /

Dimana r α;p;dbg nilai tabel Duncan pada taraf nyata α, jarak peringkat dua perlakuan p dan derajat bebas galat sebesar dbg.

3. Perlakuan mana yang memberikan respon tertinggi dapat dilihat dari nilai rataan untuk setiap perlakuan atau kombinasi perlakuan.

Hasil analisis proksimat daun jarak pagar muda dibandingkan dengan daun jarak pagar tua adalah sebagai berikut: a) Kandungan air pada daun muda 82.74% dan daun tua 74.97%; b) Protein pada daun muda 8.61% dan daun tua 7.86%; c) Lemak pada daun muda 3.12% dan daun tua 5.65%; d) Serat pada daun muda 20.74% dan daun tua 18.36%. (Tabel 7 & 8). Daun jarak pagar muda lebih tinggi dalam kandungan air, protein dan serat, namun lebih rendah dalam kandungan lemaknya dibandingkan dengan daun jarak tua.

Pada daun kaliki hasil analisis proksimatnya menunjukkan data sebagai berikut: a) Kandungan air pada daun muda 79.15% dan daun tua 80.51%; b) Protein pada daun muda 7.79% dan daun tua 10.14%; c) Lemak pada daun muda 5.34% dan daun tua 5.37%; d) Serat pada daun muda 29.15% dan daun tua 11.81%. (Tabel 7 & 8). Daun kaliki tua lebih tinggi dalam kandungan air dan protein, tetapi lebih rendah kandungan seratnya dibandingkan dengan daun kaliki muda. Hasil ini berlawanan dengan yang terjadi pada daun jarak pagar.

Tabel 7 Hasil analisis proksimat tiga jenis pakan daun muda

Parameter analisis Sirsak** Kaliki* Jarak Pagar*

--- (%) --- Air 72.82 79.15 82.74 Protein 4.88 7.79 8.61 Lemak 1.04 5.34 3.12 Serat 6.07 29.15 20.74 Abu 0.93 8.09 13.06

*) Hasil penelitian ini; **) Awan (2007)

Tabel 8 Hasil analisis proksimat tiga jenis pakan daun tua

Parameter analisis Sirsak** Kaliki* Jarak Pagar*

--- (%) --- Air 69.88 80.51 74.97 Protein 4.86 10.14 7.86 Lemak 1.40 5.37 5.65 Serat 7.11 11.81 18.36 Abu 1.11 11.03 10.12

*) Hasil penelitian ini; **) Awan (2007)

Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis proksimat pada daun sirsak secara langsung tetapi menggunakan data Awan (2007) yang dilakukan pada laboratorium yang sama yaitu laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

29

dan Bioteknologi (PPSHB) IPB. Uji proksimat terhadap daun sirsak menunjukkan hasil yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan daun kaliki dan daun jarak pagar dalam hal kadar air, protein, lemak dan seratnya (Tabel 7 & 8).

Konsumsi Pakan Larva

Ulat kecil (instar I-III) mengkonsumsi pakan 3.6805 g per ekor (pada daun sirsak), 1.502 g per ekor (pada daun kaliki), dan 3.3599 g per ekor (pada daun jarak pagar). Sedangkan ulat besar (instar IV-VI) mengkonsumsi pakan 79.5054 g per ekor (pada daun sirsak), 46.3177 g per ekor (pada daun kaliki), dan 151.733 g per ekor (pada daun jarak pagar) (Tabel 9).

Tabel 9 Persentase rataan konsumsi pakan per ekor larva A. atlas Instar

Sirsak (n=3) Kaliki (n=3) Jarak Pagar (n=3) Rataan (g) Persentase (%)* Rataan (g) Persentase (%)* Rataan (g) Persentase (%)* Ulat kecil: 1 0.3898 0.47 0.1955 0.41 0.1626 0.15 2 0.8041 0.97 0.3546 0.74 0.2229 0.14 3 2.4866 2.99 0.9519 1.99 2.9744 1.92 Jumlah 3.6805 4.43 1.502 3.14 3.3599 2.21 Ulat besar: 4 10.0356 12.06 2.8764 6.02 9.3710 6.04 5 8.3678 10.06 4.855 10.15 27.592 17.79 6 61.102 73.45 38.5863 80.69 114.77 74.00 Jumlah 79.5054 95.57 46.3177 96.86 151.733 97.83 Total Konsumsi 83.1859 100 47.8197 100 155.093 100

*)Terhadap total konsumsi pakan selama instar I-VI

Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan total konsumsi pakan setiap ekor larva A. atlas pada ulat kecil (Gambar 7) dan ulat besar (Gambar 8).

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 2 3 Instar K ons u m s i pak an ( g )/ ek o r Sirsak Kaliki Jarak Pagar

Gambar 7 Grafik rataan konsumsi pakan setiap instar ulat kecil pada ketiga jenis pakan

0 20 40 60 80 100 120 140 4 5 6 Instar K ons um si paka n ( g )/ ek o r Sirsak Kaliki Jarak Pagar

Gambar 8 Grafik rataan konsumsi pakan setiap instar ulat besar pada ketiga jenis pakan

Total konsumsi pakan larva pada masing-masing instar per ekor yang terbesar adalah pakan daun jarak pagar (155.09 g) dan terkecil adalah daun kaliki (47.82 g).

Hasil uji statistik konsumsi pakan larva setiap instar ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Hasil uji Anova konsumsi pakan larva A. atlas

Larva Sirsak (A) (n=3) Kaliki (B) (n=3) Jarak Pagar (C) (n=3) --- gram --- Instar I - Mean 0.39a 0.20b 0.16b - STDev 0.05 0.05 0.03 Instar II - Mean 0.80a 0.36b 0.22b - STDev 0.15 0.09 0.06 Instar III

- Mean 2.49a 0.95b 2.97a

- STDev 0.30 0.51 0.84

Instar IV

- Mean 10.04a 2.88b 9.37a

- STDev 1.10 0.25 1.22

Instar V

- Mean 8.35a 4.86a 27.59b

- STDev 1.75 2.65 10.05 Instar VI - Mean 61.10b 38.59c 114.77a - STDev 10.29 9.66 12.08 Total - Mean 83.17b 47.82c 155.09a - STDev 7.89 11.61 0.68

31

Larva instar pertama yang diberi pakan daun sirsak (rataan konsumsi 0.39±0.05 g) berbeda nyata terhadap larva yang diberi pakan daun kaliki (rataan konsumsi 0.20±0.05 g) dan daun jarak pagar (rataan konsumsi 0.16±0.03 g). Demikian halnya pada larva instar kedua dengan pakan daun sirsak (rataan konsumsi 0.80±0.15 g) berbeda nyata terhadap larva dengan pakan daun kaliki (rataan konsumsi 0.36±0.09 g) dan daun jarak pagar (rataan konsumsi 0.22±0.06 g). Sedangkan larva instar ketiga menunjukkan bahwa konsumsi pakan larva berupa daun sirsak berbeda nyata hanya terhadap larva dengan pakan daun kaliki.

Pada instar keempat, konsumsi pakan larva berupa daun sirsak (rataan 10.04±1.10 g) dan daun jarak pagar (rataan 9.37±1.22 g) berbeda nyata terhadap larva dengan pakan daun kaliki (rataan 2.88±0.25 g), sedangkan konsumsi antara pakan daun sirsak dan jarak pagar tidak berbeda nyata. Pada instar kelima konsumsi pakan larva berupa daun sirsak (rataan 8.35±1.75 g) dan daun kaliki (rataan 4.86±2.65 g) berbeda nyata terhadap larva yang memakan daun jarak pagar (rataan 27.59±10.05 g) (Tabel 10).

Instar keenam, konsumsi pakan larva berupa daun sirsak (rataan 61.10±10.29 g) berbeda nyata terhadap pakan larva berupa daun jarak pagar (rataan 114.77±12.08 g) dan daun kaliki (rataan 38.59±9.66 g). Bahkan pada instar ini juga konsumsi di antara ketiga macam pakan tersebut berbeda nyata (Tabel 10).

Apabila pengelompokan berdasarkan stadia ulat besar dan ulat kecil diuji secara statistik maka ketiga macam perlakuan pakan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Namun demikian pada signifikansi 90% didapatkan bahwa pada ulat kecil tidak berbeda nyata tetapi pada ulat besar berbeda nyata (Lampiran 9 & 10).

Berdasarkan total konsumsi pakan pada keseluruhan instar (I hingga VI) didapatkan bahwa ketiganya berbeda nyata secara statistik pada taraf uji 95%.

Pertumbuhan Larva

Rataan bobot larva A. atlas pada awal instar (setelah ganti kulit ‘A’) dan akhir instar (sebelum ganti kulit ‘B’) untuk ulat kecil ditunjukkan pada Gambar 9, sedangkan untuk ulat besar ditunjukkan pada gambar 10 berikut ini.

-0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 1.6000 1.8000 1A 1B 2A 2B 3A 3B Instar R a ta a n pe rt a m ba h a n bob ot ( g ) Sirsak Kaliki Jarak Pagar

Gambar 9 Grafik rataan bobot larva (ulat kecil) pada awal (A) dan akhir (B) instar

0 5 10 15 20 25 4A 4B 5A 5B 6A 6B Inst ar R a ta an pe rt am b ah an b obo t (g) Sirsak Kaliki Jarak Pagar

Gambar 10 Grafik rataan bobot larva (ulat besar) pada awal (A) dan akhir (B) instar

Pada awal instar pertama rataan bobot larva adalah 0.0032 g. Sedangkan pada akhir instar keenam, bobot larva mencapai grafik tertinggi dengan bobot rataan berkisar antara 19.541-20.742 g (Lampiran 10).

Rataan panjang larva A. atlas pada awal instar (setelah ganti kulit ‘A’) dan akhir instar (sebelum ganti kulit ‘B’) ditunjukkan pada Gambar 11 dan 12 berikut ini. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 1A 1B 2A 2B 3A 3B Instar R at aa n pe rt am baha n panj ang ( cm Sirsak Kaliki Jarak pagar

Gambar 11 Grafik rataan panjang larva (ulat kecil) pada awal (A) dan akhir (B) instar

33 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4A 4B 5A 5B 6A 6B Instar R at aa n p er ta m b ahan pa n jang ( cm Sirsak Kaliki Jarak pagar

Gambar 12 Grafik rataan panjang larva (ulat besar) pada awal (A) dan akhir (B) instar

Rataan panjang larva pada awal instar pertama adalah 0.5 cm. Sedangkan pada akhir instar keenam, rataan panjang larva berkisar antara 8.54-8.70 cm (Lampiran 14).

Pada akhir stadia instar pertama hingga instar keenam, bobot dan panjangnya bertambah dibandingkan dengan bobot dan panjang awal saat menetas pertama kali. Pertambahan bobot dan panjang larva pada ketiga pakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11 Pertambahan bobot dan panjang larva A. atlas pada tiap akhir instar dibandingkan dengan awal instar 1

Pakan Instar I II III IV V VI Bobot (kali) Sirsak 24 111 488 1231 2142 6184 Kaliki 16 55 527 1642 2313 6477 Jarak Pagar 20 83 369 1481 2360 6564 Panjang (kali) Sirsak 2 4 5 9 15 17 Kaliki 1.5 4 5 9 15 17 Jarak Pagar 2 4 5 9 15 17

Hasil uji Anova pertambahan bobot dan panjang larva A. atlas dapat dilihat pada Tabel 12. Pertambahan bobot larva A. atlas selama pemeliharaan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada masing-masing instar (Instar I hingga instar V). Akan tetapi, instar keenam dan total stadium larva menunjukkan pertambahan bobot yang tidak berbeda nyata pada ketiga macam perlakuan pakan. Pertambahan bobot larva pada instar kesatu dan kelima memperlihatkan perbedaan dengan pola yang sama yaitu larva yang diberi pakan daun sirsak lebih berat dari pada larva yang diberi pakan daun kaliki dan jarak pagar. Sementara itu, bobot larva yang diberi pakan daun kaliki lebih rendah daripada bobot larva yang

diberi pakan daun jarak pagar. Uji Anova terhadap total pertambahan bobot larva instar I hingga V menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada ketiga perlakuan pakan (Lampiran 12).

Tabel 12 Hasil uji Anova pertambahan bobot dan panjang larva A. atlas Larva Sirsak (A) (n=20) Kaliki (B) (n=20) J. Pagar (C) (n=20) Sirsak (A) (n=20) Kaliki (B) (n=20) J. Pagar (C) (n=20) --- Bobot (g) --- --- Panjang (cm) --- Instar I

- Mean 0.07a 0.05c 0.06b 0.34a 0.23c 0.29b

- STDev 0.01 0.01 0.01 0.05 0.04 0.04

Instar II

- Mean 0.27a 0.12b 0.17b 0.97b 1.01a 1.00a,b

- STDev 0.09 0.00 0.12 0.05 0.03 0.08

Instar III

- Mean 1.16b 1.47a 0.87c 0.40a 0.43a 0.41a

- STDev 0.40 0.07 0.26 0.06 0.04 0.04

Instar IV

- Mean 2.27b 3.49a 3.45a 1.90c 2.06a 1.99b

- STDev 0.29 0.72 0.27 0.03 0.05 0.03

Instar V

- Mean 2.47a 1.69c 2.09b 2.90a 2.82b 2.89a

- STDev 0.49 0.38 0.28 0.05 0.07 0.04

Instar VI

- Mean 12.04a 12.53a 12.52a 0.98a 1.06a 1.06a

- STDev 1.26 1.96 1.44 0.24 0.31 0.21

Total

- Mean 19.54a 20.43a 20.74a 8.04a 8.20a 8.20a

- STDev 1.94 2.56 1.82 0.31 0.38 0.26

Ket : Angka dengan huruf yang sama tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 12 di atas juga diketahui bahwa pertambahan panjang larva pada instar kesatu, kedua, keempat dan kelima berbeda nyata. Sedangkan instar ketiga, keenam dan total stadium larva menunjukkan pertambahan panjang yang tidak berbeda nyata pada ketiga macam perlakuan pakan.

Larva yang diberi pakan daun sirsak pada instar kesatu memperlihatkan pertambahan panjang tertinggi dibandingkan dengan larva yang diberi pakan daun kaliki dan jarak pagar. Sementara itu, pertambahan panjang larva yang diberi pakan daun kaliki lebih rendah dibandingkan dengan larva yang diberi pakan daun jarak pagar.

Tabel 13 berikut ini adalah hasil uji Anova bobot larva A. atlas pada tiap akhir instar. Instar pertama dan terakhir menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan instar II hingga V menunjukkan hasil yang berbeda nyata.

35

Tabel 13 Hasil uji Anova bobot larva A. atlas tiap akhir intar

Stadia Sirsak (A) (n=20) Kaliki (B) (n=20) Jarak Pagar (C) (n=20) --- g ---

Instar I

- Mean 0.0743a 0.0507a 0.0627a

- STDev 0.0118 0.0092 0.1219

Instar II

- Mean 0.3517c 0.1729a 0.2627b

- STDev 0.1105 0.0195 0.0199

Instar III

- Mean 1.5432a 1.6657a 1.1653b

- STDev 0.4856 0.0871 0.2515 Instar IV - Mean 3.8343a 5.1801c 4.6795b - STDev 0.7095 0.7269 0.4489 Instar V - Mean 6.7688a 7.2974b 7.4565b - STDev 0.85088 0.6529 0.6053 Instar VI

- Mean 19.5412a 20.4367a 20.7423a

- STDev 1.9432 2.5596 1.8235

Ket : Angka dengan huruf yang sama tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%

Daur Hidup

Kisaran daur hidup A. atlas selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Kisaran tersebut mencakup stadia larva, pupa dan imago.

Tabel 14 Kisaran daur hidup A. atlas

Stadia

Sirsak (n=20) Kaliki (n=20) Jarak Pagar (n=20) Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan

--- hari --- - Instar I - Instar II - Instar III - Instar IV - Instar V - Instar VI Larva (total) 5 - 6 4 - 5 4 - 5 4 - 7 4 - 8 8 – 12 30 - 42 5.80±0.410 4.55±0.510 4.50±0.513 5.20±0.894 6.75±1.333 9.80±1.105 36.60±3.83 4 - 5 3 - 4 3 - 5 3 - 6 5 - 8 8 – 12 27- 40 4.35±0.489 3.50±0.513 4.25±0.550 4.45±0.887 6.05±1.191 9.50±1.50 32.10±4.35 4-5 3-5 4-5 4-5 5-8 9-12 31-38 4.75±0.444 4.05±0.510 4.25±0.444 4.60±0.503 6.55±0.887 10.15±0.988 34.35±2.08 Pupa 24 - 51 29.25 ± 7.070 14 - 33 24.45 ± 4.883 18-34 26.35±3.910 Imago 3 - 8 5.00 ± 1.257 2 - 7 4.25 ± 1.92 2-7 4.70±1.750 Total 60 - 89 70.85 ± 7.457 47 - 78 60.80 ± 8.370 52-76 65.40±5.679

Periode larva terpanjang dengan rataan 36.60±3.83 hari (pakan daun sirsak), dan terpendek dengan rataan 34.35±2.08 hari (pakan daun kaliki). Panjang periode larva yang diberi makan daun sirsak berbeda nyata dengan yang diberi makan daun kaliki, tetapi tidak berbeda nyata dengan yang diberi pakan daun jarak pagar (Tabel 15).

Tabel 15 Hasil uji Anova daur hidup larva A. atlas

Stadia Sirsak (A)

(n=20) Kaliki (B) (n=20) Jarak Pagar (C) (n=20) --- hari ---

Larva Instar (I-VI)

- Mean 36.60a 32.10b 34.35ab

- STDev 3.83 4.35 2.08

Pupa

- Mean 29.25a 24.45b 26.35ab

- STDev 7.07 4.88 3.91

Imago

- Mean 5.00a 4.25a 4.70a

- STDev 1.26 1.92 1.75

Total

- Mean 70.85a 60.80c 65.40b

- STDev 7.46 8.37 5.68

Ket : Angka dengan huruf yang sama tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%

Lama periode pupa terpanjang dengan rataan 29.25±7.070 hari (pakan daun sirsak) dan terpendek dengan rataan 24.45±4.883 hari (pakan daun kaliki). Lamanya periode pupa pada larva yang diberi makan daun sirsak berbeda nyata dengan yang diberi makan daun kaliki, tetapi tidak berbeda nyata dengan yang diberi pakan daun jarak pagar (Tabel 15).

Akan tetapi, periode imago nampak tidak berbeda nyata diantara ketiga macam pakan (Tabel 15). Periode imago terpanjang dengan rataan 5.00±1.257 hari (pakan daun sirsak) dan terpendek dengan rataan 4.25±1.92 hari (pakan daun kaliki) (Tabel 14).

Tabel 16 Persentase rataan daur hidup A. atlas Stadia

Sirsak (n-20) Kaliki (n=20) Jarak Pagar (n=20) Rataan (hari) Persentase (%) Rataan (hari) Persentase (%) Rataan (hari) Persentase (%) - Telur 8.00 10.15 8.00 11.63 8.00 10.89 - Larva 36.60 46.42 32.10 46.66 34.35 46.80 - Pupa 29.25 37.10 24.45 35.54 26.35 35.90 - Imago 5.00 6.34 4.25 6.17 4.70 6.40 - Total 78.85 68.80 73.40

Persentase rataan daur hidup A. atlas pada ketiga macam pakan (daun sirsak, kaliki dan jarak pagar) ditunjukkan pada Tabel 16. Dua stadia terlama yang dilalui oleh larva A. atlas untuk menyelesaikan satu kali daur hidupnya adalah periode larva dengan rataan 46.42-46.80% dan periode pupa dengan rataan

35.54-37 Imago 4.70 (±1.75) hari Telur 8.00 (±0.00) hari Larva 34.35 (±2.08) hari Pupa 26.35 (± 3.91) hari

37.10%. Sedangkan stadia tercepat adalah periode imago dengan rataan 6.17-6.40%. Gambar 13 berikut ini adalah daur hidup ngengat A. atlas dengan pakan daun jarak pagar.

Gambar 13 Daur hidup A. atlas dengan pakan daun jarak pagar (Foto: Koleksi pribadi)

Hasil uji Anova tiap instar pada stadia larva ditunjukkan pada Tabel 17. Pada stadia larva instar kesatu, kedua dan keempat menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Sedangkan pada stadia larva instar ketiga, kelima dan keenam memperlihatkan bahwa periode yang dilalui oleh masing-masing larva menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Daur hidup larva instar pertama dan kedua menunjukkan pola yang sama yaitu larva yang diberi pakan daun sirsak lebih panjang daur hidupnya

dibandingkan dengan yang diberi pakan daun kaliki dan jarak pagar. Sedangkan larva yang diberi pakan daun kaliki lebih pendek daur hidupnya dibandingkan dengan yang diberi daun jarak pagar (Tabel 17).

Tabel 17 Hasil uji Anova daur hidup tiap instar larva A. atlas

Stadia Sirsak (A) (n=20) Kaliki (B) (n=20) Jarak Pagar (C) (n=20)

--- hari --- Instar I - Mean 5.80a 4.35c 4.75b - STDev 0.41 0.49 0.44 Instar II - Mean 4.55a 3.50c 4.05b - STDev 0.51 0.51 0.51 Instar III

- Mean 4.50a 4.25a 4.25a

- STDev 0.51 0.55 0.44

Instar IV

- Mean 5.20a 4.45b 4.60b

- STDev 0.89 0.89 0.50

Instar V

- Mean 6.75a 6.05a 6.55a

- STDev 1.33 1.19 0.89

Instar VI

- Mean 9.80a 9.50a 10.15a

- STDev 1.11 1.50 0.99

Ket : Angka dengan huruf yang sama tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%; *)Nyata pada taraf kepercayaan 95%

Telur

Telur A. atlas berbentuk oval, agak pipih dan hampir selalu ditutupi cairan agak kental berwarna merah kecoklatan yang disekresikan oleh ngengat betina agar telur melekat pada substrat. Bentuk telur lonjong dan berwarna coklat tua sampai coklat muda. Panjang telur 2 mm dengan lebar 1 mm. Seekor ngengat betina meletakkan telur 80-380 butir (pada 20 ekor imago betina yang terdiri dari 10 ekor betina fertil dan 10 ekor betina infertil). Betina infertil didapat karena jumlah imago jantan terbatas sehingga tidak semua betina yang ada memiliki pasangan. Perbedaan antara telur fertil dengan telur infertil dapat dilihat pada Gambar 14. Telur yang dibuahi (fertil) berwarna coklat gelap, sedangkan telur yang tidak dibuahi (infertil) berwarna kuning pucat.

39

Gambar 14 Telur A. atlas fertil dan infertil

Selama pemeliharaan, imago betina A. atlas yang dibuahi (fertil)

Dokumen terkait