• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan, dimulai pada bulan Februari sampai Juni 2008, dengan lokasi di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lampiran 13 Peta lokasi penelitian).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah contoh tanah, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam analisis sampel di laboratorium, peta rupa bumi, peta penggunaan lahan, dan peta lahan kritis di Kabupaten Aceh Besar.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Diagnosis tool ICRAF, seperangkat alat untuk analisis di laboratorium, Abney hand level,

Kompas, meteran, bor tanah, cangkul, plastik sampel, alat tulis dan gambar, alat dokumentasi, softwareArc-View 3.2.

Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel dan Responden

Pengambilan sampel tanah diambil secara purposive sampling di 3

lokasi terpilih berdasarkan bentuk penggunaan lahan: (1) penggunaan

lahannya berbentuk agrisilvikultur, (2) penggunaan lahannya berbentuk

silvopastura,dan (3) penggunaan lahannya berbentuk agrosilvopastura, yang dilakukan pada lahan kritis di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Pada masing-masing lokasi diambil sampel tanah yang dipilih pada beberapa titik yang mewakili kemudian dikompositkan. Sampel tanah kemudian dianalisis di laboratorium dan digunakan untuk penilaian kesesuaian lahan.

Responden merupakan key informant yang diambil secara snowball

sampling dengan ketentuan responden merupakan pemilik lahan kritis. Pada tahap awal dilakukan penggalian informasi dari perangkat desa tentang informan kunci yang tepat untuk tujuan penelitian ini. Dari informasi yang diperoleh dilakukan wawancara terhadap informan kunci pertama untuk memperoleh data-data yang diperlukan, selanjutnya digali informasi siapa informan kunci selanjutnya untuk diwawancarai dan terus bergulir untuk

informan kunci selanjutnya hingga data dianggap sudah mencukupi. Menurut pendapat Kanto (2003) diacu dalam Bungin (2003), dalam penelitian kualitatif

yang menggunakan key informant dalam pengumpulan informasi, bilamana

dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi

baru, proses pengumpulan informasi dianggap sudah selesai. Key informant

dalam penelitian ini diambil untuk masing-masing lokasi adalah 10 orang, jadi total informan kunci adalah 30 orang. Data ini diambil untuk analisis sistem agroforestri dan analisis sosial ekonomi

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus. Menurut Bungin (2003), secara umum studi kasus memberikan akses dan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti.

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan yang meliputi pengumpulan data sekunder yang diperlukan. Tahap kedua adalah survei lapangan yaitu pengumpulan data biofisik, sistem agroforestri dan sosial ekonomi. Tahap ketiga merupakan analisis data dan penyajian hasil penelitian.

Persiapan dan pengumpulan data sekunder

Persiapan yang dilakukan meliputi studi literatur, hasil-hasil penelitian terdahulu dan sumber yang relevan. Tahap persiapan lni bertujuan untuk mengetahui kondisi umum daerah penelitian dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Data sekunder didapatkan dari instansi terkait.

Survei lapangan pengumpulan data biofisik dan sistem agroforestri

Survei lapangan dilakukan untuk mengamati serta mengumpulkan data biofisik dan sistem agroforestri yang ada di daerah penelitian (Tabel 1). Pengumpulan data primer ini didapatkan melalui wawancara, pengambilan contoh tanah, dan pengamatan lapangan.

Tabel 1. Jenis data serta metode pengumpulan data biofisik dan sistem agroforestri

Jenis Data Metode Pengambilan dan Sumber Data 1. Data primer yang diambil di lapangan

ƒ Media perakaran (r) 1.Drainase tanah

2.Tekstur tanah

3.Kedalaman efektif (cm)

Pengamatan lapangan berdasarkan warna tanah dan kecepatan meresapnya air ke dalam tanah yang menunjukan lamanya tanah jenuh air

Diambil secara komposit pada setiap lapisan profil tanah masing 1 contoh tanah pada masing-masing unit lahan dan kemudian dianalisis dilaboratorium

Diukur berdasarkan kedalaman tanah pada masing-masing unit lahan ƒ Retensi hara 1.KTK liat (me/100g) 2.pH H20 3.Kejenuhan Basa (%) 4.C- Organik (%)

Diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm masing-masing 1 contoh tanah pada masing masing unit lahan

ƒ Ketersediaan hara (n) 1.N Total (%) 2.P, Ostersedia (ppm) 3.Kz0 tersedia (ppm)

Diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm masing

masing 1 contoh tanah dari masing-masing unit lahan

ƒ Identifikasi lahan kritis:

Produktivitas, lereng, erosi, batuan dan manajemen

Pengecekan lapang

ƒ Pengelolaan tanah dan

tanaman Pengecekan lapang/wawancara

ƒ Sistem agroforestri lahan kritis

Kecamatan Indrapuri Pengecekan lapang/wawancara 2. Data Sekunder

ƒ Peta Rupa Bumi , Peta Penggunaan Lahan.

BAKOSURTANAL dan DISHUT Provinsi NAD

ƒ Temperatur (t) 1.Temperatur rerata (°C)

ƒ Ketersediaan air (w) l. Curah hujan (mm) 2. Kelembaban (%)

Data didapat dari stasiun Klimatologi Indrapuri

Pengumpulan data sosial ekonomi.

Wawancara dilakukan secara mendalam dengan tokoh kunci (Key

informant interview), dengan mengadopsi diagnosis tool (semi-structured interview, diagram dan rangking) yang di kembangkan oleh World Agroforestry Centre (ICRAF) dan disesuaikan dengan data yang dibutuhkan untuk tujuan penelitian.

Data yang dikumpulkan meliputi : Karakteristik sosial ekonomi petani yaitu (a) karakteristik keluarga petani responden (KK) meliputi : pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama, status penguasaan lahan, luas tanah garapan, sumber pendapatan utama, pengalaman berusahatani, sumber modal, hambatan usahatani, pemahaman tentang erosi dan tindakan konservasi, intensitas pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama, penyakit dan gulma, persepsi petani tentang agroforestri sekarang, komoditi yang diusahakan dan pola tanam, dll; (b) Komponen pendapatan meliputi: jumlah produksi, harga dan (c) Komponen biaya produksi meliputi: biaya bibit/benih, peralatan, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja dan biaya lainnya. Responden yang diambil merupakan pemilik lahan kritis dan pemilik lahan yang telah menerapkan sistem agroforestri.

Analisis Data dan Penyajian Hasil.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menghasilkan desain agroforestri pada lahan kritis terdiri atas analisis deskriptif, analisis kesesuaian lahan, analisis finansial. Data yang dikumpulkan untuk menjawab tujuan penelitian dan cara menganalisis data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis data dan metode

Identifikasi lahan kritis. Dalam mengidentifikasi lahan kritis

digunakan kriteria yang telah ditetapkan Direktorat RKT Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 Departemen Kehutanan tahun 1998. Kriteria ini memberikan penilaian terhadap faktor-faktor yang mengakibatkan lahan menjadi kritis. Tingkat kekritisan lahan ditentukan melalui penjumlahan nilai yang diperoleh pada masing-masing unit lahan (skor X bobot). Untuk lebih jelas kriteria dan bobot dapat dilihat pada Tabel 3.

Analisis Data Metode

Identifikasi lahan kritis : produktivitas, lereng, erosi, batu-batuan dan manajemen.

Bobot/ skoring berdasarkan Departemen Kehutanan

Model agroforestri yang telah ada: jenis tanaman, sistem usahatani

Analisis deskriptif

Kesesuaian lahan :

temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, toksisitas, bahaya erosi penggunaan lahan, jenis tanaman yang diusahakan

Kesesuaian lahan Atlas Format procedures FAO dan kriteria kesesuaian lahan

BALITBANGTANAK, 2003.

Analisis ekonomi :

produksi usaha, biaya usaha tani dan pendapatan petani

Analisis finansial

Analisa Sosial :

tenaga kerja,status lahan, modal, sarana, kebutuhan rumahtangga, dsb

Tabel 3. Tingkat kekritisan lahan pada berbagai kawasan (Direktorat RKT 1998)

Total Skor pada :

Tingkat Kekritisan Lahan Kawasan Hutan Lindung Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan 120 - 180 115 - 200 110 - 200 Sangat Kritis 181 - 270 201 - 275 201 - 275 Kritis 271 - 360 276 - 350 276 - 350 Agak Kritis 361 - 450 351 - 425 351 - 425 Potensial Kritis 451 - 500 426 - 500 426 – 500 Tidak Kritis

Identifikasi sistem agroforestri. Identifikasi sistem agroforestri yang telah ada dilakukan dengan cara melakukan survei dan melihat sistem agroforestri yang telah diterapkan dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil Analisis ini berupa tabel, diagram dan peta dari sistem agroforestri yang diterapkan, lokasi, deskripsi bentang lahan, jenis-jenis tanaman utama, jenis hewan yang menjadi komponen agroforestri.

Analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan dilakukan

dengan menggunakan kriteria kualitas lahan menurut Atlas Format

Procedures (CSR/FAO, 1983), dan kriteria kesesuaian lahan oleh BALITBANGTANAK (2003). Hasil yang diperoleh adalah data tingkat kesesuaian lahan pada tingkat Kelas berdasarkan klasifikasi FAO (Food and Agricultur Organization) yaitu Kelas S1 = sangat sesuai, Kelas S2 = cukup sesuai, Kelas S3 = sesuai marginal, Kelas N = tidak sesuai.

Analisis kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan, dengan cara ini akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk jenis penggunaan lahan tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001).

Analisis ekonomi. Dalam rangka melihat sejauh mana suatu usaha agroforestri memberikan keuntungan, maka analisis yang paling sesuai untuk dipakai adalah analisis proyek yang berbasis finansial. Analisis finansial pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Melalui cara berpikir seperti itu maka

harus ada ukuran-ukuran terhadap kinerjanya (Suharjito et al. 2003).

Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah sebagai berikut:

a. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan nilai dari suatu proyek setelah dikurangkan dengan seluruh biaya pada suatu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat bunga yang berlaku, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Bt = penerimaan kotor petani pada tahun t

Ct = biaya kotor usaha tani pada tahun t

n = umur ekonomis

i = suku bunga

t = interval waktu

Jika nilai NPV>0, maka usaha tani tersebut diprioritaskan pelaksanaannya; jika NPV=0, maka usaha tani tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital; dan jika NPV<0, maka sebaiknya usaha tani tersebut ditolak dan sekaligus mengindikasikan ada jenis penggunaan lain yang lebih menguntungkan bagi sumber-sumber yang diperlukan usaha tani.

b. Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR merupakan suatu cara evaluasi proyek dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh suatu proyek dengan nilai

=

+

=

n t t

i

Ct

Bt

NPV

1

(1 )

)

(

sekarang seluruh biaya proyek, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Bt = penerimaan kotor petani pada tahun t

Ct = biaya kotor usaha tani pada tahun t

n = umur ekonomis

i = suku bunga

t = interval waktu

Jika nilai BCR>1 berarti NPV>0, maka usaha tani tersebut diprioritaskan pelaksanaannya; dan jika BCR<1 berarti NPV<0, maka maka sebaiknya usaha tani tersebut ditolak dan sekaligus mengindikasikan ada jenis penggunaan lain yang lebih menguntungkan bagi sumber-sumber yang diperlukan usaha tani.

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat suku bunga yang membuat proyek akan mengembalikan semua investasi selama umur proyek, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

i’ = nilai percobaan pertama untuk suku bunga

i’’ = nilai percobaan kedua untuk suku bunga

NPV’ = nilai NPV percobaan pertama

NPV’’ = nilai NPV percobaan kedua

Biasanya untuk menghitung besarnya IRR dilakukan dengan teknik interpolasi, yakni secara coba-coba dengan nilai suku bunga (i) tertentu yang

=

+

+

=

n t t n t t

i

Ct

i

Bt

BCR

1 1

)

1

(

)

1

(

) ' '' ( '' ' ' ' i i NPV NPV NPV i IRR − − + =

dianggap mendekati nilai IRR yang benar dan selanjutnya menghitung NPV dari arus pendapatan dan biaya. Jika nilai IRR≥nilai suku bunga (i) yang berlaku sebagai social discount rate, maka NPV>0 artinya usaha tani dapat dilaksanakan; sedangkan jika IRR<0, maka NPV<0 artinya usaha tani tidak dapat dilaksanakan.

Analisis sosial, dianalisis secara deskriptif dengan mengambil data dari wawancara dan kuisioner terhadap responden. Hasil data ditabulasikan dalam bentuk tabel dan diagram dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Data yang dianalisis berupa pendapat masyarakat terhadap sistem agroforestri pada lahan kritis, tenaga kerja, status lahan, modal, sarana, kebutuhan rumahtangga, dsb.

Dokumen terkait