• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.2. Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden yang digunakan adalah metode Non Probability Sampling dengan jenisnya yaitu Convenience Sampling (metode penentuan responden yang dilakukan secara sengaja di mana responden yang akan dijadikan responden sudah memenuhi kriteria peneliti). Dalam hal ini adalah responden yang sudah pernah melakukan pembelian di Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat, sehingga responden sudah mengetahui Midori Japanese Restaurant dan pernah mengkonsumsi produk Midori Japanese Restaurant cabang ini. Hal ini dilakukan agar konsumen memiliki pertimbangan untuk perbandingan tingkat kepentingan, tingkat kinerja, dan tingkat loyalitas terhadap Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

Dalam penelitian ini, dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan reliabilitas untuk mengukur ketepatan ukuran atribut yang akan ditanyakan kepada responden. Terdapat 30 responden yang diperlukan dalam uji validitas dan reliabilitas (Rangkuti, 2009). Sedangkan, jumlah responden yang diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 60 responden. Penentuan jumlah tersebut berdasarkan kemampuan peneliti, sudah mencukupi syarat minimal sebaran normal (30 responden), dan merupakan jumlah yang dapat mewakili seluruh

konsumen Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

4.3. Data dan Instrumentasi/Kuesioner

Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden di Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat pada saat penelitian dilaksanakan, melalui pengisian kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden berisikan pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan sehingga responden hanya memilih salah satu atau beberapa alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang alternatif jawabannya tidak disediakan, sehingga responden diberikan kebebasan untuk menjawab. Kuesioner yang diberikan berisi tentang karakteristik konsumen, pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan pembelian, pertanyaan mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, serta pertanyaan tentang loyalitas konsumen terhadap Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat di Jakarta, instansi yang terkait lainnya, perpustakaan, jurnal, buku, skripsi terdahulu, dan internet.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Menurut Umar (2002), metode survei dapat membantu untuk membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan.

Penyebaran kuesioner dilakukan pada hari kerja (Senin-Jumat) dan hari libur (Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional). Waktu penyebaran kuesioner dilakukan di sepanjang jam kerja restoran (10.00-22.00 WIB), terutama pada saat jam makan.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan dilakukan screening terlebih dahulu sebelum diolah dengan maksud memeriksa kelengkapan data. Untuk mengetahui

karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian digunakan Analisis Deskriptif. Analisis lain yang digunakan adalah Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen. Pengukuran tingkat loyalitas konsumen menggunakan piramida loyalitas konsumen. Data akan diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 untuk tabulasi data dan perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI), SPSS 11,5 untuk perhitungan Importance Performance Analysis (IPA), serta Minitab 14 untuk pembuatan matriks plot dari Importance Performance Analysis (IPA).

4.5.1. Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, pendeskripsian digunakan untuk menjelaskan karakteristik konsumen yang terdiri atas usia, jenis kelamin, kebangsaan, status, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rata-rata per bulan. Selain itu, proses keputusan pembelian konsumen juga dijelaskan secara analisis deskriptif.

4.5.2. Atribut Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat

Atribut-atribut yang akan digunakan dalam pengukuran tingkat kepuasan konsumen Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat adalah atribut-atribut yang mencakup atribut produk dan pelayanan. Atribut-atribut dari Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat merupakan penjabaran dari 7P bauran pemasaran (marketing mix). Ketujuh bauran pemasaran tersebut adalah product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi), people (orang), process (proses), dan physical evidence (bukti fisik).

Penentuan atribut-atribut tersebut diperoleh melalui diskusi antara peneliti dengan pihak restoran. Peneliti mengusulkan 25 atribut restoran terlebih dahulul dan setelah berdiskusi dengan pihak restoran jumlah atribut menjadi 22 atribut.

Selain itu, penentuan atribut juga diperoleh berdasarkan penelitian terdahulu.

Penelitian terdahulu dijadikan acuan dalam menentukan atribut. Terdapat 22 atribut dari Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat yang digunakan dalam kuesioner seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Atribut Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat berdasarkan 7P Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Atribut

Produk (Product)

Cita rasa makanan dan minuman Porsi makanan dan minuman Aroma makanan dan minuman

Kesegaran bahan makanan dan minuman Tampilan penyajian makanan dan minuman

Keragaman menu

Harga (Price) Harga makanan dan minuman Orang (People)

Kesigapan pelayan

Keramahan dan kesopanan pelayan Penampilan pelayan (seragam pelayan)

Proses (Process) Kecepatan transaksi/pembayaran

Tempat (Place)

Ketersediaan area parkir

Kemudahan akses ke lokasi restoran Kebersihan ruangan restoran Kenyamanan restoran

Promosi (Promotion)

Papan nama restoran Promosi restoran

Reward/hadiah yang diberikan oleh restoran

Bukti Fisik (Physical Evidence)

Kebersihan toilet dan wastafel

Penataan eksterior dan interior restoran Kebersihan peralatan makan

Ketersediaan fasilitas customer service

4.5.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Atribut-atribut dalam kuesioner yang akan ditanyakan kepada responden terlebih dahulu dilakukan pengujian. Atribut-atribut tersebut perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Menurut Rangkuti (2009), pada umumnya uji validitas dan uji reliabilitas ini dilakukan terhadap 30 responden (di luar 60 responden yang dibutuhkan dalam penelitian).

4.5.3.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu pernyataan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2002). Dengan kata lain, pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur (Rangkuti, 2009). Dalam penelitian ini, variabel yang dimaksud adalah

atribut-atribut yang dimiliki Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 11,5.

Validitas suatu variabel (atribut) dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Menilai valid/tidaknya masing-masing variabel (atribut) dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing variabel (atribut). Suatu variabel (atribut) dapat dikatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,3 dan dikatakan tidak valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation < 0,3 (Nugroho, 2005). Variabel (atribut) yang tidak valid harus dihilangkan dan tidak ditanyakan kepada responden pada saat pengambilan data dalam penelitian.

Hasil uji validitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua atribut Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,3, yaitu berkisar antara 0,3176-0,8248.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua atribut tersebut sudah valid untuk ditanyakan kepada responden dan dapat dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian ini (Lampiran 1).

4.5.3.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang nerupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Nugroho, 2005). Dapat dikatakan pula bahwa reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002). Menurut Umar (2002), terdapat berbagai macam teknik pengukuran reliabilitas, yaitu :

1. Teknik Test-Retest 2. Teknik Spearman-Brown 3. Teknik K-R 20

4. Teknik K-R 21 5. Teknik Cronbach 6. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini, teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah teknik Cronbach karena skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert (1-5). Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas juga dilakukan dengan menggunakan software SPSS 11,5. Reliabilitas suatu variabel (atribut) dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Reliability Coefficients. Menilai reliabel/tidaknya masing-masing variabel (atribut) dapat dilihat dari nilai Alpha. Indikator reliabilitas variabel-variabel (atribut-atribut) adalah sebagai berikut (Nugroho, 2005) :

• Alpha 0,00-0,20 = tidak reliabel

• Alpha 0,21-0,50 = kurang reliabel

• Alpha 0,51-0,60 = cukup reliabel

• Alpha 0,61-0,80 = reliabel

• Alpha 0,81-1,00 = sangat reliabel

Jika tidak reliabel, maka variabel (atribut) yang memiliki nilai Alpha if Item Deleted terbesar harus dihilangkan dan tidak ditanyakan kepada responden pada saat pengambilan data dalam penelitian.

Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua atribut Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat dapat dikatakan sangat reliabel karena memiliki nilai Alpha = 0,9294, di mana nilai tersebut berada dalam rentang 0,81-1,00. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua atribut tersebut sudah konsisten dalam pengukurannya pada penelitian ini (Lampiran 1).

4.5.4. Importance Performance Analysis (IPA)

Menurut Ennew, Reed, Binks (1993) dalam Rangkuti (2002), inti dari konsep Importance Performance Analysis (IPA) adalah bahwa tingkat kepentingan pelanggan (customer expectation) diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Berikut adalah diagram IPA yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram Importance Performance Analysis Matrix Sumber : Rangkuti (2002)

Matriks ini terdiri dari empat kuadran : kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah. Strategi yang dapat dilakukan sehubungan dengan posisi masing-masing variabel pada keempat kuadran tersebut adalah sebagai berikut :

• Kuadran 1 (attributes to improve)

Merupakan kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor tersebut belum sesuai seperti yang diharapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Caranya adalah perusahaan melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga performance (kinerja) variabel yang ada dalam kuadran ini akan meningkat.

• Kuadran 2 (maintain performance)

Merupakan kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di mata pelanggan.

Importance

Performance 1

4 2

3 High

Low Low

High

• Kuadran 3 (attributes to maintain)

Merupakan kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.

• Kuadran 4 (main priority)

Merupakan kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

4.5.5. Customer Satisfaction Index (CSI)

Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan/konsumen secara menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari variabel-variabel yang diukur.

Menurut Stratford (2004) dalam Maharani (2009), metode pengukuran CSI meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1. Menghitung Importance Weighting Factors (WF), yaitu mengubah nilai rata tingkat kepentingan menjadi angka persentase dari total nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk seluruh atribut yang diuji, sehingga diperoleh total importance weighting factors sebesar 100 %.

2. Menghitung Weighted Score (WS), yaitu nilai perkalian antara nilai rata-rata tingkat kinerja masing-masing atribut dengan importance weighting factors masing-masing atribut.

3. Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan weighted score dari semua atribut kualitas jasa.

4. Menghitung Satisfaction Index, yaitu weighted total dibagi skala maksimal yang digunakan (penelitian ini menggunakan skala maksimal 5), kemudian dikali 100 %.

5. Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan Panduan Survei Kepuasan Pelanggan (Santoso, 2006) dengan kriteria sebagai berikut :

0,00 – 0,35 = Sangat Tidak Puas 0,36 – 0,50 = Tidak Puas

0,51 – 0,65 = Cukup Puas 0,66 – 0,80 = Puas 0,81 – 1,00 = Sangat Puas

Kriteria tingkat kepuasan pelanggan ini berlaku bagi kepuasan pelanggan terhadap produk maupun jasa.

4.5.6. Analisis Loyalitas Konsumen 1. Switcher/Price Buyer

Pada tingkat ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan tiga pilihan jawaban dan tiap pilihan jawaban memiliki skor (jawaban A = skor 1, jawaban B = skor 2, dan jawaban C = skor 3). Jika responden memiliki rata-rata skor ≥ 3, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Sedangkan responden dengan rata-rata skor < 3 harus berhenti pada pertanyaan ini dan dapat dikatakan bahwa responden termasuk ke dalam tipe switcher buyer.

2. Habitual Buyer

Pada tingkat ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan dua pilihan jawaban dan tiap pilihan jawaban memiliki skor (jawaban A = skor 1 dan jawaban B = skor 2). Jika responden memiliki rata-rata skor > 2, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Sedangkan responden dengan skor rata-rata ≤ 2 harus berhenti pada pertanyaan ini dan dapat dikatakan bahwa responden termasuk ke dalam tipe habitual buyer.

3. Satisfied Buyer

Pada tingkat ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan empat pilihan jawaban dan tiap pilihan jawaban memiliki skor (jawaban A = skor 1, jawaban B = skor 2, jawaban C = skor 3, dan jawaban D = skor 4). Jika responden memiliki rata-rata skor ≥ 4, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Sedangkan responden dengan rata-rata skor < 4 harus

berhenti pada pertanyaan ini dan dapat dikatakan bahwa responden termasuk ke dalam tipe satisfied buyer.

4. Liking the Brand

Pada tingkat ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan tiga pilihan jawaban dan tiap pilihan jawaban memiliki skor (jawaban A = skor 1, jawaban B = skor 2, dan jawaban C = skor 3). Jika responden memiliki rata-rata skor ≥ 3, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Sedangkan responden dengan rata-rata skor < 3 harus berhenti pada pertanyaan ini dan dapat dikatakan bahwa responden termasuk ke dalam tipe liking the brand.

5. Commited Buyer

Pada tingkat ini, terdapat satu pertanyaan yang memberikan tiga pilihan jawaban dan tiap pilihan jawaban memiliki skor (jawaban A = skor 1, jawaban B = skor 2, dan jawaban C = skor 3). Jika responden memiliki skor < 3, maka responden dikatakan tidak commit atau termasuk ke dalam tipe liking the brand. Sedangkan responden dengan skor = 3 dapat dikatakan bahwa responden termasuk ke dalam tipe commited buyer.

4.6. Definisi Operasional

Menurut Simamora (2002), definisi operasional adalah definisi yang dibuat spesifik sesuai dengan kriteria pengujian atau pengukuran. Tujuannya agar pembaca memiliki pengertian yang sama dengan penulis. Beberapa definisi operasional dalam penelitian ini, meliputi :

1. Atribut Restoran adalah keunikan baik produk maupun jasa yang dimiliki dan ditawarkan oleh Midori Japanese Restaurant Cabang K.H.

Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

2. Atribut Cita Rasa Makanan dan Minuman adalah cita rasa yang dimiliki oleh produk Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

3. Atribut Porsi Makanan dan Minuman adalah porsi atau ukuran makanan dan minuman yang dihidangkan oleh restoran yang berhubungan dengan kapasitas konsumsi pelanggan.

4. Atribut Aroma Makanan dan Minuman adalah harum atau tidaknya makanan dan minuman yang dihidangkan oleh restoran dan berpengaruh pada keinginan pelanggan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut.

5. Atribut Kesegaran Bahan Makanan dan Minuman adalah makanan dan minuman yang dihidangkan oleh restoran berasal dari bahan-bahan yang segar sehingga dapat menggugah selera pelanggan untuk mengkonsumsi.

6. Atribut Tampilan Penyajian Makanan dan Minuman merupakan kreativitas pihak restoran dalam menyajikan makanan dan minuman yang eyecatching sehingga dapat menarik minat pelanggan.

7. Atribut Keragaman Menu adalah menu produk yang ditawarkan oleh restoran bervariasi sehingga memudahkan pelanggan untuk memilih produk yang diinginkan.

8. Atribut Harga Makanan dan Minuman adalah nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk membeli produk Midori Japanese Resturant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

9. Atribut Kesigapan Pelayan yaitu kemampuan pelayan dalam menanggapi segala permintaan pelanggan dengan sigap dan cepat.

10. Atribut Keramahan dan Kesopanan Pelayan yaitu sikap ramah dan sopan yang ditunjukkan oleh pelayan kepada pelanggan sehingga pelanggan merasa puas.

11. Atribut Penampilan Pelayan (seragam pelayan) dijelaskan dengan rapi/tidaknya seragam pelayan, bersih/tidaknya seragam pelayan, dan menarik/tidaknya penampilan pelayan.

12. Atribut Kecepatan Transaksi/Pembayaran adalah cepat/tidaknya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi/pembayaran.

13. Atribut Ketersediaan Area Parkir yaitu ada/tidaknya kapasitas parkir yang cukup dan memadai untuk kendaraan milik pelanggan restoran sehingga mudah bagi pelanggan dalam mencari tempat parkir.

14. Atribut Kemudahan Akses ke Lokasi Restoran dijelaskan dengan mudah/tidaknya lokasi restoran untuk dikunjungi serta terdapat banyak akses kendaraan untuk sampai di lokasi restoran.

15. Atribut Kebersihan Ruangan Restoran adalah bersih/tidaknya restoran sehingga berpengaruh terhadap minat pelanggan untuk melakukan pembelian di restoran.

16. Atribut Kenyamanan Restoran adalah suasana yang ditimbulkan oleh restoran sehingga pelanggan merasa nyaman dalam melakukan pembelian.

17. Atribut Papan Nama Restoran adalah jelas/tidaknya posisi papan nama restoran sehingga memudahkan pelanggan untuk melihat letak restoran serta menarik/tidaknya papan nama restoran di mata pelanggan.

18. Atribut Promosi Restoran dijelaskan dengan kegiatan pemberian informasi mengenai Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat serta produk dan jasa yang ditawarkan untuk menarik minat pelanggan.

19. Atribut Reward/Hadiah yang Diberikan oleh Restoran merupakan salah satu cara restoran dalam menarik minat pelanggan yaitu dengan memberikan reward/hadiah kepada pelanggan yang sudah melakukan pembelian seperti pemberian voucher dan potongan harga (diskon).

20. Atribut Kebersihan Toilet dan Wastafel dijelaskan dengan bersih/tidaknya fasilitas toilet dan wastafel sehingga pelanggan dapat merasakan kenyamanan saat menggunakan fasilitas tersebut.

21. Atribut Penataan Eksterior dan Interior Restoran dijelaskan dengan menarik/tidaknya dekorasi yang ada pada Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat bagi konsumen.

22. Atribut Kebersihan Peralatan Makan yaitu bersih/tidaknya peralatan makan yang digunakan restoran sehingga pelanggan merasa nyaman saat mengkonsumsi produk.

23. Atribut Ketersediaan Fasilitas Customer Service yaitu ada/tidaknya fasilitas customer service dari pihak restoran sehingga mudah bagi pelanggan yang ingin menyampaikan keluhan kepada pihak restoran.

24. Pelanggan Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat adalah seluruh pelanggan yang sedang dan pernah mengunjungi restoran setidaknya dua kali dalam tiga bulan terakhir serta mengkonsumsi produk Midori Japanese Restaurant Cabang K.H. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Dayu Group

Dayu Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Awal tumbuhnya dimulai dengan berdirinya griya pijat kesehatan keluarga yang bernama Bersih Sehat. Selanjutnya menyusul unit usaha Dayu Group lainnya yaitu Midori Japanese Restaurant, Griya Anyer, dan Salon Kirei. Meskipun memiliki jenis unit usaha yang berbeda, Dayu Group tetap mempunyai satu komitmen yaitu kepuasan konsumen. Hal ini dibuktikan dengan adanya unit usaha Dayu Group yang telah memperoleh Sertifikat ISO 9001 : 2000, yaitu Bersih Sehat (seluruh cabang di Jakarta dan Bandung).

Pendiri dan pemilik dari Dayu Group adalah Bapak Hariono. Beliau merupakan salah satu finalis Entrepreneur of The Year 2004. Berdirinya Dayu Group dengan unit usaha yang pertama yaitu Bersih Sehat dilatarbelakangi dari masa kanak-kanak Bapak Hariono di mana pijat adalah salah satu bagian dari kehidupan beliau. Tetapi ketika beliau pindah ke Jakarta, beliau memiliki kesulitan untuk menemukan panti pijat yang bersih dengan reputasi baik. Hal inilah yang mengilhami beliau untuk mendirikan panti pijat yang bersih dan secara profesional menawarkan pelayanan-pelayanan yang baik. Dengan tabungan yang dimilikinya, Bapak Hariono mendirikan panti pijat yang pertama di bawah merek Bersih Sehat pada tahun 1983 di Mayestik, Jakarta Selatan. Selang waktu 11 tahun, Bapak Hariono mendirikan Midori Japanese Restaurant, Griya Anyer, dan Salon Kirei.

5.2. Midori Japanese Restaurant

Midori Japanese Restaurant berdiri pada 30 Juni 1994. Berdirinya restoran Jepang ini dilatarbelakangi dari kegemaran Bapak Hariono mengkonsumsi makanan Jepang. Selain itu juga karena kecintaan anak beliau terhadap segala hal yang berhubungan dengan Jepang, sehingga segala informasi dan inovasi mengenai menu makanan dan minuman Jepang dapat diperoleh dengan mudah, terlebih karena anak beliau yang juga menuntut ilmu di Jepang.

Midori Japanese Restaurant adalah restoran Jepang asli dalam arti mulai dari menu, cara memasak, material/bahan-bahan, bumbu hingga peralatan makan, asli

Jepang. Tidak hanya detail hidangan yang dihadirkan, suasana yang tenang dan nyaman juga menemani setiap sajian. Midori Japanese Restaurant ditujukan bagi konsumen lokal dan asing serta konsumen yang termasuk dalam kelas ekonomi menengah ke atas.

Lokasi awal berdirinya Midori Japanese Restaurant adalah Anyer. Saat ini, Midori Japanese Restaurant telah memiliki sembilan cabang, yaitu enam cabang di wilayah Jakarta, satu cabang di Bogor, satu cabang di Anyer, dan satu cabang di Bandung. Midori Japanese Restaurant selalu berada dalam satu gedung yang sama dengan Bersih Sehat, terkecuali Bersih Sehat Cabang Hotel Sahid Jaya Jakarta dikarenakan kendala tempat/lokasi. Berikut adalah cabang-cabang dari Midori Japanese Restaurant.

• Cabang Jakarta :

9 Mayestik, Jakarta Selatan 9 Kelapa Gading, Jakarta Utara 9 Bintaro, Tangerang

9 Puri Kencana, Jakarta Barat 9 Pondok Indah, Jakarta Selatan

9 Jl. K.H. Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat

• Cabang Bogor :

9 Jl. Raya Pajajaran, Bogor

• Cabang Anyer :

9 Jl. Raya Anyer, Banten

• Cabang Bandung :

9 Jl. Sultan Tirtayasa, Bandung

Pramusaji yang ramah dan menyenangkan, didukung juga dengan juru masak yang handal dan profesional di bidangnya membawa konsumen kepada kesan oriental Jepang yang khas, merupakan suatu hal yang ditawarkan oleh Midori Japanese Restaurant. Selain itu, suasana restoran yang bernuansa Asia Timur menciptakan suasana yang merupakan perpaduan antara estetika interior nuansa alami dan alunan musik yang menyejukkan hati. Penerangan dalam restoran ini

Pramusaji yang ramah dan menyenangkan, didukung juga dengan juru masak yang handal dan profesional di bidangnya membawa konsumen kepada kesan oriental Jepang yang khas, merupakan suatu hal yang ditawarkan oleh Midori Japanese Restaurant. Selain itu, suasana restoran yang bernuansa Asia Timur menciptakan suasana yang merupakan perpaduan antara estetika interior nuansa alami dan alunan musik yang menyejukkan hati. Penerangan dalam restoran ini

Dokumen terkait