• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pengakuan Pendapatan

2. Metode Pengakuan Pendapatan

Secara umum pengakuan pendapatan diakui jika telah terealisasi atau dapat direalisasi dan, telah dihasilkan, pendekatan ini sering kali dianggap sebagai prinsip pengakuan pendapatan. Menurut Kieso et al.,(2008), pendapatan dikatakan telah direalisasi (realized) jika produk (barang dan jasa), barang dagang atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau setara kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi (realizable) apabila aktiva yang diterima atau dimiliki dapat segera diubah menjadi kas atau setara kas dengan cara dijual maupun dipertukarkan dalam pasar aktif.

Sesuai dengan prinsip tersebut dapat dikatakan (Ragil, 2011); (a) Pendapatan pada penjualan produk diakui pada saat penjualan atau pengiriman barang kepada pembeli, (b) Pendapatan dari jasa, diakui pada saat jasa-jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih, (c) Pendapatan dari menyewakan aset, diakui saat aset telah digunakan, atau pada saat berlalunya waktu sewa, (d) Pendapatan dari penjualan aset selain produk, diakui saat penjualan.

Berdasarkan PSAK 23, pendapatan dari penjualan barang diakui jika terpenuhi kondisi berikut; (a) Risiko dan manfaat telah berada di tangan pembeli, (b) Penjual sudah tidak bisa mengakui barang yang telah dijual, (c) Pendapatan yang diterima oleh penjual dapat diukur, (d) Manfaat ekonomi telah diterima oleh penjual dan pembeli. Biaya-biaya yang timbul dari transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.

Sedangkan untuk pendapatan dari penjualan jasa diakui saat; (a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal, (b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi

dari transaksi diperoleh perusahaan, (c) Tingkat penyelesaian transaksi dapat diukur dengan andal dan, (d) Biaya yang terjadi untuk transaksi dan penyelesaian transaksi dapat diukur dengan andal.

SFAC No.5 dalam Kieso et al., (2008),pendapatan akan dianggap dihasilkan (earned) apabila sebuah perusahaan telah memenuhi kewajibannya sehingga berhak mendapatkan hak atas manfaat yang direpresentasikan oleh pendapatan.

Perusahaan yang melaksanakan penjualan dapat segera menentukan titik pengakuan pendapatan pada saat penjualan, karena penjualan memberikan pengukuran pendapatan yang objektif dan dapat diverifikasi yaitu harga jual.

Akan tetapi pengakuan pendapatan sebelum penjualan aktual menimbulkan banyak perbedaan pengungkapan, beberapa diantaranya adalah penjualan yang dilakukan selama produksi (pengakuan pendapatan sebelum penyerahan), pada akhir produksi, pada saat penjualan (pengakuan pendapatan pada saat penyerahan) dan, pada saat kas diterima (pengakuan pendapatan setelah penyerahan).

a. Selama produksi (pengakuan pendapatan sebelum penyerahan).

Pengakuan pendapatan selama produksi ini diperkenankan untuk mengakui pendapatan secara periodik selama proses produksi, tetapi jika tidak memungkinkan dapat ditunda sampai kontrak selesai.Metode pengakuan pendapatan kontrak konstruksi ini terbagi atas dua bagian yaitu Metode Persentase Penyelesaian (Percentage-of-completion) dan metode kontrak selesai.

1) Metode Persentase Penyelesaian (Percentage-of-completion).

Metode persentase penyelesaian merupakan suatu alternatif yang dikembangkan untuk menghubungkan pengakuan pendapatan untuk jenis kontrak konstruksi jangka panjang terhadap aktivitas perusahaan untuk memenuhi kontrak. Metode persentase penyelesain mengakui pendapatan, biaya dan laba kotor sesuai dengan penyelesaian kontrak pada akhir periode, ketika hasil dari kontrak dapat diestimasi secara andal.

Jika kontrak adalah harga tetap, kontraktor dapat mengestimasi kontrak secara andal apabila semua pendapatan kontrak dapat diukur dengan andal, manfaat kontrak mungkin akan mengalir kepada kontraktor, biaya yang berhubungan dengan kontrak dapat didentifikasi secara andal dan, biaya sisa kontrak serta tahap penyelesaian dapat diukur secara andal.Bila kontraktor tidak dapat memperkirakan hasil dari kontrak secara andal, maka dia dapat mengakui pendapatan hanya sejauh biaya kontrak yang dapat diperoleh kembali.

Metode persentase penyelesaian melibatkan perubahan yang terjadi dalam transaksi, perubahan diakui pada periode dimana perubahan terjadi. Masalahnya tidak mudah untuk membuat estimasi mengenai penyelesaian dan laba kotor akhir, maka ada dua cara umum untuk menentukan tingkat penyelesaian kontrak yaitu dengan melihat ukuran masukannya (metode biya terhadap biaya) dan keluarannya (metode usaha yang dicurahkan).

Ukuran masukan didasarkan pada hubungan nyata antara unit masukan dan produktivitas, melalui metode biaya terhadap biaya atau metode usaha yang dicurahkan, sedangkan ukuran keluaran didasarkan pada hasil yang dicapai.

a) Metode biaya terhadap biaya

Metode biaya terhadap biaya, yaitu membandingkan antara biaya yang telah dikeluarkan (actual cost) dengan estimasi total biaya yang diharapkan untuk penyelesaian kontrak (Kieso et al., 2008). Dan untuk menentukan laba berjalan, persentase yang berasal dari perbandingan biaya yang terjadi dengan estimasi total biaya yang telah dikeluarkan dikalikan dengan estimasi total pendapatan.

Adapun ayat jurnal yang dibuat sebagai ikhtisar pelbagai transaksi kontrak:

Konstruksi dalam proses xxx

Bahan, kas,hutang dan, sebagainya xxx (Jurnal untuk mencatat biaya konstruksi)

Piutang usaha xxx

Penagihan atas konstruksi dalam proses xxx (Jurnal untuk mencatat termin)

Kas xxx

Piutang usaha xxx

(Jurnal untuk mencatat hasil penagihan

Kontruksi dalam proses (laba kotor) xxx

Beban konstruksi xxx

Pendapatan kontrak jangka panjang xxx (Jurnal untuk mengakui pendapatan dan laba kotor) Penagihan atas kontruksi dalam proses xxx

Konstruksi dalam proses xxx

(Jurnal untuk mencatat penyelesaian kontrak) b) Metode usaha yang dicurahkan

Metode usaha yang dicurahkan, merupakan metode yang didasarkan pada ukuran (jam kerja, upah, mesin, kualitas bahan, dll) dari pekerjaan yang dilakukan.Tingkat penyelesaian ditentukan dengan membandingkan upaya kumulatif yang telah dilakukan dengan taksiran terakhir upaya keseluruhan yang harus dilakukan untuk penyelesaian kontrak.

2) Metode Kontrak Selesai

Metode kontrak selesai mengakui pendapatan dan laba kotor pada saat kontrak diselesaikan. Sehingga biaya kontrak selama pelaksanaan diakumulasi dengan penagihan tahun berjalan tetapi, tanpa pembebanan ke akun laporan laba-rugi untuk pendapatan, biaya dan, laba kotor. Ayat jurnal untuk mencatat biaya konstruksi, termin dan, hasil penagihan dicacat dengan cara yang sama dengan ayat jurnal

metode persentase penyelesaian (biaya terhadap biaya), kecuali untuk pendapatan dan laba kotor karena metode kontrak selesai dilaporkan atas hasil akhir bukan estimasi pekerjaan yang belum dilaksanakannya. (Kieso et al.,2008).

b. Setelah proses produksi.

Terkadang pendapatan dapat pula diakui saat proses produksi telah terjadi tetapi penjualan belum dilakukan. Penjualan seperti ini pada umumnya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki produksi dengan harga pasar yang stabil dan aktif, serta memiliki harga standar seperti logam mulia atau hasil pertanian.

Metode ini mengakui pendapatan pada saat proses produksi telah selesai, pada saat logam mulia telah ditambang – misalnya atau pada saat hasil pertanian telah diproduksi, dengan catatan, bahwa tidak ada lagi nilai ataukah beban yang akan dikeluarkan perusahaan untuk barang/jasa tersebut. Apabila penjualan atau penerimaan kas telah terjadi sebelum sebelum barang/jasa diserahkan, pendapatan akan diakui “telah dihasilkan”

saat produksi atau penyerahan.

c. Saat penjualan (pengakuan pendapatan pada saat penyerahan).

Sudah menjadi ketentuan umum apabila barang telah dijual ke pihak lain maka pendapatan dapat diakui, apabila sudah ada harga jual yang pasti, produk telah berpindah kepemilikan, penjualan merupakan peristiwa penting dalam aktivitasnya dan biaya produksi atau pengadaan telah ditentukan. Berdasarkan FASB dalam Kieso et al., (2008), pengakuan

pendapatan saat penjualan, sudah memenuhi kriteria dapat direalisasi, telah direalisasi atau dihasilkan.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya perusahaan juga sering mengalami situasi penjualan, dengan perjanjian membeli kembali, penjualan dengan hak retur serta trade loading dan channel stuffing.

1) Penjualan dengan Perjanjian Membeli Kembali.Secara eksplisit ini merupakan cara perusahaan untuk menjual barang dagangannya ke pihak kedua dalam satu periode dan setuju untuk membelinya pada periode akuntansi berikutnya. Hal ini sama saja dengan perumpamaan bahwa pihak penjual hanya menitipkan barang dagangannya ke pihak pembeli dan dapat membeli kapan saja sisa barang yang dijual oleh pihak pembeli.

Untuk peristiwa seperti ini perusahaan belum bisa dikatakan menjual produk atau jasa tersebut selain karena melanggar prinsip pengakuan pendapatan dimana risiko kepemilikan masih berada di tangan penjual (kepemilikan dimiliki pembeli), apabila terjadi perjanjian beli kembali dengan harga tertentu dan harga ini dapat menutup semua biaya persediaan ditambah biaya kepemilikan maka persediaan dan kewajiban yang terkait tetap berada dalam pembukuan penjual (Kieso et al., 2008).

2) Penjualan dengan Hak Retur. Penjualan dengan hak retur merupakan pendapatan yang direalisasi tetapi belum dihasilkan. Hal ini terjadi pada perusahaan yang memiliki perjanjian formal maupun

informal untuk menerima kembali barang yang tidak terjual, seperti perusahaan makanan, penerbitan, mainan, dll.

Untuk mencatat penjualan yang seperti ini adalah mencatat penjualan dengan nilai penuh dan membuat estimasi retur dan pengurangan harga ataukah tidak mencatat penjualan sampai menunjukkan jumlah barang yang akan kembali (Kieso et al., 2008).

Akan tetapi jika keenam kondisi berikut terpenuhi, perusahaan dapat segera mengakui pendapatan yang terjadi. Keenam kondisi tersebut yaitu;

a) Harga penjual ke pembeli pada dasarnya tetap atau dapat ditentukan b) Pembeli sudah membayar penjual

c) Kewajiban pembeli kepada penjual tidak akan pernah berubah d) Pembeli memiliki substansi yang terpisah dari penjual

e) Penjual tidak memiliki kewajiban atas kinerja dimasa depan f) Jumlah retur dapat diperkirakan secara layak

3) Trade Loading dan Channel Stuffing. Sering kali perusahaan mencatat pendapatan pada tanggal penyerahan tanpa membuat penyisihan untuk pembelian kembali ataupun retur yang tidak terbatas. Trade Loading merupakan praktik distribusi dimana perusahaan membujuk pedangang grosir untuk membeli lebih banyak barang daripada yang dapat mereka jual sehingga perusahaan dapat menunjukkan penjualan, laba dan pangsa pasar yang meningkat, walaupun sebenarnya barang yang dibeli belum terjual sepenuhnya.

Channel Stuffing merupakan praktik yang hampir sama dengan trade loading kecuali, pada channel stuffing agendibujuk melakukan pembelian dalam jumlah besar dengan memberikan diskon atau potongan harga yang besar.

d. Saat kas diterima (pengakuan pendapatan setelah penyerahan).

Penerimaan kas merupakan metode yang tepat dalam pengakuan pendapatan, karena perusahaan dapat langsung mengakui pendapatan yang ada secara andal tanpa perlu melakukan estimasi. Tetapi seringkali perusahaan dalam penjualannya harus menangguhkan pengakuan pendapatannya.

Pendekatan berbasis kas ini biasanya digunakan apabila pendapatan penjualan tidak bisa diestimasi sebelumnya.Penundaanpengakuan pendapatan sampai saat kas diterima dibenarkan jika;

1) Apabila tidak mungkin ada biaya-biaya yang dapat diterima dengan tepat.

2) Apabila masih ada biaya-biaya material yang harus dikeluarkan.

Metode yang digunakan untuk menangguhkan pengakuan yaitu metode penjualan cicilan atau metode pemulihan biaya, dan untuk kas yang diterima sebelum penyerahan dikelompokkan sebagai metode simpanan karena transaksi masih belum selesai.

1) Metode penjualan cicilan (Installment Sales Method)

Metode penjualan cicilan mendeskripsikan bahwa setiap penjualan yang dilakukan oleh penjual dibayar secara berkala, selama periode

tertentu. Metode tersebut mengakui laba pada saat kas dibayarkan kecuali pendapatan, biaya dan, harga pokok penjualan diakui dalam periode penjualan.

Karena, pembayaran dilakukan secara berkala dan dalam jangka waktu yang lama, ada kemungkinan pembayaran tersebut tidak terbayarkan. Sehingga untuk mengamankan posisinya sebagai pihak yang dapat dirugikan penjual biasanya menggunakan kontrak penjualan bersyarat yang menetapkan bahwa hak milik tidak akan diberikan sampai semuapembayaran terpenuhi, dan dapat juga dengan menggunakan wesel yang dijamin dengan hipotek barang bergerak untuk barang yang dijual.

Metode penjualan cicilan ini diperkenankan apabila risiko tidak tertagihnya piutang sangat besar, hal ini dikarenakan metode penjualan cicilan mengakui pendapatan saat diterimanya kas (basis kas), dimana pada pada umumnya pengakuan pendapatan didasarkan pada saat terjadi penjualan (basis akrual) adapun resiko tidak tertagihnya piutangdiakui sebagai piutang tak tertagih. Adapun metode penjualan cicilan memiliki perbedaan pencatatan untuk tahun pertama dan tahun-tahun selanjutanya.

Pada tahun pertama penjualan atau tahun yang bersangkutan, penjual mencatat penjualan dan beban dengan cara yang biasa, untuk laba kotor belum terealisasi ditunda pengakuannya untuk tahun-tahun mendatang. Pada akhir tahun untuk mendapatkan laba kotor terealisasi,

penjual mengalikan tingkat laba kotor dengan kas yang diterima dalam satu tahun pencatatan.

Untuk tahun-tahun selanjutnya penjual mengakui dan menghitung pendapatan dengan cara yang sama dengan tahun pertama kecuali, tingkat laba kotor masing-masing tahun setelah tahun pertama dikalikan dengan kas yang diterima tahun yang bersangkutan dan tingkat laba kotor tahun sebelumnya dengan penerimaan tahun yang bersangkutan untuk mendapatkan laba kotor terealisasi.Masalah lain yang biasanya timbul dari penjualan cicilan berupa;

a)Bunga atas kontrak cicilan.

Penjualan cicilan tidak dapat terlepas dari bunga yang menyertainya, dan karena penjualan cicilan dilaksanakan dalam jangka waktu yang lama, maka penjual dan pembeli harus mengakui bunga yang ada disetiap pokok pembayaran. Bunga atas kontrak cicilandiakui sebagai pendapatan bunga saat kas diterima. Di dalam menghitung bunga atas kontrak cicilan dapat dilakukan dengan cara berikut;

(1) Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka waktu angsuran (long end interest).

(2) Bunga dihitung dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo, terhitung sejak pembayaran angsuran pertama hingga pembayaran angsuran terakhir (short end interest).

(3) Bunga dihitung secara anuitet. Bunga atas penjualan cicilan termasuk kedalam pembayaran angsuran.

(4) Bunga dihitung dari harga awal kontrak setelah dikurangi uang muka.

b) Piutang Tak tertagih

Piutang tak tertagih pada penjualan cicilan hampir sama sama denganpenjualan dengan pembelian kembali, yaitu perusahaan dapat membeli kembali barang yang sudah dijual kepada pembeli, bedanya dalam penjualan cicilan terdapat kontrak dimana penjual berhak menahan barang yang dijual hingga pembayaran selesai dilakukan, dan apabila pembeli tidak dapat melunasi pembayaran maka penjual dapat memiliki kembali barang sebesar harga yang tidak dilunasi, tetapi jika perusahaan memperkirakan tidak terjadinya pembelian kembali maka perusahaan harus mencadangkan kerugian melalui piutang tak tertagih.

c) Gagal membayar dan kepemilikan kembali

Berbeda dengan piutang tak tertagih, kegagalan pembayaran sudah ditentukan sebelumnya dalam kontrak jual beli, sehingga pada saat pembeli gagal melakukan pembayaran kepada penjual, penjual dapat memiliki kembali barang yang telah terjual.

Saat pembayaran tidak bisa diteruskan oleh pembeli, dan penjual memperoleh kembali barangnya, penjual menghapus piutang usaha cicilan yang tidak dapat ditagih, dan mencatat

transaksi yang menggambarkan barang yang dimiliki kembali seharga dengan piutang yang tidak tertagih dikurangi laba kotor yang ditangguhkan dan pengakuan kerugian bila ada.

Barang dagang yang dimiliki kembali xxx Laba kotor yang ditangguhkan xxx

Piutang usaha xxx

(Jurnal untuk mengakui kembali barang dagang) 2) Metode Pemulihan Biaya (Cost Recovery Method)

Metode pemulihan biaya dalam Kieso et al., (2008), menyatakan bahwa tidak ada laba yang diakui sampai pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga pokok barang dagang yang dijual ke pembeli. Hal ini, disebut sebagai biaya pemulihan, dimana apabila terjadisesuatuhal, harga pokok barang dagang telah terlunasi (perusahaan penjual tidak terlalu dirugikan). Setelah seluruh biaya terpulihkan (penerimaan kas telah menutupi total harga pokok penjualan), penagihan kas yang masuk setelah itu diakui sebagai laba.

Metode ini digunakan apabila kolektibilas piutang tinggi.

Pencatatan metode pemulihan biaya, pada awal transaksi sama dengan penjualan cicilan begitupun pencatatan pada akhir tahun periode awal akan tetapi, akibat penangguhan pengakuan laba setelah harga pokok barang terlunasi.

3) Metode Simpanan

Metode simpanan merupakan metode yang digunakan oleh perusahaan yang telah menerima kas dari pembeli tetapi belum memberikan barang atau jasa. Dalam hal ini penjual memiliki kewajiban yang belum terpenuhi kepada pembeli. Metode penyimpanan hanya mengakui penjualan setelah kewajibannya direalisasikan,jika belumada pengalihan risiko dan imbalankepemilikanyang mencukupi, walaupunsimpanan telah diterima, pengakuan penjualan tetap harus ditunda hingga pengalihan memadai terjadi. Metode pencatatan akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan terbagi atas 2 yaitu:

a)Metode Dasar akrual

Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan dicatat dalam laporan laba rugi pada periode pendapatan tersebut dihasilkan.

Sebagai contoh, pendapatan dilaporkan pada saat barang telah diberikan ke pelanggan, konsep seperti ini disebut konsep pengakuan pendapatan. Pada akuntansi berbasis akrual, beban dilaporkan pada periode yang sama dengan pendapatan yang terkait dengan beban tersebut.

b) Metode Dasar Kas

Dalam akuntansi berbasis kas, pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode ketika kas atau setara kas diterima atau di keluarkan. Sebagai contoh pendapatan

dilaporkan ketika kas atau setara kas diterima dari klien, dan gaji dilaporkan saat telah dibayarkan.

Perjalanan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (laba) terutama dalam kontrak jangka panjang tidaklah selalu mulus, bahkan tidak sedikit yang menanggung kegagalan (rugi). Akuntansi membagi jenis kerugian menjadi 2 jenis yaitu; kerugian pada periode berjalan atas kontrak yang menguntungkan, keadaan ini terjadi apabila dalam pengerjaannya terjadi kenaikan yang besar dari perkiraan total biaya kontrak tetapi kenaikan tersebut tidak menghapus semua laba yang didapatkan dari kontrak.

Kerugian kontrak yang tidak menguntungkan, merupakan keadaan dimana perusahaan tidak lagi mengharapkan keuntungan dari kontrak yang ada, berbeda dengan jenis kerugian diatas yang walaupun menimbulkan kerugian tidak menghilangkan semua laba. Estimasi biaya pada akhir periode dengan jelas menggambarkan kerugian pada akhir periode, sehingga baik metode persentase maupun kontrak selesai perkiranaan akan kerugian harus diakui pada periode berjalan.

Selain penjualan barang/jasa secara terpisah seperti dipaparkan diatas, dalam IFRS dikenal pula Multiple Element Arrangement (MEA) yaitu penjualan berbagai barang/jasa dalam satu paket. Penjualan berbagai barang/jasa dalam satu paket sering kali kita dapatkan di toko-toko besar seperti supermarket maupun pedagang eceran hal ini dilakukan salah satunya menarik minat pembeli. Menurut Kementrian BUMN, penjualan berbagai barang/jasa dapat dilaksanakan apabila masing-masing produk/jasa dapat dijual terpisah dan perusahaan mampu

memenuhi restitusi maka, perusahaan dapat mencatat pendapatan atas produk secara terpisah walau dijual secara paket.

Misalnya, PT. Telkom menjual sisa persediaan ponsel CDMA(Code Division Multiple Access) tahun 2010 dengan memberikan bonus content (RBT, WAP, SMS premium) maka, evaluasi pertama yang dilakukan PT.Telkom apakah barang/jasa dapat dijual secara terpisah dengan harga masing-masing, memberi manfaat secara terpisah bagi pelanggan, dan apakah terdapat bukti handal atas nilai wajar setiap barang/jasa (price list atau tarif perusahaan atas barang/jasa).

Setelah evaluasi pertama selesai maka perusahaan harus dapat memprediksi kemampuan perusahaan Telkom dalam memenuhi resitutsi yang diklaim pelanggan secara subtansif, apabila terdapat elemen-elemen yang dapat dipisahkan dalam bundling program, maka pendapatan dan diskon yang ada harus diakui secara terpisah untuk setiap komponen yang ada dalam bundling program.

Tabel. 1. Dasar atau metode pengakuan pendapatan, kriteria penggunaannya, serta alasan untuk menyimpang dari dasar penjualan.

Dasar panjang; estimasi yang dapat diandalkan mengenai tingkat kemajuan dan biaya penyelesian; ketidakpastian yang layak mengenai kolektibilitas harga kontrak;

harapan bahwa kontraktor dan pembeli dapat memenuhi kewajiban; serta tidak adanya bahaya inheren yang membuat estimasi menjadi meragukan.

Tersedianya bukti mengenai hasil akhir; ukuran laba priodik yang lebih baik; terhindarnya fluktuasi pendapatan, beban, dan laba; pelaksanaan kontrak merupakan “penjualan yang terus menerus” sehingga bukan merupakan penyimpangan dari

Metode simpanan Kas diterima sebelum transaksi penjualan selesai.

Tidak ada pengakuan pendapatan dan laba karena belum ada pengalihan risiko serta imbalan kepemilikan yang mencukupi.

Sumber : Kieso et al,. 2008

C. Jenis Transaksi Pengakuan Pendapatan 1. Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi

Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi aset atau kombinasi aset yang saling berhubungan erat dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok. Kontrak konstruksi meliputi kontrakpemberian jasa yang berhubungan langsung dengan konstruksi pengadaan aset dan kontrak untuk penghancuran atau restorasi aset.

Oleh karena sifat dan aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi saat aktivitas kontrak mulai dilaksanakan hingga kontrak diselesaikan berada pada periode yang berbeda maka, persoalan utama dalamakuntansi kontrak konstruksi adalah alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak (SAK, 2009).

Untuk mengakui pendapatan, seorang kontraktor, dapat mengakui pendapatan dan beban secara berkala berdasarkan nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima, melalui kontrak penyelesaian pada akhir laporan periode berjalan (metode persentase penyelesaian) ketika hasil kontrak sudah dapat diperkirakan secara andal. Jika kontrak merupakan harga tetap, kontraktor dapat mempertimbangkan hasil kontrak apabila terpenuhi (Bragg, 2012);

a) Seluruh pendapatan dapat diukur secara andal

b) Manfaat kontrak diperkirakan akan diperoleh kontraktor c) Biaya kontrak periode akhir dapat diukur secara andal

d) Biaya yang diatribusikan dapat diidentifikasi dan diukur, sehingga biaya dapat dibandingkan.

Jika seorang kontraktor tidak dapat memperkirakan hasil kontrak secara andal, maka kontraktor hanya dapat mengakui pendapatan sebesar tingkat biaya kontrak tanpa mengakui adanya laba, karena sesuai dengan metode persentase penyelesaian, kontraktor membandingkan antara biaya kontrak yang terjadi pada tahap penyelesaian dengan pendapatan sehingga apabila pendapatan dibandingkan dengan tingkat biaya tidak ada selisih yang dapat diakui sebagai rugi atau laba.

Selain itu pengeluaran yang juga dilakukan oleh kontraktor yang berhubungan dengan aktivitas kontrak dikelompokkan sebagai aset (asalkan biaya-biaya tersebut akan dipulihkan) kontrak pekerjaan dalam proses.Dalam hal kontrak dengan harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua hal berikut terpenuhi;

a. Total pendapatan kontrak diukur secara andal

b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi akan tertagih dan mengalir ke perusahaan

c. Biaya kontrak maupun pada saat penyelesaian kontrak dapat diukur secara andal

d. Biaya kontrak yang diatribusikan dapar diidentifikasi dengan jelas

Beberapa metode yang dapat digunakan oleh kontraktor untuk menentukan tahap penyelesaian adalah;

a. Survei pekerjaan yang telah dilakukan.

b. Penyelesaian dari fisik perkerjaan secara proporsional.

c. Biaya kontrak yang dikeluarkan hingga saat ini, dijadikan sebagai persentase dari total biaya kontrak yang telah diestimasikan.

Saat kontraktor menerapkan metode persentase penyelesaian berarti

Saat kontraktor menerapkan metode persentase penyelesaian berarti

Dokumen terkait