IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu
4.3. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
Singarimbun (1989) menyebutkan survey adalah metode pengambilan sampel dari
suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok. Seorang peneliti dapat mengumpulkan data tertentu dengan memilih sampel
dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan dengan
melakukan teknik survey.
Pengambilan data yang digunakan dalam wawancara akan menggunakan
teknik pendekatan informan kunci (Key Informant Approach). Menurut Rudito dan
Femiola (2008) dalam pendekatan ini mencoba mengumpulkan data melalui
orang-orang tertentu yang dipandang sebagai pemimpin, pengambil keputusan atau juga
dianggap sebagai juru bicara dari kelompok atau komunitas yang jadi obyek
pengamatan, dan orang tersebut dianggap akan bisa memberikan informasi akurat
dalam mengidentifikasi masalah-masalah dalam komunitas tersebut. Orang-orang ini
merupakan atau dianggap sebagai pemimpin dari kelompok-kelompok orang dalam
komuniti atau masyarakat, dan biasanya diwakili oleh tokoh-tokoh informal, seperti
seseorang yang dianggap oleh anggota masyarakat atau komuniti lainnya sebagai ahli
agama, ahli adat kebiasaan dan ahli pemerintahan. Selanjutnya, wawancara secara
snowball juga dilakukan yakni jawaban yang diperoleh dari seorang informan
34 dapat menjelaskan permasalahan lebih lanjut. Berikut rincian jenis, sumber dan
analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Tujuan Jenis Data Sumber Data Analisis Data
Melihat kesesuaian serta potensi dampak yang dihasilkan dari pemanfaatan SDH oleh masyarakat adat Kasepuhan Cibedug
Primer dan Sekunder 1. Aturan pembagian ruang adat 2. Aturan dalam pemanfaatan SDH 3. Aturan batasan pemanfaatan SDH 4. Aturan akses pemanfaatan SDH 5. Aturan formal perundangan yang berlaku dalam pemanfaatan SDH 6. Potensi dampak akibat pemanfaatan SDH 1. Wawancara dengan kepala adat Kasepuhan Cibedug 2. Aturan-aturan adat Kasepuhan Cibedug 3. Peraturan formal perundangan 4. UU No 41 tahun 1999 pasal 24, 37, 50, 67, 74, 75 dan 78 5. UU No 5 tahun 1990 pasal 26, 27 dan 33. 6. PP No 28 tahun 2011 pasal 35 7. PP No 6 tahun 2007 pasal 19 8. Permen Agraria No 5 tahun 1999 pasal 1 dan 2 9. Permenhut No 56 tahun 2006 pasal 5 1. Analisis Kesesuaian 2. Analisis Deskriptif Peranan Balai TNGHS serta Stakeholder terkait keberadaan Kasepuhan Cibedug
Primer dan Sekunder 1. Aktor kelembagaan 2. Aturan pengawasan pemanfaatan SDH 3. Aturan sanksi pemanfaatan SDH 4. Aturan penyelesaian konflik 1. Wawancara dengan kepala adat Kasepuhan Cibedug
2. Wawancara dengan Kepala dan Staf Resort Cibedug TNGHS 3. Laporan riset, studi,
penelitian oleh pihak lain seperti LSM atau peneliti 1. Institutional Analysis and Development 2. Analisis evaluasi kelembagaan 3. Analisis Deskriptif - Mengevaluasi kegiatan ko-manajemen yang telah terbangun antara TNGHS dan Kasepuhan Cibedug di dalam pengelolaan kawasan TNGHS
Primer dan Sekunder 1. Pertukaran informasi antara TNGHS dan Kasepuhan Cibedug 2. Penentuan keputusan di kawasan TNGHS 1. Wawancara dengan kepala adat Kasepuhan Cibedug
2. Wawancara dengan Kepala dan Staf Resort Cibedug TNGHS 3. Aturan pengawasan pemanfaatan SDH 4. Aturan sanksi pemanfaatan SDH 5. Aturan penyelesaian konflik 1. Analisis evaluasi kelembagaan 2. Analisis Deskriptif
35 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang akan dikumpulkan antara lain adalah data kualitatif yang berasal
dari data kelembagaan yang terdapat di Kasepuhan adat Cibedug mencakup deskripsi
situasi aksi (action situation), aktor (actor) dan tata cara aturan-aturan adat yang
mereka terapkan dalam kasepuhan. Setelah data-data tersebut terkumpul kemudian
digunakan untuk dianalisis dengan menggunakan Institutional Analysis and
Development (IAD) mengenai bentuk kelembagaan yang diterapkan dalam
masyarakat adat Kasepuhan Cibedug. Setelah dilakukan analisis kelembagaan,
selanjutnya dilakukan analisis evaluasi dari sistem pengelolaan pemanfaatan yang
dilakukan oleh masyarakat adat Kasepuhan Cibedug. Selanjutnya peraturan
perudangan digunakan untuk menganalisis keseuaian aturan adat Kasepuhan
Cibedug. Setelah semua analisis yang dilakukan, lalu dilihat sudah sampai tingkatan
berapa ko-manajemen yang telah diterapkan sebagai win-win solution pada sistem
adat yang diterapkan oleh masyarakat adat Kasepuhan Cibedug dengan pihak balai
TNGHS sebagai pemilik dari kawasan taman nasional tersebut.
4.4.1. Analisis Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug
Untuk mengetahui sistem kelembagaan yang diterapkan dalam kasepuhan
adat Cibedug TNGHS, digunakan analisis deskriptif dalam menganalisisnya.
Analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
36 Analisis kelembagaan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
IAD yang telah dikembangkan lagi oleh Olstrom (Olstrom 1999 dalam Hidayat
2009). Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk menganalisis kelembagaan
sistem pemanfaatan hutan yang dilakukan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug
antara lain : pertama, aktor dalam kelembagaan dianalisis dengan mengidentifikasi
struktur kelembagaan yang terdapat dalam sistem pemanfaatan hutan di Kasepuhan
Adat Cibedug. Kedua, aturan kelembagaan diidentifikasi dalam empat bagian, yaitu :
(1) boundary rule mengenai aturan tata batas aturan masuk dalam kelembagaan, (2)
aturan akses terhadap sumberdaya yang dikelola secara bersama-sama, (3)
monitoring dan sanksi dalam setiap pelanggaran yang dilakukan, dan (4) aturan
dalam penyelesaian konflik yang terjadi dalam lingkup kelembagaan. Berikut adalah
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menganalisis kelembagaan dalam
pemanfaatan hutan di Kasepuhan Adat Cibedug yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Parameter Analisis Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug
Parameter Analisis
Profil kelembagaan Kasepuhan Adat Cibedug :
- Aktor dalam kelembagaan - Aturan Kelembagaan : 1. Boundary rule
2. Akses sumberdaya hutan 3. Sanksi dan monitoring
4. Penyelesaian konflik dalam kelembagaan
Analisis aktor dan aturan dalam kelembagaan melalui wawancara dengan pemimpin adat Kasepuhan Cibedug beserta jajarannya.
Aktor dianalisis secara deskriptif dengan mengidentifikasi struktur kelembagaan dengan peran masing-masing aktor tersebut.
Aturan diklasifikasi dalam aturan boundary, akses, sanksi, monitoring dan penyelesaian konflik kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif
37 Setelah analisis terhadap sistem kelembagaan adat Kasepuhan Cibedug
dilakukan, lalu dirumuskan apakah konsep ko-manajemen bisa dijadikan
rekomendasi yang dapat diterapkan dari pihak TNGHS kepada masyarakat adat
Kasepuhan Cibedug sebagai win-win solution terhadap pemanfaatan sumberdaya
hutan TNGHS yang dilakukan masyarakat adat tersebut sehingga sumberdaya hutan
dapat dimanfaatkan secara keberlanjutan.
4.4.2. Analisis Evaluasi Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug Setelah analisis terhadap kelembagaan adat masyarakat Kasepuhan Cibedug
dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap sistem
kelembagaan adat Kasepuhan Cibedug yang dijalankan tersebut. Kriteria yang
digunakan dalam menilai sistem pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat
adat Kasepuhan Cibedug adalah kriteria umum seperti disebutkan dalam Hidayat
(2009) antara lain :
a. Efisiensi
b. Keberlanjutan, dan c. Pemerataan
Kriteria efisiensi dalam evaluasi kelembagaan adat Kasepuhan Cibedug ini sama
dengan yang dilakukan oleh Novaczek et al (2001) dalam mengevaluasi sistem sasi
di desa-desa Maluku Tengah, yaitu : 1) Pengambilan keputusan bersama, 2)
Kemudahan akses terhadap sumberdaya yang dimanfaatkan, 3) Pengawasan terhadap
akses ke sumberdaya yang dimanfaatkan (monitoring), dan 4) Kepatuhan terhadap
38 Kriteria keberlanjutan untuk mengevaluasi sistem adat Kasepuhan Cibedug
menggunakan indikator berdasarkan Novaczek et al (2001), yaitu : 1) Keberlanjutan
sosial yang memiliki pengertian dari sistem adat ini dapat mempertahankan tradisi
aksi kolektif, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan pendapatan, menjaga
keharmonisan masyarakat, serta memberi ruang bagi masalah-masalah lokal untuk
dipecahkan secara bersama, dan 2) Keberlanjutan secara biologi, diartikan apabila
kesehatan sumberdaya dan hasil sumberdaya tetap baik.
Untuk kriteria pemerataan sendiri memiliki empat komponen (Hanna 1994
dalam Hidayat 2010), yaitu : 1) Representatif : dalam sistem adat, manajemen yang
lebih adil harus mampu mewakili keseluruhan keinginan dan mengakomodasi
keseluruhan keragaman yang ada dalam masyarakat, 2) Kejelasan proses : proses
manajemen harus memiliki tujuan yang jelas dan pelaksanaannya dilakukan secara
transparan, 3) Harapan yang homogen : seluruh pihak yang terlibat atau semua
pemegang kepentingan harus memiliki kesepakatan tentang proses dan tujuan
pengelolaan sumberdaya, dan 4) Dampak distribusi : proses dan pelaksanaan
manajemen harus mampu memberikan perubahan distribusi barang dan jasa. Untuk
lebih jelasnya, analisis evaluasi kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kriteria dan Indikator Evaluasi Kelembagaan
Kriteria Kondisi Sumberdaya Sosial
Efisiensi
a. Akses terhadap sumberdaya yang dimanfaatkan
a. Pengambilan keputusan bersama b. Pengawasan terhadap akses ke
sumberdaya
c. Kepatuhan terhadap peraturan Keberlanjutan a. Keberlanjutan biologi a. Keberlanjutan sosial
Pemerataan a. Dampak distribusi a. Representatif
b. Kejelasan proses c. Harapan yang homogen
39 4.4.3. Analisis Kesesuaian Sistem Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Kasepuhan
Cibedug dengan Peraturan Perundangan
Analisis dilakukan dengan membandingkan antara aturan adat Kasepuhan
Cibedug dalam sistem pemanfaatan sumberdaya hutan dengan aturan perundangan
yang berlaku terkait pemanfaatan hutan di kawasan konservasi. Analisis ini
dilakukan untuk melihat apakah sistem pemanfaatan hutan oleh masyarakat
Kasepuhan Cibedug tidak menyalahi aturan perundangan sehingga keberadaan
masyarakat adat tersebut dapat seiring sejalan dengan kepentingan pemerintah dalam
menjalankan fungsi konservasi dari kawasan TNGHS. Peraturan perundangan yang
digunakan antara lain :
a. Undang-Undang No 41 Tahun 1999 pasal 24, pasal 37, pasal 50, pasal 67, pasal 74, pasal 75 dan pasal 78.
b. Undang-Undang No 5 Tahun 1990 pasal 26, pasal 27 dan pasal 33. c. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 pasal 35
d. Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2007 pasal 19
e. Peraturan Menteri Agraria No 5 Tahun 1999 pasal 1 dan pasal 2. f. Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun 2006 pasal 5.
4.4.4. Analisis Ko-Manajemen
Untuk analisis ko-manajemen, analisis ini dilakukan sebagai sebuah
rekomendasi atau win-win solution yang dapat ditawarkan kepada pihak Balai
TNGHS dengan adanya keberadaan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug yang
mendiami kawasan TNGHS yang memanfaatkan sumberdaya hutan didalam
kawasan tersebut. Sebelumnya, terlebih dahulu dilihat sejauh mana ko-manajemen
40 ko-manajemen ini dilihat berdasarkan pada Sen dan Nielsen (1996) yang antara lain :
(1) Instruksi (2) Konsultasi (3) Koperasi (4) Pengarahan dan (5) Informasi. Kriteria
yang akan digunakan dalam analisis ko-manajemen ini melihat bagaimana
pertukaran informasi yang dilakukan antara Kasepuhan Cibedug dengan taman
nasional serta penentuan pengambilan keputusan. Hasil dari bentuk ko-manajemen
tersebut lalu diusulkan selanjutnya kepada taman nasional. Dengan adanya tawaran
ko-manajemen ini, diharapkan keberadaan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug
dapat diakui keberadaannya didalam kawasan TNGHS tanpa mengurangi fungsi dari
kawasan taman nasional itu sendiri sehingga keberadaan sumberdaya hutan TNGHS
dapat berlangsung secara berkelanjutan (sustainable). Tingkatan ko-manajemen
beserta kriteria penilaiannya disajikan pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Tingkatan Ko-Manajemen
No Tingkat Ko-Manajemen Keterangan
1 Instruktif Ada suatu mekanisme untuk berdialog dengan masyarakat. Pemerintah hanya menginformasikan kepada masyarakat tentang keputusan-keputusan yang akan dibuat
2 Konsultatif Ada suatu mekanisme yang tersedia bagi pemerintah untuk
berkonsultasi/musyawarah dengan masyarakat tetapi semua keputusan dibuat oleh pemerintah
3 Koperasi Antara pemerintah dan masyarakat bersama-sama dalam
pengambilan keputusan
4 Pendampingan Masyarakat memberi masukan/saran/nasehat tentang suatu keputusan dan pemerintah memberi dukungan terhadap keputusan tersebut
5 Informasi Masyarakat mendapat kekuasaan untuk membuat keputusan
dari pemerintah dan bertanggungjawab untuk menginformasikan keputusan-keputusan yang telah dibuat kepada pemerintah