• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Metode Penganalisaan Data

Metode Komparatif yaitu suatu metode analisis dengan membandingkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dengan penerapannya di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.

BAB IV

GAMBARAN UMUM INSTANSI

A. Sejarah Pendirian

Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Kota Makassar terbentuk pada Tahun 2009 sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009. Institusi KKP Kota Makassar berawal dari pemekaran instansi Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar. Pemekaran menjadi instansi KKP bertujuan agar fokus pada penanganan menjamin ketersediaan pangan khususnya di Kota Makassar.

Kepemimpinan KKP berturut-turut adalah Agus AS SH, MH, selanjutnya Abd.

Rahman Bando, SP, M.Si., Drs. Andi Yasir, M.Si, Ir. Agus Djaya Said, M.Si., dan Dra. Hj. Sri Sulsilawati, M.Si. Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar berlokasi di Gedung Menara Balaikota Makassar. Memiliki beberapa kelompok binaan ketahanan pangan yang tersebar di seluruh kelurahan di Kota Makassar.

B. Landasan Hukum

Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintah kota dengan tugas pokoknya adalah melaksanakan kegiatan dan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan pengendalian serta koordinasi bidang ketersediaan pangan dan kerawanan pangan, keamanan dan distribusi serta penyuluhan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah

32

Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.

C. Fungsi

1. Penyediaan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang ketersediaan pangan dan kerawanan pangan, keamanan dan distribusi serta penyuluhan.

2. Penyiapan bahan bimbingan peningkatan ketersediaan pangan dan kerawanan pangan, keamanan dan distribusi serta penyuluhan.

3. Penyiapan bahan penyusunan program pemantauan ketersediaan pangan dan kerawanan pangan, keamanan dan distribusi serta penyuluhan.

4. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.

5. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.

6. Pembinaan tenaga fungsional

7. Rumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan.

D. Visi dan Misi Organisasi 1. Visi

Terwujudnya rumah tangga tahan pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman pada Tahun 2019.

2. Misi

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka pelayanan penyediaan pangan yang aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan berbahan baku lokal.

2. Menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi pangan di sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

3. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan pengelolaan ketersediaan pangan dari sector pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

4. Meningkatkan kapasitas penyuluh dan sarana prasarana penyuluhan

E. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan

a. Meningkatkan ketersediaan pangan secara mandiri dengan berbahan baku lokal.

b. Meningkatkan kemampuan mengakses pangan bagi rumah tangga di tingkat kelurahan seiring upaya menurunkan prevelensi penduduk rawan pangan

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang bermutu, bergizi, beragam, seimbang dan aman.

d. Meningkatkan kelembagaan ekonomi pangan di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan.

e. Meningkatkan pengawasan, pengendalian,dan pengelolaan distribusi dan ketersediaan pangan di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan.

f. Meningkatkan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) petani, ketenagaan penyuluh, dan penguatan kelembagaan penyuluhan pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan.

2. Sasaran

a. Meningkatnya ketahanan pangan rumah tangga

b. Meningkatnya keanekaragaman, keamanan pangan yang berbahan baku lokal

c. Menurunnya persentase jumlah penduduk rawan pangan

d. Meningkatnya ketersediaan pangan segar dan distribusi pangan masyarakat

e. Meningkatnya sistem kewaspadaan pangan dan gizi

f. Meningkatnya kapasitas kelembagaan ekonomi pangan di sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

g. Meningkatnya ketersediaan sumber daya petani, ketenagaan penyuluh, dan penguatan kelembagaan penyuluhan pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan

F. Strategi & Kebijakan 1. Strategi

a. Strategi Peningkatan ketersediaan pangan berbasis kemandirian bahan baku lokal

b. Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang dan aman

c. Strategi Peningkatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan d. Strategi peningkatan status gizi masyarakat

e. Strategi peningkatan pengawasan, pengendalian dan distribusi ketersediaan pangan

2. Kebijakan

a. Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian pangan ;

b. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan ;

c. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang ;

d. Peningkatan status gizi masyarakat ;

e. Peningkatan mutu dan keamanan pangan ;

f. Optimalisasi produk pangan daerah ;

g. Pengembangan manajemen pangan yang menjamin sustainabiliti;

h. Pembinaan kemitraan multipihak dalam rangka ketahanan pangan daerah;

i. Pembinaan kelembagaan pangan berbasis masyarakat;

j. Peningkatan SDM petani, kelembagaan kelompok tani, kapasitas penyuluh dan sarana prasarana penyuluh.

G. Struktur Organisasi dan Program Kerja 1. Struktur Organisasi

Secara umum struktur organisasi perangkat kerja pada level memiliki hirarki yang lebih sederhana dibandingkan struktur organisasi perangkat kerja pada level dinas. Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar terdiri atas empat seksi atau sub bagian yang dipimpin oleh kepala kantor. Terdapat 1(satu) sub bagian tata usaha selevel seksi dan 3 (tiga) seksi yang bersifat teknis operasional yaitu Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Seksi Keamanan dan Distribusi Pangan dan Seksi Penyuluhan. Terdapat juga kelompok jabatan fungsional yang terdiri atas penyuluh organic dan Tenaga Harian Lepas (THL) yang berada langsung di bawah kordinasi Kepala Kantor. Struktur organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar 2. Program Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar

A. Sub Bagian Tata Usaha :

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Program Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 4. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

5. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

6. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

B. Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan C. Seksi Keamanan dan Distribusi Pangan

Program Peningkatan Keamanan Pangan D. Seksi Penyuluhan

Program Perberdayaan Penyuluhan

.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian mengenai sistem akuntansi publik, kebijakan akuntansi, akuntansi sektor publik menurut PP Nomor 59 Tahun 2007, realisasi program kerja menurut sistem akuntansi sektor publik dan kajian hasil analisis Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.

A. Sistem Akuntansi Sektor Publik

Sistem Akuntansi Publik pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar menggambarkan rangkaian sistematik mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual dan atau dapat menggunakan aplikasi komputer. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2009 dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) yaitu Kepala SKPD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah) oleh Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.

Proses pengumpulan data pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran. Data-data berupa dokumen antara lain

40

kuitansi, bukti daftar honor kegiatan, nota pesanan, berita acara penerimaan. Kegiatan pencatatan dilakukan secara komputerisasi sebagai proses input sehingga akan tersinkronisasi dengan pengikhtisaran, dimana pencatatan dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran. Karena proses pada sistem akuntansi dilaksanakan dengan komputerisasi maka pengikhtisaran terbentuk secara otomatis. Selanjutnya kegiatan pelaporan keuangan dilaksanakan juga oleh Bendahara Pengeluaran yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Penjelasan rinci mengenai penyusunan laporan keuangan dapat dilihat pada bagian C bab V.

B. Kebijakan Akuntansi Sektor Publik berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

Kebijakan akuntansi merupakan instrument penting dalam penerapan akuntansi akrual. Dokumen yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah ini harus dipedomani dengan baik oleh fungsi-fungsi akuntansi, baik di SKPKD maupun di SKPD. Selain itu, dokumen ini juga seyogyanya dipedomani oleh pihak-pihak lain seperti perencana dan tim anggaran pemerintah daerah.

Memperhatikan sifatnya yang strategis, penyusunan kebijakan akuntansi harus menjadi perhatian semua pihak. Dalam pembahasannya, perlu dijelaskan setiap dampak dari metode yang dipilih, baik pada proses pengganggaran, penatausahaan maupun pelaporan. Dengan demikian, kebijakan akuntansi yang dihasilkan menjadi operasional serta dapat diantisipasi implementasinya.

Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait laporan keuangan dimulai dari pengumpulan rujukan atau referensi berupa peraturan perundangan dan literatur lain yang terkait dengan kebijakan akuntansi laporan keuangan pemerintah daerah. Sebagai rujukan utama adalah Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya mengenai Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), yaitu:

a. PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan b. PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran c. PSAP 03 tentang Laporan Arus kas

d. PSAP 04 tentang Catatan atas laporan Keuangan e. PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian f. PSAP 12 tentang Laporan Operasional

g. International Public Sector Accounting Standards (IPSAP) dan Buletin Teknis SAP terkait pelaporan keuangan.

Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait akun dimulai dari mempelajari SAP khususnya pernyataan terkait akun-akun. Sebagai rujukan utama adalah Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya :

a. PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan b. PSAP 06 tentang Akuntansi Investasi c. PSAP 07 tentang Akuntansi Aset tetap

d. PSAP 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan

e. PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban

f. PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan

g. International Public sector Accounting Standards (IPSAP) dan Buletin Teknis SAP terkait akun.

Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik telah memilih dasar akrual sebagai basis pencatatan akuntansi. Dasar akrual mengakui transaksi dan kejadian pada saat transaksi dan kejadian tersebut terjadi. Akuntansi dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna tentang sumber daya yang dikendalikan oleh suatu entitas, biaya dalam menjalankan operasinya (atau biaya dalam memberikan pelayanan kepada publik), dan informasi lain yang terdapat pada posisi keuangan dan perubahannya, serta informasi yang dapat digunakan untuk menilai apakah entitas tersebut beroperasi secara ekonomis dan efisien.

Pengukuran akuntansi akrual berfokus pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya tersebut pada suatu entitas. Model pelaporan terdiri dari Neraca, Laporan Kinerja Keuangan, Laporan arus Kas. Materialitas merupakan konsep dalam pelaporan keuangan yang menghubungkan karakteristik-karakteristik kualitatif laporan keuangan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan dasar akrual dapat diukur berdasrkan faktor-faktor antara lain dapat dipercaya, relevan pada kebutuhan pemakai, mudah dipahami, jelas dan akurat, disajikan menurut periodisasi konsisten, dan komparabilitas di antara entitas yang sama, dan materialitas.

Dalam konteks sektor publik, akuntansi dasar akrual memberikan informasi bahwa Pemerintah menerapkan akuntabilitas untuk sumber daya yang digunakannya, pemerintah menerapkan akuntabilitas untuk manajemen atas aktiva dan kewajiban yang diakui dalam laporan keuangan, Menunjukkan bagaimana sektor publik membiayai kegiatannya dan memenuhi segala persyaratan kasnya, mengijinkan publik untuk mengavaluasi kemampuan pemerintah dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi segala kewajiban serta komitmennya, menunjukkan kondisi keuangan pemerintah dan perubahan dalam kondisi keuangan tersebut, informasi yang disajikan berguna untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam biaya pelayanan jasa kepada publik, efisiensi, dan pencapaiannya.

Untuk penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 baru dimulai pada awal Tahun 2015 khususnya di lingkup Pemerintah Kota Makassar termasuk Kantor Ketahanan Pangan.

C. Akuntansi Sektor Publik Menurut PP Nomor 59 Tahun 2007

Analisis sistem informasi akuntansi sektor publik untuk sistem penerimaan dan pengeluaran kas Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar meliputi:

1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar terdiri dari beberapa Bagian , yaitu:

(1) Kepala Kantor Ketahanan Pangan (2) Kepala Sub bagian Tata Usaha, dan

(3) Seksi-Seksi yang terdiri dari Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Seksi Keamanan dan Distribusi Pangan serta Seksi Penyuluhan. Adapun Jabatan Fungsional (penyuluh) tidak masuk dalam Struktur Organisasi.

Tabel 5.1 Identifikasi Struktur Organisasi No Permendagri Nomor 59

Tahun 2007 Pasal 1

Implementasi pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar 1 Pengguna Anggaran Kepala Kantor

2 Kuasa Pengguna Anggaran -

3 PPK – SKPD Kepala Bagian Tata Usaha

4 PPTK Kepala Seksi

5 Bendahara Penerimaan -

6 Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran

7 Unit Kerja -

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa implementasi struktur organisasi belum sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 17-27. Jika dilakukan analisis atas unsur-unsur struktur organisasi yang baik dapat dilihat dalam Tabel 5.2, bahwa struktur organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar belum memenuhi semua prinsip dasar yang baik terkait spesialisasi pekerjaan dan koordinasi pekerjaan.

Tabel 5.2 Identifikasi Unsur Struktur Organisasi

1 Spesialisasi Pekerjaan Tidak Sesuai Spesialisasi pekerjaan belum dilakukan oleh Kantor Ketahanan Pangan

2 Standarisasi Aktivitas Sesuai Tersedianya Sumber Daya Manusia yang terampil

3 Koordinasi Pekerjaan Tidak sesuai Kurangnya pengawasan dari bagian tata usaha serta sebagian tugas di seksi dikerjakan oleh bagian keuangan

4 Sentralisasi – Desentralisasi Sesuai Kantor Ketahanan Pangan menggunakan system desentralisasi

5 Ukuran Unit Kerja Sesuai Dalam mengisi unit-unit kerja di Kantor Ketahanan Pangan telah memperhitungkan kemampuan sumber daya manusianya

2. Catatan Akuntansi

Sebagaimana yang diisyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Kantor

Ketahanan Pangan Kota Makassar telah menerapkan siklus akuntansi mulai dari pencatatan transaksi ke dalam jurnal, posting ke perkiraan di buku besar, penyusunan neraca saldo sampai ke pembuatan laporan keuangan. Catatan-catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar adalah sebagai berikut :

1. Buku Jurnal

Buku Jurnal ini terdiri dari Jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas dan jurnal umum. Pecatatan pada buku jurnal ini yang seharusnya dibuat oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD dalam implementasinya hal ini dilakukan oleh staf keuangan (bendahara pengeluaran). Buku jurnal ini digunakan sebagai acuan untuk membuat Buku Besar Pembantu. Buku jurnal (Penerimaan kas, pengeluaran dan umum) sudah memenuhi atribut-atribut dalam format jurnal pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E, yang meliputi: judul, kolom tanggal, kolom keterangan, kolom nomor bukti, kolom nomor rekening, kolom jumlah, kolom akumulasi dan otorisasi.

2. Buku Besar

Buku Besar merupakan kumpulan rekening-rekening yang digunakan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Format buku besar yang ada di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar sudah sesuai dengan format buku besar pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E, yang meliputi : judul, keterangan buku besar, kolom tanggal, kolom keterangan, kolom debet kredit, kolom saldo dan otorisasi.

3. Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar telah sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yang berisi laporan realisasi anggaran, neraca, arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

(1) Laporan Realisasi Anggaran menyajikan realisasi pendapatan dan belanja yang diperbandingkan dengan anggarannya selama satu Tahun. Atribut Laporan realisasi Anggaran kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar meliputi: judul, nomor urut/nomor rekening, kolom uraian: pendapatan/belanja/pembiayaan, kolom anggaran setelah perubahan, kolom realisasi, dan kolom lebih/kurang. Format Laporan Realisasi Anggaran ini belum sepenuhnya sesuai dengan format yang ada pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E. Kekurangan tersebut berupa tidak adanya kolom otorisasi dokumen. Laporan realisasi anggaran dapat dilihat pada Lampiran 1.

(2) Neraca menyajikan asset, utang dan ekuitas dana pada saat (tanggal) Tahun anggaran. Atribut Neraca Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar meliputi judul, nomor urut/nomor rekening, kolom uraian, jumlah (Tahun n dan Tahun n-1), kolom kenaikan/penurunan (jumlah dan persen). Format neraca ini belum sepenuhnya sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E. Kekurangan tersebut berupa tidak adanya kolom otorosasi dokumen. Neraca dapat dilihat pada Lampiran 2.

(3) Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal berupa informasi mengenai kebijakan keuangan dan pencapaian target, ikhtisar pencapaian kinerja keuangan, informasi tentang dasar pelaporan keuangan, kebijakan akuntansi, dan

informasi rinci tentang pos-pos laporan. Format catatan atas Laporan keuangan Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar sudah sesuai dengan format yang ada pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E, yang meliputi judul, pendahuluan, ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD, ikhtisar pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan, penjelasan atas informasi non keuangan dan penutup. Neraca dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Prosedur

Prosedur yang digunakan dalam sistem akuntansi penatausahaan keuangan pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar adalah sebagai berikut :

Pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar, penerimaan kas hanya terjadi apabila dana APBD dicairkan. Tahapan penyusunan Anggaran pada masing-masing SKPD diawali dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan dokumen perencanaan periode 5 tahun yang bersifat makro yang memuat visi misi walikota dan wakil walikota Makassar. Selanjutnya dibuat Rencana Strategis (RENSTRA) SKPD , Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat .selanjutnya menurut Permendagri No. 13/2006 dan Permendagri No. 59/2007 dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD disebut Rencana

Kerja dan Anggaran (RKA). Dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran adalah Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA). Pada SKPD Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA) adalah sebagai acuan untuk melakukan program kerja atau kegiatan – kegiatan, karena DPA SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan belanja dan pembiayaan digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Pengguna Anggaran/Barang yangmana memuat informasi tentang kelompok belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurut jenis, objek dan rincian objek belanja. Selanjutnya adalah tugas bendahara untuk menyiapkan dokumen pendukungnya yaitu SPD terdiri dari 2(dua) rangkap yang akan diberikan kepada BUD dan PPKD, setelah SPD selanjutnya dokumen SPP terdiri dari 4 (empat) rangkap yang akan diberikan kepada BUD, PPKD, PPK-SKPD dan sebagai arsip. Selanjutnya SPM terdiri dari 4 (empat) rangkap yang akan diberikan kepada BUD, PPKD, PPK-SKPD, dan sebagai arsip.Tiga jenis dokumen tersebut diajukan ke BUD untuk menjadi dasar mengeluarkan dokumen SP2D. Sama halnya dengan SPP dan SPM, SP2D juga dibuat 4 (empat) rangkap yang akan diberikan kepada BUD, PPKD, PPK-SKPD dan sebagai arsip. Setelah SP2D dibuat ini berarti telah siap untuk dicairkan, jika peruntukannya SP2D LS berarti akan masuk kerekening Pihak Ke-3, sedangkan jika peruntukannya SP2D UP/GU/TU berarti akan masuk ke rekening bendahara. Selanjutnya dana yang tersimpan di kas bendahara akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ada di SKPD.

Selanjutnya semua rangkapan dokumen yang ditujukan ke PPK-SKPD adalah sebagai acuan atau dasar PPK-SKPD untuk melakukan pencatatan dari membuat jurnal pengeluaran, Buku Besar / Buku Besar Pembantu, hingga Neraca Saldo dan pada akhirnya mebuat Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Jadi dapat dilihat fungsi bendahara dan PPk-SKPD dalam penatausahaan keuangan pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.

Pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 disajikan identifikasi prosedur menurut Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dengan realisasi prosedur yang ada pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.

Tabel 5.3. Identifikasi Prosedur Penatausahaan Keuangan (Penerimaan) 1 Fungsi Terkait Fungsi Akuntansi pada

Pejabat Penatausahaan

6. Buku Besar Pembantu

3 Laporan yang

3. Catatan Atas Laporan Keuangan

transaksi

3. Setiap periode, jurnal- jurnal tersebut akan

pembantu sebagai control buku besar 5. Pencatatan ke

dalam buku jurnal penerimaan kas, buku besar dan buku besar pembantu

dilaksanakan oleh fungsi akuntansi PPK – SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku

Tabel 5.4. Identifikasi Prosedur Penatausahaan Keuangan (Pengeluaran) No Komponen

Utama

Permendagri No 59 Tahun 2007 Realisasi di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar 1 Fungsi Terkait Fungsi Akuntansi pada Pejabat

Penatausahaan SKPD

Fungsi Akuntansi pada Pejabat Penatausahaan SKPD

2 Dokumen 1. Surat Perintah Pencairan Dana 2. Nota Debet Bank

3. Surat Perintah Membayar 4. Surat Penyediaan Dana

5. Kuitansi Pembayaran & bukti tanda terima

6. Buku Jurnal Pengeluaran Kas 7. Buku Besar

8. Buku Besar Pembantu

1. Surat Perintah

1. Laporan Realisasi Anggaran SKPD

Prosedur SKPD berdasarakan bukti transaksi penerimaan kas mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas disertai uraian rekening asal penerimaan kas dimaksud

2. Bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain :

a. Surat Perintah Pencairan Dana

b. Bukti Transfer

c. Bukti Penerimaan lainnya 3. Fungsi akuntansi SKPD secara

periodik melakukan posting ke buku besar

4. Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi dapat membuat jurnal pembantu sebagai kontrol buku besar

5. Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi PPK-SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

Terkait dengan alur (flow chart) pada Sistem Penatausahaan Keuangan (Penerimaan dan Pengeluaran) berdasarkan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 telah sesuai dengan alur (flow chart) pada Pengeluaran Kas Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar seperti pada Gambar 5.5. Dimana pada flowchart berdasarkan ketentuan dan implementasi, dimulai dari DPA sebagai dasar untuk melaksanakan program kerja. Kemudian terdapat SPD untuk penyediaan dana. Terkait dengan hal tersebut maka dibuatlah SPP (Surat Permintaan Pembayaran). Dokumen selanjutnya adalah SPM atau Surat Perintah Membayar. SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan dokumen SP2D. SP2D adalah Surat Perintah Pencairan Dana, sebagai dasar pencairan dana.

RPJMD RENSTRA RENJA RKA DPA

DPA SKPD

BENDAHARA

SPD

SPP

SP2D BUD

KAS BENDAHARA

KAS BENDAHARA

Dokumen terkait