• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan UPT-BBI Palawija Tanjung Slamet dan Laboratotrium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 m di atas permukaan laut.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 sampai bulan Maret 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih jagung hibrida varietas NK 22, varietas Pioneer 12, varietas lokal Bisma, PDA, media agar daun jagung, air, Saromyl 35 SD, pupuk Urea, pupuk TSP, dan pupuk KCL.

Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, papan sampel, papan nama, tugal, timbangan, mikroskop, meteran, erlenmeyer, alat-alat tulis, tali plastik, dan alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu :

Faktor 1 : Pupuk Nitrogen (N) N0 = tanpa perlakuan pupuk Nitrogen

N2 = 6,93 gr Urea/tan setara dengan 300 kg Urea/Ha atau 135 kg N/Ha (sesuai anjuran)

N3 = 9,25 gr Urea/tan setara dengan 400 kg Urea/Ha atau 180 kg N/Ha N4 = 11,57 gr Urea/tan setara dengan 500 kg Urea/Ha atau 225 kg N/Ha Faktor 2 : Varietas jagung

V1 = varietas Bisma V2 = varietas NK 22 V3 = varietas Pioneer 12 Kombinasi perlakuan N0V1 N0V2 N0V3 NIV1 N1V2 N1V3 N2V1 N2V2 N2V3 N3V1 N3V2 N3V3 N4V1 N4V2 N4V3

Jumlah kombinasi perlakuan = 15 Jumlah ulangan = 3 (t-1) (r-1) ≥ 15 (15-1) (r-1) ≥ 15 14 (r-1) ≥ 15 14 r ≥ 29 r ≥ 2,07 r ≥ 3 (dibulatkan)

Jumlah plot = 45 plot

Jumlah sampel yang diamati = 6 tanaman/plot Ukuran plot = 4,8 m x 2,7 m Jarak antar ulangan = 50 cm

Parit antar plot = 30 cm Parit keliling = 100 cm

Jarak tanam = 70 cm x 30 cm (sesuai anjuran)

Ukuran lahan seluruhnya =17,4 m x 42,46 m = 738,8 m2

Model linier yang digunakan adalah : Yijk = μ + τi + βj + (τβ)ij + Σijk

Dimana :

Yijk = respon tanaman yang diamati

μ = nilai tengah umum (rataan)

τi = pengaruh taraf ke i dari faktor A

βj = pengaruh taraf k j dari faktor B

(τβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke i dari faktor A dan taraf ke j dari faktor B

Σijk = pengaruh galat percobaan taraf ke i dari faktor A dan taraf ke j dari faktor B pada ulangan ke k

(Sastrosupadi, 2000).

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan Lahan

bongkahan tanah dan meratakan tanah yang telah dicangkul dan sekaligus membuat petak-petak percobaan dengan ukuran 4,8 m x 2,7 m sebanyak 45 petakan. Jarak antar petak 0,3 m dan jarak antar blok 0,5 m, kemudian dilakukan penggemburan tanah kembali.

Penanaman Benih dan Pemupukan Dasar

Benih yang ditanam adalah benih yang sehat dan seragam, sebelum dilakukan penanaman dibuat lubang tanam pada setiap plot dengan menggunakan tugal. Kedalaman lubang tanam antara 3-5 cm dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm. Setiap lubang tanam diisi dengan 2 biji jagung lalu ditutupi dengan tanah dan dilakukan pemupukan dasar yang bersamaan dengan pemupukan dasar yaitu urea yang sesuai dengan perlakuan yaitu

N0 = tanpa perlakuan pupuk Nitrogen

N1 = 4,63 gr Urea/tan setara dengan 200 kg Urea/Ha atau 90 kg N/Ha

N2 = 6,93 gr Urea/tan setara dengan 300 kg Urea/Ha atau 135 kg N/Ha (sesuai anjuran)

N3 = 9,25 gr Urea/tan setara dengan 400 kg Urea/Ha atau 180 kg N/Ha N4 = 11,57 gr Urea/tan setara dengan 500 kg Urea/Ha atau 225 kg N/Ha TSP 100 kg/Ha atau 2,32 gr/tan, KCL 50 kg/Ha atau 1,16 gr/tan. Pupuk Urea

diberikan 1/3 bagian, TSP dan KCL seluruhnya, yaitu 2,31 gr Urea/tan, 2,32 gr TSP/tan, 1,16 gr KCL/tan dengan cara membuat lubang tugal di sebelah

utara dan selatan lubang benih dengan jarak ± 7 cm dengan kedalaman ± 10 cm lalu campuran pupuk dimasukkan ke dalam lubang. Sebelum dilakukan penanaman benih, untuk benih lokal varietas Bisma diberikan perlakuan

Seed Treatment dengan menggunakan fungisida sistemik Saromyl 35 SD dengan dosis 1,5 gr/8ml/kg benih jagung dan ditambah 20 gr tepung talk.

Pemupukan Susulan

Pemupukan untuk pupuk Urea selanjutnya diberikan setelah tanaman berumur kira-kira satu bulan setelah tanam, diberikan bagian pupuk Urea lagi yang 2,32 gr Urea/tan yang dilakukan sama dengan pemupukan sebelumnya dengan jarak ± 15 cm dari lubang tanam. Untuk pemupukan yang terakhir pupuk Urea diberikan setelah tanam berumur 8 minggu atau dua bulan setelah tanam diberikan 1/3 bagian Urea lagi, yaitu 2,32 gr Urea/tan yang dilakukan sama dengan cara pemupukan yang kedua.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan. Penyiangan dapat dilakukan bila tumbuhan pengganggu mulai tumbuh dan menggangu tanaman utama. Pembubunan dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan, karena saat itu tanaman sudah giat melakukan penyerapan hara.

Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari. Hal ini dilakukan apabila setiap lubang tanam, tanaman yang tumbuh lebih dari satu tanaman dan tanaman yang dibiarkan tumbuh adalah tanaman yang pertumbuhannya lebih baik.

Pengendalian hama dilakukan secara mekanis yaitu dengan mengutip hama yang tampak dan mengumpulkannya kemudian dimatikan.

Panen

Panen jagung dilakukan setelah tanaman jagung telah berumur ± 4 bulan. Ciri jagung yang siap panen adalah telah berumur 86-96 hari setelah tanam, tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga dan biji kering dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

Parameter Pengamatan

Intensitas Serangan

Pengamatan intensitas serangan dilakukan untuk mengamati serangan penyakit Helminthosporium maydis Nisik, Helminthosporium turcicum Pass. dan Puccinia sorghi dilakukan satu minggu setelah tanam setiap satu minggu sekali sebanyak 10 kali pengamatan, dengan mengikuti skoring dari Mayee dan Datar (1986) dalam Muis, dkk (1999) yaitu sebagai berikut :

Skala Keterangan

0 tidak terdapat gejala serangan

1 > 1 % - ≤ 15 % luas permukaan terserang 3 > 15 % - ≤ 25 % luas permukaan terserang 5 > 25 % - ≤ 50 % luas permukaan terserang 7 > 50 % - ≤ 75 % luas permukaan terserang 9 > 75 % - ≤ 100 % luas permukaan terserang

Untuk menghitung nilai intensitas serangan hasil skoring dimasukkan dalam rumus :  IS

nixviNxZ x 100% Dimana : IS = Intensitas Serangan

ni = bagian tanaman sampel dengan skala kerusakan ke-i vi = nilai skala kerusakan tanaman sampel ke-i

N = jumlah bagian tanaman sampel yang diamati Z = nilai skala kerusakan tertinggi

Perhitungan serangan penyakit Peronosclerospora maydis menggunakan persentase serangan dengan rumus :

P N a x 100% Dimana : P = Persentase serangan

a = jumlah tanaman yang terserang N = jumlah tanaman yang diamati

Produksi

Produksi dihitung dengan menimbang berat bersih jagung pipilan pada akhir masa percobaan per varietas, yang dikonversikan dalam ton/ha dengan rumus : Y = L X x kg m 1000 10000 2 Dimana :

Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plot (m2)

(Sudarman dan Sudarsono, 1981).

Pengambilan Sampel

Tanaman yang dijadikan sampel adalah 6 tanaman yang berada dalam setiap plot perlakuan. Pengambilan data dilakukan setelah satu minggu setelah tanam setiap satu minggu sekali sebanyak 10 kali.

Dokumen terkait