BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Pengawasan Biaya Produksi
2. Metode Pengawasan Biaya produksi
Dalam pengawasan biaya produksi, menurut Supriyono (2000:31) ada dua metode yang dapat dilakukan untuk melaksanakan :
a. Pengawasan dengan menggunakan biaya standar b. Pengawasan dengan menggunakan anggaran.
a. Pengawasan biaya produksi melalui biaya standar
Untuk membantu proses pengawasan, perusahaan dapat menggunakan biaya standar. Biaya standar ini ditentukan terlebih dahulu untuk bahan baku, tenga kerja dan overhead pabrik berdasarkan informasai yang dikumpulkan dari pengalaman masa lalu dan informasi lainnya yang mendukung. Dalam
penggunaannya, biaya standar merupakan dasar bagi anggaran dan laporan yang mengidentifikasikan varians antara actual cost dan standart cost.
b. Pengawasan biaya produksi dengan menggunakan anggaran
Garrison (1997:427) mendefenisikan anggaran sebagai berikut ” Anggaran adalah rencana rinci yang menguraikan perihal pengadaan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lain-lainnya selama jangka waktu tertentu”. Sedangkan defenisi anggaran menurut Supriyono (2001:40) adalah : ”Suatu rencana terinci yang disusun secara sistemaatis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kualitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu”.
Bila dilihat dari pengertian diatas maka anggaran merupakan suatu rencana yang mencakup kegiatan perusahaan untuk mendatang yang merupakan pedoman bagi kegiatan dalam periode tertentu. Secara spesisifik ada beberapa fungsi anggaran (budget) menurut Gundono (1993:185) yaitu:
a. Anggaran memaksa manajemen menentukan tujuan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Anggaran memaksa manajemen menganalisis masalah yang akan dihadapi masa yang akan datang
c. Anggaran dapat digunakan sebagai alat koordinasi penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga semua kegiatan berjalan harmonis
d. Anggaran merupakan alat komunikasi antar bagian dan antar tingkatan
e. Anggaran memberikan dasar bagi pengukuran prestasi
Adapun langkah-langkah yang perlu menyusun anggaran sehingga diperoleh anggran yang baik menurut Gudono (1993:190) adalah sebagai berikut:
a. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan (termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta membentuk komite anggaran, jika belum memilki komite
b. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasioanal (rencana laba) dimulai dengan ramalan penjualan dan anggran penjualan. Masing-masing manajer yang terlibat menerima anggaran penjualan itu untuk dijadikan dasar penyusunan anggaran operasionalnya sendiri.
c. Negoisasi antar bagian dan komunikasi antar atasan.
d. Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan anggaran yang diajukan masing-masing departemen oleh komite anggaran. e. Persetuajuan akhir dari manajemen puncak. Angggaran induk
kemudian dibagi-bagi ke setap departemen.
Sesuai dengan ide pokok akuntansi pertanggungjawaban tersebut, maka anggaran juga harus disusun untuk setiap tingkatan manajemen yang dibebanin tanggung jawab atas pendapatan dan biaya tersebut.
Menurut Hariadi (1992:79) ada beberapa hal penting tentang anggaran yang perlu diperhatikan bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi pertanggungjawaban adalah yaitu:
a. Untuk menetapkan anggaran tiap-tiap pusat pertanggungjawaban, harus sudah diklafikasikan biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh pimpinan pusat pertanggungjawaban tersebut.
b. Penyusunan anggaran biaya yang akan dijadikan dasar ukuran harus disesuaikan dengan klasifikasi dan penempatan biaya yang dapat atau tidak dapat dikendalikan sehingga laporan pertanggungjawaban akan nampak bahwa setiap biaya pada tingkat manajemen tertentu akan menunjukkan susunan anggaran yang spesifik untuk masing-masing tempat biaya.
c. Apabila selama periode anggara tejadi perubahan yang cukup berarti atas perkiraan-perkiraan yang dijadikan dasar penyusunan anggaran tersebut harus diperbaiki untuk memasukan pengaruh perubahan tersebut. Kalau tidak, maka anggaran tersebut akan merupakan nilai-nilai yang membingungkan untuk dijadikan sebagai alat penolong dalam mengendalikan biaya.
Anggaran yang lengkap mencakup seluruh rencana perusahaan, dimana rencana-rencana setiap bagian (departemen) digabungkan secara keseluruhan.
Anggran yang telah disusun tersebut digunakan sebagai alat pengukur pelaksanaan tidakan masing-masing pusat pertanggungjawaban. Penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya akan dianalisa kemudian diambil tindakan perbaikan.
Dalam penyusunan anggaaran produksi, yang paling utama disusun adalah proyeksi biaya produksi, sebab pada kenyataannya sering ditemukan penyimpangan-penyimpangan pada biaya produksi ini. Setelah anggaran biaya produksi disusun, baru kemudian disusun anggaran biaya-biaya lain. Penyusunan anggaran biaya produksi didasarkan pada anggaran produksi, yaitu suatu perencanaan tingkat atau volume yang harus diproduksi oleh perusahaan, sehingga sesuai dengan tingkat penjualan yang telah ditentukan. Dalam penyusunan anggraran produksi, maka anggaran penjualan menjadi dasar yang digunakan dalam menentukan jumlah yang akan diproduksi untuk setiap produk yang dihasilkan. Setelah anggaran produksi selesai disusun, barulah dapat disusun anggaran biaya produksi yang terdiri dari :1) anggaran bahan baku 2) anggaran biaya tenaga kerja langsung, 3) Anggaran biaya overhead pabrik.
1) Anggaran Bahan Baku
Anggaran ini menyatakan jenis, volume, harga dari bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk tertentu. Jumlah bahan baku yang digunakan dapat ditentukan setelah jumlah unit yang akan diproduksi selesai ditetapkan, dengan memperhatikan beberapa unit tiap jenis bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit barang jadi
Anggaran bahan baku dalam satuan uang (biaya bahan baku) dapat disusun jika per unit bahan baku tersebut telah diketahui. Pada waktu menilai rancangan anggaran (pembelian) bahan baku, komite anggaran hendaknya meneliti apakah harga beli yang direncanakan cukup realistis. Penelitian itu dapat didasarkan atas kecenderungan harga atau atas data ekstren lainnya. Penjawadlan kedatangan barang yang dibeli juga harus diperhatikan jangan sampai bahan baku tidak tersedia mana kala dibutuhkan. Hal ini sangat penting terutama bagi perusahaan yang mrnganut konsep just in time. Anggara bahan baku, seperti halnya anggaran lain, sebaiknya diperinci ke dalam pembeliaan bahan baku per bulan.
Anggaran bahan baku digunakan:
a) Oleh bagian pembelian untuk membuat skedul pembelian. Tujuan skedul pembelian ini untuk menjamin bahwa bahan-bahan yang diperlukan ada di pabrik pada saat dibutuhkan untuk produksi.
b) Untuk menetapkan persedian maksimum dan minimum.
c) Anggaran bahan baku dan skedul pembelian diperlukan dalam menyusun anggaran kas.
2) Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran ini menyatakan taksiran dan jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan untuk produksi. Upah tenaga kerja langsung adalah salah satu unsur dari biaya produksi yang dapat dibebankan langsung pada unit produksi tertentu. Berdasarkan anggaran biaya produksi yang telah disusun dapat ditentukan anggaran kebutuhan akan tenaga kerja langsung. Dalam penyusunan anggaran
tenaga keja langsung, harus ditetukan telebih dahulu jumlah jam kerja untuk memyelesaikan satu unit produk jadi dan tarif upah per jam rata-rata.
Anggaran tenaga kerja langsung bermanfaat untuk :
a. Menyesuaikan jumlah tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk proses produksi.
b. Menghindarkan resiko kelebihan atau kekurangan tenaga kerja. c. Mengarahkan ketenangan dan efesiensi tenaga keja.
Anggaran ini juga perlu diperinci ke dalam anggaran bulanan, bahkan jika perlu diperinci menurut departemen.
3) Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah salah satu unsur dari biaya prouksi yang berbeda dengan kedua biaya produksi di atas, yaitu tidak dibebankan langsung terhadap sejumlah produksi terentu. Anggaran ini terdiri dari banyak pos seperti : bahan penolong, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, perawatan, asuransi dan lain-lain. Pada waktu anggaran ini, pos-pos tersebut perlu dikelompokkan ke dalam kelompok fixed overhead dan variabel overhead. Bahkan jika anggaran tersebut akan dijadikan dasar penilaian prestasi, akan lebih baik diperinci lagi menjadi controllable overhead dan uncontrollable overhead. Anggaran overhead pabrik juga sebaiknya di perinci ke dalam anggaran bulanan.
3. Pengawasan Biaya Produksi Melalui Akuntansi