3.1 Waktu dan Tempat
Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 19 Januari sampai 18 April 2017 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara, Jawa Tengah.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat merupakan sesuatu yang digunakan yang tidak habis pakai. Adapun alat yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat yang digunakan selama proses pengelolaan pakan buatan pada pembesaran udang vaname secara intensif.
No Alat Spesifikasi Fungsi 6 Jembatan anco Bambu Tempat menuju anco
7 Kalkulator - Untuk menjumlahkan hasil sampling
8 Kayu 2 meter
9 Pompa alcon - Sebagai mesin penghisap
10 Selang spiral 2 inch Untuk mengeluarkan air dari dalam petakan
11 Sendok makan 15 gram Untuk mengambil probiotik, multivitamin dan ekstrat bawang putih
12 Sendok takar 100 gram Untuk pemberian pakan 13 Timbangan
19 3.2.2 Bahan
Bahan merupakan sesuatu yang digunakan yang habis pakai. Adapun bahan yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Bahan yang digunakan selama proses pengelolaan pakan buatan pada budidaya udang vaname secara intensif.
No Bahan Spesifikasi Fungsi
1 Air tawar 2 liter Sebagai cairan pengencer 2 Ekstrat bawang
putih
15 gram Untuk menambah nafsu makan 3 Molase 250 gram Untuk menumbuhkan plankton dan
sebagai pencampuran probiotik
4 Pakan Pellet Untuk makanan udang
5 Probiotik 15 gram Untuk menambah energy
6 Protefit 15 ml Meningkatkan daya tahan tubuh 7 Udang vaname PL 10 Organisme yang dibudidayakan
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data budidaya udang vaname menggunakan dua metode yaitu:
3.3.1 Data Primer
Data primer didapatkan dengan cara melaksanakan dan mengikuti secara langsung kegiatan pembesaran udang vaname di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui wawancara ataupun melalui penelusuran literatur.
20 3.4 Metode Pelaksanaan
3.4.1 Pengkayaan Pakan
(1) Alat dan bahan disiapkan
(2) Pellet ditimbang sebanyak 15 kg, probiotik 15 gram, ekstrat bawang putih 15 gram, protefit 15 ml, molase 250 ml, dan air tawar 2 liter.
(3) Bahan dicampur secara merata sehingga terbentuk adonan cair yang tidak menggumpal, seperti pada Gambar 3.
(4) Adonan pengkayaan dicampur dalam pakan secara merata sebelum dilakukan pemberian pakan.
Gambar 3 Adonan pengkayaan pakan
3.4.2 Pemberian Pakan (1) Alat dan bahan disiapkan.
(2) Pakan ditimbang sesuai dosis pada Lampiran 3, lalu dimasukkan ke dalam baskom.
(3) Pakan dicampur dengan adonan pengkayaan secara merata sesuai dengan dosis 1:1. Pencampuran pakan dapat dilihat pada Gambar 4.
21 Gambar 4 Proses pencampuran pakan
(4) Pakan dimasukkan ke dalam ember lalu ditebar merata ke dalam petakan tambak. Pemberian pakan pada petakan tambak dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Pemberian pakan di petakan tambak
(5) Pakan dimasukkan ke dalam ancho sesuai dengan Lampiran 4, dengan cara:
Pakan yang telah diaduk dimasukkan ke dalam ancho
Kemudian ancho diturunkan secara perlahan-lahan ke petak pemeliharaan.
Pemberian pakan pada ancho dapat dilihat pada Gambar 6.
22 Gambar 6 Pemberian pakan di ancho
3.4.3 Pengontrolan Ancho
(1) Ancho diangkat secara perlahan-lahan. Waktu pengecekan ancho disesuaikan dengan Lampiran 4.
(2) Pengamatan dilakukan terhadap sisa pakan, kotoran udang dan usus udang.
Pengontrolan dapat dilihat pada Gambar 7.
(3) Ancho dibersihkan lalu ditempatkan di jembatan ancho.
(4) Pengaturan jumlah pakan diancho dapat dilihat pada Lampiran 5.
Gambar 7 Pengontrolan ancho
23 3.4.4 Penyiponan
(1) Alat disiapkan.
(2) Pompa ditempatkan sekitar pematang, selang spiral disambung dengan pompa, kemudian selang diikat pada bambu menggunakan tali.
(3) Pompa dinyalakan.
(4) Bambu pada selang digerakkan ke arah dasar agar semua endapan kotoran dapat dikeluarkan melalui selang. Proses penyiponan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Penyiponan
3.4.5 Pergantian Air (1) Alat disiapkan.
(2) Central drain dibuka agar air dalam petakan dapat keluar sebanyak 5–10% dari volume air. Setelah air keluar, central drain ditutup kembali.
(3) Pintu pemasukan dibuka, agar air dapat masuk ke dalam petakan sebanyak 5–10% sesuai dengan air keluar.
24 3.4.6 Sampling Pertumbuhan
(1) Alat dan bahan disiapkan.
(2) Ember diisi dengan air media pemeliharaan.
(3) Jala dilempar pada salah satu titik petakan tambak seperti pada Gambar 9.
Gambar 9 Sampling jala
(4) Udang yang terjaring pada jala dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air.
(5) Udang dimasukkan ke dalam jaring kantong.
(6) Udang ditimbang dan hasilnya dicatat, seperti pada Gambar 10.
(7) Udang dihitung kemudian dimasukkan kembali ke dalam baskom.
(8) Udang bekas sampling tidak boleh lagi dilepas ke tambak.
(9) Berat rata-rata sampling (ABW) dan pertambahan berat harian (ADG) dihitung.
25 Gambar 10 Menimbang udang
3.4.7 Panen
(1) Alat dan bahan disiapkan.
(2) Kincir dimatikan dan diangkat dari petakan tambak.
(3) Pukat atau Trawl dipasang pada ujung petakan dengan menggunakan bambu sebagai alat penyangga yang akan digunakan untuk menarik pukat atau trawl.
(4) Pukat atau trawl ditarik terus menerus secara perlahan-lahan agar udang yang dipanen tidak keluar, ditarik sampai pinggiran petakan tambak. Panen dapat dilihat pada Gambar 11.
(5) Udang yang berada dalam pukat atau trawl diangkat menggunakan keranjang.
(6) Setelah itu dilakukan proses pasca panen berupa sortir, grading, dan pengangkutan.
26 Gambar 11 Proses panen
3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data
3.5.1 Parameter yang Diamati (1) Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan volume, panjang, serta berat terhadap satu satuan waktu tertentu. Berat rata-rata udang yang terus bertambah dari waktu kewaktu selama pemeliharaan merupakan wujud dari pertumbuhan udang.
(2) Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR)
Tingkat kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah udang yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah udang di awal pemeliharaan.
(3) Populasi
Populasi merupakan jumlah udang yang hidup selama masa pemeliharaan yang berada pada petakan tambak.
27 (4) Berat Tubuh Rata-rata (Average Body Weght,ABW)
Average body weight adalah berat rata-rata udang dalam suatu populasi udang pada saat periode tertentu.
(5) Biomassa Udang
Biomassa udang adalah jumlah berat total dari suatu populasi pada periode waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dalam satuan berat.
(6) Pertambahan Berat Rata-rata (Average Daily Gain, ADG)
Average Daily Gain adalah pertambahan berat harian dalam satu periode tertentu selama masa pemeliharaan.
(7) Laju Pertumbuhan Harian (Daily Growth Rate, DGR)
Laju pertumbuhan harian (LPH) merupakan persentase kebutuhan pakan udang per hari berdasarkan berat rata-rata udang hasil sampling.
(8) Jumlah Pakan
Jumlah pakan merupakan persentasi kebutuhan pakan yang digunakan dalam satu hari.
(9) Feed Conversion Ratio (FCR)
Feed Conversion Ratio merupakan perbandingan antara jumlah total pakan yang telah diberikan dengan biomassa atau berat udang yang dipanen.
(10) Produktivitas Akuakultur
Produktivitas akuakultur merupakan kegiatan produksi budidaya sebagai perbandingan antara output dan input suatu usaha budidaya.
28 3.5.2 Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif. Data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(1) Pertumbuhan Mutlak
Menurut Dewantoro (2001), pertambahan berat mutlak dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
W = W1 – W0 Keterangan :
W : Pertambahan berat mutlak (g) W1 : Berat udang akhir pemeliharaan (g) W0 : Berat udang awal pemeliharaan (g)
(2) Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR)
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(4) Berat Tubuh Rata-rata (Average Body Weght,ABW)
Menurut Kordi (2010), berat rata-rata udang/ekor dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
29 Berat sampel udang (gram)
ABW =
Jumlah sampel udang (ekor)
(5) Biomassa
Menurut Amri dan Kanna (2008), biomassa dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Biomassa = populasi x ABW Keterangan :
Populasi : Jumlah udang yang hidup ABW : Berat rata-rata udang
(6) Pertambahan Berat Rata-rata (Average Daily Gain, ADG)
Menurut Kordi (2010), pertambahan berat harian dalam satu periode dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
ABW I (g) – ABW II (g)
ADG =
t (hari)
Keterangan :
ABW I : Berat rata-rata udang pada saat ini (gram)
ABW II : Berat rata-rata udang pada waktu yang lalu (gram) T : Jarak waktu BW1 dan BW2 (hari)
(7) Laju Pertumbuhan Harian (Daily Growth Rate, DGR)
Menurut Ricker (1970), laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
30 BPRPE – BTRPE
LPH = ∕ lama kultur x 100%
BTRPE
Keterangan :
BPRPE : Berat panen rata-rata per ekor (gr) BTRPE : Berat tebar rata-rata per ekor (gr) Lama kultur : Lama pemeliharaan (hari)
(8) Jumlah Pakan
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), persentase kebutuhan pakan per hari dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah pakan = Biomassa x FR
Keterangan:
Biomassa : Berat total (gram)
FR : Feeding rate (%)
(9) Feed Conversion Ratio (FCR)
Menurut Kusriani dkk (2012), konversi pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
F
FCR =
(Wt + D) − Wo
Keterangan:
FCR : Feed Conversion ratio/konversi pakan
F : Pakan yang dihabiskan selama masa pemeliharaan Wt : Berat udang diakhir pemeliharaan
31 Wo : Berat udang diawal pemeliharaan
D : Berat udang yang mati
(10) Produktivitas Akuakultur (PA)
Menurut Ricker (1970), produktivitas akuakultur dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
PA = jumlah panen (kg) x 365 hari
lama pemeliharaan (hari)+ 10.000 m2 luas petakan (m2)