• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Metode Pengembangan

64

C. Metode Pengembangan

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang dikembangkan Plomp dengan lima fase; investigasi, desain, konstruksi, evaluasi, dan implementasi. Setelah produk dihasilkan dengan lima fase tersebut, berikutnya peneliti menyusun instrumen penelitian untuk digunakan dalam pengujian produk dan implementasinya.

1. Pengembangan Model Pembelajaran a. Fase Investigasi

Investigasi merupakan kegiatan awal penelitian yang dilakukan secara sistematis dan intensif untuk menelusuri peran, problem, konteks tertentu yang memiliki keterkaitan dengan state of the art penelitian berdasarkan literatur.110 Kegiatan investigasi ini meliputi review literatur, konsultasi kepada ahli, analisis contoh-contoh yang tersedia, studi kasus praktik kekinian, dan sebagainya. Kegiatan ini sama dengan

preliminary research yaitu mereview lieratur atau penelitian sebelumnya yang memiliki

kesamaan permasalahan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.111

Fase investigasi dapat disebut juga sebagai fase identifikasi. Pada fase ini, peneliti melakukan identifikasi terhadap permasalahan pembelajaran akhlak dengan mengkaji kurikulum akhlak, analisis kondisi siswa, analisis materi akhlak dan analisis permasalahan pembelajaran akhlak. Hasil investigasi ini digunakan untuk bahan pertimbangan dalam menyusun model pembelajaran akhlak berbasis penalaran.

110Jan van der Akker, “Principles and Method of Development Research,” dalam Design Approaches and Tools in Education and Training, ed. Jan van der Akker (Dordrect, Kluwer Academic Publisher, 1999), 7. 111Tjeerd Plomp, “Educational Design Research: Introduction,” dalam Tjeerd Plomp & Nienke Nieveen, An Introduction to Educational Design Research, (Enschede, Netherland Institute for Curriculum Development, 2010), 27.

65

Kegiatan investigasi juga digunakan peneliti untuk mengkaji teori-teori yang melandasi pengembangan model pembelajaran, merumuskan rasional pemikiran tentang pentingnya pengembangan model pembelajaran, dan menganalisis kesesuaian teori-teori tersebut sebagai landasan pengembangan model pembelajaran akhlak berbasis penalaran.

b. Fase Desain

Sebagaimana hasil dari kegiatan Fase Investigasi yang memberikan rekomendasi untuk menghadirkan cara kerja baru dalam pembelajaran akhlak agar lebih efektif, maka peneliti perlu melanjutkan tahapan penelitiannya kepada fase desain. Menurut Sugiono, untuk mendapatkan cara kerja yang lebih efektif dan efisien, peneliti harus mengkaji penilaian terhadap sistem kerja lama dan mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan sistem kerja baru yang ingin diwujudkan.112 Pengkajian sistem kerja lama telah dilakukan peneliti dengan investigasi, adapun pengkajian referensi mutakhir peneliti lakukan dengan mengecek teori-teori pembelajaran moral dari berbagai perspektif, sehingga menghasilkan keputusan untuk menggunakan pendekatan kognitif sebagaimana yang dikembangkan oleh Piaget dan Kohlberg. Selain itu, kebutuhan akan sebuah model pembelajaran menyebabkan peneliti mengkaji berbagai konsep tentang model pembelajaran dan memilih konsep model pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce, Weil & Calhoun.

Berdasarkan kajian di atas, maka pada fase ini dilakukan kegiatan perancangan produk pembelajaran dengan pendekatan kognitif dalam bentuk model pembelajaran, dengan penyebutan Model Pembelajaran Akhlak Berbasis Penalaran (Model PABP).

66

Model PABP ini terdiri atas lima komponen; sintaks pembelajaran, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiringnya. Produk dari kegiatan ini yaitu format atau draft buku model pembelajaran akhlak berbasis penalaran yang berisi; rasional model, teori-teori pendukung, komponen model, dan petunjuk pelaksanaan, serta contoh penerapannya.

Penciptaan model pembelajaran menuntut dikembangkan pula unsur-unsur sistem pendukung. Dalam hal ini, unsur-unsur sistem pendukung tersebut antara lain; rencana pembelajaran, materi ajar dan sistem penilaian.

c. Fase Konstruksi

Fase ini juga disebut dengan tahap merakit komponen model sesuai desain yang telah dibuat pada fase sebelumnya. Fase konstruksi dapat pula disebut sebagai fase produksi. Kompleksitas dalam kegiatan ini adalah mempertemukan alur kerja kognitif sebagaimana dengan alur pikir model pembelajaran. Rancangan yang sudah dibuat pada fase desain, dituangkan dalam suatu prototipe sehingga dihasilkan prototipe model pembelajaran akhlak berbasis penalaran beserta unsur-unsur pendukungnya. Produk yang dihasilkan dalam fase ini dapat dikelompokkan menjadi dua; 1) Rancangan model pembelajaran akhlak berbasis penalaran yang memiliki komponen; sintaks pembelajaran, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiringnya, 2) Perangkat pendukung model pembelajaran akhlak berbasis penalaran yang terdiri dari; rencana pembelajaran, materi ajar dan sistem penilaian.

Pada fase ini juga dirancang intrumen penelitian yang dibutuhkan sehingga dapat digunakan untuk memvalidasi prototipe yang dihasilkan. Instrumen validasi terdiri dari:

67

1) lembar validasi buku Model PABP

2) lembar validasi Perangkat Pembelajaran Berbasis Penalaran 3) lembar validasi Buku Akhlak Berbasis Penalaran

4) lembar validasi Tes Penalaran Akhlak

Disamping intrumen validasi, peneliti juga menyusun instrumen observasi yang digunakan untuk mendapatkan data respon siswa terhadap penerapan Model PABP. d. Fase Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan menilai suatu produk apakah layak atau tidak. Kegiatan penilaian dalam penelitian pengembangan identik dengan kegiatan validasi produk yang telah didesain oleh peneliti. Sugiono menyatakan bahwa validasi desain merupakan proses menilai suatu rancangan produk, apakah lebih efektif atau tidak.113 Oleh sebab itu, kegiatan utama dalam fase evaluasi ini adalah validasi dan uji coba protipe. Validasi dilakukan terhadap produk atau prototipe yang sudah dikembangkan pada kegiatan konstruksi (model pembelajaran dan pendukung model). Validasi yang digunakan adalah validasi internal yaitu pengujian berdasarkan pendapat ahli dan praktisi terhadap rancangan produk.114 Menurut Sugiyono, ahli yang dimaksud adalah orang yang memiliki kualifikasi pendidikan doktor atau kompetensi level 9 KKNI.115 Validator ahli terdiri atas; pakar pendidikan akhlak, pakar pengembangan model pembelajaran, pakar desain (perencanaan) pembelajaran, dan pakar taksonomi pendidikan Islam. Adapun praktisi yang dimaksud adalah guru PAI bidang studi Aqidah Akhlak. Validator diberikan produk pengembangan model dan intrumen validasinya, dan diminta untuk

113Sugiyono, Metode Penelitian, 302.

114Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan: Research and Development untuk Bidang Pendidikan, Manajemen, Sosial, Teknik (Bandung: Alfabeta, 2016), 456-457.

68

memberikan validasi sehingga diperoleh data yang dapat digunakan untuk menganalisis validitas dan kepraktisan model. Berdasarkan hasil konsultasi dan validasi tersebut, dilaksanakan revisi terhadap prototipe sehingga siap digunakan untuk uji coba atau implementasi secara terbatas.

e. Fase Implementasi

Sebagai fase terakhir adalah penerapan model pembelajaran akhlak berbasis penalaran dilaksanakan dengan mempraktikkan semua komponennya oleh Guru PAI. Pada fase implementasi ini, dihasilkan data penelitian yang akan dianalisis untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran akhlak yang dilaksanakan dengan pendekatan teori kognitif atau penalaran moral.

Berdasarkan model pembelajaran yang telah divalidasi dan direvisi diujicobakan atau diimplemtasikan secara terbatas dengan tujuan untuk mendapatkan model pembelajaran akhlak berbasis penalaran yang baik, dan siap diimplementasikan. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah (1) melaksanakan ujicoba dengan menerapkan model pembelajaran di kelas, (2) melakukan analisis terhadap data hasil ujicoba, dan (3) melaksanakan revisi model pembelajaran. Pada kegiatan ini dihasilkan data tentang keefektifan model pembelajaran.

Pelaksanaan ujicoba, menggunakan desain eksperimen One-Group

Pretest-Posttest sebagai berikut:116

Gambar 3.1

Desain Eksperimen One-Group Pretest-Posttest

116John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, & Mixed Methode Approaches (London & Singapora, Sage Publications, 2014), 172.

69

Desain ini masuk dalam kategori Pre-Experimental, dimana ujicoba dilaksanakan hanya menggunakan kelas eksperimen, tanpa menggunakan kelas kontrol. Pelaksanaan ujicoba didahului dengan Pretest yang mengukur penalaran akhlak peserta didik, dilanjutkan dengan ujicoba Model PABP yang diberikan selama lima pertemuan, dan diakhiri dengan Posttest.