BAB III METODE PENELITIAN
3.7. Metode Pengolahan Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik analisa regresi sederhana. Teknik analisa regresi sederhana digunakan untuk menguji pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi dengan menggunakan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b (X) Dimana :
a = konstanta
b = koefisien regresi
Y = variabel tergantung (kecemasan menghadapi mutasi) X = variable bebas (efikasi diri)
3.8. Uji Asumsi 3.8.1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi berasal dari populasi yang terdistribusi normal sehingga dapat digeneralisasikan pada populasi. Pada penelitian ini pengukuran normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputerisasi SPSS 17.0 for Windows.
3.8.2. Uji Linearitas
Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (efikasi diri) dan variabel tergantung (kecemasan menghadapi mutasi) memiliki hubungan linier. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan software SPSS 17.0 for Windows. Hubungan yang linear antara variabel bebas dan tergantung dapat dilihat apabila nilai p < 0,05, sebaliknya apabila nilai p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dinyatakan tidak linear (Hadi, 2000).
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan secara keseluruhan sesuai dengan data yang telah didapatkan.
Pembahasan akan diawali dengan memberikan gambaran mengenai subjek dalam penelitian, dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisa terhadap hasil penelitian.
4.1. Analisa Data
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di KPP Pratama Lubuk Pakam sebanyak 60 orang. Berikut ini deskripsi umum dari subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia.
a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapar dilihat dan diketahui melalui tabel berikut:
Tabel 3.
Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
(N)
Persentase (%)
Laki-Laki 36 60 %
Perempuan 24 40 %
Total 60 100 %
Berdasarkan data pada tabel 1, diketahui bahwa jumlah subjek berjenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang (40%), sedangkan subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang (60%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari jumlah keselurahan subjek dalam penelitian ini lebih banyak subjek berjenis kelamin laki-laki.
b. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Gambaran umum subjek penelitian berdasarkan usia dikategorikan menggunakan teori Papalia, Old, dan Feldman (2007) yang mengungkapkan bahwa kategori dewasa terbagi menjadi tiga, yaitu:
dewasa awal (20–40 tahun), dewasa tengah/madya (41–65 tahun), dan dewasa akhir (> 65 tahun). berdasarkan kategori ini, maka gambaran umum subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat dan diketahui melalui tabel berikut:
Tabel 4.
Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia Jumlah
(N)
Persentase (%)
Dewasa Awal (20-40 tahun) 54 90 %
Dewasa Tengah (41-65 tahun) 6 10 %
Total 60 100 %
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian yang berada pada periode dewasa awal (20-40 tahun) berjumlah 54 orang (90%), subjek penelitian yang berada pada periode dewasa tengah/madya (41-65 tahun) berjumlah 6 orang (10%). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa subjek yang berada pada periode dewasa awal (20-40 tahun) lebih banyak daripada subjek yang berada pada periode dewasa tengah/madya.
4.2 Hasil Uji Asumsi Penelitian
Untuk melakukan analisis data, terdapat beberapa persyaratan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu, yaitu uji asumsi normalitas pada data residu variabel berupa skor dan uji linearitas untuk mengetahui bentuk korelasi antara tiap-tiap sampel. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 17.0 for Windows.
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual yang dianalisis telah terdistribusi sesuai dengan dasar-dasar dari distribusi normal sehingga dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Dalam penelitian ini, menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari pengujian ini dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikasi residu antar variabel data lebih besar dari 0,05.
Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Efikasi diri Kecemasan mutasi
Asymp. Sig (2-tailed) .200 .100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (p) yang diperoleh dari variabel efikasi diri adalah 0,200 dan nilai
signifikansi (p) yang diperoleh dari variabel kecemasan menghadapi mutasi adalah 0,100. Nilai signifikansi dari kedua variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Linearitas
Dalam penelitian ini dilakukan uji linearitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Teknik uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik Uji F. Data penelitian dapat dikatakan linear apabila hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung memiliki nilai signifikansi (p) < 0,05. Hasil uji linearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.
Hasil Uji Linearitas
Variabel
P Linearity
Pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan
menghadapi mutasi 0,000
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi linearitas yang diperoleh adalah 0,000. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini menunjukan hubungan yang linear karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dapat dikatakan bahwa data yang telah
diambil melalui penyebaran skala menunjukan data kedua variable linear karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
4.3. Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan serta landasan teori yang telah dikemukan dalam BAB II, bahwa terdapat hipotesa yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu terdapat pengaruh negatif pada efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi.
Tabel 7.
Tabel Anova Kecemasan Menghadapi Mutasi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1376.695 1 1376.695 4.752 .033a
Residual 16803.488 58 289.715
Total 18180.183 59
a. Predictors: (Constant), efikasi diri b. Dependent Variable: kecemasan mutasi
Tabel ANOVA dalam uji regresi linier sederhana digunakan untuk menunjukkan angka signifikansi untuk uji kelayakan model regresi dengan ketetuan angka probabilitas yang baik untuk digunakan sebagai model regresi ialah harus lebih kecil dari 0,05 (Pratisto, 2002). Berdasarkan table 7 ANOVA di atas diperoleh hasil nilai F = 4,752, derajat kebebasan (df) = 1, pada peluang kesalahan (p) = 0,033 < 0.05 yang berarti model regresi ini layak untuk memprediksikan pengaruh antar kedua variabel dan model regresi liner y = a + bx dapat digunakan.
Tabel 8
Tabel Koefisien Determinan (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .275a .076 .060 17.021
a. Predictors: (Constant), efikasi diri
Dari hasil pengujian koefisien determinan pada tabel di atas, maka dapat diketahi bahwa koefisien determinan (R-square) yang diperoleh dari pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi pada pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebesar 0,076 (R-square = 0,076). Hal ini menunjukan bahwa pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi pada pegawai adalah sebesar 7,6% yang berarti efikasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 7,6% dalam memunculkan kecemasan menghadapi mutasi.
Tabel 9
Koefisien Regresi Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi Mutasi
Coefficientsa
a. Dependent Variable: kecemasan mutasi
Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa persamaan garis regresi yang dihasilkan adalah Y = 83,813 - 0,989 X. Persamaan ini menunjukan bahwa apabila efikasi diri (X) memiliki nilai 0, maka kecemasan
menghadapi mutasi (Y) memiliki nilai positif sebesar 83,813. Koefisien regresi sebesar -0,989 menunjukan bahwa setiap penambahan satu satuan efikasi diri, maka menurunkan tingkat kecemasan menghadapi mutasi pada pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.
4.4. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian ini dilampirkan guna mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan.
Deskripsi data pokok yang dilampirkan adalah perbandingan rerata empiris dan rerata hipotetik penelitian serta distribusi skor perolehan berdasarkan kategori tertentu. Rerata empiris diperoleh dari respon yang diberikan oleh subjek, sedangkan rerata hipotetik diperoleh dari respon yang kemungkinan diperoleh subjek untuk jawaban yang diberikan pada skala. Dalam penelitian ini, skala yang diberikan adalah skala efikasi diri dan skala kecemasan menghadapi mutasi.
4.4.1 Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Efikasi Diri a. Deskripsi Data Efikasi Diri
Setelah uji reliabilitas dilakukan, terdapat 16 item yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dapat dianalisis dengan rentang nilai 0-4.
Dengan rintang nilai ini, maka total skor minimum yang diperoleh adalah 0, sedangkan total skol maksimum adalah 52. Sementara, berdasarkan data hasil penelitian di lapangan diperoleh skor minimum 19 dan skor maksimum 46. Perbandingan antara nilai empirik dan hipotetik untuk skala efikasi diri dapat diketahui dari tabel berikut:
Tabel 10.
Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik Efikasi Diri
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik
Skor
Mean SD Skor
Mean SD
Min Max Min Max
Efikasi Diri 12 0 52 26 4,66 18 46 32 4,66
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mean hipotetik efikasi diri adalah 26 dengan SD sebesar 4,66 dan mean empirik adalah 32 dengan SD sebesar 4,66. Apabila dilihat dari perbandingan antara mean hipotetik dan mean empirik, maka lebih besar mean empirik daripada mean hipotetik dengan selisih sebesar 6. Hal ini berarti bahwa tingkat efikasi diri subjek dalam penelitian ini tergolong lebih tinggi.
b. Kategorisasi Data Efikasi Diri
Kategorisasi data efikasi diri subjek dibagi kedalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Besar skor mean hipotetik efikasi diri adalah 26 dan SD adalah 4,5, sehingga diperoleh kategorisasi sebagai berikut.
Tabel 11.
Kategorisasi Data Efikasi Diri
Kategori Rentang Nilai N Persentase
(%)
Rendah X < 21,5 - 0 %
Sedang 21,5 ≤ X ≤ 30,5 14 23,33 %
Tinggi X > 30,5 46 76,67 %
Total 60 100 %
Untuk hasil kategori pada efikasi diri yang telah dilakukan, dapat diketahui terdapat 46 pegawai (76,67%) menyatakan bahwa efikasi diri yang dimiliki pegawai pajak di lingkungan KPP Pratama Lubuk Pakam tergolong tinggi dan 14 pegawai (23,33%) memiliki efikasi diri sedang.
4.4.2 Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Menghadapi Mutasi
a. Deskripsi Data Kecemasan Menghadapi Mutasi
Setelah uji reliabilitas dilakukan, terdapat 27 item yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dapat dianalisis dengan rentang nilai 0-4.
Dengan rintang nilai ini, maka total skor minimum yang diperoleh adalah 0, sedangkan total skol maksimum adalah 108. Sementara, berdasarkan data hasil penelitian di lapangan diperoleh skor minimum 8 dan skor maksimum 89. Perbandingan antara nilai empirik dan hipotetik untuk skala kualitas kehidupan kerja dapat diketahui dari tabel berikut:
Tabel 12.
Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik Kecemasan Menghadapi Mutasi
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik Skor
Mean SD
Skor
Mean SD
Min Max Min Max
Kecemasan 27 0 108 54 18 8 89 53 20,3
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mean empirik kecemasan sebesar 53 dan mean hipotetik sebesar 54 maka dapat diketahui bahwa mean empirik lebih kecil daripada mean hipotetik dengan selisih sebesar 1. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam pada penelitian ini tergolong dalam kategori sedang.
b. Kategorisasi Data Kecemasan Menghadapi Mutasi
Kategorisasi data kecemasan subjek dibagi kedalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Besar skor mean hipotetik kecemasan menghadapi mutasi adalah 54 dan SD adalah 18, sehingga diperoleh kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 13.
Kategorisasi Data Kecemasan Menghadapi Mutasi
Kategori Rentang Nilai N Persentase
(%)
Rendah X < 36 15 25 %
Sedang 36 ≤ X ≤ 72 33 55 %
Tinggi X > 72 12 20 %
Total 60 100 %
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 15 pegawai (25%) menyatakan bahwa kecemasan menghadapi mutasi pada pegawai pajak di lingkungan KPP Pratama Lubuk Pakam tergolong rendah, 33 pegawai (55%) memiliki kecemasan yang sedang, dan ada 12 orang (20%) pegawai yang memiliki kecemasan yang tinggi.
4.5 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mutasi pada Pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi dengan taraf signifikansi (p) antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mutasi adalah 0,033. Karena taraf signifikan (p) sebesar 0,033 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak pada taraf signifikan (p) < 0,05. Hipotesis diterima bahwa terdapat pengaruh efikasi diri terhadap tingkat kecemasan menghadapi mutasi pada Pegawai Negeri Sipil KPP Pratama Lubuk Pakam.
Efikasi diri didefinisikan sebagai penilaian seseorang atas keyakinan dirinya terhadap kemampuan yang mereka miliki untuk memilih tindakan yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan tertentu (Bandura, 1999). Efikasi diri menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki individu dalam menghadapi situasi yang akan datang yang belum diketahui atau
sering kali penuh tekanan. Seseorang dengan efikasi diri tinggi maka semakin besar juga kepercayaan diri individu terhadap kesanggupannya untuk berhasil dalam mencapi tujuan. Sebaliknya individu dengan efikasi diri yang rendah, mereka tidak yakin akan ancaman maupun tantangan dihadapi dengan kecemasan yang tinggi (Bandura, 1997).
Feist & Feist (2000) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan yang tinggi maka mereka biasanya memiliki efikasi diri yang rendah, sementara mereka yang memiliki efikasi diri tinggi merasa mampu mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa semakin tinggi efikasi diri pegawai maka tingkat kecemasannya dalam menghadapi mutasi semakin rendah, begitu pula sebaliknya semakin rendah efikasi diri pegawai maka tingkat kecemasannya dalam menghadapi mutasi juga akan semakin tinggi.
Hasil kategorisasi efikasi diri menunjukkan bahwa rata-rata pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam berada pada kategori tinggi dimana terdapat 46 pegawai (76,67%), sedangkan pada skor kecemasan rata-rata pegawai berada dalam kategori sedang berjumlah 33 pegawai (55%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor efikasi diri maka semakin rendah kecemasan pada pegawai tersebut. Bandura (2006; 3) menyebutkan bahwa efikasi diri mempengaruhi apakah seseorang berpikir inkonsisten atau strategis, optimis atau pesimis, mempengaruhi tindakan yang dipilih, tantangan dan tujuan yang mereka atur serta komitmen mereka terhadapnya, seberapa banyak usaha yang dilakukan, seberapa besar hasil
yang diharapkan, seberapa lama mampu bertahan dalam menghadapi rintangan, resiliensi terhadap rintangan, kualitas kehidupan emosional, seberapa banyak stres dan depresi yang mereka alami dalam menghadapi tuntutan lingkungan, dan pilihan kehidupan yang mereka buat serta pencapaian yang telah mereka capai. Dalam hal ini tantangan yang dihadapi oleh para pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam adalah mutasi pekerjaan yang tidak pernah pasti tempat dan waktunya. Para pegawai harus siap kapan dan dimana mereka akan di mutasi oleh instansi mereka.
Menurut Bandura (1999) efikasi diri menentukan bagaimana individu merasakan sesuatu, berfikir, memotivasi diri sendiri dan juga perilaku mereka. Individu dapat bertahan dalam menghadapi tantangan atau kegagalan dalam menentukan dan menjalani pilihan masa depannya dipengaruhi oleh keyakinan mereka. Dalam penelitian ini, pegawai yang dapat menerima mutasi dan bertahan dalam menghadapi segala tantangan di pekerjaan barunya dipengaruhi oleh seberapa yakin mereka pada kemampuan yang mereka miliki. Tingkat efikasi diri yang dimiliki oleh sebagian besar subjek penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan mean empirik yang lebh besar dari mean hipotetik, yaitu sebesar 32 dengan standar deviasi 4,66. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi efikasi diri, yaitu tingkat, keadaan umum, dan kekuatan, sebagian besar telah dimiliki oleh subjek pada peneltian yaitu sebanyak 46 pegawai atau 76,67% dari 60 pegawai yang dimutasi. Subjek penelitian lainnya yang tidak tergolong dalam kategori tinggi tersebar dalam kategori sedang dan rendah. Perbedaan tingkatan efikasi diri pada pegawai ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri itu sendiri, yaitu mastery experiences, vicarious experiences, dan social persuasion.
Menurut Bandura (1999), faktor mastery experiences merupakan pengalaman individu akan keberhasilannya dalam menyelesaikan persoalan yang memperkuat keyakinan atas kemampuan yang ia miliki.
Terbentuknya penilaian yang kuat akan menempatkan efikasi diri individu secara mantap, sehingga ia dapat memilah secara tepat permasalahan apa saja yang mampu ia tuntaskan sejalan dengan kapasitasnya.
Salah satu pegawai yang merupakan seorang senior di lingkungan KPP Pratama Lubuk Pakam, berinisial N mengatakan bahwa awal mula ia mendapatkan mutasi juga merasa ragu untuk menerimanya karena merupakan pengalaman pertama bagi beliau. Namun, karena ketetapan yang dibuat oleh instansi maka ia harus menerima penempatan kerja di salah satu daerah di Jawa Timur. Setelah menerima beberapa kali mutasi ke berbagai daerah, ia merasa sudah terbiasa dan tidak lagi timbul kekhawatiran ataupu rasa cemas, sekalipun ia sudah berkeluarga. Istri dan anak-anaknya mendukung pekerjaannya, sebagai seorang PNS yang harus mengikuti mutasi di mana saja. Ia mengatakan bahwa istri dan anak-anaknya mendukung pekerjaannya dan yakin bahwa ia dapat melewati setiap pekerjaan dan tantangan baru dengan baik. Ia juga mengatakan dengan adanya mutasi, ia mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa menjadikan dirinya seperti saat ini.
Data yang didapatkan dari narasumber N menunjukkan bahwa faktor pengalaman individu (mastery experiences) dapat memperkuat keyakinan
atas kemampuan yang ia miliki (Bandura,1999). Ia yakin bahwa pengalamannya tersebut yang membawa kesuskesan usaha yang ia rasakan hingga sekarang menjadi seorang yang memiliki jabatan yang cukup tinggi di lingkungan instansi tempat ia bekerja. Selain itu, faktor dari lingkungan sosial juga turut memperkuat keyakinan individu akan kemampuan yang dimiliki (Bandura, 1999). Bentuk dukungan terhadap kecakapan yang dimiliki menjadikan N terdorong untuk berusaha merealisasikan harapan dari keluarganya.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi kecemasan yaitu faktor kognitif. Kecemasan dititikberatkan pada proses persepsi yang dapat mengganggu pertimbangan atau pikiran individu tentang tantangan yang dihadapi. Ketika individu mengalami kecemasan, maka orang tersebut akan mengalami gangguan pikiran mengenai tantangan yang dihadapi, secara sederhana individu tersebut mengalami perubahan dalam berpikir dan berperilaku. Individu mungkin juga berlebihan dalam mempertimbangkan alam atau kenyataan dari ancaman maupun ketidakmampuan dirinya untuk mengatasi ancaman dengan cara yang efektif.
Begitu juga pada pegawai yang mengalami kecemasan menghadapi mutasi, dimana pegawai tersebut kehilangan rasa percaya dirinya. Mutasi dianggap sebagai sebuah tantangan yang sedang dihadapi sehingga timbulnya kecemasan dan hilangnya kepercayaan diri dalam hal berpikir atau bertingkah laku. Namun bagi pegawai yang memiliki efikasi diri,
kecemasan menghadapi mutasi menjadi salah satu tantangan yang menari bagi dirinya.
Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat beberapa pegawai yang tingkat kecemasannya tinggi dengan total 11 (18,3%) dari 60 subjek penelitian. Perbedaan tingkat kecemasan yang dialami pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahwa yang mengancam; merasa berdosa atau bersalah karena melalukan berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Pada tabel 8 uji koefisien determinasi memperlihatkan nilai koefisien determinasi sebesar 7,6% yang memiliki makna bahwa besarnya sumbangan efektif pengaruh variabel efikasi diri pegawai terhadap variabel kecemasan menghadapi mutasi adalah 7,6%, sedangkan sisanya yaitu 92,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Bandura (dalam Alwisol 2009; 288) menyatakan bahwa keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan tersebut. Emosi yang kuat, takut, cemas, dan stres dapat mengurangi efikasi diri yang dimiliki pegawai dalam bekerja. Emosi yang dirasakan para pegawai dapat disebabkan karena adanya job insecurity.
Emosi yang dimunculkan karyawan dalam kondisi job insecurity dapat berupa rasa tidak senang terhadap pekerjaan, kecemasan, depresi, dan berkurangnya rasa percaya diri karyawan yang akan berdampak terhadap tidak terselesaikannya target kerja yang telah ditentukan organisasi.
Smithson dan Lewis (2000) mengartikan job insecurity sebagai kondisi psikologis seseorang (pegawai) yang menunjukkan rasa bingung
atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi lingkungan yang berubah-ubah (perceived impermanance). Kondisi ini muncul karena banyaknya jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau pekerjaan kontrak. Makin banyaknya jenis pekerjaan dengan durasi waktu yang sementara atau tidak permanen, menyebabkan semakin banyaknya karyawan yang mengalami job insecurity.
Pekerjaan yang berjangka pendek akan mengakibatkan ketidakpastian.
Menurut Green (2003) job insecurity merupakan ketidakpastian yang menyertai suatu pekerjaan yang menyebabkan rasa takut atau tidak aman terhadap konsekuensi pekerjaan tersebut yang meliputi ketidakpstian penempatan atau ketidakpastian masalah gaji serta kesempatan mendapatkan promosi atau pelatihan. Faktor-faktor penyebab job insecurity adalah karakteristik individu itu sendiri yang meliputi umur.
Bertambahnya umur seseorang maka akan semakin berkurang produktivitasnya dan akan menimbulkan job insecurity pada diri individu tersebut. Selain itu, faktor kesesuaian antar kepribadian dan pekerjaan.
Apabila karyawan merasa tidak sesuai atau merasa tidak cocok dengan pekerjaan yang dilakukannya maka karyawan akan merasa tidak aman atau mengalami job insecurity. Tingkat kepuasan kerja juga menjadi faktor penyebab job insecurity. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda sehingga apabila terdapat seorang individu yang sudah puas dengan hasil kerjanya maka belum tentu individu lainnya merasa puas, sehingga individu yang merasa tidak puas tersebut dapat mengalami job insecurity. Faktor terakhir yang juga menjadi penyebab seorang
pegawai merasakan job insecurity adalah status perkawaninan (Robbins dalam Setiawan, 2009; 7).
Dilihat dari faktor status pernikahan, job insecurity akan lebih dirasakan pegawai yang memiliki pasangan (suami atau istri) dan anak jika dibandingkan dengan pegawai yang belum menikah. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh salah satu narasumber yang berinisial NN. Ia merupakan pegawai yang memiliki suami dan 2 orang anak. NN mengatakan bahwa dirinya cukup sulit untuk menerima kebijakan mutasi pada waktu itu. Hal pertama yang membuat dirinya merasa berat untuk menerima mutasi karena harus meninggalkan 2 orang anak yang masih berusia sekolah dasar. Ia mengatakan bahwa sulit sekali untuk meninggalkan anak-anak dalam waktu yang tidak dapat dipastikan. NN merasa khawatir bila harus meninggalkan anak-anaknya pada saat usia mereka masih terbilang kecil untuk ditinggal oleh seorang ibu. Menurut NN usia anak-anak pada waktu itu masih rentan untuk ditinggal apalagi tanpa pengawasan dari orangtua yang keduanya bekerja.
Menurut Green (2003) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi job insecurity dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang meliputi lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikis, kondisi di luar lingkungan kerja,
Menurut Green (2003) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi job insecurity dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang meliputi lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikis, kondisi di luar lingkungan kerja,