PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
DIREKTORAT JENDRAL PAJAK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
ALIA SHINTA DEWI 131301094
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kecemasan Menghadapi Mutasi Pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak
Alia Shinta Dewi dan Fahmi Ananda
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak di KPP Pratama Lubuk Pakam untuk mengetahui pengaruh efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi mutasi. Populasi penelitian ini adalah pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam berjumlah 90 orang. Adapun instrument pengumpulan data yang digunakan adalah skala efikasi diri dan skala kecemasan menghadapi mutasi. Setelah data diperoleh, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh negatif antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mutasi pada Pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri para pegawai, maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi mutasi dan semakin rendah efikasi diri yang dimiliki, akan semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi mutasi.
Kata Kunci : Efikasi Diri, Kecemasan, Mutasi
The Effects of Self-Efficacy on Anxiety Facing the Mutations in Civil Servants of the Directorate General of Taxtation
Alia Shinta Dewi & Fahmi Ananda
ABSTRACT
This research was conducted on Civil Servant of the Directorate General of Taxation in KPP Pratama Lubuk Pakam to know the influence of self- efficacy with anxiety facing the mutation. The population of this research was an 90 employees of KPP Pratama Lubuk Pakam. The instrument that used for collecting data were self-efficacy scale and anxiety facing the mutations scale. Data was processed and analyzed by using statistical regression analysis. Based on the results, it is concluded that there is a negative effects of self-efficacy on anxiety facing the mutations of civil servants in KPP Pratama Lubuk Pakam. The data obtained in this study shows that the higher self-efficacy of employees, the lower the anxiety to face the mutations.
Key Words : Self-efficacy, Anxiety, Mutations
KATA PENGANTAR
Segala puji dan ucapan syukur saya panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kemampuan, kesehatan, dan kekuatan yang telah dilimpahkanNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kecemasan Menghadapi Mutasi Pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak”. Penyusunan skripsi ini diajukan guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyelesaian penelitian ini, peneliti mendapatkan banyak dukungan, bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Zulkarnain Ph.D., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
2. Abang Fahmi Ananda, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing seminar dan skripsi yang telah mau memberikan waktu, arahan, dukungan, dan saran sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Kak Siti Zahreni, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi arahan dalam proses perkuliahan.
4. Bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku dosen penguji yang bersedia memberikan waktu, masukan dan arahan dalam proses penyelesaian dan penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara atas pengajaran dan ilmu yang telah diberikan, kiranya ilmu ini dapat berguna dan diterapkan dengan baik oleh penulis.
6. Kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I yang telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian di KPP Pratama Lubuk Pakam.
7. Papa, Mama yang senantiasa memberikan doa, dukungan dalam bentuk apapun, dan semangat kepada penulis.
8. Kepada abang-abang saya Andreas Julyardi, Anthonius Wibowo, dan Arthur Wibisono yang setiap hari terus mengingatkan saya supaya segera menyelesaikan skripsi sampai akhirnya skripsi ini selesai.
9. Seluruh keluarga besar Simbolon dan Silitonga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan doa serta semangat yang tak henti-hentinya diberikan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada teman-teman seperjuangan saya, Ibrena Putri Teresa, Devi Silvana, Ice Kristiana, Rizki Situmorang dan Cynthia Christian yang sudah menemani, membantu selama masa perkuliahan dari awal semester hingga akhirnya bisa menyelesaikan skripsi.
11. Rizka Amalia Lubis, Shinta Cynthia Lubis dan Ade Bella, yang memberikan semangat kepada penulis dan menemani penulis dalam proses pengerjaan skripsi hingga akhir.
12. Sahabat saya Muhammad Aga yang juga selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini serta menghibur, menyemangati saya disaat mencapai titik jenuh.
13. Teman satu dosen pembimbing seminar, Dessy Awalia dan Rika Arcella karena sudah memberikan semangat dan membantu dalam penyelesain skripsi ini.
14. Pihak-pihak yang terlibat dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak dalam penyempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 14Agustus 2017 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
a. Manfaat Teoritis ... 7
b. Manfaat Praktis ... 7
1.5. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Kecemasan Menghadapi Mutasi ... 9
2.1.1. Definisi Kecemasan Menghadapi Mutasi ... 9
2.1.2. Aspek-Aspek Kecemasan ... 11
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ... 12
2.2. Efikasi Diri ... 14
2.2.1. Definisi Efikasi Diri ... 14
2.2.2. Aspek-aspek Efikasi Diri ... 14
2.2.3. Dimensi Efikasi Diri ... 16
2.2.4. Ciri-ciri Efikasi Diri Tinggi dan Rendah ... 18
2.3. Mutasi ... 19
2.3.1. DefinisiMutasi ... 19
2.3.2. Pola-pola Mutasi ... 20
2.3.3. Mutasi pada PNS Direktorat Jenderal Pajak ... 20
2.4. Dinamika Antar Variabel ... 21
2.5. Hipotesa Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
3.1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 24
3.2. Definisi Operasional ... 24
3.2.1. Efikasi Diri ... 24
3.2.2. Kecemasan Menghadapi Mutasi ... 24
3.3. Populasi dan metode Pengambilan Sampel ... 25
3.3.1. Populasi ... 25
3.4. Instrument/ Alat Ukur yang Digunakan ... 25
3.4.1. Efikasi Diri ... 27
3.4.2. Kecemasan Menghadapi Mutasi... 27
3.5. Validitas dan Reliabilitas ... 28
3.5.1. Uji Validitas... 28
3.5.2. Uji Reliabilitas ... 29
3.6. Prosedur Penelitian ... 30
3.6.1. Persiapan Penelitian... 30
3.6.2. Pelaksanaan Penelitian ... 31
3.6.3. Pengolahan Data ... 32
3.7. Metode Pengolahan Data ... 32
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1. Analisa Data ... 34
4.1.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 34
4.2. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 36
4.2.1. Uji Normalitas ... 36
4.2.2. Uji Linearitas ... 37
4.3. Hasil Penelitian ... 38
4.4. Deskripsi Data Penelitian ... 40
4.4.1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Efikasi Diri ... 40
4.4.2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Kecemasan ... 42
4.5. Pembahasan ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1. Kesimpulan ... 54
5.2. Saran ... 54
5.2.1. Saran Metodologis ... 55
5.2.2. Saran Praktis ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Efikasi Diri ... 27
Tabel 2. Blue Print Skala Kecemasan ... 28
Tabel 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34
Tabel 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia... 35
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas ... 36
Tabel 6. Hasil Uji Linearitas ... 37
Tabel 7. ANOVA Kecemasan Menghadapi Mutasi ... 38
Tabel 8. Koefisien Determinan ... 39
Tabel 9. Koefisien Regresi Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi Mutasi ... 39
Tabel 10. Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik Efikasi Diri ... 41
Tabel 11. Kategorisasi data Efikasi Diri ... 42
Tabel 12. Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik Kecemasan Menghadapi Mutasi ... 43
Tabel 13. Kategorisasi Data Kecemasan Menghadapi Mutasi... 44
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : Reliabilitas Alat Ukur LAMPIRAN B : Uji Asumsi
LAMPIRAN C : Hasil Utama Penelitian LAMPIRAN D : Blueprint Skala
LAMPIRAN E : Alat Ukur Penelitian
LAMPIRAN F : Surat Izin Pengambilan Data
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur dan abdi negara memiliki tugas pokok sebagai pelayan masyarakat yang dituntut untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mereka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Upaya untuk pembinaan dan pengembangan Pegawai Negeri Sipil penting untuk dikelola dan ditingkatkan dayaguna dan hasil gunanya bagi tujuan-tujuan pembangunan.
Setiap organisasi memiliki sumber daya terpenting yaitu sumber daya manusia. Salah satu implikasinya ialah bahwa sumber daya manusia merupakan investasi terpenting yang dilakukan oleh organisasi tersebut.
Namun, saat ini yang harus dihadapi oleh setiap organisasi ialah seberapa besar investasi harus dibuat dalam rangka pengembangan sumber daya manusia tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak untuk bisa menghadapi tuntutan tugas masa sekarang dan tuntutan di masa depan (Ritonga, 2010).
Salah satu wujud pembinaan dan pengembangan PNS dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia ialah dengan adanya pengembangan karier. Hal ini merupakan proses yang dirancang untuk memberikan kepuasan kerja kepada para pegawai. Proses pengembangan
karier ini menjadi penting untuk dapat mempertahankan dan menyempurnakan kualitas pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan hasil dari sumber data peningkatan kepegawaian Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak diperoleh informasi bahwa dalam rangka pembinaan terhadap pegawai, maka kantor menjalankan program pengembangan karir pada pegawai untuk meningkatkan dan meningkatkan potensi masing-masing pegawai. Pengembangan karir yang dilakukan ini adalah dengan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk mengikuti mutasi pegawai atau mengirim pegawai ke instansi lain, memberikan peluang untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini berguna untuk meningkatkan optimalitas dalam bekerja, pengetahuan serta keterampilan.
Mutasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sebuah organisasi.
Mutasi adalah suatu perubahan posisi, jabatan maupun tempat pekerjaan yang dilakukan pimpinan organisasi kepada seorang pegawai baik secara horizontal maupun vertikal dalam suatu organisasi. Tujuan dari pemberian mutasi kepada pegawai ialah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam perusahaan (pemerintahan) tersebut (Hasibuan, 2011). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mutasi merupakan perpindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan lainnya baik sejajar maupun ke atas atau naik pangkat.
Mutasi tidak terlepas dari alasan untuk mengurangi rasa bosan pegawai kepada pekerjaan serta meningkatkan motivasi dan semangat kerja pegawai. Mutasi pada pegawai negeri sipil di lingkungan Kementrian
Keuangan dilakukan karena perlu adanya penyegaran terhadap tugas dan wewenang yang telah diemban oleh seorang pegawai di daerah maupun kota. Kementrian Keuangan juga telah menetapkan kebijakan bahwa pegawai di suatu tempat dan posisi maksimal dimutasi dalam jangka waktu 3 tahun sekali. Pertimbangan mutasi yang dilakukan sekali dalam 3 tahun terhadap petugas pajak yang sudah mengenal wajib pajak sehingga perlu dilakukan penyegaran agar tidak mengalami kebosanan. Adapun pola mutasi jabatan karir di lingkungan Kementrian Keuangan terbagi dalam tiga jenis pola, yaitu perpindahan jabatan vertikal, jabatan horizontal dan jabatan diagonal (http://kemenkeu.go.id)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai disebutkan bahwa instansi ini (Direktorat Jenderal Pajak) memiliki ketetapan mutasi.
Mutasi selalu ada kapan saja dan dimana saja. Pegawai tidak akan pernah mengetahui kapan ia akan di mutasi namun satu hal yang pasti, yaitu mutasi merupakan ketetapan wajib untuk pegawai yang sudah mengenai wajib pajak 3 tahun.
Namun pada kenyataannya, masih ada pegawai pajak yang tidak siap menghadapi mutasi, sekalipun pada umumnya setiap individu menginginkan kemajuan dalam hidupnya akan tetapi tidak berarti bahwa semua pegawai mau menerima mutasi. Bagi pegawai yang tidak siap menghadapi mutasi diantaranya memiliki alasan tertentu. Mereka akan mengalami gejala kecemasan seperti gelisah, lesu dan takut. Hal tersebut didapat dari wawancara tidak langsung dengan beberapa pegawai yang bekerja di salah satu Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang yang bekerja sebagai pegawai pajak di lingkungan Kementrian Keuangan, mereka mengatakan bahwa menerima atau menolak mutasi adalah keputusan yang sulit.Salah seorang pegawai menyebutkan bahwa mutasi bukanlah hal yang baru dan menakutkan yang harus diratapi.Mutasi ini diidentikkan sebagai salah satu bentuk penyegaran dalam melaksanakan tugas dan karier ditempat kedudukan yang baru. Terkadang mutasi mendatangkan suka dan duka bagi pegawai. Disebutkan bahwa duka yang dialami ketika pegawai belum mau menerima mutasi sebagai bentuk penyegaran dalam berkarir, karena mutasi yang dialami belum sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya sehingga berdampak negatif bagi pegawai yang kurang memahami tugasnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.
Sedangkan mereka yang sulit menerima mutasi mengatakan, sebenarnya ingin mengembangkan karir mereka namun terdapat narasumber yang menyatakan dirinya cemas ketika menghadapi mutasi dari instansi mereka. Mereka takut jika lokasi penempatan yang baru tidak membuat diri mereka nyaman, sulit untuk beradaptasi dan menjadi tidak optimal dalam bekerja.
Kecemasan merupakan hal wajar yang dialami oleh setiap manusia.
Kecemsan dianggap sebagai bagaian dari kehidupan sehari-hari. Setiap individu pasti pernah mengalami kecemasan. Menurut Spielbeger (2007), kecemasan merupakan emosi yang terdiri dari pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan, sensansi tidak menyenangkan dan perubahan fisik yang terjadi pada individu dalam menanggapi situasi atau stimulus yang
dianggap mengancam atau berbahaya bagi inidividu tersebut. Kemudian Craig (dalam Rachmad, 2009) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan tidak tenang, rasa khawatir maupun ketakutan individu terhadap sesuatu yang masih belum jelas atau tidak diketahui.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi suatu kecemasan. Salah satu faktornya ialah efikasi diri yang berbeda-beda pada setiap individu. Efikasi diri adalah keyakinan yang dimiliki sesorang akan kemampuannya dan juga hasil yang akan diperoleh dari kerja kerasnya dimana hal tersebut mempengaruhi cara seseorang itu berperilaku (Bandura, 1997). Selain itu, Bandura juga menyatakan bawha efikasi diri merupakan keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai dan memperoleh hasil yang positif.
Dalam melaksanakan berbagai tugas, individu dengan efikasi diri yang tinggi akan berkinerja dengan sangat baik. Mereka dengan senang hati menghadapi setiap tantangan (Bandura, 1997). Individu dengan efikasi diri yang tinggi memiliki ciri-ciri antara lain, dapat menangani masalah yang dihadapi secara efektif; yakin terhadap keberhasilan menghadapi masalah; gigih dalam usaha menyelesaikan masalah dan memandang masalah sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi bukan untuk dihindari.
Efikasi diri dan kecemasan terkait, individu yang merasa tidak efektif dalam menangani suatu masalah dalam hidupnya akan menjadi cemas memikirkan bagaimana ia akan menangani masalah tersebut ketika muncul (Lalita, 2014). Seseorang dengan kecemasan tinggi akan menghambat
keberhasilannya sendiri (Gadheri & Salehi 2011). Selain itu, Maddux (dalam Richdayanti, 2003 menyatakan bahwa kecemasan dapat dipengaruhi oleh efikasi diri. Seseorang yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi akan memiliki kemampuan diri lebih baik, lebih dapat mempengaruhi situasi dan dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya dengan baik sehingga individu tidak merasa terancam dan aman.
Efikasi diri menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi sebuah situasi yang akan datang yang tidak dapat diramalkan dan mungkin penuh dengan tekanan.
Hartono (2012), mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara efikasi diri terhadap tingkat kecemasan. Hal ini berarti bahwa apabila nilai pada variabel efikasi diri mengalami kenaikan atau tinggi maka nilai variabel kecemasan menghadapi mutasi para pegawai menjadi rendah.
Dari penjelasan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh efikasi diri pada pegawai pajak terhadap kecemasan menghadapi mutasi.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap kecemsan menghadapi mutasi pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak.
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan akan diperoleh manfaat antara lain:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi masukan bagi ilmu psikologi khususnya psikologi industri dan organisasi mengenai efikasi diri dan kecemasan. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan akan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian sehingga hasil penelitian dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.
b. Manfaat Praktis
Sebagai refrensi bagi para Pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya KPP Pratama Lubuk Pakam untuk dapat mengetahui efikasi diri yang dimiliki pegawai dan tingkat kecemasan yang dimiliki sehingga dapat lebih siap dalam menghadapi mutasi.
1.5. Sistematikan Penelitian
Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini berisikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam penelitian yaitu definisi efikasi diri, dimensi dari efikasi diri, dan faktor- faktor yang mempengaruhi efikasi diri. Selain itu, tinjauan teoritis mengenai definisi kecemasan dan sumber-sumber kecemasan serta definisi mutasi. Pada Bab II juga dituliskan dinamika antar variabel dan hipotesa penelitian.
Bab III METODE PENELITIAN
Pada bab ini meliputi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan sampling, metode pengambilan data serta metode analisa data yang digunakan dalam penelitian dan prosedur pengambilan data.
Bab IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian mengenai analisa data, hasil uji asumsi penelitian, hasil penelitian, deskripsi data penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan uraian mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan Menghadapi Mutasi
2.1.1 Definisi Kecemasan Menghadapi Mutasi
Kecemasan yang merupakan salah satu dari emosi manusia yang mendasar dapat dipandang melalui berbagai definisi. Taylor (1953) dalam dalam Tailor Manifest Anxiety Scale (TMAS), mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Kecemasan merupakan perasaan khawatir yang dialami seseorang ketika mengalami hal- hal yang
dianggap sebagai suatu hambatan, ancaman, keinginan pribadi serta suatu peristiwa yang akan datang.
Kecemasan juga tidak terlepas dari kehidupan pegawai negeri sipil Menurut Ambarita (2015), untuk mewujukan pegawai yang sempurna, maka perlu adanya pembinaan dan diadakan pengembangan pada pegawai.
Salah satu bentuk dari pengembangan terhadap pegawai adalah mutasi sebagai bentuk atau wujud dari dinamika organisasi yang dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan organisasi. Mutasi merupakan perpindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain baik sejajar maupun ke atas atau naik pangkat (KBBI, 2012).
Menurut Ambarita (Adelina, 2015), mutasi tidak terlepas dari alasan untuk mengurangi rasa bosan pegawai terhadap pekerjaan serta meningkatkan motivasi serta semangat kerja pegawai. Dalam pelaksanaan mutasi harus benar-benar berdasarkan penilaian objektif dan didasarkan atas prestasi yang dicapai oleh pegawai mengingat sistem pemberian mutasi dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi pegawai untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Pada kenyataannya, banyak pegawai yang tidak siap menghadapi mutasi sehingga menimbulkan kecemasan pada pegawai. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh pegawai.
Kecemasan mutasi yang dialami oleh para pegawai dapat disimpulkan sebagai perasaan khawatir yang dialami para pegawai ketika menghadapi hal-hal yang dianggap sebagai suatu hambatan, ancaman serta suatu
persitiwa yang akan datang dimana peristiwa yang dimaksud adalah mutasi dari tempat bekerja.
2.1.2 Aspek-aspek Kecemasan
Menurut Greenberger dan Padesky (2004) mengelompokkan menjadi 4, yaitu:
1. Reaksi fisik
Reaksi fisik yang terjadi pada orang yang cemas meliputi telapak tangan berkeringat, otot tegang, jantung berdebar-debar (berdegup kencang), pipi merona, pusing-pusing dan sulit bernafas. Reaksi fisik ini dapat berlangsung lama maupun sebentar tergantung pada lama tidaknya situasi yang dihadapinya.
2. Pemikiran
Orang yang cemas biasanya memikirkan bahaya secara berlebihan, menganggap dirinya tidak mampu mengatasi masalah, tidak menganggap penting bantuan yang ada dan khawatir serta berpikir tentang hal yang buruk. Seseorang yang cemas, memiliki pemikiran- pemikiran yang negatif mengenai mampu tidaknya Ia menghadapi sesuatu. Pemikiran dapat berupa perasaan tidak mampu, merasa tidak memiliki keahlian, tidak siap dan sebagainya.
3. Perilaku
Orang yang cemas akan berperilaku menghindari situasi saat kecemasan bisa terjadi, meninggalkan situasi ketika kecemasan mulai terjadi dan mencoba melakukan banyak hal secara sempurna dan mencoba mencegah bahaya. Cemas ini biasanya ditandai dengan
adanya usaha untuk menghindari situasi tersebut. Perilaku ini terjadi dikarenakan individu merasa dirinya terganggu dan merasa tidak nyaman
4. Suasana hati
Suasana hati seseorang yang sedang cemas meliputi perasaan gugup, jengkel, dan panic. Suasana hati juga dapat berubah secara tiba-tiba ketika orang tersebut dihadapkan pada kondisi yang memunculkan kecemasan tersebut. Perasaan gugup dan panik dapat memunculkan kesulitan dalam memutuskan sesuatu.
Bandura (dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2005) menyatakan bahwa apabila seseorang percaya bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk menanggulangi tantangan-tantangan penuh stres yang dihadapi dalam hidupnya, maka ia akan merasa semakin cemas menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Orang dengan efikasi diri yang rendah cenderung untuk berfokus pada ketidak adanya kekuatan yang dipersepsikannya.
Sedangkan individu yang efikasi diri tinggi cenderung memiliki kecemasan yang rendah, hal ini dikarenakan individu tersebut memiliki kepercayaan diri, keyakinan akan kemampuannya, keyakinan mencapai target yang sudah ditetapkan, dan keyakinan akan kemampuan kognitifnya.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Daradjat (1983), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Bandura (dalam Safaria & Saputra, 2009) juga menyebutkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam kecemasan ialah efikasi diri. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih dapat mentoleransi atau menahan rasa sakit, stres dan situasi–situasi yang menimbulkan kecemasan atau ketegangan daripada individu yang memiliki efikasi diri yang rendah.
Halungunan (2015) menyatakan bahwa efikasi diri yang rendah ditunjukkan dengan karyawan yang merasa kecewa dan takut bila hasil pekerjaannya kurang maksimal atau mengalami kegagalan, cenderung lebih emosional, cepat tersinggung dan sering cemas mengenai hasil pekerjaannya.
2.2 Efikasi Diri
2.2.1 Definisi Efikasi Diri
Efikasi diri diturunkan dari teori kognitif sosial (social cognitif theory) hal tersebut dikemukakan oleh Bandura. Menurut Bandura (1997), efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian tertentu.
Keyakinan seseorang dapat mempengaruhi tindakan mereka untuk memilih, seberapa besar usaha yang mereka lakukan dalam mencapai apa yang diinginkan, dan berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan atau kegagalan dalam menentukan dan menjalani pilihan masa depannya. Seseorang yang yakin akan kemampuannya dapat optimis menghadapi tantangan baru, dan menetapkan tujuan yang tinggi bagi diri mereka sendiri (Bandura, dalam Matlin, 1999).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Efikasi diri menentukan bagaimana seseorang merasakan, berpikir, dan memotivasi diri mereka serta bertindak.
2.2.2 Aspek-aspek Efikasi Diri
Efikasi diri menurut Bandura memiliki 3 aspek yaitu:
a. Nilai hasil (Outcome Value)
Merupakan nilai kebermaknaan atas hasil yang diperoleh individu.
Nilai hasil yang sangat berarti mempengaruhi secara kuat motif
individu untuk memperoleh kembali. Menurut Bandura, individu tersebut mampu mengevaluasi hasil dari perilaku yang ditunjukkan.
b. Pengharapan hasil (Outcome Expectancy)
Merupakan harapan kemungkinan hasil dari perilaku. Artinya jika individu menunjukkan perilaku didalamnya mengandung harapan akan memperoleh hasil dari perilakunya. Misal; jika saya tekun, maka saya akan berhasil. Pengharapan hasil ini dipengaruhi afeksi dan kognisi yaitu pegawai pasti meraih tujuan, merasa yakin dan mempunyai bayangan strategi untuk mencapai bayangan tersebut.
Dalam situasi pekerjaan yang kompetitif, pengharapan hasil yang terlalu tinggi dalam diri pegawai akan menimbulkan kecemasan akan adanya kegagalan dari usaha yang dilakukan pegawai.
c. Pengharapan efikasi (Efficacy Expectancy)
Merupakan harapan atas munculnya perilaku atau kinerja yang dipengaruhi oleh persepsi individu pada kemampuan kinerjanya berkaitan dengan hasil. Artinya harapan akan munculnya suatu perilaku yang mana harapan itu dibentuk dari persepsi kinerjanya yang diperoleh dari proses indrawi. Harapan afeksi ini dipengaruhi oleh afeksi yaitu pegawai merasa ragu-ragu akan kemampuannya, merasa tidak yakin, merasa cemas dalam menghadapi kesulitan, misal: saya yakin saya mampu mengerjakan tugas. Dalam situasi kerja yang kompetitif, pegawai yang merasa ragu-ragu akan kemampuannya akan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan.
2.2.3 Dimensi Efikasi Diri
Bandura (1997), membedakan efikasi diri ke dalam beberapa dimensi yaitu:
a. Tingkat (level)
Level adalah tingkat kesulitan yang diharapkan dapat dicapai oleh individu. Konsep ini berkaitan dengan pencapaian tujuan, beberapa individu berpikir bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas yang sulit.
Tingkat dari suatu tugas dapat dinilai dari tingkat kecerdikan, adanya usaha, ketelitian, produktivitas, cara menghadapi ancaman dan pengaturan diri yang dikehendaki. Pengaturan diri tidak hanya dilihat dari apakah seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan pada saat tertentu namun apakah seseorang dapat memiliki efikasi diri pada setiap saat untuk menghadapi situasi bahkan ketika individu diharapkan untuk pasif.
b. Keadaan umum (generality)
Aspek generality menunjukkan apakah individu mampu memiliki efikasi diri pada banyak situasi atau pada situasi-situasi tertentu.
Generality dapat dinilai dari tingkatan aktivitas yang sama, cara-cara dalam melakukan sesuatu dimana kemampuan dapat diekspresikan melalui proses kognitif, afektif dan konatif, jenis situasi yang dihadapi dan karakteristik individu dalam berperilaku sesuai tujuan.
c. Kekuatan (strength)
Strength merupakan individu yang memiliki kepercayaan kuat bahwa mereka akan berhasil walaupun dalam tugas yang berat.
Individu dengan efikasi diri yang rendah akan mudah menyerah apabila mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan, sementara individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuannya akan tekun berusaha menghadapi kesulitan dan rintangan. Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuannya menganggap tugas yang sulit sebagai tantangan yang harus dihadapi daripada sebagai ancaman atau sesuatu yang harus dihindari.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri mencakup dimensi tingkat (level), Keadaan umum (generality) dan kekuatan (strength).
Tiga dimensi dari efikasi diri tersebut, ditetapkan peneliti untuk menjadi pedoman dalam pembuatan alat ukur. Alasan peneliti menggunakan dimensi efikasi diri dalam pembuatan alat ukur karena adanya penelitian yang menggunakan dimensi efikasi diri sebagai alat ukur untuk mengukur efikasi diri individu. Lalita (2014) menggunakan dimensi efikasi diri untuk mengukur tingkat efikasi diri pada remaja yang putus sekolah. Selain itu, Fadilah (2010) menggunakan dimensi efikasi diri untuk mengukur tingkat efikasi diri pada mahasiswa yang menghadapi dunia kerja.
2.2.4 Ciri-ciri Efikasi Diri Tinggi dan Rendah
Berdasarkan pendapat Bandura (1994), Pajares dan Schunk (2001), individu dapat diklasifikasin menjadi individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi dan efikasi diri yang rendah.
Individu dengan efikasi diri yang tinggi memiliki ciri-ciri: 1) Tekun, bermotivasi, berdaya usaha tinggi, dan tabah dalam mengerjakan suatu kegiatan untuk memperoleh suatu keberhasilan (Bandura, 1994; Pajares dan Schunk, 2001); 2) Suka mencari situasi yang baru dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar (Bandura, 1994); 3) Menganggap suatu pekerjaan yang sulit sebagai tantangan yang harus dikuasi bukan sebagai ancaman (Pajares dan Schunk, 2001); 4) Menguasai kemampuan yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan (Bandura, 1994); 5) Menganggap kegairahan bekerja sebagai sarana yang mendukung (Bandura, 1994); 6) Selalu menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan dan menggunakan analisis pemikiran dengan baik saat menghadapi situasi tertekan, kegagalan, dan kemunduran (Bandura, 1994).
Individu yang memiliki efikasi diri yang rendah bercirikan: 1) Menganggap masalah yang dihadapi terlalu sulit untuk diselesaikan (Bandura, 1994); 2) Berpandangan sempit untuk memecahkan masalah (Bandura, 1994); 3) Berkeyakinan tidak memiliki apa yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan (Bandura, 1994); 4) Tidak tekun dalam menghadapi kesulitan dan sukar bangkit dari sebuah kegagalan; 5) Menganggap kegairahan bekerja sebagai suatu hambatan; 6) Tidak memiliki komitmen yang kokoh (Pajares dan Schunk, 2001); 7) Saat
menghadapi situasi tertekan, kegagalan, dan kemunduran, pikiran menjadi semakin tidak menentu, aspirasi semakin rendah, dan kualitas hasil pekerjaan semakin buruk (Bandura, 1994).
2.3 Mutasi
2.3.1 Definisi Mutasi
Menurut Nitisemito (2001), pengertian mutasi adalah kegiatan dari pimpinan perusahaan untuk memindahkan karyawan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar.
Hasibuan (2011), menyatakan mutasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal di dalam satu organisai. Pada dasarnya mutasi termasuk dalam fungsi pengembangan karyawan, karena tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam perusahaan (pemerintahan) tersebut.
Menurut Sastrohadiwiryo (2002), mutasi adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada perusahaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mutasi merupakan perpindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan yang lain baik sejajar maupun ke atas atau naik pangkat.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mutasi diartikan sebagai perubahan mengenai atau pemindahan kerja/
jabatan lain dengan harapan pada jabatan baru tersebut individu akan lebih berkembang.
2.3.2 Pola-pola Mutasi
Pola Mutasi jabatan karir di lingkungan Kementrian Keuangan meliputi : a. Perpindahan jabatan vertikal, terdiri dari perpindahan jabatan
struktural dari eselon yang lebih rendah ke eselon yang lebih tinggi, b. Perpindahan jabatan horizontal, terdiri dari perpindahan jabatan
struktural dalam eselon yang sama, atau perpindahan jabatan fungsional dalam tingkat yang sama pada unit yang berbeda
Perpindahan jabatan diagonal, terdiri dari perpindahan jabatan struktural ke dalam jabatan fungsional, atau perpindahan jabatan fungsional ke dalam jabatan struktural.
2.3.3 Mutasi Pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak
Mutasi pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak diartikan sebagai perubahan atau pemindahan kerja maupun jabatan lain dengan harapan pegawai akan lebih berkembang. Pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jendral Pajak pertimbangan mutasi dilakukan sekali dalam 3 tahun terhadap petugas pajak yang sudah mengenal wajib pajak. Kebijkaan mutasi ditetapkan bahwa pegawai di suatu tempat dan posisi maksimal dimutasi dalam waktu 3 tahun.
2.4 Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kecemasan Menghadapi Mutasi Pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak
Kecemasan timbul karena adanya keadaan dimana seseorang merasa terancam oleh suatu hal yang dianggapnya menakutkan dan menyakitkan yang berasal dari luar maupun dari dalam sehingga menimbulkan kekhawatiran, kegelisahan yang menganggu ketenangan dan kesehatan yang terkadang menimbulkan kekacauan fisik.
Menurut Passer dan Smith (2007), kecemasan adalah keadaan tegang dan takut sebagai reaksi normal terhadap munculnya suatu ancaman, yang lebih banyak dipicu oleh peristiwa eksternal spesifik daripada konflik internal. Tanda-tanda kecemasan adalah dalam bentuk rasa khawatir dan perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biassanya perasaan ini akan disertai oleh ketidakpercayaan diri dan tidak mampu menghadapi masalah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa efikasi diri mempengaruhi kecemasan seseorang (Atkinson, 1996). Berkaitan juga dengan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu faktor kognitif dimana faktor ini menjelaskan bawa kecemasan dititik beratkan pada proses persepsi atau tingkah laku yang mungkin menganggu pertimbangan maupun perkiraan seseorang akan bahaya yang dihadapi.
Menurut Bandura, efikasi diri terhadap kapabilitas dalam mengatasi permasalahan akan berpengaruh pada tingkat stress dan depresi yang dialami seseorang ketika menghadapi situasi-situasi yang sulit dan mengancam diri mereka. Seseorang yang yakin dapat mengatasi masaah tidak akan mengalami gangguan pola berpikir dan berani menghadapi
tekanan serta ancaman. Namun sebaliknya, seseorang yang tidak yakin dirinya dapat mengatasi ancaman dan tekanan akan mengalami kecemasan yang tinggi (Priest, 2010).
Mutasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sebuah organisasi.
Mutasi adalah suatu perubahan posisi, jabatan maupun tempat pekerjaan yang dilakukan pimpinan organisasi kepada seorang pegawai baik secara horizontal maupun vertikal dalam suatu organisasi. Mutasi pada pegawai negeri sipil di lingkungan Kementiran Keuangan dilakukan karena perlu adanya penyegaran terhadap tugas dan wewenang yang telah diemban oleh seorang pegawai di daerah maupun kota. Kementrian Keuangan juga telah menetapkan kebijakan bahwa pegawai di suatu tempat dan posisi maksimal dimutasi dalam jangka waktu 3 tahun sekali.
Namun, masih ada pegawai pajak yang tidak siap menghadapi mutasi, sekalipun pada umumnya setiap individu menginginkan kemajuan dalam hidupnya akan tetapi tidak berarti bahwa semua pegawai mau menerima mutasi. Bagi pegawai yang tidak siap menghadapi mutasi diantaranya memiliki alasan tertentu. Mereka akan mengalami gejala kecemasan seperti gelisah, lesu dan takut. Hal tersebut didapat dari wawancara dengan beberapa pegawai yang bekerja di KPP Pratama Lubuk Pakam.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Fadhilah (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi dunia kerja. Dimana nilai korelasinya negatif, yang artinya semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin rendah kecemasan menghadapi dunia kerja dan sebaliknya
semakin rendah efikasi diri seseorang maka semakin tinggi kecemasan menghadapi dunia kerja. Hal ini berarti bahwa apabila nilai pada variabel efikasi diri mengalami kenaikan atau tinggi maka nilai variabel kecemasan menghadapi mutasi para pegawai menjadi rendah.
Berdasakan paparan di atas, peneliti mengasumsikan bahwa terdapat pengaruh efikasi diri terhaap kecemasan menghadapi mutasi pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak.
2.5 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Ada pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi pada Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas : Efikasi Diri
Variabel Tergantung : Kecemasan meghadapi mutasi
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Efikasi Diri
Efikasi diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan yang dimiliki pegawai pajak akan kemampuan yang dimilikinya untuk mengorganisasikan serangkaian tindakan untuk mengatasi hambatan- hambatan dalam menghadapi atau menerima keputusan mutasi dari instansi tempat bekerja. Efikasi diri akan diukur dengan mengacu pada tiga dimensi, yaitu level, generality, dan strength.
Nilai skor tinggi pada variabel efikasi diri menunjukkan semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki orang tersebut, sedangkan skor rendah yang diperoleh seseorang maka menunjukkan efikasi diri yang dimiliki rendah.
3.2.2. Kecemasan menghadapi mutasi
Kecemasan adalah perasaan subjektif seseorang yang dialami karena adanya suatu keadaan yang mengancam, tidak aman mauapun adanya hambatan yang menimbulkan suatu perasaan khawatir, gelisah dan persaaan lain yang membuat seseorang tidak nyaman. Kecemasan dalam
menghadapi mutasi dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala kecemasan yang disusun berdasarkan aspek-aspek dari Greenberg dan Padesky (2004), yaitu reaksi fisik, pemikiran, perilaku, dan suasana hati.
Nilai skor tinggi pada variabel kecemasan menunjukkan semakin tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki orang tersebut, sedangkan skor rendah yang diperoleh seseorang maka menunjukkan tingkat kecemasanyang dimiliki rendah.
3.3. Populasi dan metode Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Menurut pengertian diatas, populasi yang dimaksud dalam sebanyak 90 pegawai yang bekerja di Kantor Pelayan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
3.4. Instrument/ Alat Ukur yang Digunakan
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui metode skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konsep psikologi yang dapat diungkapkan secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang sesuai dengan pertanyaan.
Pada penelitian ini, instrumen pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan skala psikologi. Pemilihan menggunakan skala psikologi dikarenakan pengukuran didasarkan pada atribut-atribut psikologi yang bertujuan untuk mengungkap indikator perilaku dari atribut-atribut psikologi yang bersangkutan yang disajikan dalam bentuk aitem-aitem (Azwar, 2012).
Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrument yang digunakan, karena data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan penelitian diperoleh melalui instrument penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Y yaitu kecemasan menghadapi mutasi dan varibel X yaitu efikasi diri.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah skala (kuesioner). Dalam penelitian ini angket yang digunakan skala berisi pertanyaan atau pernyataan dengan pilihan jawaban (option) yang akan dipilih oleh responden. Skala yang digunakan dalam angket ini menggunakan skala likert. Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun aitem-aitem instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Melalui teknik ini akan diukur mengenai kecemasan
menghadapi mutasi dan efikasi diri menggunakan skala dari masing- masing variabel.
3.4.1. Efikasi Diri
Skala efikasi diri yang digunakan pada penelitian ini dibuat dengan merujuk pada dimensi efikasi diri menurut Albert Bandura. Dimensi- dimensi pada efikasi diri adalah level, strength, dan generality. Terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable merupakan pernyataan positif yang mendukung objek sikap yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavourable merupakan pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2000).
Instrumen dalam penelitian ini disusun berdasarkan dimensi variabel penelitian. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Blue Print Efikasi Diri
No. Dimensi Pernyataan Jumlah
Aitem Favorable Unfavorable
1 Level
1,2,3 4 4
2 Generality 5,6 7,8 4
3 Strength 9,10,13 11,12 5
Total 8 5 13
3.4.2. Kecemasan menghadapi mutasi
Untuk mengukur tingkat kecemasan dalam menghadapi mutasi maka akan digunakan skala kecemasandengan merujuk pendapat dari Greenberg dan Padesky (1995). Terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable merupakan pernyataan positif yang mendukung objek sikap yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavourable merupakan pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2000).
Instrumen dalam angket penelitian ini disusun berdasarkan aspek- aspek variabel penelitian. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.
Blue Print Kecemasan Menghadapi Mutasi
No. Indikator Pernyataan Jumlah
Aitem Favorable Unfavorable
1
Reaksi fisik yang terjadi pada orang
yang cemas menghadapi mutasi
1,3,5,7 2,4,6 7
2
Pemikiran-pemikiran negatif mengenai
mampu tidaknya menghadapi mutasi
8,10,12,13,14 9,11,15 8
3
Perilaku menghindari situasi yang menyangkut mutasi
16,17,18,19 20,21 6
4
Suasana hati yang berubah ketika dihadapkan pada
kondisi yang memunculkan kecemasan tersebut
22,23,24,25 26,27 6
Total 17 10 27
3.5. Validitas dan Reliabilitas 3.5.1. Uji Validitas
Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2012). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi mengukur sejauh mana aitem-aitem yang ada didalam tes dapat mencakup keseluruhan objek yang hendak diukur. Dalam uji validitas ini, peneliti akan meminta bantuan dari professional judgement dalam penyeleksian aitem.
3.5.2. Uji Reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel ketika alat ukur yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012). Pengujian reliabilitas alat ukur ini dengan konsistensi internal, dimana pengujian dilakukan hanya dengan mencobakan instrumen sekali saja kepada subjek (Sugiyono, 2012). Teknik yang digunakan dalam mengukur reliabilitas alat ukur ini adalah teknik reliabilitas koefisien Alpha Cronbach dengan koefisien lebih besar dari 0,5. Peneliti menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS 17.0 for Windows Evaluation Version untuk menguji reliabilitas alat ukur.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, untuk skala efikasi diri terdapat 12 aitem yang valid dan 1 aitem yang gugur dengan rentang indeks diskriminasi aitem dari 0,497 sampai 0,832 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,840 pada aitem yang valid.
Sedangkan, skala kecemasan menghadapi mutasi didapatkan 27 aitem yang valid dan 0 aitem yang gugur dengan koefisien validitas dari 0,454 sampai 0,809 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,949.
3.6. Prosedur Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan di lapangan, maka peneliti harus melakukan beberapa prosedur, yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.
3.6.1. Persiapan Peneltiain
Sebelum alat-alat dalam penelitian ini digunakan pada sampel yang sebenarnya, maka terlebih dahulu dilakukan beberapa tahapan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pencarian Informasi
Pada tahap pencarian informasi, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari informasi mengenai organisasi atau perusahaan yang tepat untuk dijadikan tempat pengambilan data dalam penelitian.
b. Peneliti mendatangi perusahaan dan menemui pihak P2Humas dan meminta izin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data di perusahaan tersebut.
c. Setelah pihak perusahaan memberikan izin, peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian dari pihak Fakultas Psikologi USU.
d. Setelah menerima surat dari pihak Fakultas Psikologi USU, peneliti kembali mendatangi perusahaan untuk memberikan surat keterangan akan melakukan penelitian di perusahaan tersebut.
2. Pembuatan Alat Ukur
Menyusun alat ukur penelitian merupakan awal dari tahap persiapan penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri dan kecemasan menghadapi mutasi. Pembuatan alat ukur diawali dengan mengkaji teori-teori ataupun hasil penelitian yang terkait dengan variabel yang diteliti dan dilanjutkan dengan membuat aspek- aspek untuk mempermudah dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue-print dan kemudian dituangkan dalam bentuk item-item pernyataan. Setelah semua item tersusun, peneliti meminta penilaian dari profesional judgement yaitu pada dosen pembimbing untuk mendiskusikan apakah item yang telah dibuat bisa diterima oleh subjek penelitian dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
3.6.2. Pelaksanaan Penelitian
Setelah item yang terdapat dalam skala, peneliti melakukan pengambilan data ke KPP Pratama Lubuk Pakam. Peneliti kemudian melakukan penyebaran data kepada pegawai yang bekerja di KPP Pratama Lubuk Pakam.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan sistem try out terpakai. Penggunaan try out terpakai dilakukan untuk efektivitas waktu, tenaga dan biaya peneliti dalam melangsungkan penelitian. Selain
itu juga, penggunaan try out terpakai dilakukan agar tidak terlalu mengganggu aktivitas kerja pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.
3.6.3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan setelah semua skala terkumpul. Dalam pengolahan data ini, peneliti menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS version 17.0 for Windows.
3.7. Metode Pengolahan Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik analisa regresi sederhana. Teknik analisa regresi sederhana digunakan untuk menguji pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi dengan menggunakan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b (X) Dimana :
a = konstanta
b = koefisien regresi
Y = variabel tergantung (kecemasan menghadapi mutasi) X = variable bebas (efikasi diri)
3.8. Uji Asumsi 3.8.1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi berasal dari populasi yang terdistribusi normal sehingga dapat digeneralisasikan pada populasi. Pada penelitian ini pengukuran normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputerisasi SPSS 17.0 for Windows.
3.8.2. Uji Linearitas
Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (efikasi diri) dan variabel tergantung (kecemasan menghadapi mutasi) memiliki hubungan linier. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan software SPSS 17.0 for Windows. Hubungan yang linear antara variabel bebas dan tergantung dapat dilihat apabila nilai p < 0,05, sebaliknya apabila nilai p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dinyatakan tidak linear (Hadi, 2000).
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan secara keseluruhan sesuai dengan data yang telah didapatkan.
Pembahasan akan diawali dengan memberikan gambaran mengenai subjek dalam penelitian, dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisa terhadap hasil penelitian.
4.1. Analisa Data
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di KPP Pratama Lubuk Pakam sebanyak 60 orang. Berikut ini deskripsi umum dari subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia.
a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapar dilihat dan diketahui melalui tabel berikut:
Tabel 3.
Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
(N)
Persentase (%)
Laki-Laki 36 60 %
Perempuan 24 40 %
Total 60 100 %
Berdasarkan data pada tabel 1, diketahui bahwa jumlah subjek berjenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang (40%), sedangkan subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang (60%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari jumlah keselurahan subjek dalam penelitian ini lebih banyak subjek berjenis kelamin laki-laki.
b. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Gambaran umum subjek penelitian berdasarkan usia dikategorikan menggunakan teori Papalia, Old, dan Feldman (2007) yang mengungkapkan bahwa kategori dewasa terbagi menjadi tiga, yaitu:
dewasa awal (20–40 tahun), dewasa tengah/madya (41–65 tahun), dan dewasa akhir (> 65 tahun). berdasarkan kategori ini, maka gambaran umum subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat dan diketahui melalui tabel berikut:
Tabel 4.
Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia Jumlah
(N)
Persentase (%)
Dewasa Awal (20-40 tahun) 54 90 %
Dewasa Tengah (41-65 tahun) 6 10 %
Total 60 100 %
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian yang berada pada periode dewasa awal (20-40 tahun) berjumlah 54 orang (90%), subjek penelitian yang berada pada periode dewasa tengah/madya (41-65 tahun) berjumlah 6 orang (10%). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa subjek yang berada pada periode dewasa awal (20-40 tahun) lebih banyak daripada subjek yang berada pada periode dewasa tengah/madya.
4.2 Hasil Uji Asumsi Penelitian
Untuk melakukan analisis data, terdapat beberapa persyaratan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu, yaitu uji asumsi normalitas pada data residu variabel berupa skor dan uji linearitas untuk mengetahui bentuk korelasi antara tiap-tiap sampel. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 17.0 for Windows.
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual yang dianalisis telah terdistribusi sesuai dengan dasar-dasar dari distribusi normal sehingga dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Dalam penelitian ini, menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari pengujian ini dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikasi residu antar variabel data lebih besar dari 0,05.
Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Efikasi diri Kecemasan mutasi
Asymp. Sig (2-tailed) .200 .100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (p) yang diperoleh dari variabel efikasi diri adalah 0,200 dan nilai
signifikansi (p) yang diperoleh dari variabel kecemasan menghadapi mutasi adalah 0,100. Nilai signifikansi dari kedua variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Linearitas
Dalam penelitian ini dilakukan uji linearitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Teknik uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik Uji F. Data penelitian dapat dikatakan linear apabila hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung memiliki nilai signifikansi (p) < 0,05. Hasil uji linearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.
Hasil Uji Linearitas
Variabel
P Linearity
Pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan
menghadapi mutasi 0,000
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi linearitas yang diperoleh adalah 0,000. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini menunjukan hubungan yang linear karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dapat dikatakan bahwa data yang telah
diambil melalui penyebaran skala menunjukan data kedua variable linear karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
4.3. Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan serta landasan teori yang telah dikemukan dalam BAB II, bahwa terdapat hipotesa yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu terdapat pengaruh negatif pada efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi.
Tabel 7.
Tabel Anova Kecemasan Menghadapi Mutasi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1376.695 1 1376.695 4.752 .033a
Residual 16803.488 58 289.715
Total 18180.183 59
a. Predictors: (Constant), efikasi diri b. Dependent Variable: kecemasan mutasi
Tabel ANOVA dalam uji regresi linier sederhana digunakan untuk menunjukkan angka signifikansi untuk uji kelayakan model regresi dengan ketetuan angka probabilitas yang baik untuk digunakan sebagai model regresi ialah harus lebih kecil dari 0,05 (Pratisto, 2002). Berdasarkan table 7 ANOVA di atas diperoleh hasil nilai F = 4,752, derajat kebebasan (df) = 1, pada peluang kesalahan (p) = 0,033 < 0.05 yang berarti model regresi ini layak untuk memprediksikan pengaruh antar kedua variabel dan model regresi liner y = a + bx dapat digunakan.
Tabel 8
Tabel Koefisien Determinan (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .275a .076 .060 17.021
a. Predictors: (Constant), efikasi diri
Dari hasil pengujian koefisien determinan pada tabel di atas, maka dapat diketahi bahwa koefisien determinan (R-square) yang diperoleh dari pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi pada pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebesar 0,076 (R-square = 0,076). Hal ini menunjukan bahwa pengaruh efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi pada pegawai adalah sebesar 7,6% yang berarti efikasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 7,6% dalam memunculkan kecemasan menghadapi mutasi.
Tabel 9
Koefisien Regresi Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi Mutasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 83.813 14.433 5.807 .000
efikasi diri -.989 .454 -.275 -2.180 .033
a. Dependent Variable: kecemasan mutasi
Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa persamaan garis regresi yang dihasilkan adalah Y = 83,813 - 0,989 X. Persamaan ini menunjukan bahwa apabila efikasi diri (X) memiliki nilai 0, maka kecemasan
menghadapi mutasi (Y) memiliki nilai positif sebesar 83,813. Koefisien regresi sebesar -0,989 menunjukan bahwa setiap penambahan satu satuan efikasi diri, maka menurunkan tingkat kecemasan menghadapi mutasi pada pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.
4.4. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian ini dilampirkan guna mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan.
Deskripsi data pokok yang dilampirkan adalah perbandingan rerata empiris dan rerata hipotetik penelitian serta distribusi skor perolehan berdasarkan kategori tertentu. Rerata empiris diperoleh dari respon yang diberikan oleh subjek, sedangkan rerata hipotetik diperoleh dari respon yang kemungkinan diperoleh subjek untuk jawaban yang diberikan pada skala. Dalam penelitian ini, skala yang diberikan adalah skala efikasi diri dan skala kecemasan menghadapi mutasi.
4.4.1 Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Efikasi Diri a. Deskripsi Data Efikasi Diri
Setelah uji reliabilitas dilakukan, terdapat 16 item yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dapat dianalisis dengan rentang nilai 0-4.
Dengan rintang nilai ini, maka total skor minimum yang diperoleh adalah 0, sedangkan total skol maksimum adalah 52. Sementara, berdasarkan data hasil penelitian di lapangan diperoleh skor minimum 19 dan skor maksimum 46. Perbandingan antara nilai empirik dan hipotetik untuk skala efikasi diri dapat diketahui dari tabel berikut:
Tabel 10.
Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik Efikasi Diri
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik
Skor
Mean SD Skor
Mean SD
Min Max Min Max
Efikasi Diri 12 0 52 26 4,66 18 46 32 4,66
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mean hipotetik efikasi diri adalah 26 dengan SD sebesar 4,66 dan mean empirik adalah 32 dengan SD sebesar 4,66. Apabila dilihat dari perbandingan antara mean hipotetik dan mean empirik, maka lebih besar mean empirik daripada mean hipotetik dengan selisih sebesar 6. Hal ini berarti bahwa tingkat efikasi diri subjek dalam penelitian ini tergolong lebih tinggi.
b. Kategorisasi Data Efikasi Diri
Kategorisasi data efikasi diri subjek dibagi kedalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Besar skor mean hipotetik efikasi diri adalah 26 dan SD adalah 4,5, sehingga diperoleh kategorisasi sebagai berikut.
Tabel 11.
Kategorisasi Data Efikasi Diri
Kategori Rentang Nilai N Persentase
(%)
Rendah X < 21,5 - 0 %
Sedang 21,5 ≤ X ≤ 30,5 14 23,33 %
Tinggi X > 30,5 46 76,67 %
Total 60 100 %
Untuk hasil kategori pada efikasi diri yang telah dilakukan, dapat diketahui terdapat 46 pegawai (76,67%) menyatakan bahwa efikasi diri yang dimiliki pegawai pajak di lingkungan KPP Pratama Lubuk Pakam tergolong tinggi dan 14 pegawai (23,33%) memiliki efikasi diri sedang.
4.4.2 Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Menghadapi Mutasi
a. Deskripsi Data Kecemasan Menghadapi Mutasi
Setelah uji reliabilitas dilakukan, terdapat 27 item yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dapat dianalisis dengan rentang nilai 0-4.
Dengan rintang nilai ini, maka total skor minimum yang diperoleh adalah 0, sedangkan total skol maksimum adalah 108. Sementara, berdasarkan data hasil penelitian di lapangan diperoleh skor minimum 8 dan skor maksimum 89. Perbandingan antara nilai empirik dan hipotetik untuk skala kualitas kehidupan kerja dapat diketahui dari tabel berikut: