• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Metode Pengujian Data

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.3.1Tempat Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti maka penulis mengadakan penelitian pada Kantor Pusat Bursa Efek

Indonesia di Bandung tepatnya di Jl. Veteran No. 10, Bandung 40112 Telp: (022)

4214349 Faks: (022) 4214359.

3.4.3.2Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada Februari 2016 sampai

dengan Agustus 2016.

Tabel 3.4 Waktu Penelitian No

Deskripsi Kegiatan 2016

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juni Agu

1 Pra Survei: a. Persiapan Judul b. Persiapan Teori c. Pengajuan Judul d. Mencari Perusahaan 2 Usulan Penelitian a. Penulisan UP b. Bimbingan Up c. Sidang UP d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan Skripsi a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi

d. Pengumpulan Draf Skripsi

3.5 Metode Pengujian Data

Metode pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

38

3.5.1 Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan bahwa uji normalitas

adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya

berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak.

Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati

normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui

dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada

pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi, apabila model regresi

tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan,

karena statistik uji F dan uji t pada analisis regresi diturunkan dari distribusi

normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk

menguji normalitas model regresi.

Dasar pengambilan keputusan menurut Singgih Santoso (2012:230) bisa

dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

1. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

39

Menurut Singgih Santoso (2012:230) pengujian secara visual dapat juga

dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS.

Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang

diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk

menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini

akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi

normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

3.5.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Husein Umar (2011:177) mendefinisikan uji multikoliniaritas

adalah untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen.

Jika terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi.

Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau

semua variabel bebas pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka

koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar

40

pada pengujian pearson koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat

sedikit sekali koefisien didalam model regresi adalah dengan melihat:

1. Nilai tolerance dan lawannya

2. Variance Inflation Factor (VIF)

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak

dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah

sama dengan nilai VIF yang tinggi dan menunjukkan adanya kolineritas yang

tinggi.

Rumus untuk menghitung VIF adalah sebagai berikut:

��� =

( − )

Sumber: Husein Umar (2011:179)

Uji multikolineritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan

variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam

data tidak terdapat Multikolineritas (Gujarati, 2004:93).

Menurut Husein Umar (2011:178) untuk mengatasi terjadinya

multikolinieritas, dapat diupayakan melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Evaluasi apakah pengisian data telah berlangsung secara efektif atau terdapat

kecurangan dan kelemahan lain.

2. Jumlah data ditambah lagi.

3. Salah satu variabel independen dibuang karena data dari dua variabel

independen ternyata mirip atau digabungkan jika secara konsep relatif sama.

41

3.5.3 Uji Heterokedastisitas

Menurut Husein Umar (2011:179) menyatakan uji heteroskedastisitas

dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.

Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak

homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien.

Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji rank

Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan variabel bebas terhadap nilai absolut

dari residual (error). Apabila ada koefisien korelasi yang signifikan pada tingkat

kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas.

Salah satu cara untuk mendekteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas

adalah dengan melihat grafik plot. Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3.5.4 Uji Autokorelasi

Menurut Husein Umar (2011:182) menyatakan bahwa Autokorelasi

dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat

hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada

42

Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk

mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi dan berikut nilai

Durbin-Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regresi. Cara untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan perhitungan nilai statistik Durbin-Watson (D-W). Uji

Durbin-Waston digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya

intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara

variabel bebas. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: Tidak ada autokorelasi (r = 0)

H1: Ada autokorelasi (r ≠ 0)

Menurut (Jonathan Sarwono, 2012:28) terjadi autokorelasi jika Durbin

Watson sebesar < 1 dan > 3.

3.6 Metode Pengujian Data

Dokumen terkait