• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan kuesioner Social Disability. Kuesioner

Social Disability dimaksudkan untuk mengetahui ketidakmampuan bersosialisasi

penderita skizofrenia yang mengikuti kegiatan rehabilitasi dan tidak mengikuti kegiatan rehabilitasi. Berhubung kondisi penderita masih diliputi oleh simptom-simptom psikologis negatif, sehingga tidak dapat menjawab secara tepat. Untuk mengetahui keadaan ketidakmampuan bersosialisasi yang sebenarnya, maka angket akan dijawab oleh orang yang paling tahu keadaan penderita yang sebenarnya, seperti perawat dalam rumah sakit, orang tua dan saudara-saudara terdekat penderita.

Tipe angket ketidakmampuan bersosialisasi disusun berdasarkan adaptasi dari angket keterampilan sosial yang dibuat Kuntjoro (1989). Skala dalam angket ini menggunakan rating scale, terdiri dari 22 butir dan masing-masing butir diberi nilai 1, 2, 3, 4 dan 5, yang penekananya pada responden sendiri yang menempatkan diri penderita pada salah satu posisi dari skala yang paling sesuai. Masing-masing responden diminta untuk memilih salah satu dari 5 pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan penderita yang sebenarnya. Angket ketidakmampuan bersosialisasi dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penderita skizofrenia

dalam mengikuti seluruh kegiatan dalam kehidupan sosialnya, seperti merawat diri, hubungan sosial dan bekerja (melakukan kegiatan yang menunjang hidupnya). Distribusi alat ukur ketidakmampuan bersosialisasi yang sudah teruji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2. Distribusi Alat Ukur Ketidakmampuan Bersosialisasi

No Aspek Pengukuran Nomor Butir Jumlah

1 Activity daily living 1,2,3,4,5,6,7,8 8

2 Tingkah Laku sosial 9,10,11,12,13,14,15 7

3 Tingkah laku okupasional 16,17,18,19,20,21,22 7

Total 22

3.5.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran (test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut memberikan hasil pengukuran sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya suatu pengukuran sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya pengukuran (Azwar, 1992).

Cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui validitas alat ukur adalah dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh masing-masing butir dengan skor total. Dalam hal ini koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara fungsi butir dengan fungsi ukur secara keseluruhan, maka dapat dikatakan alat ukur tersebut mempunyai validitas dan dapat digunakan. Teknik yang

digunakan adalah teknik product moment dengan angka kasar dari Karl Pearson (Hadi, 1986). Dengan rumus sebagai berikut:

(ÓX) (ÓY) ÓXY - --- N rxy = (ÓX2 - ( ÓX)2) ( ÓY)2 ) N N

Gambar 3.2. Rumus Product Moment Karl Pearson Keterangan:

Rxy = Koefisien korelasi antara variable X (skor subjek pada tiap-tiap butir) dengan variabel Y (total skor dari keseluruhan butir).

XY = Jumlah dari hasil perkalian antara setiap X dan Y. X = Jumlah skor keseluruhan subjek dari setiap butir. Y = Jumlah keseluruhan butir pada subjek.

X2 = Jumlah kuadrat skor X. Y2 = Jumlah kuadrat skor Y. N = Jumlah subjek.

Nilai validitas setiap butir (koefisien korelasi Moment Pearson) sebenarnya masih perlu dikoreksi karena kelebihan bobot. Kelebihan bobot ini terjadi karena skor butir yang dikorelasikan dengan skor total ikut sebagai komponen skor total dan hal ini menyebabkan koefisien korelasi menjadi lebih besar (Hadi, 1986). Formula untuk membersihkan kekebihan bobot ini dipakai formula part whole. Adapun formula part

rtp.t - SDp

rpq

=

√SDpt2 + SDp2 – 2rtp.SDp

Gambar 3.3. Rumus Part Whole Keterangan:

rpq = Koefisien korelasi antara X dan Y setelah korelasi. rtp = Koefisien korelasi product moment.

SDt = Standart Deviasi.

SDp = Standart deviasi bagian (dalam Azwar, 1996). 3.5.2. Uji Realiabilitas

Menurut Nazir (1989) suatu bagian alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya serta stabil dan dapat dihandalkan. Jika alat ukur tersebut digunakan berkali-kali memberikan hasil yang relatif sama.

Batasan yang sering digunakan berkenaan dengan reliabilitas pada alat adalah keajegan, sehingga dapat diimplikasikan apabila suatu alat ukur memiliki angka reliabilitas yang tinggi, bila selanjutnya digunakan untuk mengukur masalah yang sama walaupun dalam kurun waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang sama (Masrun, 1976).

Reliabilitas angket dicari dengan menggunakan teknik analisis varians dari

1 - Vs

r11

= ---

Ve

Gambar 3.4. Rumus Analis Varians Hoyt Keterangan:

R11 = Realibilitas instrument. I = Bilangan konstanta. VS = Varians responden. Ve = Varians sisa.

Adapun alasan digunakan teknik tersebut adalah

1. Teknik ini umumnya menghasilkan koefisien reliabilitas yang tinggi. 2. Dapat digunakan untuk data dikatomi dan data non dikatomi.

3. Konsep dalam rumus tersebut menganggap bahwa setiap butir merupakan suatu

treatment atau perlakuan yang berbeda, sehingga setiap kali dihadapkan pada

suatu butir seakan-akan ia berada pada suatu perlakuan yang berbeda.

Uji coba alat ukur ketidakmampuan bersosialisasi dilakukan secara bersamaan dengan data yang dipergunakan untuk analisis data penelitian. Hal ini disebut dengan tryout terpakai dengan alasan penggunaan tryout terpakai adalah karena keterbatasan waktu peneliti dan alat ukur ini sebelumnya telah diuji coba oleh Koentjoro (1988).

Hasil analisis dengan komputer program SPSS (Statistical Program for Social

Sciences), menunjukkan bahwa alat ukur ketidakmampuan bersosialisasi yang terdiri

yang berarti bahwa butir-butir angket ketidakmampuan bersosialisasi valid dan dapat digunakan untuk mengungkap ketidakmampuan bersosialisasi penderita skizofrenia.

Hasil uji realiabilitas menunjukkan bahwa koefisien realiabilitas (rtt) adalah sebesar 0,982 (p<0,01) yang berarti bahwa alat ukur ketidakmampuan sosial realiabel atau handal untuk mengungkap ketidakmampuan sosial pada penderita skizofrenia. Hasil uji validitas dan realiabelitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Realiabilitas Alat Ukur

Butir No. r xy r bt p Status

1 0,822 0,802 0,000 Valid 2 0,799 0,779 0,000 Valid 3 0,845 0,829 0,000 Valid 4 0,868 0,854 0,000 Valid 5 0,840 0,840 0,000 Valid 6 0,791 0,770 0,000 Valid 7 0,857 0,842 0,000 Valid 8 0,777 0,754 0,000 Valid 9 0,843 0,826 0,000 Valid 10 0,845 0,829 0,000 Valid 11 0,842 0,826 0,000 Valid 12 0,826 0,809 0,000 Valid 13 0,812 0,795 0,000 Valid 14 0,837 0,822 0,000 Valid 15 0,907 0,897 0,000 Valid 16 0,861 0,844 0,000 Valid 17 0,904 0,893 0,000 Valid 18 0,901 0,889 0,000 Valid 19 0,884 0,871 0,000 Valid 20 0,926 0,917 0,000 Valid 21 0,857 0,843 0,000 Valid 22 0,867 0,854 0,000 Valid

3.5.3. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi dua tahan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan penelitian ini, seperti izin penelitian, kuesioner, petugas yang membantu dan mengadakan koordinasi dengan perawat di ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Sebelum dilakukan penelitian dilakukan survei pendahuluan terhadap 10 penderita skizofrenia dengan menggunakan kuesioner Social Disability untuk mengetahui gambaran ketidakmampuan bersosialisasi penderita.

b. Menginventarisir jumlah penderita skizofrenia yang mengikuti kegiatan dan tidak mengikuti kegiatan rehabilitasi. Dari jumlah penderita yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 436 orang, terdapat sebanyak 120 penderita yang mengikuti kegiatan rehabilitasi dan sisanya tidak mengikuti kegiatan rehabilitasi.

c. Setelah ditentukan jumlah sampel penderita yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan rehabilitasi, dilakukan pengambilan data sesuai dengan nama-nama penderita yang terpilih menjadi anggota sampel.

3.6. Variabel dan Definisi Operasional

Dokumen terkait