• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.7. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dan wawancara. Wawancara merupakan metode pengambilan data dengan cara bertanya langsung dengan responden. Wawancara dilakukan terhadap pengusaha kecil,menengah dan besar yang ada di Kota Pematang Siantar. Hasil wawancara tersebut dikemukakan secara tertulis dalam kuesioner.

Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa kuesioner AHP dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup (close question) yaitu jawaban kuesioner telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa alternatif dari pilihan jawaban yang disediakan

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melalui studi pustaka. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan mempelajari literatur- literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku, jurnal, laporan dari lembaga terkait dan bahan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.8 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah AHP (Analisis Hirarki Proses). Metode AHP merupakan suatu model yang diperkenalkan oleh Thomas L.Saaty pada tahun 1971. Saaty menyatakan bahwa AHP adalah suatu model untuk membangun gagasan dan mendefenisikan persoalan dengan cara membuat asumsi-asumsi dan memperoleh pemecahan yang diinginkan, serta

memungkinkan menguji kepekaan hasilnya. Dalam prosesnya AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis yang bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan. Di lain pihak proses AHP memberi suatu kerangka bagi partisipasi kelompok dalam pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan.

Keuntungan penggunaan metode AHP adalah sebagai berikut:

1) Memberi satu model tunggal, mudah dimengerti dan luwes untuk berbagai persoalan yang terstruktur

2) Mempunyai sifat kompleksitas dan saling ketergantungan,dimana dalam memecahkan persoalan dapat memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem serta menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam satu sistem

3) Elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat yang berlainan dan kelompok unsur yang serupa dalam setiap tingkat dapat disusun secara hirarki.

4) Dengan menetapkan berbagai prioritas dapat memberikan ukuran skala objek dan konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan serta menuntun pada suatu taksiran menyeluruh kebaikan setiap alternative.

5) Memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka dan tidak memaksakan konsesus, tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda

6) Memungkinkan orang memperhalus definisi pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan.

Faktor dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang digunakan oleh KPPOD dalam penelitian mengenai daya tarik investasi daerah tahun 2002,2003. AHP memecahkan suatu permasalahan investasi daerah secara hierarki. Metode AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikembangkan oleh Render (2000). Pemilihan alat analisis didasarkan pertimbangan bahwa AHP merupakan salah satu alat atau salah satu model pengambilan keputusan dengan input utama adalah persepsi manusia. AHP merupakan salah satu metode yang memecah suatu masalah kompleks ke dalam kelompok-kelompok secara hirarki. Dengan AHP pembobotan suatu faktor atau variabel dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia sehingga diharapkan dapat menggambarkan kondisi yang senyatanya. Penelitian ini memecah masalah investasi daerah ke dalam beberapa faktor penentu daya tarik investasi daerah berdasarkan faktor penentu daya tarik investasi yang di tetapkan oleh KPPOD ke dalam beberapa variabel. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam metode AHP (Saaty,1993):

Langkah pertama adalah menentukan tujuan berdasarkan permasalahan yang ada. Tujuan yang diambil dalam penelitian ini adalah menentukan pemeringkatan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik investasi di Kota Pematang Siantar.

Langkah kedua adalah menentukan kriteria. Kriteria diperoleh dari hasil pra-suvey dan dari hasil pra survey yang telah dilakukan maka kriteria yang diperoleh adalah:

1. Faktor daya tarik investasi dipandang dari aspek Kelembagaan 2. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Sosial Politik 3. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Ekonomi Daerah 4. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Tenaga Kerja 5. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Infrastruktur Fisik Langkah ketiga adalah menentukan alternatif. Alternatif juga diperoleh dari hasil pra- survey. Dalam hal ini membahas mengenai pemeringkatan faktor-faktor yang menjadi daya tarik investasi di Kota Pematang Siantar. Dari hasil pembahasan tersebut maka diperoleh alternatif sebagai berikut:

1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari aspek Kelembagaan meliputi:

a) Aparatur dan Pelayanan b) Perda dan Kebijakan c) Keuangan Daerah d) Kepastian Hukum

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari aspek Sosial Politik meliputi:

a) Keamanan b) Sospol c) Budaya

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari aspek Ekonomi Daerah meliputi:

a) Potensi Ekonomi b) Struktur

c) Perbankan

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari aspek Tenaga Kerja meliputi:

a) Produktivitas b) Biaya c) Ketersediaan

5. Faktor-Faktor daya saing investasi ditinjau dari aspek Infrastruktur Fisik meliputi:

a) Ketersediaan b) Kualitas

Langkah keempat adalah menyebarkan kuesioner kepada sejumlah responden yang sudah ditentukan

Langkah kelimaadalah menyusun matriks dari hasil rata-rata yang didapat dari sejumlah responden tersebut. Kemudian hasil diolah menggunakan expert choice versi 9.0

Langkah keenamadalah,menganalisis hasil olahan dari expert choice versi 9.0 untuk mengetahui hasil nilai inkonsistensi dan prioritas. Jika nilai konsistensinya lebih dari 0,10 maka hasil tersebut tidak konsisten, namun jika kurang dari 0,10 maka hasil tersebut konsisten.

Langkah ketujuh adalah penentuan skala prioritas dari kriteria dan alternatif untuk mencapai variabel hierarki dengan tujuan pemeringkatan faktor- faktor yang menentukan daya saing investasi di Kota Pematang Siantar.

Bobot yang lebih besar dari suatu faktor atau variabel menunjukkan faktor atau variabel tersebut lebih penting dibandingkan dengan faktor atau variabel lainnya dalam menentukan daya tarik investasi suatu daerah menurut persepsi pelaku usaha. Dengan memasukkan unsur persepsi maka metode AHP dapat mengatasi kelemahan utama pada metode pengambilan keputusan yang selama ini sering dikenal dengan kelemahan dalam mengubah data kualitatif ke dalam bentuk kuantitatif. Selain itu AHP juga mampu memberikan prioritas alternatif dan melacak ketidakkonsistenan dalam prtimbangan dan preferensi seorang responden (Saaty,2002).

Ada empat asumsi dasar yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan dan memahami metode AHP yaitu:

Reciprocal comparison artinya pengambilan keputusan harus mampu membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala X maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/X

Homogeneity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dengan skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Jika elemen ini tidak terpenuhi maka

elemen-elemen yang dibandingkan tidak homogeneus dan harus dibentuk suatu elemen-elemen yang baru.

Independence diasumsikan bahwa kriteria tidak terpengaruhi oleh alernatif-alternatif yang ada tetapi dipengaruhi oleh sasaran secara keseluruhan artinya perbandingan antar elemen-elemen dalam suatu level dipengaruhi elemen-elemen dalam level diatasnya.

Expectation tujuan pengambilan keputusan struktur hirarki diasumsikan lengkap.

Adapun prinsip dasar metode AHP adalah sebagai berikut (Saaty,1990)

Decomposition proses penguraian permasalahan faktor dan variabel sehingga diperoleh suatu hierarki

Comparative judgement proses penilaian kepentingan relatif terhadap elemen-elemen yang terdapat dalam suatu tingkatan sehubungan dengan tingkatan diatasnya yang disajikan dalam bentuk matriks pairwaise comparison.

Synthesis of priority, setelah diperoleh skala perbandingan berpasangan maka akan dicari satu eigen vector yang menunjukkan sintesis local priority pada suatu hierarki

Logical consistency AHP mentoleransi tingkat konsistensi sebesar kurang dari 10% apabila lebih dari 10% maka responden dianggap tidak konsisten dalam menjawab pertanyaan maka diperbolehkan melakukan perbaikan atas penilaian yang diberikan.

Matriks pairwaise tidak ada yang bernilai 0 dan bilangan negatif sehingga dengan skala 1-9 maka syarat tersebut terpenuhi karena elemen terkecil adalah 1/9 dan terbesar 9

Menurut Saaty (1993) untuk menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan (pairwase comparison), yaitu setiap elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan. Bentuk perbandingan adalah matriks :

C A1 A2 A3 A4 A1 1

A2 1

A3 1

A4 1

Pengisian matriks banding berpasangan tersebut, menggunakan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya. Skala itu mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1-9 yang ditetapkan sebagai pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya. Pengalaman telah membuktikan bahwa skala dengan Sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat sampai mana mampu membedakan intensitas tata hubungan antar elemen.

C:KRITERIA A:ALTERNATIF

Skala banding berpasangan yang digunakan dalam penyusunan AHP untuk menentukan susunan prioritas alternatif dan kriteria guna mencapai sasaran pemeringkatan faktor-faktor daya saing investasi di Kota Pematang Siantar.

Arti dari angka 1 s/d 9 dalam skala pilihan adalah sebagai berikut

 Angka 1 artinya sama penting: dua hal yang diperbandingkan sama pentingnya

 Angka 3 artinya sedikit (moderate) lebih penting : satu hal yang diperbandingkan sedikit lebih penting dibandingkan komponen lainnya  Angka 5 artinya lebih penting: satu hal yang diperbandingkan lebih

penting dibandingkan dengan komponen lainnya

 Angka 7 artinya sangat penting : satu hal yang diperbandingkan sangat lebih penting dibandingkan dengan komponen lainnya

 Angka 9 artinya sangat penting: satu hal yang diperbandingkan mutlak lebih penting dibandingkan komponen lainnya

Sedangkan angka genap 2,4,6,8 merupakan nilai tengah di antara dua nilai keputusan yang berdekatan. Dalam matriks pairwase berlaku prinsip kebalikan artinya jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka aktivitas j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Setelah semua pertimbangan diterjemahkan secara numerik validitasnya dievaluasi dengan uji konsistensi. Pada persoalan pengambilan keputusan, konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan prioritas untuk elemen-

elemen atau aktivitas-aktivitas berkenaan dengan beberapa kriteria adalah perlu untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata.

AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang (CR≤0,1). Jika lebih dari 10%, pertimbangan itu mungkin agak acak dan mungkin perlu diperbaiki. Pengukuran rasio konsistensi (CR) adalah sebagai berikut:

CR=CI/RI

Untuk keperluan pengolahan data pada dasarnya AHP dapat menggunakan dari satu responden ahli. Namun dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli perlu dicek konsistensinya satu persatu, pendapat yang konsistensi kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometric (Saaty, 1993).

Hasil penelitian gabungan tersebut selanjutnya diolah dengan prosedur AHP. Setelah dilakukan running melalui program expert choice versi 9.0, akan ditunjukkan hasil urutan skala prioritas secara grafis untuk mencapai sasaran. Urutan skala prioritas tersebut sesuai dengan bobot dari masing-masing alternatif dan kriteria serta besarnya konsistensi gabungan hasil running, apabila besarnya rasio konsistensi tersebut ≤ 0,1, maka keputusan yang diambil oleh para responden untuk menentukan skala prioritas cukup konsisten, artinya bahwa skala

CR: Consistency Ratio CI: Consistency Indeks

prioritas tersebut dapat diimplementasikan sebagai kebijakan untuk mencapai sasaran.

Dokumen terkait