• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing Investasi Di Kota Pematang Siantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Daya Saing Investasi Di Kota Pematang Siantar"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAYA SAING INVESTASI DI KOTA PEMATANG SIANTAR

OLEH

AHMAD PAPIN HERDIAN 100501126

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk meneliti apa yang mempengaruhi kegiatan investasi di Kota Pematang Siantar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan investasi daerah, yaitu faktor kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja dan produktivitas, dan infrastruktur fisik.

Penelitian ini mengadopsi metode KPPOD untuk menganalisis kegiatan investasi pada tingkat daerah dan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menguji iklim usaha di Kota Pematang Siantar.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kelembagaan menjadi faktor yang paling dominan, diikuti faktor ekonomi daerah, faktor infrastruktur fisik, faktor tenaga kerja dan produktivitas, serta faktor sosial politik.

(3)

ABSTRACT

This paper attempts to explore to what extent the current regime has changed the investment attractiveness in Pematang Siantar City. Focus on five factors that lead to regional investment attractiveness, in particular institutional, social political, regional economy, labor and productivity, and physical infrastructure factor.

This paper combined KPPOD method to analyze investment attractiveness at regional level and Analytical Hierarchy Process (AHP) to examine the business climate in Pematang Siantar City.

The result of the analyze data with using AHP method that the particular institutional factor is found as the most important factor, followed by regional economy, physical infrastructure factor, labor and productivity, and social-political factor

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan

rahmat dan hidayah yang diberikan kepada penulis yang telah menyelesaikan

pengerjaan skripsi yang berjudul “ Analisis Daya Saing Investasi Di Kota

Pematang Siantar”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

ekonomi pada departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera

Utara tahun akademik 2013/2014. Adapun pengerjaan skripsi ini saya

persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, yakni Bapak Subandrio dan

Ibunda Tercinta Sonta Bancin yang telah memberikan kasih sayang yang tulus

seumur hidup saya.

Adapun keberhasilan pengerjaan skripsi ini tidak terlepas oleh pihak-pihak

terkait yang telah banyak membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang besar

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak

memberikan masukan bagi pengerjaan Skripsi ini dan Bapak Drs. Syahrir

Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

(5)

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris

Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, sekaligus menjadi Dosen Pembimbing yang

telah banyak memberikan masukan dan bimbingan untuk penyesuaian

Skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya Hasibuan M.si selaku Dosen Pembanding

yang juga telah memberikan masukan bagi pengerjaan Skripsi ini

5. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

6. Seluruh Pegawai dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh sahabat yang telah memberi dukungan, motivasi dan inspirasi

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2014

Ahmad Papin herdian 100501126

(6)

 DAFTAR ISI

2.1.2. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 10

2.2. Konsep Daya Saing Investasi ... 11

2.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Investasi ... 14

2.4. Penelitian Terdahulu ... 22

2.5. Kerangka Konseptual ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

3.3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 27

3.4. Skala Pengukuran Variabel ... 29

3.5. Populasi dan Sampel ... 29

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.8. Metode Analisis ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Kondisi Demografi Kota Pematang Siantar ... 41

4.2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Pematang Siantar ... 43

4.3. Inflasi Di Kota Pematang Siantar ... 44

4.4. Ketenagakerjaan Di Kota Pematang Siantar ... 44

4.5 Sektor Industri Kota Pematang Siantar ... 45

4,6 Perbankan dan Investasi Di Kota Pematang Siantar ... 46

4.7 Peringkat Daya Saing Investasi Di Kota Pematang Siantar ... 47

4.4.1. Faktor Kelembagaan ... 50

(7)

4.4.3. Faktor Ekonomi Daerah ... 53

4.4.4. Faktor Tenaga Kerja ... 54

4.4.5. Faktor Infrastruktur Fisik ... 56

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Bobot Faktor Pemeringkat Daya Tarik Investasi

(9)
(10)

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk meneliti apa yang mempengaruhi kegiatan investasi di Kota Pematang Siantar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan investasi daerah, yaitu faktor kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja dan produktivitas, dan infrastruktur fisik.

Penelitian ini mengadopsi metode KPPOD untuk menganalisis kegiatan investasi pada tingkat daerah dan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menguji iklim usaha di Kota Pematang Siantar.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kelembagaan menjadi faktor yang paling dominan, diikuti faktor ekonomi daerah, faktor infrastruktur fisik, faktor tenaga kerja dan produktivitas, serta faktor sosial politik.

(11)

ABSTRACT

This paper attempts to explore to what extent the current regime has changed the investment attractiveness in Pematang Siantar City. Focus on five factors that lead to regional investment attractiveness, in particular institutional, social political, regional economy, labor and productivity, and physical infrastructure factor.

This paper combined KPPOD method to analyze investment attractiveness at regional level and Analytical Hierarchy Process (AHP) to examine the business climate in Pematang Siantar City.

The result of the analyze data with using AHP method that the particular institutional factor is found as the most important factor, followed by regional economy, physical infrastructure factor, labor and productivity, and social-political factor

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi (BPKM, 2004). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah

satu indikator penting dalam melakukan analisis mengenai pembangunan ekonomi

suatu wilayah. Pembangunan wilayah dilakukan dengan mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah melalui kegiatan investasi baik yang berasal dari dalam atau

disebut Penanaman Modal Dalam Negeri (PDMD) atau juga yang berasal dari

luar negeri atau disebut Penanaman Modal Asing (PMA). Oleh karena itu, untuk

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maka diperlukan

investasi pada semua sektor pembangunan.

Globalisasi mengakibatkan persaingan dalam memperebutkan

faktor-faktor produksi semakin meningkat. Secara umum semua daerah menyadari

bahwa untuk mempercepat proses pembangunan diperlukan dana yang sangat

besar. Pemerintah di daerah dihadapkan pada suatu masalah yang rumit. Di satu

sisi terdapat keinginan yang besar untuk meningkatkan pembangunan dengan

kemampuan sendiri tanpa harus bergantung terhadap pihak lain. Di sisi lain,

banyak daerah yang mengalami keterbatasan dana untuk melakukan

pembangunan daerahnya. Sumber pendanaan yang dapat menjadi alternatif untuk

mewujudkan pembangunan daerah adalah dengan menarik investasi baik itu dari

(13)

Dengan adanya otonomi daerah telah memberikan peluang yang cukup

besar kepada daerah untuk menarik investasi swasta sebagai salah satu sumber

pembiayaan pembangunan. Namun hal ini akan menyebabkan tingkat persaingan

daerah akan semakin tajam sehingga pemerintah daerah di tuntut untuk

menyiapkan daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menarik investasi,

orang dan industri untuk masuk ke wilayah masing-masing.

Menurut KPPOD (2003) terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat

menentukan daya tarik investor untuk masuk ke suatu daerah. Faktor-faktor

tersebut diperkirakan juga relatif sama dengan yang terjadi di kota Pematang

Siantar. Menurut KPPOD faktor-faktor tersebut adalah faktor kelembagaan, sosial

politik, Ekonomi Daerah, Tenaga Kerja dan Infrastruktur Fisik. Pada tahun 2002

dan 2003 KPPOD melakukan penelitian terhadap 134-200 Kabupaten/Kota di

Indonesia untuk mengetahui bobot masing-masing faktor tersebut. Hasil

penelitian KPPOD menunjukkan bahwa faktor kelembagaan memiliki bobot

tertinggi diantara faktor-faktor yang menjadi daya tarik investasi (Tabel 1). Faktor

lain yang juga berpengaruh dan memiliki jumlah bobot yang cukup tinggi adalah

kondisi sosial politik.

Tabel 1.1

Bobot Faktor Pemeringkat Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia

menurut penelitian KPPOD Tahun 2002-2003

Faktor 2002 2003

Kelembagaan 31% 31%

Sosial Politik 26% 26%

Ekonomi Daerah 17% 17%

Tenaga Kerja 13% 13%

Infrastruktur Fisik 13% 13%

(14)

Dengan adanya penerapan otonomi daerah diharapkan kota Pematang

Siantar menjadi pusat kekuatan baru dalam bidang ekonomi, sosial dan politik.

Kota Pematang Siantar merupakan salah satu kota yang sedang giat-giatnya

melakukan pembangunan di segala bidang, yang bertujuan untuk menarik para

investor dalam negeri maupun investor asing. Potensi dan peluang kota

Pematang Siantar dalam menarik investor cukup besar. Hampir semua sektor di

Kota Pematang Siantar memiliki potensi yang dapat di kembangkan. Prospek

Investasi di Kota Pematang Siantar juga menjanjikan, karena letak kota Pematang

Siantar yang strategis.

Sebagai kota perdagangan, secara geografi Pematang siantar diapit

Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh dan

pertanian. Kemudian kota ini juga menghubungkan jalan darat ke

kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan.

Sehingga posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antar

kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba Parapat.

Untuk mengupayakan agar Kota Pematang siantar dapat menjadi suatu

wilayah yang menarik bagi investor/penanam modal, selain melakukan promosi

perlu juga diketahui faktor-faktor yang menjadi daya tarik investasi dari sisi

investor. Atas dasar latar belakang ini,maka penelitian yang mengkaji

faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik investasi ke Pematang Siantar amat perlu

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah

yang dikemukakan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan,

yaitu :

1. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing investasi di Kota

Pematang Siantar?

2. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi faktor dominan dalam menentukan

daya saing investasi di Kota Pematang Siantar?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja

kendala-kendala yang dihadapi pemerintah Kota Pematang Siantar dalam menarik

investor dari dalam negeri maupun investor dari luar negeri.Secara khusus tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan investasi di

Kota Pematang Siantar

2. Untuk melakukan pemeringkatan faktor-faktor dominan yang menentukan

daya saing investasi kota Pematang Siantar

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi

para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam meumuskan dan

merencanakan arah kegiatan pembangunan perekonomian di Kota

(16)

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Investasi

Investasi berarti setiap kegiatan yang meningkatkan kemampuan ekonomi

untuk memproduksi output di masa yang akan datang. Secara umum investasi

dapat diartikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang dan modal dan

perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang dan jasa

dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan

perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang

akan datang. Mankiw (2005) mengartikan investasi sebagai barang-barang yang

dibeli untuk penggunaan masa depan.

Menurut Sukirno (1996), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran

atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia di dalam perekonomian.

Investasi menempati posisi yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan

perekonomian daerah. Besar kecilnya investasi dalam suatu kegiatan ekonomi

ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, kemajuan tekhnologi,

ramalan kondisi ekonomi, dan faktor lainnya.

Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh

pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya

(18)

tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian

(Harjono, 2007).

Investasi merupakan faktor yang penting dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Dengan adanya kegiatan investasi di suatu daerah tentunya akan

mendorong peningkatan capital per tenaga kerja (perkapita) sehingga akan

meningkatkan pendapatan nasional. Apabila terdapat kenaikan jumlah kapital

perkapita maka akan meningkatkan pendapatan nasional sehingga meningkatkan

investasi.

Menurut mankiw (2000), investasi terdiri dari barang yang dibeli untuk

penggunaan masa depan. Investasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu

business fixed investment, residential investment dan inventory investment.

Business fixed Investment mencakup sarana dan prasarana yang digunakan

perusahaan dalam produksinya, sementara Residential Investment meliputi

pembelian rumah baru, baik yang akan ditinggali oleh pemilik sendiri maupun

yang akan disewakan kembali, sedangkan Inventory Investment adalah barang

yang disimpan oleh perusahaan di gudang, meliputi bahan baku, persediaan,

barang setengah jadi dan barang jadi.

Investasi adalah variabel ekonomi yang menjadi penghubung antara

kondisi pada saat sekarang ini dengan kondisi di masa yang akan datang, dan juga

yang menghubungkan antara pasar barang dan pasar uang. Peranan suku bunga

sangat penting dalam menjembatani kedua pasar tersebut. Investasi juga

merupakan komponen PDB yang paling volatile. Pada saat resesi, penyebab

(19)

makroekonomi, pengertian investasi adalah “…the flow of spend-ing that adds to

the physical stock of capital”. Dengan demikian kegiatan seperti pembangunan

rumah, pembelian mesin, pembangunan pabrik dan kantor, serta penambahan

barang inventori suatu perusahaan termasuk dalam pengertian investasi tersebut,

sedangkan kegiatan pembelian saham atau obligasi suatu perusahaan tidak

termasuk dalam pengertian investasi ini (Dornbusch, 1996).

2.1.1 Penanaman Modal Asing

Menurut hulman panjaitan dalam Harjono (2007) pengertian penanaman

modal asing adalah suatu kegiatan penanaman modal yang didalamnya terdapat

unsur asing (foreign element) yang ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang

berbeda, asal modal, dan sebagainya. Modal yang ditanam dalam penanaman

modal asing merupakan modal yang berasal dari milik asing maupun modal

gabungan antar modal milik asing dengan modal dalam negeri.

Pada umumnya di negara yang sedang berkembang menganggap bahwa

pembangunan ekonomi negara tersebut akan dapat dikembangkan lagi jika dapat

memanfaatkan modal asing. Modal asing tersebut akan dimanfaatkan ke dalam

sektor-sektor yang produktif. Untuk aliran modal asing yang lebih besar lagi perlu

diciptakan iklim ekonomi yang baik sehingga investor asing akan menanamkan

modalnya dan modal asing tersebut akan disertakan dalam pembangunan

ekonomi.

Peranan modal asing dalam pembangunan adalah bersifat komplementer

yang diarahkan sesuai prioritas pembangunan. Seperti yang dketahui

(20)

kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan kecakapan

manajemen, tekhnik dan organisasi. Pelaksanaannya harus diusahakan

berdasarkan kemampuan yang ada di dalam negeri agar tidak merugikan

kepentingan nasional. Menurut Sumantoro (1989), penanaman modal asing harus

diarahkan menurut bidang-bidang yang telah ditetapkan prioritasnya oleh

pemerintah yaitu untuk sekto-sektor sebagai berikut:

1. Usaha yang membutuhkan modal swasta sangat besar dan tekhnologi yang

tinggi

2. Usaha yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi

3. Usaha pendirian industri-industri dasar

4. Usaha yang menciptakan lapangan pekerjaan

5. Usaha yang menunjang penerimaan negara

6. Usaha yang menunjang penghematan devisa atau pengganti impor

7. Usaha yang menunjang pembangunan daerah

Kebijaksanaan dibidang penanaman modal asingtersebut secara

keseluruhan tercakup pada kebijaksanaan pengembangan dunia usaha dan

mencakup bidang-bidang pengaturan tekhnis dan pengarahan dalam rangka

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha, peningkatan

penyebaran kegiatan usaha kedaerah, pembukaan lapangan kerja yang lebih luas

bagi tenaga kerja Indonesia dan pengarahan potensi investasi yang ada.

Penanamanan modal asing ke suatu negara akan mencari objek investasi

yang menarik, mendapatkan keuntungan dan aman. Investor asing akan berusaha

(21)

1967 tentang penanaman modal asing. Disamping itu investor asing juga

mengusahakan perlindungan dari negara asalnya atau dari organisasi-organisasi

keuangan internasional.

Pada saat sekarang ini negara yang sedang berkembang ataupun negara

maju telah menyadari dan mengusahakan hubungan kerjasama antara pemerintah

dan pihak swasta. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penanaman modal dari

negara maju ke negara yang sedang berkembang. Motif mencari untung dari

kegiatan penanaman modal akan selalu di utamakan oleh negara maju, sedangkan

bagi negara yang sedang berkembang menganggap kegiatan penanaman modal

asing sebagai suatu kegiatan perluasan untuk mendapatkan perkembangan dalam

negeri.

2.1.2 Penanaman Modal Dalam Negeri

Penanaman modal dalam negeri diatur dalam UU No.6 Tahun 1968

tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Penanaman modal dalam negeri adalah

penggunaan modal dalam negeri (merupakan kekayaan Masyarakat Indonesia

yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang

berdomisili di Indonesia yang digunakan guna menjalankan kegiatan usaha) bagi

usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono,

2007).

Usaha pengembangan penanaman modal dalam negeri telah dirintis oleh

pemerintah, yaitu dengan kebijakan kredit investasi. Pemberian kredit investasi

memerlukan keahlian dalam proses pembangunannya. Pemberian atau penyaluran

(22)

menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan dimana terjadi pemborosan keuangan

negara dan pengaruhnya terhadap inflasi (Sumantoro, 1989)

2.2 Konsep Daya Saing Investasi

Daya Saing (Competiveness) merupakan salah satu kata kunci yang lekat

dengan pembangunan ekonomi lokal/daerah. Camagni (2002) mengungkapkan

bahwa daya saing daerah kini merupakan salah satu isu sentral, terutama dalam

rangka mengamankan stabilitas ketenagakerjaan, dan memanfaatkan integrasi

eksternal (kecenderungan global), serta keberlanjutan pertumbuhan kesejahteraan

dan kemakmuran lokal/daerah.

Mayer-Staner (2003) menegaskan bahwa “ Local Economic Development

is about competiveness – it is about companies thriving in a competitive

globalised world.” Yang dimaksud daerah “daerah” dalam hal ini adalah wilayah

geografis tertentu didalam suatu negara atau antar beberapa negara. Untuk

pengertian yang pertama, maka daerah merupakan bagian integral dari suatu

negara. Berikut adalah beberapa definisi tentang daya saing daerah.

 Daya saing tempat (lokalitas dan daerah) merupakan kemampuan ekonomi

dan masyarakat lokal untuk memberikan peningkatan standar hidup bagi

warga atau penduduknya (Malecki, 1999)

 Daya saing daerah dapat didefinisikan sebagai kemampuan para anggota

konstituen dari suatu daerah untuk melakukan tindakan dalam memastikan

bahwa bisnis yang berbasis di daerah tersebut menjual tingkat nilai tambah

yang tinggi dalam persaingan terbuka terhadap persaingan eksternal

(23)

 Daya saing daerah dapat didefinisikan sebagai kemampuan para anggota

konstituen dari suatu daerah untuk melakukan tindakan dalam memastikan

bahwa bisnis yang berbasis di daerah tersebut menjuual tingkat nilai

tambah yang tinggi dalam persaingan internasional, dapat dipertahankan

oleh aset dan institusi di daerah tersebut, dan karenanya menyumbang

pada peningkatan PDB dan distribusi kesejahteraan lebih luas dalam

masyarakat, menghasilkan standar hidup yang tinggi, serta virtuous cycle

dampak pembelajaran (Charles dan Benneworth, 2000)

 Daya saing perkotaan (urban Competiveness) merupakan kemampuan

suatu daerah perkotaan untuk memproduksi dan memasarkan

produk-produknya yang serupa dengan produk dari daerah perkotaan lainnya

(World Bank ; dan Webster dan Muller 2000).

 Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam

mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestic dan

internasional. (Abdullah, et, al, 2002)

Daerah merupakan suatu entitas ekonomi dan sebagai bagian integral dari

suatu negara. Karena itu dengan analogi terhadap negara, maka daya saing daerah,

hingga batas tertentu, pada dasarnya akan memiliki keserupaan fitur dengan daya

saing negara.

(24)

Kelembagaan, mencakup kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi

pemerintahan dalam hal perumusan kebijakan,pelayanan publik,kepastian dan

penegakan hukum, serta pembangunan daerah. Dalam penelitian ini, faktor

kelembagaan terbagi menjadi 4 variabel yaitu:

1. Variabel Kepastian Hukum

Variabel ini diukur dari konsistensi peraturan yang ada, baik peraturan

pemerintah maupun pemerintah daerah, penegakan keputusan peradilan, sejauh

mana suatu keputusan peradilan perdana maupun pidana itu dilaksanakan,

kecepatan aparat keamanan dalam merespon setiap kondisi gangguan

keamanan yang terjadi dan juga seberapa banyak pungutan liar yang terjadi di

luar sistem dan prosedur, peaturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Variabel Pelayanan Aparatur

Variabel ini diukur dari sejauh mana respon kepedulian pemerintah daerah

terhadap permasalahan yang ada di kalangan dunia usaha yang ada di

daerahnya, bagaimana panjang dan berbelitnya birokrasi pelayanan kebutuhan

dunia usaha dalam melakukan usahanya, bagaimana potensi ekonomi daerah

dan sejauh mana informasi atas potensi ekonomi daerah itu disebarluaskan atau

seberapa banyak akses yang ada untuk mengetahui potensi ekonomi daerahnya

dan juga berapa banyak penyalahgunaan wewenang oleh aparat dan seberapa

besar penyalahgunaan wewenang ini merugikan dunia usaha. Persepsi

masyarakat Dunia usaha terhadap pelayanan birokrat kebanyakan masih

negatif. Namun hal ini tidak dapat di generalisir kepada seluruh birokrat di

(25)

3. Variabel Kebijakan Daerah dan Peraturan Daerah

Variabel ini di ukur dari bagaimana kejelasan tarif dan kesesuaiannya antara

ketentuan dengan pemungutannya,bagaimana kejelasan prosedur pengurusan

perizinan pembayaran pungutan. Persoalan yang sering muncul dalam

perizinan adalah adanya ketidaksesuaian antara ketentuan yang telah ditetapkan

dalam aturan formalnya dengan pelaksanaannya dilapangan yang terkait

dengan prosedur yang harus dilalui,ketepatan waktu penyesuaian dan besarnya

biaya yang harus dilaksanakan, dan juga variabel ini dinilai dari bagaimana

proses penyusunan peraturan dalam kaitan dengan dunia usaha apakah ada

keterlibatan penuh dari semua unsur yang terkait dalam dunia usaha tersebut

4. Variabel Kepemimpinan Daerah

Variabel ini dinilai dari bagaimana kebijakan kepala daerah, apa inisiatif

kepala daerah dan bagaimana hubungan kepala daerah dengan pengusaha.

Kepemimpinan kepala daerah yang kuat akan mampu menciptakan iklim

investasi yang kondusif. Banyak kebijakan-kebijakan daerah lahir dari inisiatif

kepala daerah. Adanya transparansi dan akuntabilitas kebijakan pembangunan

daerah sering juga lahir dari kepala daerah.

2.3.2 Faktor Sosial Politik

Yang dimaksud dengan kondisi sosial politik daerah adalah berbagai

dampak atau akibat dari hubungan timbale balik antara segi kehidupan ekonomi

dengan segi kehidupan politik, antara segi hukum dan segi kehidupan agama, segi

kehidupan politik dan keamanan dan sebagainya. Kelompok variabel ini

(26)

dan budaya dalam mendukung perekonomian daerah dan daya tarik investasi

daerah. Faktor sosial politik terbagi menjadi tiga variabel yaitu:

1. Variabel Keamanan

Variabel keamanan diukur dari seberapa besar jaminan keamanan dalam

berusaha, bagaimana tingkat keamanan dimasyarakat dan bagaimana

dampak dari kegiatan unjuk rasa.

2. Variabel Politik

Variabel politik diukur dari bagaimana hubungan antara eksekutif dan

legislatif di daerah. Seperti kita ketahui bersama dua unsur pemerintahan

daerah yang berperan besar terhadap jalannya roda pembangunan di

daerah adalah DPRD sebagai unsur legislatif dan Pemda sebagai unsur

eksekutif. Bila terjadi konflik antara dua unsur ini akan sangat

berpengaruh terhadap pelayanan birokrasi terhadap pelaku usaha.

3. Variabel Sosial Budaya

Variabel sosial budaya ditinjau dari seberapa besar keterbukaan

masyarakat menerima dunia usaha yang umumnya dilakukan oleh kaum

pendatang dari daerah lain, bagaimana keterbukaan masyarakat terhadap

tenaga kerja dari luar daerah, bagaimana etos kerja masyarakat lokal yang

berbeda dengan kinerja tenaga kerja pendatang, bagaimana kemudahan

memperoleh hak atas penguasaan tanah dan seberapa besar terjadinya

potensi konflik dimasyarakat yang dapat menganggu kegiatan para pelaku

(27)

Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya (Kampolsosbud) merupakan

pertimbangan dalam berinvestasi. Tingginya pertimbangan investor akan faktor

ini bukan karena keadaan kondisi yang tidak baik, namun lebih dikarenakan

harapan yang tinggi terhadap faktor kampolsosbud. Sektor primer

(pertanian,perkebunan dan pertambangan) membutuhkan kemudahan memperoleh

hak atas penguasaan tanah, keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha,

keamanan usaha, keamanan masyarakat, dampak unjuk rasa yang rendah, etos

kerja masyarakat lokal yang tinggi, atau paling tidak keterbukaan masyarakat

lokal terhadap tenaga kerja di luar daerah. Sedangkan sektor tersier (perdagangan

dan jasa) membutuhkan keamanan usaha yang tinggi di tempat usaha, di

masyarakat sekitar tempat usaha, serta dalam lalu lintas pengiriman barang.

2.3.3 Faktor Ekonomi Daerah

Merupakan ukuran kinerja sistem ekonomi daerah secara makro.

Perekonomian daerah mencakup beberapa hal, antara lain variabel utama makro

ekonomi (seperti total output/PDRB, tingkat harga dan kesempatan kerja) yang

membentuk struktur ekonomi daerah. Perekonomian daerah digunakan untuk

mengukur daya dukung potensi ekonomi.

Faktor ekonomi daerah ditinjau dari beberapa variabel yaitu potensi

ekonomi daerah yang tercermin dari Produk Domestik Regional Bruto baik

berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan yang kemudian dibagi dengan

jumlah penduduk sehingga diperoleh nilai PDRB per kapita,pertumbuhan

ekonomi daerah yang merupakan nilai persentase perbedaan antara Produk

(28)

konstruktif yang menunjukkan nilai kumulatif rata-rata barang konsumsi

konstruksi yang ada.

Potensi ekonomi juga dapat dilihat dari potensi yang berbasis pada sumber

daya alam, maupun potensi akibat bentukan karena di dorong oleh aktivitas usaha

atau adanya investasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan struktur ekonomi

yang kuat akan memacu perekonomian di daerah, peningkatan daya beli, yang

pada gilirannya akan mendorong sikap mental masyarakat ke arah yang lebih

maju. Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda

dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu

daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi,sosial dan fisik daerah itu

sendiri,termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada

strategi pembangunan ekonomi daerah yang berlaku untuk semua daerah. Namun

di pihak lain, dalam menyususun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik

jangka pendek maupun jangka panjang,pemahaman mengenai teori pertumbuhan

ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan

ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan

kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah.

2.3.4 Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

pmbentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Selain itu pekerja yang

merupakan sumber daya manusia adalah komponen utama dari pembangunan

`karena pelaku utama pembangunan adalah manusia. Untuk melihat gambaran

(29)

setiap pekerja pada suatu kegiatan ekonomi dapat dilihat dengan menghitung

produktivitas tenaga kerja. Beberapa hal yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan yang dapat mempengaruhu daya tarik terhadap investasi adalah.

1. Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja

Untuk kegiatan diperlukan adanya tenaga kerja yang cukup tersedia baik

tenaga kerja yang sudah berpengalaman maupun yang belum

berpengalaman. Tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah yang

bersangkutan atau dengan cara mendatangkan dari daerah lain.

Ketersediaan tenaga kerja dilihat dari raso jumlah penduduk usia

produktif; rasio pencari kerja dengan angkatan kerja; maupun tenaga kerja

dengan basis pendidikan minimal SLTP yang sudah memiliki pengalaman

kerja

2. Variabel Biaya Tenaga Kerja

Merupakan tingkat kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan sebagai

biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha, yang biasanya merupakan upah

atau gaji untuk pekerja. Pengupahan yang ditetapkan pemerintah

UMP/UMK merupakan faktor penting bagi pengusaha untuk menjalankan

kegiatan usahanya. Asumsinya semakin kecil upah yang ditetapkan

pemerintah semakin menarik bagi investor untuk melakukan kegiatan

investasi

3. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas diukur berdasarkan besarnya PDRB di sektor tertentu dibagi

(30)

dan kekurangannya namun pengukuran ini masih memadai untuk

menunjuk kecenderungan produktivitas kesempatan kerja.

2.3.5 Faktor Infrastruktur Fisik

Yang dimaksud dengan infrastruktur fisik adalah berbagai instalasi dan

kemudahan dasar yang diperlukan masyarakat dalam melakukan aktivitas

perdagangan dan kelancaran pergerakan barang dari satu daerah ke daerah lain

atau juga dari satu negara ke negara lain. Faktor infrastruktur fisik dibagi menjadi

dua variabel yaitu:

1. Variabel Ketersediaan Infrastruktur Fisik

Ketersediaan infrastruktur fisik diperlukan untuk kelancaran kegiatan

usaha. Agar kelancaran kegiatan usaha tercaopai maka harus didukung

oleh ketersediaan infrastruktur fisik yang memadai seperti jalan raya,

kereta api, pelabuhan laut dan udara, sarana komunikasi, dan sumber

energi

2. Kualitas dan Akses Terhadap Infrastruktur Fisik

Infrastruktur yang tersedia belum tentu menjamin kelancaran kegiatan

usaha. Maka infrastruktur yang tersedia juga harus memiliki kualitas yang

baik. Kualitas infrastruktur yang baik ditunjukkan dengan kemudahan

akses terhadap infrastruktur yang ada.

Faktor infrastruktur fisik merupakan faktor yang menjadi pertimbangan

yang cukup penting dalam berinvestasi. Dukungan infrastruktur yang baik mampu

meningkatkan produktivitas faktor-faktor penentu berinvestasi lainnya. Semakin

(31)

Implikasinya, jika pemerintah daerah menginginkan masuknya investor dengan

skala usaha besar maka pemerintah daerah harus mampu mempersiapkan skala

infrastruktur yang juga besar guna menunjang kegiatan usaha investor. Dua

variable utama dalam menunjang infrastruktur fisik adalah variabel ketersediaan

dan kualitas infrastruktur fisik. Kedua variabel ini sangat berpengaruh terhadap

kelancaran kegiatan usaha daerah.

2.4 Penelitian Terdahulu

Lingkungan bisnis yang sehat diperlukan untuk dapat menarik investor

dalam dan luar negeri. Beberapa sumber membuktikan, faktor utama yang

mempengaruhi lingkungan bisnis adalah tenaga kerjadan

produktivitas,perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, dan

kelembagaan (institusi). Survei yang dilakukan KPPOD (2003) menunjukkan

bahwa institusi atau kelembagaan merupakan faktor utama yang menentukan daya

tarik investasi di suatu daerah, diikuti oleh kondisi sosial politik, infrastruktur

fisik, kondisi ekonomi daerah dan produktivitas tenaga kerja. Dalam keadaan

normal potensi ekonomi merupakan faktor utama pertimbangan investasi. Studi

terhadap lebih dari 2.000 perusahaan di lebih dari 60 kabupaten/kota yang

dilakukan oleh LPEM FEUI (2000) menunjukkan bahwa alasan utama dibalik

peningkatan ketidak pastian usaha yang signifikan berhubungan dengan masih

kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam menciptakan dan

mempertahankan iklim bisnis yang baik.

Studi Kuncoro & Rahajeng (2005) dengan meneliti 55 pengusaha kecil,

(32)

faktor kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik

investasi/ kegiatan usaha di DIY. Kemudian diikuti oleh faktor infrastruktur fisik,

yang ketiga adalah faktor sosial politik. Berikutnya adalah faktor ekonomi daerah

dan yang terakhir adalah faktor tenaga kerja. Hal ini menunjukkan perbedaan

antara peringkat bobot faktor penentu investasi daerah di DIY dengan peingkat

bobot faktor investasi yang dilakukan KPPOD (2003) bahwa faktor yang memiliki

bobot terbesar adalah faktor kelembagaan diikuti faktor sosial politik, ekonomi

daerah. Kemudian faktor tenaga kerja dan faktor infrastruktur fisik yang

mempunyai bobot yang sama.

Menurut persepsi pelaku usaha di DIY, bobot ketersediaan infrastruktur

memiliki peringkat pertama kedua adalah keamanan diikuti oleh perda dan

kebijakan, berikutnya di peringkat keempat adalah potensi ekonomi, kepastian

hukum, sospol, budaya, produktivitas tenaga kerja, dan kualitas infrastruktur fisik.

Aparatur dan pelayanan berada di peringkat sepuluh diikuti oleh keuangan daerah,

struktur ekonomi, biaya tenaga kerja, perbankan dan ketersediaan tenaga kerja.

Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik investasi di DIY relative lebih dipengaruhi

oleh faktor non ekonominya terutama Kelembagaan,Infrastruktur Fisik dan Sosial

Politik, dibandingkan dengan faktor ekonomi yaitu Ekonomi Daerah dan Tenaga

kerja. Menurut persepsi pelaku usaha di DIY faktor ekonomi cenderung lebih

dapat di awasi dibandingkan dengan faktor non ekonomi.

Studi Haryadi kamal yaitu tentang Analisis Daya Tarik Investasi Di

Provinsi Jambi menunjukkan aliran investasi masuk belum menunjukkan

(33)

dengan anggaran yang dikeluarkan oleh daerah. Faktor yang menjadi

pertimbangan paling utama pengusaha dalam berinvestasi adalah faktor

kelembagaan. Faktor kedua adalah sosial politik sementara yang ketiga adalah

infrastruktur fisik. Faktor yang keempat adalah ekonomi daerah dan tenaga kerja

merupakan faktor yang terakhir. Aparatur pelayanan, peraturan daerah, kepastian

hukum, ketersediaan infrastruktur fisik dan keberadaan perbankan merupakan

lima variabel yang paling menentukan daya tarik investasi suatu daerah. Sistem

dan proses pelayanan investasi di provinsi jambi belum maksimal. Sebagian

investor masih mengeluhkan tentang proses pengurusan persetujuan izin usaha,

dan adanya biaya siluman atau pungutan tak resmi serta sistem pelayanan yang

belum satu pintu. Di samping itu lamanya pengurusan izin menyebabkan para

calon investor harus mengeluarkan biaya tambahan tak resmi.

2.5 Kerangka Konseptual

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peranan

penting dalam pertumbuhan ekonomi. Secara umum, investasi baik PMA atau

PMDN membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan

prosedur penanaman modal. Investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari

daya tarik daerah tersebut terhadap investasi serta adanya iklim investasi yang

kondusif. Keberhasilan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang digunakan

sebagai ukuran daya saing perekonomian daerah. Pembangunan suatu wilayah

sangat bergantung pada kegiatan investasi wilayah yang secara

(34)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peringkat yang menjadi

Faktor-faktor daya saing investasi di Kota Pematang Siantar. Berdasarkan tujuan serta

untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, faktor-faktor dan variabel daya

saing investasi di Kota Pematang siantar adalah :

1. Faktor kelembagaan dan variabelnya yaitu: kepastian hukum, keuangan

daerah, aparatur, dan peraturan daerah

2. Faktor Sosial politikdan variabelnya yaitu: sosial politik, kemanan dan

budaya

3. Faktor Ekonomi Daerah dan variabelnya yaitu: potensi ekonomi dan

stuktur ekonomi

4. Faktor Tenaga Kerja dan variabelnya yaitu: Biaya tenaga kerja,

ketersediaan tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja

5. Faktor infrastruktur fisik dan variabelnya yaitu: ketersediaan infrastruktur

(35)
(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan

dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Kota Pematang Siantar. Penelitian ini

mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing investasi di Kota

Pematang Siantar. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai, sedangkan definisi

operasional adalah operasionalisasi konsep agar dapat diteliti atau di ukur melalui

gejala-gejala yang ada. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah variabel AHP yaitu berupa Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik

investasi di Kota Pematang siantar. Faktor-faktor dan variabel dalam penelitian ini

dijelaskan sebagai berikut:

(37)

Mencakup kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintah

dalam hal perumusan kebijakan, pelayanan publik, kepastian, serta penegakan

hukum, serta pembangunan daerah. Variabel dalam Faktor kelembagaan

adalah

1) Variabel kepastian hukum

2) Variabel Aparatur dan Pelayanan

3) Variabel Kebijakan Daerah/Peraturan Daerah

4) Variabel Keuangan Daerah

2. Faktor Sosial Politik

Yang dimaksud dengan kondisi sosial politik daerah adalah berbagai dampak

atau akibat dari hubungan timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dan

segi kehidupan politik, antara segi hukum dan segi kehidupan agama, segi

kehidupan politik dan kemanan dan sebagainya. Variabel dalam Faktor sosial

politik adalah:

1) Variabel Keamanan

2) Variabel Sosial Politik

3) Variabel Budaya Masyarakat

3. Faktor Ekonomi Daerah

Merupakan ukuran kinerja ekonomi daerah secara makro. Variabel dalam

Faktor sosial politik adalah:

1) Variabel potensi ekonomi

(38)

4. Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

pembentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Variabel dalam Faktor

tenaga kerja adalah:

1) Variabel ketersediaan tenaga kerja

2) Variabel biaya tenaga kerja

3) Variabel produktivitas tenaga kerja

5. Faktor Infrastruktur Fisik

Infrastruktur fisik mencakup berbagai instalasi dan kemudahan dasar yang

diperlukan dalam kelancaran aktivitas perdagangan. Variabel infrastruktur

fisik adalah:

1) Variabel ketersediaan infrastruktur fisik

2) Kualitas dan akses terhadap infrastruktur fisik

3.4 Skala Pengukuran Variabel

1. Faktor Kelembagaan pengukurannya dinyatakan dalam persen (%)

2. Faktor Sosial Politik pengukurannya dinyatakan dalam persen (%)

3. Faktor Ekonomi Daerah pengukurannya dinyatakan dalam persen (%)

4. Faktor Tenaga Kerja pengukurannya dinyatakan dalam persen (%)

5. Faktor Infrastruktur Fisik dinyatakan dalam persen (%)

3.5 Populasi dan Sampel

Penentuan responden yang disurvei dengan purposive sampling didasarkan

pada kriteria sebagai berikut:

(39)

2. Perusahaan yang berasal dari daerah yang bersangkutan yaitu Kota

Pematang Siantar

3. Perusahaan yang terdaftar di DISPERINDAG Kota Pematang Siantar

Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data

yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu

penelitian yang cepat.

Pengumpulan data tentang Analisis Daya Saing Investasi di Kota

Pematang Siantar dilakukan dengan wawancara yang dipandu dengan kuesioner

Analytical Hierarchy process (AHP) dengan target 30 responden pelaku usaha

yang ada di Kota Pematang Siantar yang telah memenuhi kriteria diatas.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang

dikaitkan dengan tempat dan waktu yang merupakan bahan untuk analisis dalam

suatu keputusan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

primer dan sekunder.

Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh

organisasi yang menerbitkan atau mengolahnya. Sedangkan data primer untuk

pemeringkatan faktor-faktor yang menjadi daya tarik investasi diperoleh dari

pengusaha kecil,menengah dan besar yang ada di Kota Pematang Siantar.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari survei instansional melalui

sumber yang relevan dengan topik yang diteliti, yaitu dari instansi terkait

diantaranya Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Provinsi Sumatera

(40)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu

pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data

primer dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dan

wawancara. Wawancara merupakan metode pengambilan data dengan cara

bertanya langsung dengan responden. Wawancara dilakukan terhadap pengusaha

kecil,menengah dan besar yang ada di Kota Pematang Siantar. Hasil wawancara

tersebut dikemukakan secara tertulis dalam kuesioner.

Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa kuesioner AHP dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup (close question) yaitu

jawaban kuesioner telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa

alternatif dari pilihan jawaban yang disediakan

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melalui studi pustaka. Studi

pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan mempelajari

literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku, jurnal,

laporan dari lembaga terkait dan bahan lainnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3.8 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah AHP (Analisis Hirarki Proses).

Metode AHP merupakan suatu model yang diperkenalkan oleh Thomas L.Saaty

pada tahun 1971. Saaty menyatakan bahwa AHP adalah suatu model untuk

membangun gagasan dan mendefenisikan persoalan dengan cara membuat

(41)

memungkinkan menguji kepekaan hasilnya. Dalam prosesnya AHP memasukkan

pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis yang bergantung pada imajinasi,

pengalaman dan pengetahuan. Di lain pihak proses AHP memberi suatu kerangka

bagi partisipasi kelompok dalam pengambilan keputusan atau pemecahan

persoalan.

Keuntungan penggunaan metode AHP adalah sebagai berikut:

1) Memberi satu model tunggal, mudah dimengerti dan luwes untuk berbagai

persoalan yang terstruktur

2) Mempunyai sifat kompleksitas dan saling ketergantungan,dimana dalam

memecahkan persoalan dapat memadukan rancangan deduktif dan

rancangan berdasarkan sistem serta menangani saling ketergantungan

elemen-elemen dalam satu sistem

3) Elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat yang berlainan dan

kelompok unsur yang serupa dalam setiap tingkat dapat disusun secara

hirarki.

4) Dengan menetapkan berbagai prioritas dapat memberikan ukuran skala

objek dan konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan serta menuntun pada suatu taksiran menyeluruh kebaikan setiap

alternative.

5) Memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan

mereka dan tidak memaksakan konsesus, tetapi mensintesis suatu hasil

(42)

6) Memungkinkan orang memperhalus definisi pada suatu persoalan dan

memperbaiki pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan.

Faktor dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang

digunakan oleh KPPOD dalam penelitian mengenai daya tarik investasi daerah

tahun 2002,2003. AHP memecahkan suatu permasalahan investasi daerah secara

hierarki. Metode AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang

dikembangkan oleh Render (2000). Pemilihan alat analisis didasarkan

pertimbangan bahwa AHP merupakan salah satu alat atau salah satu model

pengambilan keputusan dengan input utama adalah persepsi manusia. AHP

merupakan salah satu metode yang memecah suatu masalah kompleks ke dalam

kelompok-kelompok secara hirarki. Dengan AHP pembobotan suatu faktor atau

variabel dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia sehingga diharapkan

dapat menggambarkan kondisi yang senyatanya. Penelitian ini memecah masalah

investasi daerah ke dalam beberapa faktor penentu daya tarik investasi daerah

berdasarkan faktor penentu daya tarik investasi yang di tetapkan oleh KPPOD ke

dalam beberapa variabel. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam metode AHP

(Saaty,1993):

Langkah pertama adalah menentukan tujuan berdasarkan permasalahan

yang ada. Tujuan yang diambil dalam penelitian ini adalah menentukan

pemeringkatan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik investasi di Kota

(43)

Langkah kedua adalah menentukan kriteria. Kriteria diperoleh dari hasil

pra-suvey dan dari hasil pra survey yang telah dilakukan maka kriteria yang

diperoleh adalah:

1. Faktor daya tarik investasi dipandang dari aspek Kelembagaan

2. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Sosial Politik

3. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Ekonomi Daerah

4. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Tenaga Kerja

5. Faktor daya saing investasi dipandang dari aspek Infrastruktur Fisik

Langkah ketiga adalah menentukan alternatif. Alternatif juga diperoleh dari

hasil pra- survey. Dalam hal ini membahas mengenai pemeringkatan faktor-faktor

yang menjadi daya tarik investasi di Kota Pematang Siantar. Dari hasil

pembahasan tersebut maka diperoleh alternatif sebagai berikut:

1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari

aspek Kelembagaan meliputi:

a) Aparatur dan Pelayanan

b) Perda dan Kebijakan

c) Keuangan Daerah

d) Kepastian Hukum

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari

aspek Sosial Politik meliputi:

a) Keamanan

b) Sospol

(44)

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari

aspek Ekonomi Daerah meliputi:

a) Potensi Ekonomi

b) Struktur

c) Perbankan

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya saing investasi ditinjau dari

aspek Tenaga Kerja meliputi:

a) Produktivitas

b) Biaya

c) Ketersediaan

5. Faktor-Faktor daya saing investasi ditinjau dari aspek Infrastruktur Fisik

meliputi:

a) Ketersediaan

b) Kualitas

Langkah keempat adalah menyebarkan kuesioner kepada sejumlah

responden yang sudah ditentukan

Langkah kelimaadalah menyusun matriks dari hasil rata-rata yang didapat

dari sejumlah responden tersebut. Kemudian hasil diolah menggunakan expert

choice versi 9.0

Langkah keenamadalah,menganalisis hasil olahan dari expert choice versi

9.0 untuk mengetahui hasil nilai inkonsistensi dan prioritas. Jika nilai

konsistensinya lebih dari 0,10 maka hasil tersebut tidak konsisten, namun jika

(45)

Langkah ketujuh adalah penentuan skala prioritas dari kriteria dan

alternatif untuk mencapai variabel hierarki dengan tujuan pemeringkatan

faktor-faktor yang menentukan daya saing investasi di Kota Pematang Siantar.

Bobot yang lebih besar dari suatu faktor atau variabel menunjukkan faktor

atau variabel tersebut lebih penting dibandingkan dengan faktor atau variabel

lainnya dalam menentukan daya tarik investasi suatu daerah menurut persepsi

pelaku usaha. Dengan memasukkan unsur persepsi maka metode AHP dapat

mengatasi kelemahan utama pada metode pengambilan keputusan yang selama ini

sering dikenal dengan kelemahan dalam mengubah data kualitatif ke dalam

bentuk kuantitatif. Selain itu AHP juga mampu memberikan prioritas alternatif

dan melacak ketidakkonsistenan dalam prtimbangan dan preferensi seorang

responden (Saaty,2002).

Ada empat asumsi dasar yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan dan

memahami metode AHP yaitu:

Reciprocal comparison artinya pengambilan keputusan harus mampu

membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi

tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai

daripada B dengan skala X maka B lebih disukai daripada A dengan

skala 1/X

Homogeneity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan

dengan skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat

(46)

elemen-elemen yang dibandingkan tidak homogeneus dan harus dibentuk

suatu elemen-elemen yang baru.

Independence diasumsikan bahwa kriteria tidak terpengaruhi oleh

alernatif-alternatif yang ada tetapi dipengaruhi oleh sasaran secara

keseluruhan artinya perbandingan antar elemen-elemen dalam suatu level

dipengaruhi elemen-elemen dalam level diatasnya.

Expectation tujuan pengambilan keputusan struktur hirarki diasumsikan

lengkap.

Adapun prinsip dasar metode AHP adalah sebagai berikut (Saaty,1990)

Decomposition proses penguraian permasalahan faktor dan variabel

sehingga diperoleh suatu hierarki

Comparative judgement proses penilaian kepentingan relatif terhadap

elemen-elemen yang terdapat dalam suatu tingkatan sehubungan dengan

tingkatan diatasnya yang disajikan dalam bentuk matriks pairwaise

comparison.

Synthesis of priority, setelah diperoleh skala perbandingan berpasangan

maka akan dicari satu eigen vector yang menunjukkan sintesis local

priority pada suatu hierarki

Logical consistency AHP mentoleransi tingkat konsistensi sebesar kurang

dari 10% apabila lebih dari 10% maka responden dianggap tidak konsisten

dalam menjawab pertanyaan maka diperbolehkan melakukan perbaikan

(47)

Matriks pairwaise tidak ada yang bernilai 0 dan bilangan negatif sehingga

dengan skala 1-9 maka syarat tersebut terpenuhi karena elemen terkecil

adalah 1/9 dan terbesar 9

Menurut Saaty (1993) untuk menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu

persoalan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan

(pairwase comparison), yaitu setiap elemen dibandingkan berpasangan terhadap

kriteria yang ditentukan. Bentuk perbandingan adalah matriks :

C A1 A2 A3 A4 A1 1

A2 1

A3 1

A4 1

Pengisian matriks banding berpasangan tersebut, menggunakan bilangan

yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya. Skala

itu mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1-9 yang ditetapkan sebagai

pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap

tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya.

Pengalaman telah membuktikan bahwa skala dengan Sembilan satuan dapat

diterima dan mencerminkan derajat sampai mana mampu membedakan intensitas

tata hubungan antar elemen.

(48)

Skala banding berpasangan yang digunakan dalam penyusunan AHP untuk

menentukan susunan prioritas alternatif dan kriteria guna mencapai sasaran

pemeringkatan faktor-faktor daya saing investasi di Kota Pematang Siantar.

Arti dari angka 1 s/d 9 dalam skala pilihan adalah sebagai berikut

 Angka 1 artinya sama penting: dua hal yang diperbandingkan sama

pentingnya

 Angka 3 artinya sedikit (moderate) lebih penting : satu hal yang

diperbandingkan sedikit lebih penting dibandingkan komponen lainnya

 Angka 5 artinya lebih penting: satu hal yang diperbandingkan lebih

penting dibandingkan dengan komponen lainnya

 Angka 7 artinya sangat penting : satu hal yang diperbandingkan sangat

lebih penting dibandingkan dengan komponen lainnya

 Angka 9 artinya sangat penting: satu hal yang diperbandingkan mutlak

lebih penting dibandingkan komponen lainnya

Sedangkan angka genap 2,4,6,8 merupakan nilai tengah di antara dua nilai

keputusan yang berdekatan. Dalam matriks pairwase berlaku prinsip kebalikan

artinya jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan

aktivitas j, maka aktivitas j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan

dengan i.

Setelah semua pertimbangan diterjemahkan secara numerik validitasnya

dievaluasi dengan uji konsistensi. Pada persoalan pengambilan keputusan,

(49)

elemen-elemen atau aktivitas-aktivitas berkenaan dengan beberapa kriteria adalah perlu

untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata.

AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan

melalui rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang

(CR≤0,1). Jika lebih dari 10%, pertimbangan itu mungkin agak acak dan mungkin perlu diperbaiki. Pengukuran rasio konsistensi (CR) adalah sebagai berikut:

CR=CI/RI

Untuk keperluan pengolahan data pada dasarnya AHP dapat menggunakan

dari satu responden ahli. Namun dalam aplikasinya penilaian kriteria dan

alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner. Konsekuensinya pendapat

beberapa ahli perlu dicek konsistensinya satu persatu, pendapat yang konsistensi

kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometric (Saaty, 1993).

Hasil penelitian gabungan tersebut selanjutnya diolah dengan prosedur

AHP. Setelah dilakukan running melalui program expert choice versi 9.0, akan

ditunjukkan hasil urutan skala prioritas secara grafis untuk mencapai sasaran.

Urutan skala prioritas tersebut sesuai dengan bobot dari masing-masing alternatif

dan kriteria serta besarnya konsistensi gabungan hasil running, apabila besarnya

rasio konsistensi tersebut ≤ 0,1, maka keputusan yang diambil oleh para responden untuk menentukan skala prioritas cukup konsisten, artinya bahwa skala

CR: Consistency Ratio

CI: Consistency Indeks

(50)

prioritas tersebut dapat diimplementasikan sebagai kebijakan untuk mencapai

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survei ini dilakukan terhadap 30 perusahaan yang terdapat di Kota

Pematang Siantar. Survey dilakukan dalam kurun waktu Juni 2014. Dalam

penelitian tentang Analisis Daya Saing Investasi Di Kota Pematang Siantar

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya saing investasi di kota

Pematang Siantar yaitu: faktor kelembagaan, faktor sosial politik, faktor ekonomi

daerah, faktor tenaga kerja, dan faktor infrastruktur fisik. Dalam penelitian ini

dilakukan pemeringkatan terhadap faktor-faktor tersebut, sehingga diketahui

faktor yang menjadi faktor yang dominan dalam menentukan kegiatan investasi di

Kota Pematang Siantar. Berikut ini merupakan pemaparan mengenai

temuan-temuan penelitian ini.

4.1 Kondisi Demografi Kota Pematang Siantar

Sebagai kota perdagangan, secara geografi Pematang Siantar diapit

Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan, karet, sawit, teh,

dan hasil pertanian. Kemudian kota ini juga menghubungkan jalan darat ke

kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli utara dan Tapanuli

selatan. Sehingga posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antar

(52)

Tabel 4.1

Kecamatan di Kota Pematang Siantar

No Kecamatan Luas (Km2)

1 Siantar Marihat 25,83

2 Siantar Selatan 2,02

3 Siantar Barat 3,21

4 Siantar Utara 3,65

5 Siantar Timur 4,52

6 Siantar Martoba 40,75

Total 79,97

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematang Siantar

Kota Pematang Siantar terdiri dari 6 kecamatan yaitu kecamatan Siantar

Marihat, Siantar Selatan, Siantar Barat, Siantar Selatan, Siantar Timur dan Siantar

Martoba dengan jumlah kelurahan sebanyak 43 kelurahan.

Kondisi geografis Wilayah kota Pematang Siantar berada antara 3o 01’ 09”

– 20 54’ 40” Lintang Utara dan 99o 6’ 23”- 99o 1’ 10” dengan luas wilayah 79,97

km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

 Batas Utara : Kabupaten Simalungun

 Batas Selatan : Kabupaten Simalungun

 Batas Timur : Kabupaten Simalungun

 Batas Barat : Kabupaten Simalungun

Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Siantar Martoba

940,75km2) Sedangkan Kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Siantar

Selatan (2,02 Km2). Struktur geologis wilayah ini adalah berada pada ketinggian

(53)

4.2Pertumbuhan Ekonomi Kota Pematang Siantar Tabel 4.2

Perkembangan PDRB Tahun 2008-2011

Uraian 2008 2009 2010 2011

Pertumbuhan (%) 5,72 5,36 5,85 6,02

Sumber Pertumbuhan (%)

Pertanian -0,37 0,02 -0,01 -0.02

Pertambangandan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00

Industri Pengolahan 0,91 0,21 0,21 0,09

Sumber : PDRB Lapangan Usaha Kota Pematang Siantar 2006-2011

Kemajuan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan besaran nilai

Produk Domestik Bruto (PDRB). Besaran pertumbuhan PDRB sering

diasumsikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita yang berkaitan dengan

kesejahteraan yang meningkat. Tahun 2008 PDRB Kota Pematang Siantar adalah

sebesar 5,72% dan setiap tahun mengalami peningkatan dan pada tahun 2011,

PDRB kota pematang siantar tumbuh sebesar 6,02%.

Sumber pertumbuhan dari sektor pertanian pada tahun 2008 adalah sebesar

-0,37% dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,02% dan

mengalami penurunan kembali menjadi -0,02% pada tahun 2011. Dari sektor

pertambangan dan penggalian tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun

yaitu sebesar 0,00%. Dari sektor industri pengolahan pada tahun 2008 adalah

(54)

Dari sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2008 adalah sebesar -0,04%

dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 0,3% dan

mengalami penurunan kembali pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,02%. Dari

sektor konstruksi mengalami penurunan yaitu sebesar 0,06% pada tahun 2008

menjadi 0,03% pada tahun 2011. Dari sektor perdagangan mengalami

peningkatan yaitu 1,28% pada tahun 2008 menjadi 2,47% pada tahun 2011.

Dari sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan yaitu

sebesar 0,99% pada tahun 2008 menjadi 0,83% pada tahun 2011. Dari sektor

keuangan dan jasa keuangan mengalami penurunan yaitu sebesar 1,44% pada

tahun 2008 menjadi 0,85% pada tahun 2011. Dari sektor jasa-jasa mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,84% menjadi 1,46% pada tahun

2011.

Tahun 2011, PDRB kota pematang siantar tumbuh sebesar 6,02%, dimana

sumber pertumbuhan terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran

(2,47%) dan yang terkecil berasal dari sektor pertambangan dan penggalian

0,001%).

4.3 Inflasi Di Kota Pematang Siantar Tabel 4.3

Indeks Harga Konsumen dan Inflasi

Indikator 2007 2008 2009 2010 2011

IHK 156,59 113,11 116,19 127,44 132,85

Inflasi (%) 8,37 10,16 2,72 9,68 4,25

Sumber : Pematang Siantar dalam angka 2012

Inflasi sebagai salah satu produk dari penghitungan Indeks Harga

(55)

wilayah. Laju inflasi dalam arti sempit adalah meningkatnya tingkat harga dan

barang dan jasa kebutuhan masyarakat secara rata-rata. Laju inflasi yang tinggi

dan berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan

mengakibatkan stagflasi, sedang apabila tingkat inflasi sangat rendah akan

mengakibatkan resesi ekonomi.

Pada tahun 2011, besaran nilai IHK sebesar 132,85 dan nilai inflasi yang

terbentuk sebesar 132,85 dan nilai inflasi yang terbentuk sebesar 4,25%. Bila

dilihat dari komponen pembentuk inflasi, komoditi sandang merupakan

penyumbang terbesar bagi pembentukan inflasi (8,96%).

4.4 Ketenagakerjaan Di Kota Pematang Siantar Tabel 4.4

Bekerja Di sektor Pertanian 8,63 7,60 9,12

Bekerja Di Sektor Industri 5,97 8,24 11,4

Bekerja Di Sektor Perdagangan

36,25 41,64 32,48

Bekerja Di Sektor Jasa 24,69 28,57 34,2

Bekerja Di Sektor Lainnya 18,49 15,18 17,43

Sumber : Susenas 2009,2010,2011

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai TPAK cenderung berfluktuatif

dan nilai TPT cenderung menurun. Tahun 2011 nilai TPAK sebesar 65,79%,

mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 62,25%.

Peningkatan nilai TPAK sejalan penurunan nilai TPT, dimana nilai TPT pada

(56)

Bila dilihat dari lapangan usaha pekerjaan, 34,25% penduduk kota pemang

siantar bekerja disektor jasa-jasa diikuti oleh sektor perdagangan sebanyak

32,48%, sektor lainnya sebesar 17,43%, sektor industri sebesar 11,44%, dan

sektor pertanian sebesar 9,12%.

4.5 Sektor Industri Kota Pematang Siantar Tabel 4.5

Jumlah Industri di Kota Pematang Siantar Jumlah Industri

Uraian 2009 2010 2011

Kecil 501 526 526

Besar dan Sedang 38 35 35

Sumber: Pematang Siantar dalam angka 2012

Pembangunan sektor industri tidak dapat dipisahkan dari pembangunan

perekonomian sesungguhnya. Pembangunan tekhnologi yang masih padat karya

pada sektor ini berpotensi untuk mengurangi jumlah pengangguran. Dari sisi

jumlah, banyaknya industri pengolahan baik kategori kecil maupun besar tidak

mengalami perubahan.

Tabel 4.6

Distribusi Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan (Miliar RP)

Industri 2009 2010 2011

Industri Makanan Minuman dan Tembakau 97,04 97 96,99

Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 0,44 0,44 0,45

Industri Kayu 0,66 0,67 0,66

Industri Percetakan 0,49 0,50 0,51

Industri Kimia 1,15 1,16 1,15

Industri Barang Galian Bukan Logam - - -

Industri Logam Dasar - - -

Industri barang dari logam O,13 0,14 0,14

Industri Pengolahan lainnya 0,09 0,09 0,09

Sumber: PDRB Kota Pematang Siantar 2006-2011

(57)

makanan, minuman dan tembakau mencapai 96,99 persen, diikuti oleh industri

kimia 1,16%, industri kayu 0,66%, industri percetakan 0,51%, industri tekstil

0,45%, industri mesin dan perlengkapan 0,14% dan kontribusi paling kecil

diberikan oleh industry pengolahan lainnya yaitu 0,09%.

4.6 Perbankan Dan Investasi di Kota Pematang Siantar Tabel 4.7

Posisi Kredit UMKM 2011

Jenis Kredit Nominal %

Mikro s/d 50 juta 132.069 16,89

Kecil (>50 juta- 500 juta) 330.853 42,30

Menengah (>500 juta- 5 M) 319.143 40,81

Sumber : Bank Indonesia

Kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mengembangkan dunia usaha

mikro, kecil dan menengah mendorong lembaga keuangan bank untuk ikut juga

berperan aktif dalam membentuk pemberian kredit kepada usaha/perusahaan

mikro, kecil dan menengah. Jumlah kredit mikro, kecil dan menengah pada tahun

2011 mencapai 782.065 juta rupiah, dimana 16,89% disalurkan dalam bentuk

kredit mikro.

Tabel 4.8

Posisi Pinjaman Menurut Lokasi Proyek (Juta Rp)

Lapangan Usaha 2010 2011

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

26.629 29.557

Pertambangan dan Penggalian 165 117

Industri Pengolahan 357.344 841.470

Listrik, Gas dan Air Bersih 1.100 90

Konstruksi 45.586 52.315

Perdagangan, Hotel dan Restoran 505.227 559.313

Pengangkutan dan Komunikasi 29.712 57.333

Keuangan 14.032 16.613

Jasa-Jasa 41.589 161.579

(58)

Sumber : Bank Indonesia

Posisi pinjaman yang disalurkan oleh perbankan di Kota Pematang Siantar

mencapai 1.718.407 juta rupiah, meningkat sebesar 68,07% dibandingkan dengan

tahun 2010. Jumlah kredit terbesar diserap oleh lapangan usaha industri

pengolahan yang mencapai 841.80 juta rupiah (68,07%). Sedangkan lapangan

usaha listrik, gas dan air bersih menyerap kredit paling kecil yaitu hanya 90 juta

rupiah (0,01%)

4.7 Peringkat Daya Saing Investasi Di Kota Pematang Siantar

Hasil pemeringkatan daya saing investasi yang dilakukan terhadap 30

perusahaan yang terdapat di Kota Pematang Siantar disajikan berdasarkan

peringkat secara umum dan berdasarkan masing masing peringkat faktor (5

faktor). Penyajian seperti ini dimaksudkan agar diperoleh gambaran lengkap

terhadap hasil secara total, serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan

masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi di Kota

Pematang Siantar.

Priorities with respect to:

Goal: Analisis Daya Saing Investasi

inconsistency: 0,04

With 0 missing judgements Kelembagaan     .375

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Perkembangan PDRB Tahun 2008-2011
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur ekonomi daerah serta pergeseran sektor primer, sekunder, dan jasa dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan

Afriani Siregar : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Investasi..., 2004... Afriani Siregar : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan daya saing ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu faktor infrastruktur fisik yang

Dengan hasil penelitian faktor yang paling penting dalam pembentukan daya saing ekonomi kota Sibolga yaitu faktor infrastruktur dengan bobot nilai sebesar 0,328

dengan bobot 0.203 dan faktor kelembagaan dengan bobot 0.098, serta yang. terakhir adalah faktor sosial politik dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik dan pola penyebaran investasi di Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom baru.. Namun

Hasil pembobotan tersebut menunjukkan bahwa faktor faktor penentu daya saing ekonomi Kota Binjai 2014 dipengaruhi oleh faktor infrastruktur fisik, faktor perekonomian

Hasil pembobotan tersebut menunjukkan bahwa faktor faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Simalungun 2015 dipengaruhi oleh faktor infrastruktur fisik, faktor