• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi - Analisis Daya Saing Investasi Di Kota Pematang Siantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi - Analisis Daya Saing Investasi Di Kota Pematang Siantar"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Investasi

Investasi berarti setiap kegiatan yang meningkatkan kemampuan ekonomi

untuk memproduksi output di masa yang akan datang. Secara umum investasi

dapat diartikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang dan modal dan

perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang dan jasa

dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan

perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang

akan datang. Mankiw (2005) mengartikan investasi sebagai barang-barang yang

dibeli untuk penggunaan masa depan.

Menurut Sukirno (1996), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran

atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia di dalam perekonomian.

Investasi menempati posisi yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan

perekonomian daerah. Besar kecilnya investasi dalam suatu kegiatan ekonomi

ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, kemajuan tekhnologi,

ramalan kondisi ekonomi, dan faktor lainnya.

Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh

(2)

tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian

(Harjono, 2007).

Investasi merupakan faktor yang penting dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Dengan adanya kegiatan investasi di suatu daerah tentunya akan

mendorong peningkatan capital per tenaga kerja (perkapita) sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional. Apabila terdapat kenaikan jumlah kapital

perkapita maka akan meningkatkan pendapatan nasional sehingga meningkatkan

investasi.

Menurut mankiw (2000), investasi terdiri dari barang yang dibeli untuk

penggunaan masa depan. Investasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu

business fixed investment, residential investment dan inventory investment.

Business fixed Investment mencakup sarana dan prasarana yang digunakan perusahaan dalam produksinya, sementara Residential Investment meliputi pembelian rumah baru, baik yang akan ditinggali oleh pemilik sendiri maupun

yang akan disewakan kembali, sedangkan Inventory Investment adalah barang yang disimpan oleh perusahaan di gudang, meliputi bahan baku, persediaan,

barang setengah jadi dan barang jadi.

Investasi adalah variabel ekonomi yang menjadi penghubung antara

kondisi pada saat sekarang ini dengan kondisi di masa yang akan datang, dan juga

yang menghubungkan antara pasar barang dan pasar uang. Peranan suku bunga

sangat penting dalam menjembatani kedua pasar tersebut. Investasi juga

(3)

makroekonomi, pengertian investasi adalah “…the flow of spend-ing that adds to the physical stock of capital”. Dengan demikian kegiatan seperti pembangunan rumah, pembelian mesin, pembangunan pabrik dan kantor, serta penambahan

barang inventori suatu perusahaan termasuk dalam pengertian investasi tersebut,

sedangkan kegiatan pembelian saham atau obligasi suatu perusahaan tidak

termasuk dalam pengertian investasi ini (Dornbusch, 1996).

2.1.1 Penanaman Modal Asing

Menurut hulman panjaitan dalam Harjono (2007) pengertian penanaman

modal asing adalah suatu kegiatan penanaman modal yang didalamnya terdapat

unsur asing (foreign element) yang ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berbeda, asal modal, dan sebagainya. Modal yang ditanam dalam penanaman

modal asing merupakan modal yang berasal dari milik asing maupun modal

gabungan antar modal milik asing dengan modal dalam negeri.

Pada umumnya di negara yang sedang berkembang menganggap bahwa

pembangunan ekonomi negara tersebut akan dapat dikembangkan lagi jika dapat

memanfaatkan modal asing. Modal asing tersebut akan dimanfaatkan ke dalam

sektor-sektor yang produktif. Untuk aliran modal asing yang lebih besar lagi perlu

diciptakan iklim ekonomi yang baik sehingga investor asing akan menanamkan

modalnya dan modal asing tersebut akan disertakan dalam pembangunan

ekonomi.

Peranan modal asing dalam pembangunan adalah bersifat komplementer

yang diarahkan sesuai prioritas pembangunan. Seperti yang dketahui

(4)

kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan kecakapan

manajemen, tekhnik dan organisasi. Pelaksanaannya harus diusahakan

berdasarkan kemampuan yang ada di dalam negeri agar tidak merugikan

kepentingan nasional. Menurut Sumantoro (1989), penanaman modal asing harus

diarahkan menurut bidang-bidang yang telah ditetapkan prioritasnya oleh

pemerintah yaitu untuk sekto-sektor sebagai berikut:

1. Usaha yang membutuhkan modal swasta sangat besar dan tekhnologi yang

tinggi

2. Usaha yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi

3. Usaha pendirian industri-industri dasar

4. Usaha yang menciptakan lapangan pekerjaan

5. Usaha yang menunjang penerimaan negara

6. Usaha yang menunjang penghematan devisa atau pengganti impor

7. Usaha yang menunjang pembangunan daerah

Kebijaksanaan dibidang penanaman modal asingtersebut secara

keseluruhan tercakup pada kebijaksanaan pengembangan dunia usaha dan

mencakup bidang-bidang pengaturan tekhnis dan pengarahan dalam rangka

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha, peningkatan

penyebaran kegiatan usaha kedaerah, pembukaan lapangan kerja yang lebih luas

bagi tenaga kerja Indonesia dan pengarahan potensi investasi yang ada.

Penanamanan modal asing ke suatu negara akan mencari objek investasi

yang menarik, mendapatkan keuntungan dan aman. Investor asing akan berusaha

(5)

1967 tentang penanaman modal asing. Disamping itu investor asing juga

mengusahakan perlindungan dari negara asalnya atau dari organisasi-organisasi

keuangan internasional.

Pada saat sekarang ini negara yang sedang berkembang ataupun negara

maju telah menyadari dan mengusahakan hubungan kerjasama antara pemerintah

dan pihak swasta. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penanaman modal dari

negara maju ke negara yang sedang berkembang. Motif mencari untung dari

kegiatan penanaman modal akan selalu di utamakan oleh negara maju, sedangkan

bagi negara yang sedang berkembang menganggap kegiatan penanaman modal

asing sebagai suatu kegiatan perluasan untuk mendapatkan perkembangan dalam

negeri.

2.1.2 Penanaman Modal Dalam Negeri

Penanaman modal dalam negeri diatur dalam UU No.6 Tahun 1968

tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Penanaman modal dalam negeri adalah

penggunaan modal dalam negeri (merupakan kekayaan Masyarakat Indonesia

yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang

berdomisili di Indonesia yang digunakan guna menjalankan kegiatan usaha) bagi

usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono,

2007).

Usaha pengembangan penanaman modal dalam negeri telah dirintis oleh

pemerintah, yaitu dengan kebijakan kredit investasi. Pemberian kredit investasi

memerlukan keahlian dalam proses pembangunannya. Pemberian atau penyaluran

(6)

menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan dimana terjadi pemborosan keuangan

negara dan pengaruhnya terhadap inflasi (Sumantoro, 1989)

2.2 Konsep Daya Saing Investasi

Daya Saing (Competiveness) merupakan salah satu kata kunci yang lekat dengan pembangunan ekonomi lokal/daerah. Camagni (2002) mengungkapkan

bahwa daya saing daerah kini merupakan salah satu isu sentral, terutama dalam

rangka mengamankan stabilitas ketenagakerjaan, dan memanfaatkan integrasi

eksternal (kecenderungan global), serta keberlanjutan pertumbuhan kesejahteraan

dan kemakmuran lokal/daerah.

Mayer-Staner (2003) menegaskan bahwa “ Local Economic Development is about competiveness – it is about companies thriving in a competitive globalised world.” Yang dimaksud daerah “daerah” dalam hal ini adalah wilayah geografis tertentu didalam suatu negara atau antar beberapa negara. Untuk

pengertian yang pertama, maka daerah merupakan bagian integral dari suatu

negara. Berikut adalah beberapa definisi tentang daya saing daerah.

 Daya saing tempat (lokalitas dan daerah) merupakan kemampuan ekonomi

dan masyarakat lokal untuk memberikan peningkatan standar hidup bagi

warga atau penduduknya (Malecki, 1999)

 Daya saing daerah dapat didefinisikan sebagai kemampuan para anggota

konstituen dari suatu daerah untuk melakukan tindakan dalam memastikan

bahwa bisnis yang berbasis di daerah tersebut menjual tingkat nilai tambah

yang tinggi dalam persaingan terbuka terhadap persaingan eksternal

(7)

 Daya saing daerah dapat didefinisikan sebagai kemampuan para anggota

konstituen dari suatu daerah untuk melakukan tindakan dalam memastikan

bahwa bisnis yang berbasis di daerah tersebut menjuual tingkat nilai

tambah yang tinggi dalam persaingan internasional, dapat dipertahankan

oleh aset dan institusi di daerah tersebut, dan karenanya menyumbang

pada peningkatan PDB dan distribusi kesejahteraan lebih luas dalam

masyarakat, menghasilkan standar hidup yang tinggi, serta virtuous cycle

dampak pembelajaran (Charles dan Benneworth, 2000)

 Daya saing perkotaan (urban Competiveness) merupakan kemampuan

suatu daerah perkotaan untuk memproduksi dan memasarkan

produk-produknya yang serupa dengan produk dari daerah perkotaan lainnya

(World Bank ; dan Webster dan Muller 2000).

 Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam

mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestic dan

internasional. (Abdullah, et, al, 2002)

Daerah merupakan suatu entitas ekonomi dan sebagai bagian integral dari

suatu negara. Karena itu dengan analogi terhadap negara, maka daya saing daerah,

hingga batas tertentu, pada dasarnya akan memiliki keserupaan fitur dengan daya

saing negara.

(8)

Kelembagaan, mencakup kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi

pemerintahan dalam hal perumusan kebijakan,pelayanan publik,kepastian dan

penegakan hukum, serta pembangunan daerah. Dalam penelitian ini, faktor

kelembagaan terbagi menjadi 4 variabel yaitu:

1. Variabel Kepastian Hukum

Variabel ini diukur dari konsistensi peraturan yang ada, baik peraturan

pemerintah maupun pemerintah daerah, penegakan keputusan peradilan, sejauh

mana suatu keputusan peradilan perdana maupun pidana itu dilaksanakan,

kecepatan aparat keamanan dalam merespon setiap kondisi gangguan

keamanan yang terjadi dan juga seberapa banyak pungutan liar yang terjadi di

luar sistem dan prosedur, peaturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Variabel Pelayanan Aparatur

Variabel ini diukur dari sejauh mana respon kepedulian pemerintah daerah

terhadap permasalahan yang ada di kalangan dunia usaha yang ada di

daerahnya, bagaimana panjang dan berbelitnya birokrasi pelayanan kebutuhan

dunia usaha dalam melakukan usahanya, bagaimana potensi ekonomi daerah

dan sejauh mana informasi atas potensi ekonomi daerah itu disebarluaskan atau

seberapa banyak akses yang ada untuk mengetahui potensi ekonomi daerahnya

dan juga berapa banyak penyalahgunaan wewenang oleh aparat dan seberapa

besar penyalahgunaan wewenang ini merugikan dunia usaha. Persepsi

masyarakat Dunia usaha terhadap pelayanan birokrat kebanyakan masih

negatif. Namun hal ini tidak dapat di generalisir kepada seluruh birokrat di

(9)

3. Variabel Kebijakan Daerah dan Peraturan Daerah

Variabel ini di ukur dari bagaimana kejelasan tarif dan kesesuaiannya antara

ketentuan dengan pemungutannya,bagaimana kejelasan prosedur pengurusan

perizinan pembayaran pungutan. Persoalan yang sering muncul dalam

perizinan adalah adanya ketidaksesuaian antara ketentuan yang telah ditetapkan

dalam aturan formalnya dengan pelaksanaannya dilapangan yang terkait

dengan prosedur yang harus dilalui,ketepatan waktu penyesuaian dan besarnya

biaya yang harus dilaksanakan, dan juga variabel ini dinilai dari bagaimana

proses penyusunan peraturan dalam kaitan dengan dunia usaha apakah ada

keterlibatan penuh dari semua unsur yang terkait dalam dunia usaha tersebut

4. Variabel Kepemimpinan Daerah

Variabel ini dinilai dari bagaimana kebijakan kepala daerah, apa inisiatif

kepala daerah dan bagaimana hubungan kepala daerah dengan pengusaha.

Kepemimpinan kepala daerah yang kuat akan mampu menciptakan iklim

investasi yang kondusif. Banyak kebijakan-kebijakan daerah lahir dari inisiatif

kepala daerah. Adanya transparansi dan akuntabilitas kebijakan pembangunan

daerah sering juga lahir dari kepala daerah.

2.3.2 Faktor Sosial Politik

Yang dimaksud dengan kondisi sosial politik daerah adalah berbagai

dampak atau akibat dari hubungan timbale balik antara segi kehidupan ekonomi

dengan segi kehidupan politik, antara segi hukum dan segi kehidupan agama, segi

kehidupan politik dan keamanan dan sebagainya. Kelompok variabel ini

(10)

dan budaya dalam mendukung perekonomian daerah dan daya tarik investasi

daerah. Faktor sosial politik terbagi menjadi tiga variabel yaitu:

1. Variabel Keamanan

Variabel keamanan diukur dari seberapa besar jaminan keamanan dalam

berusaha, bagaimana tingkat keamanan dimasyarakat dan bagaimana

dampak dari kegiatan unjuk rasa.

2. Variabel Politik

Variabel politik diukur dari bagaimana hubungan antara eksekutif dan

legislatif di daerah. Seperti kita ketahui bersama dua unsur pemerintahan

daerah yang berperan besar terhadap jalannya roda pembangunan di

daerah adalah DPRD sebagai unsur legislatif dan Pemda sebagai unsur

eksekutif. Bila terjadi konflik antara dua unsur ini akan sangat

berpengaruh terhadap pelayanan birokrasi terhadap pelaku usaha.

3. Variabel Sosial Budaya

Variabel sosial budaya ditinjau dari seberapa besar keterbukaan

masyarakat menerima dunia usaha yang umumnya dilakukan oleh kaum

pendatang dari daerah lain, bagaimana keterbukaan masyarakat terhadap

tenaga kerja dari luar daerah, bagaimana etos kerja masyarakat lokal yang

berbeda dengan kinerja tenaga kerja pendatang, bagaimana kemudahan

memperoleh hak atas penguasaan tanah dan seberapa besar terjadinya

potensi konflik dimasyarakat yang dapat menganggu kegiatan para pelaku

(11)

Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya (Kampolsosbud) merupakan

pertimbangan dalam berinvestasi. Tingginya pertimbangan investor akan faktor

ini bukan karena keadaan kondisi yang tidak baik, namun lebih dikarenakan

harapan yang tinggi terhadap faktor kampolsosbud. Sektor primer

(pertanian,perkebunan dan pertambangan) membutuhkan kemudahan memperoleh

hak atas penguasaan tanah, keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha,

keamanan usaha, keamanan masyarakat, dampak unjuk rasa yang rendah, etos

kerja masyarakat lokal yang tinggi, atau paling tidak keterbukaan masyarakat

lokal terhadap tenaga kerja di luar daerah. Sedangkan sektor tersier (perdagangan

dan jasa) membutuhkan keamanan usaha yang tinggi di tempat usaha, di

masyarakat sekitar tempat usaha, serta dalam lalu lintas pengiriman barang.

2.3.3 Faktor Ekonomi Daerah

Merupakan ukuran kinerja sistem ekonomi daerah secara makro.

Perekonomian daerah mencakup beberapa hal, antara lain variabel utama makro

ekonomi (seperti total output/PDRB, tingkat harga dan kesempatan kerja) yang

membentuk struktur ekonomi daerah. Perekonomian daerah digunakan untuk

mengukur daya dukung potensi ekonomi.

Faktor ekonomi daerah ditinjau dari beberapa variabel yaitu potensi

ekonomi daerah yang tercermin dari Produk Domestik Regional Bruto baik

berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan yang kemudian dibagi dengan

jumlah penduduk sehingga diperoleh nilai PDRB per kapita,pertumbuhan

ekonomi daerah yang merupakan nilai persentase perbedaan antara Produk

(12)

konstruktif yang menunjukkan nilai kumulatif rata-rata barang konsumsi

konstruksi yang ada.

Potensi ekonomi juga dapat dilihat dari potensi yang berbasis pada sumber

daya alam, maupun potensi akibat bentukan karena di dorong oleh aktivitas usaha

atau adanya investasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan struktur ekonomi

yang kuat akan memacu perekonomian di daerah, peningkatan daya beli, yang

pada gilirannya akan mendorong sikap mental masyarakat ke arah yang lebih

maju. Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda

dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu

daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi,sosial dan fisik daerah itu

sendiri,termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada

strategi pembangunan ekonomi daerah yang berlaku untuk semua daerah. Namun

di pihak lain, dalam menyususun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik

jangka pendek maupun jangka panjang,pemahaman mengenai teori pertumbuhan

ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan

ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan

kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah.

2.3.4 Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

pmbentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Selain itu pekerja yang

merupakan sumber daya manusia adalah komponen utama dari pembangunan

`karena pelaku utama pembangunan adalah manusia. Untuk melihat gambaran

(13)

setiap pekerja pada suatu kegiatan ekonomi dapat dilihat dengan menghitung

produktivitas tenaga kerja. Beberapa hal yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan yang dapat mempengaruhu daya tarik terhadap investasi adalah.

1. Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja

Untuk kegiatan diperlukan adanya tenaga kerja yang cukup tersedia baik

tenaga kerja yang sudah berpengalaman maupun yang belum

berpengalaman. Tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah yang

bersangkutan atau dengan cara mendatangkan dari daerah lain.

Ketersediaan tenaga kerja dilihat dari raso jumlah penduduk usia

produktif; rasio pencari kerja dengan angkatan kerja; maupun tenaga kerja

dengan basis pendidikan minimal SLTP yang sudah memiliki pengalaman

kerja

2. Variabel Biaya Tenaga Kerja

Merupakan tingkat kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan sebagai

biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha, yang biasanya merupakan upah

atau gaji untuk pekerja. Pengupahan yang ditetapkan pemerintah

UMP/UMK merupakan faktor penting bagi pengusaha untuk menjalankan

kegiatan usahanya. Asumsinya semakin kecil upah yang ditetapkan

pemerintah semakin menarik bagi investor untuk melakukan kegiatan

investasi

3. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas diukur berdasarkan besarnya PDRB di sektor tertentu dibagi

(14)

dan kekurangannya namun pengukuran ini masih memadai untuk

menunjuk kecenderungan produktivitas kesempatan kerja.

2.3.5 Faktor Infrastruktur Fisik

Yang dimaksud dengan infrastruktur fisik adalah berbagai instalasi dan

kemudahan dasar yang diperlukan masyarakat dalam melakukan aktivitas

perdagangan dan kelancaran pergerakan barang dari satu daerah ke daerah lain

atau juga dari satu negara ke negara lain. Faktor infrastruktur fisik dibagi menjadi

dua variabel yaitu:

1. Variabel Ketersediaan Infrastruktur Fisik

Ketersediaan infrastruktur fisik diperlukan untuk kelancaran kegiatan

usaha. Agar kelancaran kegiatan usaha tercaopai maka harus didukung

oleh ketersediaan infrastruktur fisik yang memadai seperti jalan raya,

kereta api, pelabuhan laut dan udara, sarana komunikasi, dan sumber

energi

2. Kualitas dan Akses Terhadap Infrastruktur Fisik

Infrastruktur yang tersedia belum tentu menjamin kelancaran kegiatan

usaha. Maka infrastruktur yang tersedia juga harus memiliki kualitas yang

baik. Kualitas infrastruktur yang baik ditunjukkan dengan kemudahan

akses terhadap infrastruktur yang ada.

Faktor infrastruktur fisik merupakan faktor yang menjadi pertimbangan

yang cukup penting dalam berinvestasi. Dukungan infrastruktur yang baik mampu

meningkatkan produktivitas faktor-faktor penentu berinvestasi lainnya. Semakin

(15)

Implikasinya, jika pemerintah daerah menginginkan masuknya investor dengan

skala usaha besar maka pemerintah daerah harus mampu mempersiapkan skala

infrastruktur yang juga besar guna menunjang kegiatan usaha investor. Dua

variable utama dalam menunjang infrastruktur fisik adalah variabel ketersediaan

dan kualitas infrastruktur fisik. Kedua variabel ini sangat berpengaruh terhadap

kelancaran kegiatan usaha daerah.

2.4 Penelitian Terdahulu

Lingkungan bisnis yang sehat diperlukan untuk dapat menarik investor

dalam dan luar negeri. Beberapa sumber membuktikan, faktor utama yang

mempengaruhi lingkungan bisnis adalah tenaga kerjadan

produktivitas,perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, dan

kelembagaan (institusi). Survei yang dilakukan KPPOD (2003) menunjukkan

bahwa institusi atau kelembagaan merupakan faktor utama yang menentukan daya

tarik investasi di suatu daerah, diikuti oleh kondisi sosial politik, infrastruktur

fisik, kondisi ekonomi daerah dan produktivitas tenaga kerja. Dalam keadaan

normal potensi ekonomi merupakan faktor utama pertimbangan investasi. Studi

terhadap lebih dari 2.000 perusahaan di lebih dari 60 kabupaten/kota yang

dilakukan oleh LPEM FEUI (2000) menunjukkan bahwa alasan utama dibalik

peningkatan ketidak pastian usaha yang signifikan berhubungan dengan masih

kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam menciptakan dan

mempertahankan iklim bisnis yang baik.

Studi Kuncoro & Rahajeng (2005) dengan meneliti 55 pengusaha kecil,

(16)

faktor kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik

investasi/ kegiatan usaha di DIY. Kemudian diikuti oleh faktor infrastruktur fisik,

yang ketiga adalah faktor sosial politik. Berikutnya adalah faktor ekonomi daerah

dan yang terakhir adalah faktor tenaga kerja. Hal ini menunjukkan perbedaan

antara peringkat bobot faktor penentu investasi daerah di DIY dengan peingkat

bobot faktor investasi yang dilakukan KPPOD (2003) bahwa faktor yang memiliki

bobot terbesar adalah faktor kelembagaan diikuti faktor sosial politik, ekonomi

daerah. Kemudian faktor tenaga kerja dan faktor infrastruktur fisik yang

mempunyai bobot yang sama.

Menurut persepsi pelaku usaha di DIY, bobot ketersediaan infrastruktur

memiliki peringkat pertama kedua adalah keamanan diikuti oleh perda dan

kebijakan, berikutnya di peringkat keempat adalah potensi ekonomi, kepastian

hukum, sospol, budaya, produktivitas tenaga kerja, dan kualitas infrastruktur fisik.

Aparatur dan pelayanan berada di peringkat sepuluh diikuti oleh keuangan daerah,

struktur ekonomi, biaya tenaga kerja, perbankan dan ketersediaan tenaga kerja.

Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik investasi di DIY relative lebih dipengaruhi

oleh faktor non ekonominya terutama Kelembagaan,Infrastruktur Fisik dan Sosial

Politik, dibandingkan dengan faktor ekonomi yaitu Ekonomi Daerah dan Tenaga

kerja. Menurut persepsi pelaku usaha di DIY faktor ekonomi cenderung lebih

dapat di awasi dibandingkan dengan faktor non ekonomi.

Studi Haryadi kamal yaitu tentang Analisis Daya Tarik Investasi Di

Provinsi Jambi menunjukkan aliran investasi masuk belum menunjukkan

(17)

dengan anggaran yang dikeluarkan oleh daerah. Faktor yang menjadi

pertimbangan paling utama pengusaha dalam berinvestasi adalah faktor

kelembagaan. Faktor kedua adalah sosial politik sementara yang ketiga adalah

infrastruktur fisik. Faktor yang keempat adalah ekonomi daerah dan tenaga kerja

merupakan faktor yang terakhir. Aparatur pelayanan, peraturan daerah, kepastian

hukum, ketersediaan infrastruktur fisik dan keberadaan perbankan merupakan

lima variabel yang paling menentukan daya tarik investasi suatu daerah. Sistem

dan proses pelayanan investasi di provinsi jambi belum maksimal. Sebagian

investor masih mengeluhkan tentang proses pengurusan persetujuan izin usaha,

dan adanya biaya siluman atau pungutan tak resmi serta sistem pelayanan yang

belum satu pintu. Di samping itu lamanya pengurusan izin menyebabkan para

calon investor harus mengeluarkan biaya tambahan tak resmi.

2.5 Kerangka Konseptual

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peranan

penting dalam pertumbuhan ekonomi. Secara umum, investasi baik PMA atau

PMDN membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan

prosedur penanaman modal. Investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari

daya tarik daerah tersebut terhadap investasi serta adanya iklim investasi yang

kondusif. Keberhasilan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang digunakan

sebagai ukuran daya saing perekonomian daerah. Pembangunan suatu wilayah

sangat bergantung pada kegiatan investasi wilayah yang secara

(18)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peringkat yang menjadi

Faktor-faktor daya saing investasi di Kota Pematang Siantar. Berdasarkan tujuan serta

untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, faktor-faktor dan variabel daya

saing investasi di Kota Pematang siantar adalah :

1. Faktor kelembagaan dan variabelnya yaitu: kepastian hukum, keuangan

daerah, aparatur, dan peraturan daerah

2. Faktor Sosial politikdan variabelnya yaitu: sosial politik, kemanan dan

budaya

3. Faktor Ekonomi Daerah dan variabelnya yaitu: potensi ekonomi dan

stuktur ekonomi

4. Faktor Tenaga Kerja dan variabelnya yaitu: Biaya tenaga kerja,

ketersediaan tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja

5. Faktor infrastruktur fisik dan variabelnya yaitu: ketersediaan infrastruktur

(19)

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Yogyakarta-Bawas:Kamis 7-8 Desember 2017 bertempat di Pengadilan Tinggi Yogyakarta, Komisi Yudisial RI dengan Mahkamah Agung RI bersinergitas dalam penerapan kode etik dan

Jakarta-Bawas: Selasa 12 Desember 2017 pukul 10.00 WIB bertempat di ruang rapat Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Lt.9, diadakan rapat koordinasi USAID CEGAH dengan Badan

Berdasarkan konsep metode gradien daya reaktif disebutkan bahwa jika Δ Q/ Δ t>0 atau arah positif maka dapat disimpulkan bahwa sumber harmonisa terbesar adalah dari

DAYA SERAP KARBON DIOKSIDA HUTAN RAKYAT SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BEBERAPA.. STRATA UMUR

Dalam melakukan rencana keuangan di perjalanan kehidupan Anda, diharapkan Anda melakukan pemantauan (monitoring) dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan pribadi Anda

Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang hubungan kontrol diri ( self-control ) dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan

Waktu tahfidz atau hafalan Qur’an anak tunarungu di Rumah Abata tidak di tentukan, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak. Sedang untuk pembelajaran tahfidznya sehari

Berdasarkan hasil analisis Pearson Product Moment diperoleh nilai Pearson Product Moment (r) sebesar 0,888 dengan taraf signifikan ( p-value ) sebesar 0,000 (