• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

3. Pendidikan Terakhir : a. SMU b. D-3 c. S-1 d. S-2 e. S-3

4. Jabatan : ...

5. Lama Bekerja : a. 1 – 5 Tahun b. 6 – 10 Tahun c. 11 – 15 Tahun d. Lebih dari 15 Tahun

6. 6. Usia anda Saat ini : a. < 25 Tahun b. 25 – 35 Tahun c. 36 – 45 Tahun

d. 46 – 55 Tahun e. Lebih 55 Tahun II. PETUNJUK PENGISIAN

1. Mohon memberi tanda silang (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling

sesuai dan mohon mengisi bagian yang membutuhkan jawaban tertulis.

2. Setelah mengisi kuesioner ini mohon Bapak/Ibu dapat memberikan kembali

kepada yang menyerahkan kuesioner ini pertama kali.

3. Keterangan Alternatif Jawaban dan Skor :

a) 1= Sangat Buruk d) 4= Sedang

b) 2= Cukup Buruk e) 5= Baik

(2)

No Indikator Daya Saing Investasi Skor Pilihan

Kelembagaan 1 2 3 4 5 6

1. Kepastian Hukum 2. Aparatur Daerah 3. Peraturan Daerah 4. Stabilitas Politik

5. Keamanan Dalam Suatu Daerah 6. Sosial Budaya (Keanekaragaman

Budaya Daerah)

No Indikator Daya Saing Investasi Skor Pilihan

Perekonomian Daerah 1 2 3 4 5 6

1. Potensi Ekonomi

2. Struktur Ekonomi (Stabilitas Harga Output dan Input)

3. Ketersediaan Tenaga Kerja Daerah yang Kompeten

4. Produktivitas Tenaga Kerja 5. Kualitas Tenaga Kerja Lokal 6. Tingkat Upah Minimum Daerah

No Indikator Daya Saing Investasi Skor Pilihan

Sistem Keuangan 1 2 3 4 5 6

1. Variasi Produk Perbankan

2. Variasi Produk Lembaga Keuangan Lainnya

3. Sebaran Kantor Cabang Bank 4. Kualitas Pelayanan Perbankan 5. Kemudahan Transaksi e-Banking 6. Kualitas Sistem Informasi

Perbankan

(3)

Perbankan

8. Bunga Kredit Terhadap Laba

No Indikator Daya Saing Daerah Skor Pilihan

Infrastruktur Fisik 1 2 3 4 5 6

1. Kualitas Jalan Raya 2. Ketersediaan Air Bersih 3. Kualitas Akses Komunikasi 4. Ketersediaan Listrik

5. Kualitas Jaringan Internet

No Indikator Daya Saing Daerah Skor Pilihan Kesehatan dan Pendidikan

Dasar

1 2 3 4 5 6

1. Kesehatan Masyarakat Daerah 2. Pendidikan dasar

(4)

Nama Kelembagaan Kepastian Hukum Aparatur Daerah Peraturan Daerah Stabilitas

Politik Keamanan

Sosial Budaya

Posma Dolok Saribu 5 5 5 4 5 5

Ruspiana Silitonga 6 5 6 5 5 5

Suryani Sinaga 4 5 5 4 5 5

Elisa Saragih 4 5 4 4 5 4

Tumbur Sitohang 5 5 5 5 4 3

Benny Aruan 5 5 5 6 6 6

Alberson Sihaloho 5 5 6 6 6 5

Sofinar Sinuhaji 5 5 5 5 5 4

Abdul Anas Nasution 4 4 5 4 5 5

Elda Netty Siahaan 3 3 5 3 5 5

Septiana 4 4 4 5 5 3

Rudol Manurung 5 6 4 3 6 5

Andafiah Manullang 4 4 4 5 5 5

Parida Manurung 2 3 3 3 5 4

Siswati 5 5 5 3 4 3

Surya 5 3 3 4 5 5

Lena Tjandra 5 4 4 4 5 5

yudi 3 4 3 3 5 5

Sariyani Silalahi 4 3 3 4 4 4

Sarmedi Silitongah 4 5 5 4 5 4

Astuti Sagala 2 3 4 3 5 4

Rossita Pasaribu 3 3 3 4 4 3

Dicky 4 4 5 5 5 5

Robin situmorang 5 5 5 3 4 5

Melda Purba 3 1 2 4 5 4

Posman Simatupang 3 3 3 3 5 5

Merlin 3 4 4 4 5 5

Bahron Damanik 4 5 5 3 6 6

Ratna Saragih 5 4 4 3 4 6

willy sijabat 3 3 2 5 4 3

Total 122 123 126 121 147 136

(5)

Nama

Perekonomian Daerah Potensi Ekonomi Struktur Ekonomi Ketersediaan Tenaga Kerja Produktivitas Tenaga Kerja Kualitas Tenaga Kerja Tingkat Upah Minimum

Posma Dolok Saribu 5 5 5 4 5 4

Ruspiana Silitonga 5 5 5 5 4 5

Suryani Sinaga 5 4 5 4 5 5

Elisa Saragih 5 4 5 4 5 4

Tumbur Sitohang 5 5 4 4 4 5

Benny Aruan 5 5 5 5 5 5

Alberson Sihaloho 5 5 5 4 4 5

Sofinar Sinuhaji 5 5 4 4 4 5

Abdul Anas Nasution 5 6 4 4 5 5

Elda Netty Siahaan 3 3 4 3 4 3

Septiana 3 3 3 4 4 4

Rudol Manurung 4 4 4 5 4 3

Andafiah Manullang 5 4 4 4 4 4

Parida Manurung 5 4 3 4 3 4

Siswati 3 5 3 3 5 3

Surya 4 5 4 3 4 5

Lena Tjandra 4 4 4 4 4 4

yudi 6 4 3 5 5 2

Sariyani Silalahi 6 3 4 5 5 3

Sarmedi Silitongah 6 5 5 5 4 3

Astuti Sagala 5 5 4 5 5 2

Rossita Pasaribu 5 6 5 5 6 5

Dicky 4 6 5 6 3 2

Robin situmorang 3 3 4 4 3 4

Melda Purba 3 2 1 4 1 4

Posman Simatupang 4 5 4 4 5 5

Merlin 3 4 3 4 3 3

Bahron Damanik 5 5 4 5 4 6

Ratna Saragih 3 4 3 4 5 5

willy sijabat 5 5 3 5 5 5

Total 134 133 119 129 127 122

(6)

Nama Sistem Keuangan Variasi Produk Perbankan Variasi Produk Lembaga Keuangan Sebaran Kantor cabang Bank Kualitas Pelayanan Perbankan Kemudahan Transaksi e-Banking Kualitas Sistem Informasi Perbankan Bunga Sistem Informasi Perbankan Bunga Kredi Terhadap Laba Posma

Dolok Saribu 4 4 5 5 4 4 4 4

Ruspiana

Silitonga 5 4 6 6 5 5 5 5

Suryani

Sinaga 5 5 5 5 5 4 4 4

Elisa Saragih 5 5 5 5 4 5 4 5

Tumbur

Sitohang 5 5 4 4 4 5 5 4

Benny

Aruan 4 4 4 5 5 5 4 5

Alberson

Sihaloho 5 5 5 4 4 5 5 4

Sofinar

Sinuhaji 5 5 4 4 4 5 5 4

Abdul Anas

Nasution 5 5 5 5 4 4 4 5

Elda Netty

Siahaan 5 5 5 4 3 3 3 3

Septiana 4 4 4 5 5 3 3 3

Rudol

Manurung 4 5 3 3 3 3 3 3

Andafiah

Manullang 5 5 5 6 6 6 6 5

Parida

Manurung 5 4 4 4 5 5 5 4

Siswati 5 4 4 5 6 5 5 5

Surya 5 5 4 4 3 3 4 5

Lena

Tjandra 5 4 4 5 5 5 4 5

yudi 4 4 4 5 5 3 3 3

Sariyani

Silalahi 4 4 4 5 5 5 5 4

Sarmedi

Silitongah 5 5 6 6 6 5 5 5

Astuti

Sagala 5 5 4 5 5 6 6 6

Rossita

(7)

Dicky 4 4 5 5 5 4 4 Robin

situmorang 5 5 5 5 5 5 5

Melda

Purba 5 4 4 4 5 5 2

Posman

Simatupang 5 5 5 5 5 5 5

Merlin 4 4 4 4 4 5 4

Bahron

Damanik 5 5 5 4 4 3 4

Ratna

Saragih 3 3 5 5 4 5 5

willy sijabat 6 5 6 4 4 4 5

Total 142 136 138 141 137 135 129 12

(8)

Nama Infrastruktur Fisik Kualitas Jalan Raya Ketersediaan Air Bersih Kualitas Akses Komunikasi Ketersediaan Listrik Kualitas Jaringan Internet

Posma Dolok Saribu 6 6 5 5 5

Ruspiana Silitonga 5 6 5 5 5

Suryani Sinaga 5 5 5 4 5

Elisa Saragih 5 5 5 6 5

Tumbur Sitohang 5 5 5 5 4

Benny Aruan 5 5 5 6 6

Alberson Sihaloho 5 5 5 5 5

Sofinar Sinuhaji 4 5 5 4 5

Abdul Anas Nasution 5 6 5 5 5

Elda Netty Siahaan 3 5 3 5 5

Septiana 5 6 5 5 5

Rudol Manurung 5 6 5 4 5

Andafiah Manullang 4 5 5 4 4

Parida Manurung 4 4 4 4 4

Siswati 4 5 5 3 4

Surya 3 5 5 5 4

Lena Tjandra 4 5 5 5 5

yudi 5 4 4 3 5

Sariyani Silalahi 5 5 4 5 5

Sarmedi Silitongah 5 5 5 5 5

Astuti Sagala 6 6 5 4 6

Rossita Pasaribu 4 5 5 5 6

Dicky 6 4 5 6 5

Robin situmorang 3 5 5 3 4

Melda Purba 2 5 5 5 3

Posman Simatupang 3 5 5 3 5

Merlin 3 5 5 5 4

Bahron Damanik 4 5 5 5 3

Ratna Saragih 5 5 5 4 5

willy sijabat 5 4 5 6 4

Total 133 152 145 139 141

(9)

Nama

Kesehatan & Pendidikan Dasar Kesehatan Masyarakat Daerah Pendidikan Dasar Teknologi Yang Berkembang

Posma Dolok Saribu 6 5 5

Ruspiana Silitonga 5 4 5

Suryani Sinaga 6 5 6

Elisa Saragih 5 5 4

Tumbur Sitohang 5 4 5

Benny Aruan 5 5 5

Alberson Sihaloho 5 6 5

Sofinar Sinuhaji 5 5 5

Abdul Anas Nasution 5 5 5

Elda Netty Siahaan 4 5 4

Septiana 5 5 5

Rudol Manurung 5 6 4

Andafiah Manullang 5 6 5

Parida Manurung 4 5 5

Siswati 5 5 5

Surya 4 5 4

Lena Tjandra 4 4 4

yudi 5 4 4

Sariyani Silalahi 5 4 5

Sarmedi Silitongah 4 5 4

Astuti Sagala 5 5 4

Rossita Pasaribu 4 6 6

Dicky 5 6 4

Robin situmorang 5 5 4

Melda Purba 4 4 3

Posman Simatupang 5 5 4

Merlin 4 4 4

Bahron Damanik 5 6 6

Ratna Saragih 5 5 5

willy sijabat 5 5 5

Total 144 149 139

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, P., Alisjahbana, A., Effendi, N., Boediono. 2002. Daya Saing Daerah:

Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, BPFE Yogyakarta.

Ahmad Papin, 2014. “Analisis Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiatar”.

Arsyad Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta

Blakely, E.J. 1989. Planning Local Economic Development : Theory and Practice, Sage Library of Social Research 168, Sage Publication.

Booth, Anne, “The Current Regional Crisis in Indonesia: Were Economic Policies To Blame?”, University of London memeograph, 2000

Economics and statistics Directorate, “UK Competitiveness Indicators”, Department of Trade and Industry, UK, 2000

Ida Nuraini, 2015. “ Analisis Daya Saing Investasi Kota Batu”.

Jhingan,M.L. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi 16, Citra Niaga Rajawalipres, Jakarta.

Juliandi,Azuar. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Penerbit Percetakan M2000: Medan.

Kuncoro, M dan Rahajeng, A. 2005. Daya Tarik Investasi dan Pungli Di DIY. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 10(2): 171-184

KPPOD. 2001. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.

KPPOD. 2002. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.

KPPOD. 2003. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.

KPPOD. 2004. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.

(11)

Mankiw,N.G. 2002. Pengantar Ekonomi, jilid 2, Erlangga,Jakarta.

Prasetyo, 2012. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Dalam Perekonomian Suatu Negara”.

Rangkuti, Freddy, 2002. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Penerbit PT Raja Grafinfo Persada : Jakarta.

Sadono Sukirno,1994, Pengantar Teori Ekonomi Makro, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2014-2015/

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam

pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan masalah dan

menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini berada di Kota Pematangsiantar. penelitian ini

dilaksanakan pada tahun 2016.

3.3 Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai sedangkan defenisi

operasional bukanlah definisi teoritis seperti di bab teori, tetapi operasionalisasi

dari variabel, berupa pengukuran yang bisa dilihat dari indikator, kriteria, tolak

ukur untuk menentukan kualitas dan kuantitas suatu variabel. Ada beberapa

faktor-faktor dan variabel penelitian yang digunakan untuk mengukur daya saing

investasi Kota Pematangsiantar dijelaskan sebagai berikut:  Faktor Kelembagaan

Kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi pemerintah dalam

merumuskan kebijakan, pelayanan publik, kepastian, serta penegakan hukum,

serta pembangunan daerah. variabel dalam kelembagaan adalah:

(13)

(2) Variabel Peraturan Daerah

(3) Variabel Aparatur

(4) Variabel Sosial dan Politik  Faktor Perekonomian Daerah

Ukuran kinerja ekonomi daerah secara makro. Variabel dalam perekonomian

daerah adalah:

(1) Variabel Potensi Ekonomi

(2) Variabel Struktur Ekonomi

(3) Variabel Ketenagakerjaan  Faktor Sistem Keuangan

Melihat kemampuan sistem finansial perbankan dan non perbankan daerah

pematangsiantar. Variabel dalam sistem keuangan adalah:

(1) Variabel Keuangan Daerah

(2) Variabel Infrastruktur perbankan

(3) Variabel Infrastuktur non perbankan  Faktor Infrastruktur

Infrastruktur mencakup berbagai instalasi dan kemudahan dasar yang

diperlukan dalam kelancaran aktivitas perdagangan. Variabel Infrastruktur

adalah:

(1) Variabel Ketersediaan

(14)

 Faktor Kesehatan dan Pendidikan Dasar

Kesehatan dan pendidikan dasar merupakan salah satu pendukung daya saing

Kota Pematangsiantar. Variabelnya adalah:

(1) Variabel Kesehatan

(2) Variabel Pendidikan Dasar

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran dari setiap variabel menggunakan bobot 1-6 mengukur

variabel dimana dari skor 1-6 memiliki hasil penilaian seperti: 1=sangat buruk;

2=cukup buruk; 3= buruk; 4=sedang; 5=baik; 6=sangat baik.

3.5 Populasi dan Sampel

Penentuan responden yang disurvei menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik ini memilih sample dari suatu populasi berdasarkan

pertimbangan tertentu, baik pertimbangan ahli maupun pertimbangan ilmiah.

Teknik ini memberikan persyaratan yang cukup ketat agar sampel yang dipilih

sesuai dengan karakteristik yang dikehendaki dalam analisis. Penelitian ini

didasari pada kriteria sebagai berikut:

1) Mewakili pemerintah daerah

2) Mewakili pelaku usaha

3) Mewakili pihak-pihak Asosiasi, kadin dan Apindo

4) Mewakili bidang Akademisi yang berada di kota Pematangsiantar

Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data

yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu

(15)

Pengumpulan data tentang Analisis Daya Saing Investasi di Kota

Pematangsiantar dilakukan dengan wawancara dan kuesioner dengan

menggunakan 30 responden yang ada di Kota Pematangsiantar yang telah

memenuhi kriteria yang diatas.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau

persoalan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu yang merupakan bahan untuk

analisis dalam suatu keputusan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis data primer.

Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan

oleh orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya, dan data itu

sebelumnya tidak ada. Data primer untuk pemeringkatan faktor-faktor yang

menjadi daya saing investasi diperoleh dari pemerintah daerah, pelaku usaha,

bagian asosiasi; kadin; apindo, dan bagian akademisi yang berada di Kota

Pematangsiantar.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan

data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui

pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dan wawancara sedangkan

pengumpulan data sekunder diambil dari Pematangsiantar dalam angka tahun

2010-2014.

Wawancara merupakan metode pengambilan data dengan cara bertanya

(16)

kecil, menegah dan besar yang ada di Kota Pematangsiantar. Hasil wawancara

tersebut dikemukakan secara tertulis dalam kuesioner. Kuesioner yang diajukan

kepada responden berupa kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

sifatnya tertutup (close question) jawaban berupa skor nilai yang diberi bobot 1-6

dan responden tinggal memilih nilai skor yang disediakan.

3.8 Metode analisis

Studi penelitian ini menggunakan metode analisis dalam menjawab rumusan

masalah beserta tujuan yang akan dicapai. Metode penelitian tersebut: Analisis

Scalogram (Cobweb) dan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities

dan Threats).

1) Analisis Scalogram (Cobweb)

Teknik Scalogram bertujuan untuk mengidentifikasi kota-kota yang

dapat dikelompokkan menjadi pusat pertumbuhan berdasarkan fasilitas kota

yang tersedia (Blakely,1994). Fasilitas pelayanan yang diberikan semakin

tinggi tingkatan kota tersebut dan dapat dikatakan sebagai pusat

pertumbuhan. Dalam analisis scalogram, klasifikasi kota berdasarkan pada 3

komponen fasilitas dasar yang dimiliki, yaitu:

(1) Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas

ekonomi. Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan

ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas komersial

akan menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan kemungkinan akan

(17)

digunakan dalam penelitian ini meliputi pasar, bank dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR).

(2) Solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.

Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/ kota.

Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan kegiatan

sosial namun pengelompokan tersebut masih dimungkinkan tidak seratus

persen merupakan kegiatan sosial namun pengelompokan tersebut masih

dimungkinkan jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan

sebagai kegiatan usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit

oriented). Fasilitas solidarity dalam penelitian ini adalah fasilitas

pendidikan yang meliputi SD, SMP dan SMA, fasilitas kesehatan yang

meliputi rumah sakit, rumah sakit bersalin, poliklinik, tempat praktek

dokter, tempat praktek bidan, tempat praktek dokter gigi, puskesmas,

posyandu, apotik dan laboratorium kesehatan.

(3) Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi

politik/pemerintahan. Fasilitas ini menunjikkan bagaimana hubungan dari

masyarakat dalam sistem kota/komunitas. Sentralitas ini melalui

perkembangan hierarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos,

sekolahan, kantor pemerintahan dan sejenisnya.

Menurut Blakely (1994) pemberian skor untuk fasilitas dari masing-masing

fasilitas perkotaan seperti fasilitas ekonomi, sosial, dan fasilitas

ekonomi-politik/pemerintahan diberi nilai 1 (satu) tanpa ada pembagian, perbedaanya

(18)

disesuaikan dengan skala pelayanan, tingkat kepentingan, jumlah tenaga kerja,

spesifikasi dan lain-lain dari fasilitas perkotaan yang dimiliki. Perubahan

pemberian skor dan pembagian kelas merupakan modifikasi dari yang

dikemukakan oleh Blakely (1994) tersebut sesuai dengan penelitian yang pernah

dilakukan di Kabupaten Soppeng (Haeruddin,2001)

2) Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan

Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi

dalam dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal

Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan

(strengths), dan kelemahan (weaknesses).

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT Berbagai Peluang

Kekuatan Internal

Berbagai Ancaman Kelemahan Internal

1. Mendukung Strategi Agresif

2. Mendukung Strategi diversivikasi 3. Mendukung

Strategi turn-around

(19)

Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan atau

daerah tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam

kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

(growth oriented strategy).

Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan atau daerah ini

masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluamg jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk/pasar)

Kuadran III: Suatu daerah menghadapi peluang pasar yang besar,tetapi di pihak

lain, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan

internal. Kondisi pada kuadran 3 ini mirip dengan quesdtion Mark

pada BCG Matrix. Fokus strategi perusahaan ini adalah

meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat

merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Perusahaan Apple

menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang

dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam

industri microcomputer.

Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut hasil survei yang sudah dilakukan terhadap 30 Responden terdiri dari

perwakilan bagian akademisi, pemerintah daerah, pihak asosiasi, kadin dan apindo, serta

pelaku usaha. Survei dilakukan dalam kurun waktu Mei-Juni 2016. Dalam penelitian

tentang Analisis Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi daya saing investasi di kota Pematangsiantar yaitu: Faktor

Kelembagaan, Faktor Perekonomian Daerah, Faktor Sistem Keuangan, Faktor

Infrastruktur Fisik, dan Faktor Kesehatan dan Pendidikan. Dalam penelitian ini dilakukan

pemeringkatan terhadap faktor-faktor tersebut, sehingga diketahui faktor yang menjadi

faktor yang dominan dalam menentukan kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar.

Berikut ini merupakan pemaparan mengenai hasil penelitian ini.

4.1 Kondisi Demografi Kota Pematangsiantar

Sebagai kota perdagangan, secara geografi Pematangsiantar diapit Kabupaten

Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan, karet, sawit, teh, dan hasil pertanian.

Kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba

Samosir, Tapanuli utara dan Tapanuli selatan. Sehingga posisinya sangat strategis sebagai

kota transit perdagangan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba Parapat

Tabel 4.1

Kecamatan di Kota Pematangsiantar

No Kecamatan Luas (km2)

1 Siantar Marihat 7,825

2 Siantar Marimbun 18,006

3 Siantar Selatan 2,020

4 Siantar Barat 3,205

5 Siantar Utara 3,650

6 Siantar Timur 4,520

7 Siantar Martoba 18,022

8 Siantar Sitalasari 22,723

Total 79,9721

(21)

Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu: Siantar Marihat, Siantar

Marimbun, Siantar Selatan, Siantar Selatan, Siantar Barat, Siantar Utara, Siantar Timur,

Siantar Martoba, Siantar Sitalasari yang terdiri dari 53 Kelurahan.

Kondisi Geografis wilayah terletak pada 2o53’20’’ - 3o01’00’’ Lintang Utara dan

99o1’00’’ – 99o6’35’’ Bujur Timur, berada di tengah – tengah Kabupaten Simalungun.

Luas daratan Kota Pematangsiantar 79,971 km2 terletak 400 – 500 meter diatas

permukaan laut. Berdasarkan luas kecamatan, kecamatan yang terluas adalah Siantar

Sitalasari 22,723 km2 atau sama dengan 28,41 persen dari total luas Kota

Pematangsiantar. Luas wilayah untuk masing-masing kecamatan dapat diliat di tabel 4.1.

4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Pematangsiantar

Tabel 4.2

Perkembangan Pertumbuhan PDRB tahun 2010-2014

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,65 2,64 3,22 1,67 1,12 Pertambangan dan Penggalian 7,34 7,58 7,57 7,60 5,02

Industri Pengolahan 4,79 3,17 6,37 2,64 6,45

Pengadan Listrik dan Gas 4,00 19,33 -12,78 -13,21 -2,35 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur ulang

6,50 6,30 5,13 5,68 6,04

Konstruksi 6,60 8,46 6,67 7,66 6,79

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

7,36 7,32 7,79 5,88 6,42

Transportasi dan Pergudangan 8,21 9,23 7,53 8,34 8,35 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

5,94 8,44 6,72 7,81 6,53

Informasi dan Komunikasi 8,75 9,96 8,79 7,78 7,23

Jasa Keuangan dan Asuransi 5,86 8,64 10,17 10,07 2,85

Real Estat 6,32 9,66 6,96 6,94 6,59

Jasa Perusahaan 8,07 10,68 6,04 6,68 6,76

Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

7,02 8,93 2,53 3,34 6,92

Jasa Pendidikan 20,24 4,79 4,94 8,34 6,37

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 7,28 16,00 10,58 10,82 7,00

Jasa Lainnya 7,30 9,00 7,83 7,45 7,04

PDRB 7,20 6,80 6,64 5,75 6,37

(22)

Kemajuan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan besaran nilai Produk

Domestik Bruto (PDRB). Besaran pertumbuhan PDRB sering diasumsikan sebagai

peningkatan pendapatan perkapita yang berkaitan dengan kesejahteraan yang meningkat.

Pertumbuhan perekonomian di Kota Pematangsiantar pada tahun 2014 mengalami

peningkatan sebesar 6,37% dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 5,75%. Hal ini

disebabkan mayoritas lapangan usaha mengalami peningkatan pertumbuhan, yakni

lapangan usaha industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, perdagangan besar dan

eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, lapangan usaha transportasi dan pergudangan,

lapangan usaha jasa perusahaan, lapangan usaha Administrasi pemerintahan; pertahanan

dan jaminan sosial wajib.

Namun demikian beberapa lapangan usaha mengalami pertumbuhan negatif.

Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas merupakan lapangan usaha dengan

pertumbuhan ekonomi terendah sebesar -2,35%. Adapun lapangan usaha lainnya

berturut-turut, diantaranya lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,12%;

Lapangan usaha pertambangan dan penggalian mencatat sebesar 5,02%; lapangan usaha

industri pengolahan sebesar 6,45%; lapangan usaha pengadaan air, pengolahan sampah,

limbah dan daur ulang sebesar 6,04%; lapangan usaha konstruksi sebesar 6,79%;

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar

6,42%; lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 8,35%; lapangan usaha

penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 6,53%; lapangan usaha informasi dan

komunikasi sebesar 7,23%; lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi sebesar 2,85%;

lapangan usaha real estat sebesar 6,59%; lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 6,76%;

lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar

6,92%; lapangan usaha jasa pendidikan sebesar 6,37%; lapangan usaha jasa kesehatan

(23)

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, pertumbuhan

ekonomi Kota Pematangsiantar mengalami pola yang sama dengan Sumatera Utara yakni

mengalami perlambatan dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014. Meskipun mengalami

perlambatan pertumbuhan, posisi pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar selalu

berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 6,37% sedangkan nasional

tumbuh sebesar 5,02% pada tahun 2014.

4.3 Inflasi di Kota Pematangsiantar

Tabel 4.3

Indeks Harga Konsumen dan Inflasi

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

IHK 127,44 132,85 139,13 155,85 121,97

Inflasi (%) 9,68 4,25 4,73 12,02 7,94

Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Pematangsiantar

Inflasi sebagai salah satu produk dari penghitungan Indeks Harga Konsumen

(IHK), merupakan masalah dominan dalam perekonomian suatu wilayah. Laju inflasi dari

arti sempit adalah meningkatnya tingkat harga dan barang dan jasa kebutuhan masyarakat

secara rata-rata. Laju inflasi yang tinggi dan berlangsung secara terus menerus dalam

jangka waktu yang lama akan mengakibatkan stagflasi, sedang apabila tingkat inflasi

sangat rendah akan mengakibatkan resesi ekonomi.

Pada tahun 2013 besaran nilai IHK sebear 155,85 dan nilai inflasi yang terbentuk

sebesar 12,02%. Bila dilihat dari komponen pembentuk inflasi, komoditi bahan makanan

(24)

4.4 Ketenagakerjaan Di Kota Pematangsiantar

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT Menurut jenis kelamin tahun 2011, 2012 & 2013

Uraian 2011 2012 2013

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Bekerja 57,387 39,852 54,413 43,887 56,957 44,001

Pengangguran 3,471 6,732 4,484 1,949 3,382 3,763

TPAK (%) 77,93 54,66 75,75 54,03 74,56 54,29

TPT (%) 5,7 14,45 7,61 4,25 5,26 7,88

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

Pada tahun 2011 sampai 2013 nilai TPAK dan TPT mengalami penurunan. Pada

tahun 2011 nilai TPAK yang mengalami peningkatan sebesar 132,59% dimana yang

berjenis kelamin laki-laki sebesar 77,93% dan yang perempuan sebesar 54,66%. Kembali

mengalami penurun pada tahun 2012 sebesar 129,78% yang berjenis kelamin Laki-laki

sebesar 75,75% sedangkan yang perempuan 54,03%. Dan Kembali lagi mengalami

penurunan pada tahun 2013 sebesar 128,85% dimana yang berjenis kelamin laki-laki

sebesar 74,56% dan yang perempuan sebesar 54,29%. Begitu juga nilai TPT pada tahun

2011 mengalami sedikit peningkatan sebesar 20,15% dimana yang berjenis kelamin

laki-laki sebesar 5,7% dan yang perempuan sebesar 14,45%. Dan kembali mengalami

penurunan yang rendah pada tahun 2012 sebesar 11,86% dimana yang berjenis kelamin

laki-laki 7,61% dan yang perempuan sebesar 4,25%.

Jika dilihat dari jumlah yang bekerja dibandingkan dengan yang pengangguran,

penduduk Kota Pematangsiantar lebih banyak yang bekerja dibandingkan yang

pengangguran. Dari tahun 2011-2013 tingkat penduduk yang bekerja terus mengalami

kenaikan yang signifikan yang dapat membantu proses pertumbuhan ekonomi di Kota

(25)

4.5 Sektor Industri Kota Pematangsiantar

Tabel 4.5

Jumlah Industri di Kota Pematangsiantar

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Kecil 526 526 - - 537

Besar dan Sedang 41 35 35 35 34

Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Pematangsiantar

Pembangunan sektor industri tidak dapat dipisahkan dari pembangunan

perekonomian sesungguhnya. Pembangunan tekhnologi yang masih padat karya pada

sektor ini berpotensi untuk mengurangi jumlah pengangguran. Dari sisi jumlah,

banyaknya industri pengolahan baik kategori kecil maupun besar tidak mengalami

perubahan. Pada tahun 2012 dan 2013 tidak terdapat data berapa jumlah industri kecil

namun di industri besar jumlah perusahaan yang berkembang masih tetap sama. dan pada

tahun 2014 perusahaan industri kecil bertambah menjadi 537 dan pada industri besar dan

sedang mengalami pengurangan menjadi 34.

Tabel 4.6

Distribusi Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan Tahun 2010, 2011, 2013 & 2014

Industri 2010 2011 2013 2014

Makanan, Minuman dan Tembakau 1.705.265.020 1.085.857.386 494.516.253 1.578.807,7 Tekstil 3.945.849 9.154.090 2.838.244 28.157,4 Kayu 3.634.154 1.018.638 15.007.835 77.831,5 Percetakan 1.347.316 6.444.944 9.136.684 7.189,7 Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet

& Plastik

373.747 1.813.112 654.109 23.837,8

Barang galian bukan Logam - - - 3.836,8

Logam Dasar - - - 3.587,3

Barang dari Logam 1.693.402 3.843.456 3.254.523 -

Pengolahan - 1.035.132 916.947 -

Sumber: Pematangsiantar Dalam Angka

Bila dilihat dari sisi pembentukan nilai tambah sektor industri pengolahan sedang

dan besar itu sendiri, kontribusi yang diberikan oleh industri bahan makanan, minuman

(26)

diikuti oleh industri kayu 15.007.835, industri tekstil 9.154.090, industri percetakan

6.444.944, industri barang dari logam 3.843.456, industri Kimia, Minyak Bumi, Batu

Bara, Karet dan Plastik 1.813.112 dan kontribusi paling kecil diberikan oleh industri

logam dasar 3.587,3.

4.6 Perbankan dan Investasi Kota Pematangsiantar

Tabel 4.7

Laporan UMKM Triwulan ke IV

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Kredit Usaha Kecil 31,4% 30,8% 30,3% 29,7% 28,8% Kredit Usaha Menengah 47,1% 48,6% 48,2% 47,5% 47,2% Kredit Usaha Mikro 21,4% 20,6% 21,6% 22,8% 24,0% Sumber: Bank Indonesia

Kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mengembangkan dunia usaha mikro,

kecil dan menengah mendorong lembaga keuangan bank untuk ikut juga berperan aktif

dalam membentuk pemberian kredit kepada usaha/perusahaan mikro, kecil dan

menengah. Dapat dilihat dari laporan UMKM mulai dari tahun 2011-2015. Pada kredit

usaha kecil pada tahun 2011 mendapat kredit sebesar 31,4% namun ditahun berikutnya

sampai tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 28,8%. Pada kredit usaha menengah

pada tahun 2012 mendapat kredit yang lebih besar sebesar 48,6% dibandingkan dengan

tahun yang berikutnya dan sebelumnya. Pada kredit usaha mikro mengalami peningkatan

pada tahun 2015 sebesar 24,0% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mengalami

naik turun persentasi kreditnya.

4.7 Peringkat Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar

Hasil pemeringkatan daya saing investasi yang dilakukan terhadap 30 responden

yang terdapat di Kota Pematangsiantar disajikan berdasarkan peringkat secara umum dan

berdasarkan masing-masing peringkat faktor (5 faktor). Penyajian seperti ini

(27)

untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing faktor yang berpengaruh

terhadap kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar.

4.7.1 Faktor Kelembagaan

Gambar: 4.1

Diagram Persentase Kelembagaan

Tabel 4.8

Indikator Persentase Kelembagaan

Pada faktor kelembagaan memperoleh peringkat berdasarkan akumulasi

Persentase dari tiap indikator yang tergabung dalam faktor tersebut. Indikator-indikator

dalam faktor kelembagaan dikelompokkan menjadi 6 variabel yaitu: Variabel Aparatur

Daerah, Variabel Peraturan Daerah, Variabel Stabilitas Politik, Variabel Keamanan,

Variabel Sosial Budaya, dan Variabel Kepastian Hukum. Adapun hasil dari faktor

kelembagaan terhadap kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar dapat kita lihat pada

gambar di atas. Dari keenam variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:

No Indikator Kelembagaan Persentase

1 Kepastian Hukum 15,74

2 Aparatur Daerah 15,87

3 Peraturan Daerah 16,25

4 Stabilitas Politik 15,61

5 Keamanan 18,96

6 Sosial Budaya 17,54

0 5 10 15 20

Kepastian Hukum

Aparatur Daerah

Peraturan Daerah

Stabilitas Politik Keamanan

(28)

1. Variabel Keamanan menempati urutan pertama yaitu sebesar 18,96%. Variabel

keamanan diukur dari seberapa besar jaminan keamanan dalam berusaha dan

bagaimana tingkat keamanan di masyarakat.

2. Variabel Sosial Budaya menempati urutan kedua yaitu sebesar 17,56%. Sosial

Budaya ditinjau dari seberapa besar keterbukaan masyarakat menerima dunia

usaha yang umumnya dilakukan oleh kaum pendatang dari daerah lain,

bagaimana keterbukaan masyarakat terhadap tenaga kerja dari luar dan

bagaimana etos kerja masyarakat lokal yang berbeda dengan kinerja tenaga kerja

pendatang.

3. Variabel Peraturan Daerah menempati urutan ketiga yaitu sebesar 16,25%.

Variabel ini dinilai dari bagaimana kebijakan kepala daerah, bagaimana inisiatif

kepala daerah dan bagaimana hubungan kepala daerah dengan pengusaha.

Kepemimpinan kepala daerah yang kuat akan mampu menciptakan iklim

investasi yang kondusif.

4. Variabel Aparatur Daerah menempati urutan keempat yaitu sebesar 15,87%.

Variabel ini diukur dari sejauh mana respon kepedulian pemerintah daerah

terhadap permasalahan yang ada di kalangan dunia usaha yang ada di daerahnya.

5. Variabel Kepastian Hukum menempati urutan kelima yaitu sebesar 15,74%.

Variabel ini diukur dari konsistensi peraturan yang ada, baik peraturan

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, penegakan keputusan peradilan,

kecepatan aparat keamanan dalam merespon setiap gangguan keamanan yang

terjadi dan juga seberapa banyak pungutan liar yang terjadi diluar sistem dan

prosedur, serta perundang-undangan yang berlaku.

6. Variabel Stabilitas Politik menempati pada urutan keenam yaitu sebesar 15,61%.

(29)

daerah. Kedua lembaga ini sangat berperan terhadap pembangunan daerah dan

apabila terjadi konflik antara kedua lembaga ini maka akan sangat berpengaruh

terhadap pelayanan birokrasi terhadap pelaku usaha.

Dapat disimpulkan bahwa faktor kelembagaan terdapat empat variabel utama

yang pertama adalah Sosial dan Politik yang terdiri dari variabel keamanan sebesar

18,96% dimana tingkat keamanan di Kota Pematangsiantar sangat baik dan aman yang

kedua variabel sosial budaya sebesar 17,54% dimana tingkat sosial dan budaya yang ada

di Kota Pematangsiantar kurang mengembangkan dan mempertahankan nilai budaya

yang ada; variabel utama yang kedua Peraturan Daerah sebesar 16,25% peraturan daerah

yang ada di Kota Pematangsiantar sangat baik namun terkadang masih kurang ditaati dan

diabaikan; ketiga variabel Aparatur Daerah sebesar 15,87% dan yang terakhir variabel

Kepastian Hukum sebesar 15,74% dalam menegakkan keadilan di Kota Pematangsiantar

masih dalam kondisi baik dan mengikuti peraturan dari sistem keadilan yang berlaku.

4.7.2 Faktor Perekonomian Daerah

Gambar: 4.2

Diagram Persentase Perekonomia Daerah 14,5

15 15,5 16 16,5 17 17,5 18

Potensi Ekonomi

Struktur Ekonomi

Ketersediaan tenaga kerja

Produktivitas Tenaga kerja Kualitas tenaga Kerja

(30)
[image:30.595.126.486.149.249.2]

Tabel 4.9

Persentase Perekonomian Daerah

No Indikator Perekonomian Daerah Persentase

1 Potensi Ekonomi 17,53

2 Struktur Ekonomi 17,4

3 Ketersediaan tenaga kerja 15,57

4 Produktivitas Tenaga kerja 16,88

5 Kualitas tenaga Kerja 16,62

6 Tingkat Upah Minimun 15,96

Indikator dalam Faktor Perekonomian Daerah dapat dikelompokkan menjadi 6

indikator yaitu: Potensi Ekonomi, Struktur Ekonomi, Ketersediaan Tenaga Kerja,

Produktivita Tenaga Kerja, Kualitas Tenaga Kerja Lokal, dan Tingkat Upah Minimum

daerah. Hasil dari Faktor Ekonomi Daerah terhadap kegiatan investasi di Kota

Pematangsiantar dapat dilihat dari gambar diatas. Dari keenam indikator tersebut dapat

disimpulkan bahwa:

1. Potensi Ekonomi menempati urutan pertama yaitu sebesar 17,53%. Potensi

ekonomi dapat dilihat dari potensi ekonomi yang berbasis pada sumber daya

alam, maupun potensi akibat bentukan karena didorong pada sumber daya alam,

maupun potensi akibat bentukan karena didorong oleh aktivitas usaha atau

adanya investasi.

2. Struktur Ekonomi menempati urutan kedua yaitu sebesar 17,4%. Indikator ini

diukur dari bagaimana pertumbuhan ekonomi daerah dan bagaimana struktur

ekonomi daerah. tentunya struktur ekonomi daerah yang kuat akan memacu

perekonomian di daerah dan meningkatkan daya beli masyarakat yang baik untuk

menjaga iklim investasi.

3. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja menempati urutan ketiga yaitu sebesar

16,88%. Variabel ini diukur bagaimana hasil kinerja dari tenaga kerja yang

(31)

4. Variabel Kualitas Tenaga Kerja menempati urutan keempat yaitu sebesar 16,62%.

Variabel ini diukur bagaimana kualitas dari sumber daya manusia itu sendiri

sejauh mana menguasai teknologi yang berkembang.

5. Variabel Tingkat Upah Minimum menempati urutan kelima yaitu sebesar 15,96%.

Variabel ini diukur dari bagaimana kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan

sebagai biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha, yang biasanya merupakan upah

atau gaji untuk pekerja. Pengupahan yang ditetapkan pemerintah merupakan

faktor penting bagi pengusha untuk menjalankan kegiatan usahanya.

6. Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja menempati urutan terakhir sebesar 15,57%.

Variabel ini diukur dari ketersediaan tenaga kerja di daerah baik tenaga yang

sudah berpengalaman maupun yang belum berpengalaman. Tenaga Kerja dapat

diperoleh dari daerah yang bersangkutan atau dengan cara mendatangkan dari

daerah lain.

Dapat disimpulkan bahwa dalam faktor Perekonomian Daerah dapat disimpulkan

terbagi atas tiga bagian yang pertama memiliki persentasi paling tinggi yaitu variabel

utama ketenagakerjaan dimana didalamnya terdapat variabel Produktivitas tenaga kerja

sebesar 16,88% dimana di Kota Pematangsiantar terdapat tenaga kerja yang produktif

untuk bekerja namun tidak banyak lapangan kerja yang tersedia; yang kedua Kualitas

tenaga kerja sebesar 16,62% masih dikatakan dibawa rata-rata karena masih ada tenaga

kerja yang bekerja lulusan SMA; ketiga tingkat upah minimum sebesar 15,96% masih

mampu memenuhi kebutuhan setiap bulannya karena Kota Pematangsiantar

perkembangan ekonomi masih berkembang tiap tahunnya; dan terakhir ketersediaan

tenaga kerja sebesar 15,57%. Dan variabel utama yang kedua Potensi ekonomi sebesar

(32)

4.7.3 Faktor Sistem Keuangan

`

Gambar: 4.3

Diagram Persentase Sistem Ekonomi

Tabel 4.10

Persentase Sistem Keuangan

No Indikator Sistem Keuangan Nilai

1 Variasi Produk Perbankan 13,11

2 Variasi Produk lembaga Keuangan 12,56

3 Sebaran Kantor Cabang 12,75

4 Kualitas Pelayanan Perbankan 13,03

5 Kemudahan Transaksi e-Banking 12,66

6 Kualitas Sistem Informasi Perbankan 12,47

7 Bunga Sistem Informasi Perbankan 11,92

8 Bunga Kredit Terhadap Laba 11,55

Indikator-indikator yang terdapat pada faktor Sistem Keuangan dan dapat

dikelompokkan menjadi 8 variabel, yaitu: variabel variasi produk perbankan, variasi

produk lembaga keuangan, variabel sebaran kantor cabang, variabel kualitas pelayanan,

variabel kemudahan transaksi e-banking, variabel kualitas sistem informasi perbankan,

variabel bunga sistem informasi perbankan, dan variabel bunga kredit terhadap laba.

Hasil dari faktor sistem keuangan terhadap daya saing investasi di Kota Pematangsiantar

[image:32.595.114.501.132.352.2] [image:32.595.131.480.390.545.2]
(33)

1. Variabel Variasi Produk Perbankan menempati urutan pertama sebesar 13,11%.

Variabel ini diukur sampai sejauh mana mengetahui produk perbankan atau

pelayanan tentang dunia perbankan terhadap daya saing investasi yang ada di

Kota Pematangsiantar.

2. Variabel Kualitas Layanan Perbankan menempati urutan kedua sebesar 13,03%.

Variabel ini diukur untuk mengetahui kualitas dari tiap-tiap layanan perbankan

dari lembaga keuangan yang ada di Kota Pematangsiantar.

3. Variabel Sebaran kantor cabang menempati urutan ketiga sebesar 12,75%.

Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa banyak lembaga keuangan

menempatkan kantor cabangnya untuk membantu proses kemudahan dalam

akses proses penyimpanan uang bagi masyarakat maupun para pelaku usaha.

4. Variabel Kemudahan Transaksi e-Banking menempati urutan keempat sebesar

12,66%. Variabel ini diukur untuk mengetahui kemudahan apa yang dirasakan

dalam bertransaksi e-Banking.

5. Variabel Variasi Produk Lembaga Keuangan menempati urutan kelima sebesar

12,56%. Variabel ini diukur untuk mengetahui variasi apa saja yang

diperlihatkan oleh lembaga keuangan untuk mengajak masyarakat dan pelaku

usaha membantu mengembangkan usahanya.

6. Variabel Kualitas Sistem Informasi Perbankan menempati urutan keenam

sebesar 12,47%. Variabel ini diukur untuk mengetahui kualitas dari sistem

informasi yang dimiliki oleh dunia perbankan yang ada di Kota Pematangsiantar.

7. Variabel Bunga Sistem Informasi Perbankan menempati urutan ketujuh sebesar

11,92%. Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

bunga yang dikeluarkan oleh perbankan yang dapat membantu para pelaku usaha

(34)

8. Variabel Bunga Kredit terhadap Laba menempati urutan terakhir sebesar

11,55%. Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa besar bunga yang

diberikan terhadap kredit yang digunakan para pelaku usaha.

Dapat disimpulkan variabel variasi produk perbankan adalah variabel yang

dominan dalam menentukan daya saing investasi di Kota Pematangsiantar terbagi atas

tiga variabel utama yaitu: Yang pertama Infrastruktur perbankan yang didalamnya

terdapat variabel produk perbankan sebesar 13,11%; kualitas pelayanan perbankan

sebesar 13,03%; kemudahan transaksi e-Banking sebesar 12,66%; kualitas sistem

informasi perbankan sebesar 12,47%; dan bunga sistem informasi perbankan 11,92%;

yang kedua Keuangan Daerah yang didalamnya terdapat sebaran kantor cabang sebesar

12.75% dan bunga kredit terhadap laba sebesar 11,55% dimana perkembangan

kantor-kantor yang berada di Kota Pematangsiantar berkembang sangat cepat dan memudahkan

masyarakat untuk bertransaksi; dan yang terakhir ada Infrastruktur Non Perbankan

sebesar 12,56%.

[image:34.595.115.517.492.682.2]

4.7.4 Faktor Infrastruktur Fisik

Gambar 4.4

Diagram Persentase Infrastruktur Fisik 17

18 19 20 21 22

Kualitas Jalan Raya

Ketersediaan Air Bersih

Kualitas Akses Komunikasi Ketersediaan Listrik

(35)
[image:35.595.154.480.113.225.2]

Tabel 4.11

Persentase Infrastruktur Fisik

No Indikator Infrastruktur Fisik Persentase

1 Kualitas Jalan Raya 18,73

2 Ketersediaan Air Bersih 21,41

3 Kualitas Akses Komunikasi 20,42

4 Ketersediaan Listrik 19,58

5 Kualitas Jaringan Internet 19,86

Indikator–indikator dalam faktor Infrastruktur fisik dapat dikelompokkan menjadi

5 indikator yaitu: Kualitas Jalan Raya, Ketersediaan Air Bersih, Kualitas Akses

Komunikasi, Ketersediaan Listrik dan Kualitaas Jaringan Internet. Hasil dari faktor

infrastruktur fisik terhadap kegiatan investasi dapat dilihat pada gambar dan tabel diatas.

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel Ketersediaan Infrastuktur Fisik diperlukan untuk kelancaran kegiatan

usaha. agar kelancaran kegiatan usaha tercapai maka harus didukung oleh

ketersediaan infrastuktur yang memadai seperti jalan raya, kereta api, sarana

komunikasi dan sumber energi.

2. Variabel Kualitas Infrastruktur Fisik yang tersedia belum tentu menjamin

kelancaran usaha. Maka infrastruktur yang tersedia juga harus memiliki kualitas

yang baik.

Dapat disimpulkan bahwa pada faktor infrastruktur fisik variabel ketersediaan

fisik terdiri dari beberapa indikator ketersediaan air sebesar 21,41% dan ketersediaan

listrik sebesar 19,58%. Indikator diatas dapat dinilai sebagai variabel ketersediaan fisik

dimana tiap indikator masih memiliki kekurangan masing-masing di tiap bagiannya. Dan

yang berikutnya ada variabel kualitas dari infrastruktur fisik terdiri dari indikator kualitas

akses komunikasi sebesar 20,42% dan kualitas jaringan internet sebesar 19,86% dan

(36)

kelancaran usaha namun mendukung kelancaran usaha sebagai acuan untuk daya saing

investasi.

[image:36.595.115.520.188.517.2]

4.7.5 Faktor Pendidikan Dasar dan Kesehatan

Gambar 4.5

[image:36.595.150.487.425.500.2]

Diagram Persentase Pendidikan Dasar dan Kesehatan

Tabel 4.12

Persentase Indikator Kesehatan dan Pendidikan Dasar No Indikator Kesehatan & Pendidikan Dasar Nilai

1 Kesehatan Masyarakat Daerah 33,33

2 Pendidikan Dasar 34,49

3 Teknologi yang Berkembang 32,17

Indikator-indikator dalam faktor kesehatan dan pendidikan dasar dapat

dikelompokkan menjadi 3 indikator yaitu: Kesehatan Masyarakat Daerah, Pendidikan

Dasar, dan Teknologi yang Berkembang. Hasil dari faktor kesehatan dan pendidikan

dasar terhadap kegiatan investasi dapat dilihat pada gambar dan tabel diatas. Dari gambar

diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel Kesehatan melihat sudah sejauh mana kemampuan dalam pemenuhan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kota Pematangsiantar sebagai salah satu

pendukung daya saing.

31 32 33 34 35

Kesehatan Masyarakat Daerah

(37)

2. Variabel Pendidikan Dasar dipengaruhi oleh beberapa prinsip seperti keunggulan

kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara

efisien dan inovatif, inovatif yang menciptakan pengetahuan baru melalui

tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju, dan investasi jangka panjang

akan meningkatkan daya saing sektor bisnis di Kota Pematangsiantar.

Dapat disimpulkan bahwa pada indikator pendidikan dasar yang lebih dominan

sebesar 34,39% menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar tingkat pendidikannya baik

terkhusus pendidikan dasar, diikuti kesehatan masyarakat daerah sebesar 33,33% bahwa

pelayanan dan fasilitas dari sistem kesehatan baik, dan yang terakhir persentasi dari

teknologi yang berkembang sebesar 32,17% menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar

mampu bersaing di bidang teknologi yang berkembang pada saat ini.

4.8 Strategi Untuk Mengembangkan Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar

Dalam menentukan strategi daya saing investasi ada beberapa kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang menjadi tolak ukur untuk menentukan

[image:37.595.107.513.584.756.2]

strategi. Hal tersebut dapat dijelaskan di dalam tabel berikut:

Tabel 4.13

Matriks SWOT Analisis Daya Saing Kota Pematangsiantar

Internal STRENGTHS (S)  Kota Pematangsiantar merupakan kota transit perdagangan  Transit wisata

Danau Toba  Diapit oleh

Kabupaten Simalungun yang memiliki Kekayaan SDA (perkebunan

WEAKNESSES (W) Stabilitas Politik di

Kota Pematangsiantar masih kurang, berdampak belum adanya kepala daerah yang memimpin

(38)

Eksternal

dan hasil pertanian)  Indek

Pembangunan Manusia (IPM) tinggi

kebijakan daerah Kebanyakan tenaga

kerja yang

diberdayakan dalam dunia usaha adalah tamatan SMP dan SMA

Kualitas

Infrastruktur dan sumber energi masih kurang baik OPPORTUNIES (O)

 Akses Komunikasi dan Informasi lebih mudah

 Peluang untuk berinvestasi banyak.  Perkembangan ekonomi berbasis SDA  Perkembangan Industri pengolahan harus ditingkatkan  Faktor ekonomi

global pada peluang ekspor manufaktur

STRATEGI SO  Mempromosikan

Kota

Pematangsiantar sebagai kota transit perdagangan, transit wisata dan diapit oleh kabupaten yang memiliki kekayaan SDA yang berkembang melalui media informasi jaringan Internet untuk menarik investor untuk menanam saham di Kota Pematangsiantar. STRATEGI WO  Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja membuat pelatihan kerja membangun kerjasama kepada investor.

 Membuat sanggar untuk membuat kerajinan tangan sebagai wadah untuk para tenaga kerja produktif  Yang hasilnya dapat

dijual untuk meningkatkan perekonomian TREATHS (T)  Persaingan antardaerah  Bencana Alam  Kekuatan pesaing

daerah, provinsi dan internasional lebih dahulu maju pada beberapa indikator investasi

 Dengan IPM yang tinggi pemerintah harus membuat program beasiswa pendidikan keluar bagi para masyarakat yang kurang mampu dan para pegawai atau PNS di Kota Pematangsiantar dan setelah selesai studi belajar

mengabdi di daerah asal untuk

mendukung dan

 Perbaikan kinerja institusi

pemerintahan meningkatka kedisplinan dan mengurangi politik uang dan negosiasi yang dapat merusak kinerja dari

peraturan yang berlaku.  Memperbaiki

(39)

meningkatkan pengembangan daerah asal.

drynase yang apabila hujan datang akan terjadi banjir. Saluran air-air yang masih tersumbat karena adanya tumpukan sampah, menambah dan memperbaiki tempat pembuangan sampah di tempat umum.

 Memperbaiki lampu lalulintas yang ada persimpangan jalan dan memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang rusak.  Penertiban

pedagang kaki lima yang masih mau berjualan ditempat yang sudah dilarang untuk berjualan.

Berdasarkan matriks SWOT diatas dapat dijelaskan beberapa strategi untuk

mengembangkan daya saing investasi di Kota Pematangsiantar,yaitu:

1. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dengan membuat

pelatihan tenaga kerja bagi tenaga kerja yang lulusan SMP dan SMA.

Membuat sanggar untuk melatih keterampilan membuat kerajinan tangan

bagi para tenaga kerja produktif dan hasil dari kerajiinan tangan dapat

dijual untuk meningkatkan perekonomian. Kota Pematangsiantar memiliki

produktivitas tenaga kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan daya

saing investasi di Kota Pematangsiantar.

2. Perbaikan kinerja Institusi pemerintah seperti meningkatkan kedisplinan

(40)

mengurangi politik uang dan negosiasi yang dapat merusak peraturan yang

berlaku di daerah. Mengingat Kota Pematangsiantar juga belum memiliki

pemimpin daerah. Pemerintah daerah diharapkan dapat memperbaiki

setiap aspek yang masih kurang baik seperti infrastuktur jalan yang

dibeberapa daerah masih ada yang rusak, sistem drynase kalau hujan

masih ada yang terkena banjir, saluran-saluran air masih ada yang

tersumbat karena sampah yang bertebaran dan asal dibuang tidak pada

tempatnya dengan menambah dan memperbaiki tempat sampah yang ada

ditempat umum, penertipan pedagang kaki lima yang masih mau berjualan

ditempat yang sudah dilarang untuk berjualan, perbaikan lampu lalu lintas

jalan dan rambu-rambu lalu lintas yang lainnya.

3. Dalam meningkatkan daya saing investasi daerah Pematangsiantar

pemerintah diharapkan memberikan pengembangan terhadap promosi

daerah. Menampilkan keunggulan apa saja yang ada di Kota

Pematangsiantar untuk menarik investor dalam menanamkan modalnya di

Kota Pematangsiantar. Beberapa keunggulan yang dapat ditawarkan bagi

para investor adalah Kota Pematangsiantar merupakan kota transit

perdagangan untuk beberapa kota dan kabupaten yang ada disekitarnya;

transit wisata ke Danau Toba, diapit oleh kabupaten Simalungun yang

memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh dan hasil pertanian;

Pematangsiantar juga memiliki pertumbuhan ekonomi selalu berada diatas

pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 6,37% sedangkan nasional

(41)

4. Dengan mudahnya mendapatkan akses Informasi dan Komunikasi seperti

menggali informasi yang dapat dengan mudah di akses melalui jaringan

internet serta komunikasi yang dijalin melalui hubungan telepon genggam

(handphone) di era keterbukaan informasi dan teknologi pemerintah dan

para pelaku usaha harus mampu mengembangkan kemitraan (Partnership)

kepada para pelaku usaha didaerah lain dan bagi pemerintah membantu

para pelaku usaha dalam memberikan modal dalam mengembangkan

usahanya.

5. Peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembangunan

daerah kearah yang lebih baik.

6. Dan untuk semakin membantu proses pengembangan Kota

Pematangsiantar pemerintah daerah harus membuat program beasiswa

pendidikan keluar daerah kepada masyarakat yang kurang mampu dan

setelah lulus harus berkomitmen mau bekerja di daerah asal untuk

mendukung dan meningkatkan pengembangan daerah dan dapat mengolah

hasil yang ada di daerah menjadi hasil yang lebih bermanfaat dan

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tingkat Daya Saing Investasi Kota Pematangsiantar terdiri dari 5 variabel

yaitu

 faktor Infrastruktur Fisik dimana faktor Infrastruktur sangat

berpengaruh untuk perkembangan daerah sebagai sarana dan

prasarana di Kota Pematangsiantar.

 faktor Kesehatan dan Pendidikan Dasar dimana faktor kesehatan

sangat mendukung kenyaman didaerah sedangkan pendidikan

dasar membantu masyarakat untuk berkembang dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat.

 faktor Sistem Keuangan tingkat kesadaran untuk menyimpan uang

di bank sangat baik dirasakan masyarakat di Kota Pematangsiantar

sehingga perkembangan sistem perbankan sangat baik, faktor

keempat Perekonomian Daerah dimana potensi dan struktur

ekonomi sangat memadai di Kota Pematangsiantar. Terlebih

tingkat ketenagakerjaan karena tingkat produktivitas dan kesadaran

untuk bekerja di Kota Pematangsiantar sangat tinggi namun

kualitasnya masih kurang.

 faktor Kelembagaan dimana secara keseluruhan memiliki tingkat

(43)

2. Strategi yang perlu diterapkan dalam meningkatkan Daya Saing Investasi

Kota Pematangsiantar yaitu:

 Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja

 Perbaikan kinerja Institusi pemerintah

 Untuk meningkatkan daya saing investasi Kota Pematangsiantar

harus menunjukkan keunggulan daerah dengan melakukan promosi

dengan menggunakan akses komunikasi dan informasi dari

jaringan internet yang sudah berkembang.

 Peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses

pembangunan daerah kearah yang lebih baik.

 Memberikan beasiswa pendidikan untuk meningkatkan SDM yang

ada dan setelah lulus mengabdi di daerah untuk mengembangkan

Kota Pematangsiantar

5.2 Saran

1. Perlu diadakan peningkatan kualitas terhadap faktor-faktor yang menjadi

pembentuk daya saing investasi untuk menarik investor asing dan untuk

menjaga iklim investasi di Kota Pematangsiantar.

2. Perlu dilakukan upaya-upaya serius untuk memperbaiki kinerja aparatur

pelayanan birokrasi daerah Kota Pematangsiantar. Perbaikan dapat

dilakukan dengan restrukturisasi instansi pelayanan, misalnnya dengan

membuat standar pelayanan birokrasi yang dapat dijadikan pedoman

(44)

3. Pemerintah dari tingkat pusat maupun daerah harus mengupayakan

pengurangan praktik-praktik pungutan liar yang dapat mengganggu kinerja

dunia usaha terutama agar kegiatan dunia usaha di Kota Pematangsiantar

mampu menghadapi persaingan global.

4. Pemerintah daerah harus lebih proaktif dan responsive dalam menghadapi

keluhan dunia usaha di Kota Pematangsiantar yaitu menyangkut masalah

perda-perda yang mendistorsi kegiatan usaha mereka. Pemerintah daera

Kota Pematang Siantar harus lebih transparan dan meningkatkan

partisipasi public dalam menyusun kebijakan daerah, yakni dengan

melibatkan dunia usaha dan stakeholders lainnya.

5. Pemerintah daerah Kota Pematangsiantar, perlu untuk mengalokasikan

lebih besar dana APBD untuk membangun dan memelihara infrastruktur

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Investasi

Investasi adalah sebuah bentuk pengeluaran modal yang bertujuan untuk

pembelian suatu barang hasil produksi yang akan dijadikan aset untuk

memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pada modal awal. Investasi terlibat

dalam berbagai bidang ekonomi, seperti manajemen bisnis dan keuangan baik

untuk rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Secara umum investasi

diartikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang dan modal serta

perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang dan jasa

dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan

perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang

akan datang.

Menurut Sadono Sukirno (2002), investasi adalah sebagai pengeluaran atau

pembelanjaan penanaman suatu modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan juga perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan

produksi barang modal dan juga jasa yang tersedia dalam perekonomian di masa

depan. Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau

pembentukan modal yang merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat

pengeluaran agregat. Menurut Boediono (2001) mendefinisikan investasi adalah

pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk

(46)

Menurut Henry Simamora (2000), investasi adalah suatu aktiva yang

digunakan oleh perusahaan untuk menambahkan atau pertumbuhan kekayaannya

melalui distribusi hasil investasi misalnya pendapatan bunga, royalty, deviden,

serta pendapatan sewa lainnya. Sebagai apresiasi nilai investasi, atau untuk

manfaat bagi suatu perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh

melalui hubungan dagang. Investasi menempati posisi yang penting dalam

mendorong pertumbuhan perekonomian daerah. Besar kecilnya investasi dalam

suatu kegiatan ekonomi ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan,

kemajuan teknologi, kondisi ekonomi serta faktor lainnya.

Menurut Salim HS dan Budi Sutrisno (2008) investasi ialah penanaman

modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestik dalam

berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, yang bertujuan untuk

memperoleh keuntungan. Pengertian Investasi dalam Ensiklopedia Indonesia,

Investasi yaitu penanaman modal atau penanaman uang dalam proses produksi

dengan membeli gedung-gedung, mesin-mesin, bahan-bahan cadangan,

penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dalam hal ini cadangan modal

barang diperbesar selama tidak ada modal barang yang harus diganti.

Hakikat investasi dalam definisi ini adalah penanaman modal yang

dipergunakan untuk proses produksi. Dalam hal ini investasi yang ditanamkan

hanya digunakan untuk proses produksi saja. kegiatan investasi dalam realitanya

tidak hanya dipergunakan untuk proses produksi, tetapi juga pada kegiatan untuk

membangun berbagai sarana dan prasarana yang dapat menunjung kegiatan

(47)

Investasi adalah variabel ekonomi yang menjadi penghubung antara kondisi

pada saat sekarang ini dengan kondisi di masa yang akan datang, dan juga yang

menghubungkan antara pasar barang dan pasar uang. Peranan suku bunga sangat

penting dalam menjembatani ke dua pasar tersebut. Investasi juga merupakan

komponen PDB yang paling volatile. Dalam konteks makroekonomi, pengertian

investasi adalah “…the flow of spend-ing that adds to the physical stock of capital”. Dengan demikian kegiatan seperti pembangunan rumah, pembelian

mesin, pembangunan pabrik dan kantor, serta penambahan barang inventori suatu

perusahaan termasuk dalam pengertian investasi tersebut, sedangkan kegiatan

pembelian saham atau obligasi suatu perusahaan tidak termasuk dalam pengertian

investasi ini (Dornbusch, 1996).

2.1.1 Jenis-Jenis Investasi

Investasi dalam ekonomi makro menurut Norido Canda Sakti (2010) dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Investasi Otonom (otonomous investment)

Investasi yang tidak dipengaruhi oleh kenaikkan pendapatan nasional dan

tingkat bunga. Dengan kata lain investasi pada saat pendapatan atau bunga

sama dengan nol. Autonomos investment dapat juga diartikan sebagai

investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi

dapat berubah karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan

(48)

2. Investasi Terpengaruh (induced investment)

investasi yang terpengaruh adalah investasi yang dipengaruhi oleh

pendapatan nasional, artinya pendapatan nasional yang tinggi akan

memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan

masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap

barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan

bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak

investasi.

Menurut Mankiw (2000), investasi terdiri dari barang yang dibeli untuk

penggunaan masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga, yaitu business fixed

investment, residental investment dan inventory investment. Business fixed

Investment mencakup sarana dan prasaran yang digunakan perusahaan dalam

produksinya, sementara Residential Investment meliputi pembelian rumah baru,

baik yang akan ditinggali oleh pemiliknya maupun yang akan disewakan,

sedangkan Inventory Investment adalah barang yang disimpan oleh perusahaan di

gedung, meliputi bahan baku, persediaan, barang setengah jadi dan barang jadi.

Menurut Abdul Halim (2005) investasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

investasi aset financial (financial asset) dan investasi pada aset-aset rill (real

assets). Investasi sektor rill adalah jenis investasi dengan pengadaan aset-aset

contohnya seperti tanah, bangunan, mesin dan sebagainya. Invetasi sector

financial adalah jenis investasi yang penanaman modalnya berupa

instrumen-instrumen keuangan di pasar modal maupun pasar uang. Instumen-instrumen-instrumen itu

(49)

Menurut Martono dan D.Agus Marjito (2002) menyatakan bahwa investasi

dilihat dari jangka waktunya. Investasi terbagi menjadi 3 macam yaitu: investasi

jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang.

Sedangkan dilihat dari jenis aktivanya, investasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu

investasi pada aktiva rill dan investasi dalam aktiva non-rill. Investasi dalam

aktiva rill misalnya investasi dalam tanah, gedung, mesin dan peralata

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT
Tabel 4.1 Kecamatan di Kota Pematangsiantar
Tabel 4.2 Perkembangan Pertumbuhan PDRB tahun 2010-2014
Tabel 4.3 Indeks Harga Konsumen dan Inflasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yogyakarta-Bawas:Kamis 7-8 Desember 2017 bertempat di Pengadilan Tinggi Yogyakarta, Komisi Yudisial RI dengan Mahkamah Agung RI bersinergitas dalam penerapan kode etik dan

Secara tidak langsung data di proses oleh server yang akan di update secara realtime ke front office, selama front office terhubung

Jakarta-Bawas: Selasa 12 Desember 2017 pukul 10.00 WIB bertempat di ruang rapat Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Lt.9, diadakan rapat koordinasi USAID CEGAH dengan Badan

Artinya bahwa aplikasi SAIBA khususnya dengan kualitas informasi yang dihasilkan (pembuktian H1), meskipun belum mampu memberikan kepuasan dan dorongan untuk intensitas

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Siklus kedua sama dengan siklus pertama. Siklus kedua juga teridiri dari empat tahapan. Pada tahapan perencanaan dilakukan identifikasi masalah yang timbul pada

Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau