KUESIONER PENELITIAN I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan
3. Pendidikan Terakhir : a. SMU b. D-3 c. S-1 d. S-2 e. S-3
4. Jabatan : ...
5. Lama Bekerja : a. 1 – 5 Tahun b. 6 – 10 Tahun c. 11 – 15 Tahun d. Lebih dari 15 Tahun
6. 6. Usia anda Saat ini : a. < 25 Tahun b. 25 – 35 Tahun c. 36 – 45 Tahun
d. 46 – 55 Tahun e. Lebih 55 Tahun II. PETUNJUK PENGISIAN
1. Mohon memberi tanda silang (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dan mohon mengisi bagian yang membutuhkan jawaban tertulis.
2. Setelah mengisi kuesioner ini mohon Bapak/Ibu dapat memberikan kembali
kepada yang menyerahkan kuesioner ini pertama kali.
3. Keterangan Alternatif Jawaban dan Skor :
a) 1= Sangat Buruk d) 4= Sedang
b) 2= Cukup Buruk e) 5= Baik
No Indikator Daya Saing Investasi Skor Pilihan
Kelembagaan 1 2 3 4 5 6
1. Kepastian Hukum 2. Aparatur Daerah 3. Peraturan Daerah 4. Stabilitas Politik
5. Keamanan Dalam Suatu Daerah 6. Sosial Budaya (Keanekaragaman
Budaya Daerah)
No Indikator Daya Saing Investasi Skor Pilihan
Perekonomian Daerah 1 2 3 4 5 6
1. Potensi Ekonomi
2. Struktur Ekonomi (Stabilitas Harga Output dan Input)
3. Ketersediaan Tenaga Kerja Daerah yang Kompeten
4. Produktivitas Tenaga Kerja 5. Kualitas Tenaga Kerja Lokal 6. Tingkat Upah Minimum Daerah
No Indikator Daya Saing Investasi Skor Pilihan
Sistem Keuangan 1 2 3 4 5 6
1. Variasi Produk Perbankan
2. Variasi Produk Lembaga Keuangan Lainnya
3. Sebaran Kantor Cabang Bank 4. Kualitas Pelayanan Perbankan 5. Kemudahan Transaksi e-Banking 6. Kualitas Sistem Informasi
Perbankan
Perbankan
8. Bunga Kredit Terhadap Laba
No Indikator Daya Saing Daerah Skor Pilihan
Infrastruktur Fisik 1 2 3 4 5 6
1. Kualitas Jalan Raya 2. Ketersediaan Air Bersih 3. Kualitas Akses Komunikasi 4. Ketersediaan Listrik
5. Kualitas Jaringan Internet
No Indikator Daya Saing Daerah Skor Pilihan Kesehatan dan Pendidikan
Dasar
1 2 3 4 5 6
1. Kesehatan Masyarakat Daerah 2. Pendidikan dasar
Nama Kelembagaan Kepastian Hukum Aparatur Daerah Peraturan Daerah Stabilitas
Politik Keamanan
Sosial Budaya
Posma Dolok Saribu 5 5 5 4 5 5
Ruspiana Silitonga 6 5 6 5 5 5
Suryani Sinaga 4 5 5 4 5 5
Elisa Saragih 4 5 4 4 5 4
Tumbur Sitohang 5 5 5 5 4 3
Benny Aruan 5 5 5 6 6 6
Alberson Sihaloho 5 5 6 6 6 5
Sofinar Sinuhaji 5 5 5 5 5 4
Abdul Anas Nasution 4 4 5 4 5 5
Elda Netty Siahaan 3 3 5 3 5 5
Septiana 4 4 4 5 5 3
Rudol Manurung 5 6 4 3 6 5
Andafiah Manullang 4 4 4 5 5 5
Parida Manurung 2 3 3 3 5 4
Siswati 5 5 5 3 4 3
Surya 5 3 3 4 5 5
Lena Tjandra 5 4 4 4 5 5
yudi 3 4 3 3 5 5
Sariyani Silalahi 4 3 3 4 4 4
Sarmedi Silitongah 4 5 5 4 5 4
Astuti Sagala 2 3 4 3 5 4
Rossita Pasaribu 3 3 3 4 4 3
Dicky 4 4 5 5 5 5
Robin situmorang 5 5 5 3 4 5
Melda Purba 3 1 2 4 5 4
Posman Simatupang 3 3 3 3 5 5
Merlin 3 4 4 4 5 5
Bahron Damanik 4 5 5 3 6 6
Ratna Saragih 5 4 4 3 4 6
willy sijabat 3 3 2 5 4 3
Total 122 123 126 121 147 136
Nama
Perekonomian Daerah Potensi Ekonomi Struktur Ekonomi Ketersediaan Tenaga Kerja Produktivitas Tenaga Kerja Kualitas Tenaga Kerja Tingkat Upah Minimum
Posma Dolok Saribu 5 5 5 4 5 4
Ruspiana Silitonga 5 5 5 5 4 5
Suryani Sinaga 5 4 5 4 5 5
Elisa Saragih 5 4 5 4 5 4
Tumbur Sitohang 5 5 4 4 4 5
Benny Aruan 5 5 5 5 5 5
Alberson Sihaloho 5 5 5 4 4 5
Sofinar Sinuhaji 5 5 4 4 4 5
Abdul Anas Nasution 5 6 4 4 5 5
Elda Netty Siahaan 3 3 4 3 4 3
Septiana 3 3 3 4 4 4
Rudol Manurung 4 4 4 5 4 3
Andafiah Manullang 5 4 4 4 4 4
Parida Manurung 5 4 3 4 3 4
Siswati 3 5 3 3 5 3
Surya 4 5 4 3 4 5
Lena Tjandra 4 4 4 4 4 4
yudi 6 4 3 5 5 2
Sariyani Silalahi 6 3 4 5 5 3
Sarmedi Silitongah 6 5 5 5 4 3
Astuti Sagala 5 5 4 5 5 2
Rossita Pasaribu 5 6 5 5 6 5
Dicky 4 6 5 6 3 2
Robin situmorang 3 3 4 4 3 4
Melda Purba 3 2 1 4 1 4
Posman Simatupang 4 5 4 4 5 5
Merlin 3 4 3 4 3 3
Bahron Damanik 5 5 4 5 4 6
Ratna Saragih 3 4 3 4 5 5
willy sijabat 5 5 3 5 5 5
Total 134 133 119 129 127 122
Nama Sistem Keuangan Variasi Produk Perbankan Variasi Produk Lembaga Keuangan Sebaran Kantor cabang Bank Kualitas Pelayanan Perbankan Kemudahan Transaksi e-Banking Kualitas Sistem Informasi Perbankan Bunga Sistem Informasi Perbankan Bunga Kredi Terhadap Laba Posma
Dolok Saribu 4 4 5 5 4 4 4 4
Ruspiana
Silitonga 5 4 6 6 5 5 5 5
Suryani
Sinaga 5 5 5 5 5 4 4 4
Elisa Saragih 5 5 5 5 4 5 4 5
Tumbur
Sitohang 5 5 4 4 4 5 5 4
Benny
Aruan 4 4 4 5 5 5 4 5
Alberson
Sihaloho 5 5 5 4 4 5 5 4
Sofinar
Sinuhaji 5 5 4 4 4 5 5 4
Abdul Anas
Nasution 5 5 5 5 4 4 4 5
Elda Netty
Siahaan 5 5 5 4 3 3 3 3
Septiana 4 4 4 5 5 3 3 3
Rudol
Manurung 4 5 3 3 3 3 3 3
Andafiah
Manullang 5 5 5 6 6 6 6 5
Parida
Manurung 5 4 4 4 5 5 5 4
Siswati 5 4 4 5 6 5 5 5
Surya 5 5 4 4 3 3 4 5
Lena
Tjandra 5 4 4 5 5 5 4 5
yudi 4 4 4 5 5 3 3 3
Sariyani
Silalahi 4 4 4 5 5 5 5 4
Sarmedi
Silitongah 5 5 6 6 6 5 5 5
Astuti
Sagala 5 5 4 5 5 6 6 6
Rossita
Dicky 4 4 5 5 5 4 4 Robin
situmorang 5 5 5 5 5 5 5
Melda
Purba 5 4 4 4 5 5 2
Posman
Simatupang 5 5 5 5 5 5 5
Merlin 4 4 4 4 4 5 4
Bahron
Damanik 5 5 5 4 4 3 4
Ratna
Saragih 3 3 5 5 4 5 5
willy sijabat 6 5 6 4 4 4 5
Total 142 136 138 141 137 135 129 12
Nama Infrastruktur Fisik Kualitas Jalan Raya Ketersediaan Air Bersih Kualitas Akses Komunikasi Ketersediaan Listrik Kualitas Jaringan Internet
Posma Dolok Saribu 6 6 5 5 5
Ruspiana Silitonga 5 6 5 5 5
Suryani Sinaga 5 5 5 4 5
Elisa Saragih 5 5 5 6 5
Tumbur Sitohang 5 5 5 5 4
Benny Aruan 5 5 5 6 6
Alberson Sihaloho 5 5 5 5 5
Sofinar Sinuhaji 4 5 5 4 5
Abdul Anas Nasution 5 6 5 5 5
Elda Netty Siahaan 3 5 3 5 5
Septiana 5 6 5 5 5
Rudol Manurung 5 6 5 4 5
Andafiah Manullang 4 5 5 4 4
Parida Manurung 4 4 4 4 4
Siswati 4 5 5 3 4
Surya 3 5 5 5 4
Lena Tjandra 4 5 5 5 5
yudi 5 4 4 3 5
Sariyani Silalahi 5 5 4 5 5
Sarmedi Silitongah 5 5 5 5 5
Astuti Sagala 6 6 5 4 6
Rossita Pasaribu 4 5 5 5 6
Dicky 6 4 5 6 5
Robin situmorang 3 5 5 3 4
Melda Purba 2 5 5 5 3
Posman Simatupang 3 5 5 3 5
Merlin 3 5 5 5 4
Bahron Damanik 4 5 5 5 3
Ratna Saragih 5 5 5 4 5
willy sijabat 5 4 5 6 4
Total 133 152 145 139 141
Nama
Kesehatan & Pendidikan Dasar Kesehatan Masyarakat Daerah Pendidikan Dasar Teknologi Yang Berkembang
Posma Dolok Saribu 6 5 5
Ruspiana Silitonga 5 4 5
Suryani Sinaga 6 5 6
Elisa Saragih 5 5 4
Tumbur Sitohang 5 4 5
Benny Aruan 5 5 5
Alberson Sihaloho 5 6 5
Sofinar Sinuhaji 5 5 5
Abdul Anas Nasution 5 5 5
Elda Netty Siahaan 4 5 4
Septiana 5 5 5
Rudol Manurung 5 6 4
Andafiah Manullang 5 6 5
Parida Manurung 4 5 5
Siswati 5 5 5
Surya 4 5 4
Lena Tjandra 4 4 4
yudi 5 4 4
Sariyani Silalahi 5 4 5
Sarmedi Silitongah 4 5 4
Astuti Sagala 5 5 4
Rossita Pasaribu 4 6 6
Dicky 5 6 4
Robin situmorang 5 5 4
Melda Purba 4 4 3
Posman Simatupang 5 5 4
Merlin 4 4 4
Bahron Damanik 5 6 6
Ratna Saragih 5 5 5
willy sijabat 5 5 5
Total 144 149 139
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, P., Alisjahbana, A., Effendi, N., Boediono. 2002. Daya Saing Daerah:
Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, BPFE Yogyakarta.
Ahmad Papin, 2014. “Analisis Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiatar”.
Arsyad Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta
Blakely, E.J. 1989. Planning Local Economic Development : Theory and Practice, Sage Library of Social Research 168, Sage Publication.
Booth, Anne, “The Current Regional Crisis in Indonesia: Were Economic Policies To Blame?”, University of London memeograph, 2000
Economics and statistics Directorate, “UK Competitiveness Indicators”, Department of Trade and Industry, UK, 2000
Ida Nuraini, 2015. “ Analisis Daya Saing Investasi Kota Batu”.
Jhingan,M.L. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi 16, Citra Niaga Rajawalipres, Jakarta.
Juliandi,Azuar. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Penerbit Percetakan M2000: Medan.
Kuncoro, M dan Rahajeng, A. 2005. Daya Tarik Investasi dan Pungli Di DIY. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 10(2): 171-184
KPPOD. 2001. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.
KPPOD. 2002. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.
KPPOD. 2003. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.
KPPOD. 2004. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.
Mankiw,N.G. 2002. Pengantar Ekonomi, jilid 2, Erlangga,Jakarta.
Prasetyo, 2012. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Dalam Perekonomian Suatu Negara”.
Rangkuti, Freddy, 2002. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Penerbit PT Raja Grafinfo Persada : Jakarta.
Sadono Sukirno,1994, Pengantar Teori Ekonomi Makro, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2014-2015/
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan masalah dan
menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini berada di Kota Pematangsiantar. penelitian ini
dilaksanakan pada tahun 2016.
3.3 Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai sedangkan defenisi
operasional bukanlah definisi teoritis seperti di bab teori, tetapi operasionalisasi
dari variabel, berupa pengukuran yang bisa dilihat dari indikator, kriteria, tolak
ukur untuk menentukan kualitas dan kuantitas suatu variabel. Ada beberapa
faktor-faktor dan variabel penelitian yang digunakan untuk mengukur daya saing
investasi Kota Pematangsiantar dijelaskan sebagai berikut: Faktor Kelembagaan
Kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi pemerintah dalam
merumuskan kebijakan, pelayanan publik, kepastian, serta penegakan hukum,
serta pembangunan daerah. variabel dalam kelembagaan adalah:
(2) Variabel Peraturan Daerah
(3) Variabel Aparatur
(4) Variabel Sosial dan Politik Faktor Perekonomian Daerah
Ukuran kinerja ekonomi daerah secara makro. Variabel dalam perekonomian
daerah adalah:
(1) Variabel Potensi Ekonomi
(2) Variabel Struktur Ekonomi
(3) Variabel Ketenagakerjaan Faktor Sistem Keuangan
Melihat kemampuan sistem finansial perbankan dan non perbankan daerah
pematangsiantar. Variabel dalam sistem keuangan adalah:
(1) Variabel Keuangan Daerah
(2) Variabel Infrastruktur perbankan
(3) Variabel Infrastuktur non perbankan Faktor Infrastruktur
Infrastruktur mencakup berbagai instalasi dan kemudahan dasar yang
diperlukan dalam kelancaran aktivitas perdagangan. Variabel Infrastruktur
adalah:
(1) Variabel Ketersediaan
Faktor Kesehatan dan Pendidikan Dasar
Kesehatan dan pendidikan dasar merupakan salah satu pendukung daya saing
Kota Pematangsiantar. Variabelnya adalah:
(1) Variabel Kesehatan
(2) Variabel Pendidikan Dasar
3.4 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran dari setiap variabel menggunakan bobot 1-6 mengukur
variabel dimana dari skor 1-6 memiliki hasil penilaian seperti: 1=sangat buruk;
2=cukup buruk; 3= buruk; 4=sedang; 5=baik; 6=sangat baik.
3.5 Populasi dan Sampel
Penentuan responden yang disurvei menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik ini memilih sample dari suatu populasi berdasarkan
pertimbangan tertentu, baik pertimbangan ahli maupun pertimbangan ilmiah.
Teknik ini memberikan persyaratan yang cukup ketat agar sampel yang dipilih
sesuai dengan karakteristik yang dikehendaki dalam analisis. Penelitian ini
didasari pada kriteria sebagai berikut:
1) Mewakili pemerintah daerah
2) Mewakili pelaku usaha
3) Mewakili pihak-pihak Asosiasi, kadin dan Apindo
4) Mewakili bidang Akademisi yang berada di kota Pematangsiantar
Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data
yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu
Pengumpulan data tentang Analisis Daya Saing Investasi di Kota
Pematangsiantar dilakukan dengan wawancara dan kuesioner dengan
menggunakan 30 responden yang ada di Kota Pematangsiantar yang telah
memenuhi kriteria yang diatas.
3.6 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau
persoalan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu yang merupakan bahan untuk
analisis dalam suatu keputusan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis data primer.
Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan
oleh orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya, dan data itu
sebelumnya tidak ada. Data primer untuk pemeringkatan faktor-faktor yang
menjadi daya saing investasi diperoleh dari pemerintah daerah, pelaku usaha,
bagian asosiasi; kadin; apindo, dan bagian akademisi yang berada di Kota
Pematangsiantar.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui
pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dan wawancara sedangkan
pengumpulan data sekunder diambil dari Pematangsiantar dalam angka tahun
2010-2014.
Wawancara merupakan metode pengambilan data dengan cara bertanya
kecil, menegah dan besar yang ada di Kota Pematangsiantar. Hasil wawancara
tersebut dikemukakan secara tertulis dalam kuesioner. Kuesioner yang diajukan
kepada responden berupa kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
sifatnya tertutup (close question) jawaban berupa skor nilai yang diberi bobot 1-6
dan responden tinggal memilih nilai skor yang disediakan.
3.8 Metode analisis
Studi penelitian ini menggunakan metode analisis dalam menjawab rumusan
masalah beserta tujuan yang akan dicapai. Metode penelitian tersebut: Analisis
Scalogram (Cobweb) dan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities
dan Threats).
1) Analisis Scalogram (Cobweb)
Teknik Scalogram bertujuan untuk mengidentifikasi kota-kota yang
dapat dikelompokkan menjadi pusat pertumbuhan berdasarkan fasilitas kota
yang tersedia (Blakely,1994). Fasilitas pelayanan yang diberikan semakin
tinggi tingkatan kota tersebut dan dapat dikatakan sebagai pusat
pertumbuhan. Dalam analisis scalogram, klasifikasi kota berdasarkan pada 3
komponen fasilitas dasar yang dimiliki, yaitu:
(1) Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi. Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan
ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas komersial
akan menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan kemungkinan akan
digunakan dalam penelitian ini meliputi pasar, bank dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
(2) Solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.
Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/ kota.
Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan kegiatan
sosial namun pengelompokan tersebut masih dimungkinkan tidak seratus
persen merupakan kegiatan sosial namun pengelompokan tersebut masih
dimungkinkan jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan
sebagai kegiatan usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit
oriented). Fasilitas solidarity dalam penelitian ini adalah fasilitas
pendidikan yang meliputi SD, SMP dan SMA, fasilitas kesehatan yang
meliputi rumah sakit, rumah sakit bersalin, poliklinik, tempat praktek
dokter, tempat praktek bidan, tempat praktek dokter gigi, puskesmas,
posyandu, apotik dan laboratorium kesehatan.
(3) Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
politik/pemerintahan. Fasilitas ini menunjikkan bagaimana hubungan dari
masyarakat dalam sistem kota/komunitas. Sentralitas ini melalui
perkembangan hierarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos,
sekolahan, kantor pemerintahan dan sejenisnya.
Menurut Blakely (1994) pemberian skor untuk fasilitas dari masing-masing
fasilitas perkotaan seperti fasilitas ekonomi, sosial, dan fasilitas
ekonomi-politik/pemerintahan diberi nilai 1 (satu) tanpa ada pembagian, perbedaanya
disesuaikan dengan skala pelayanan, tingkat kepentingan, jumlah tenaga kerja,
spesifikasi dan lain-lain dari fasilitas perkotaan yang dimiliki. Perubahan
pemberian skor dan pembagian kelas merupakan modifikasi dari yang
dikemukakan oleh Blakely (1994) tersebut sesuai dengan penelitian yang pernah
dilakukan di Kabupaten Soppeng (Haeruddin,2001)
2) Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan
Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi
dalam dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan
(strengths), dan kelemahan (weaknesses).
Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT Berbagai Peluang
Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman Kelemahan Internal
1. Mendukung Strategi Agresif
2. Mendukung Strategi diversivikasi 3. Mendukung
Strategi turn-around
Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan atau
daerah tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(growth oriented strategy).
Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan atau daerah ini
masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluamg jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar)
Kuadran III: Suatu daerah menghadapi peluang pasar yang besar,tetapi di pihak
lain, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Kondisi pada kuadran 3 ini mirip dengan quesdtion Mark
pada BCG Matrix. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Perusahaan Apple
menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang
dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam
industri microcomputer.
Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut hasil survei yang sudah dilakukan terhadap 30 Responden terdiri dari
perwakilan bagian akademisi, pemerintah daerah, pihak asosiasi, kadin dan apindo, serta
pelaku usaha. Survei dilakukan dalam kurun waktu Mei-Juni 2016. Dalam penelitian
tentang Analisis Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi daya saing investasi di kota Pematangsiantar yaitu: Faktor
Kelembagaan, Faktor Perekonomian Daerah, Faktor Sistem Keuangan, Faktor
Infrastruktur Fisik, dan Faktor Kesehatan dan Pendidikan. Dalam penelitian ini dilakukan
pemeringkatan terhadap faktor-faktor tersebut, sehingga diketahui faktor yang menjadi
faktor yang dominan dalam menentukan kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar.
Berikut ini merupakan pemaparan mengenai hasil penelitian ini.
4.1 Kondisi Demografi Kota Pematangsiantar
Sebagai kota perdagangan, secara geografi Pematangsiantar diapit Kabupaten
Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan, karet, sawit, teh, dan hasil pertanian.
Kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba
Samosir, Tapanuli utara dan Tapanuli selatan. Sehingga posisinya sangat strategis sebagai
kota transit perdagangan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba Parapat
Tabel 4.1
Kecamatan di Kota Pematangsiantar
No Kecamatan Luas (km2)
1 Siantar Marihat 7,825
2 Siantar Marimbun 18,006
3 Siantar Selatan 2,020
4 Siantar Barat 3,205
5 Siantar Utara 3,650
6 Siantar Timur 4,520
7 Siantar Martoba 18,022
8 Siantar Sitalasari 22,723
Total 79,9721
Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu: Siantar Marihat, Siantar
Marimbun, Siantar Selatan, Siantar Selatan, Siantar Barat, Siantar Utara, Siantar Timur,
Siantar Martoba, Siantar Sitalasari yang terdiri dari 53 Kelurahan.
Kondisi Geografis wilayah terletak pada 2o53’20’’ - 3o01’00’’ Lintang Utara dan
99o1’00’’ – 99o6’35’’ Bujur Timur, berada di tengah – tengah Kabupaten Simalungun.
Luas daratan Kota Pematangsiantar 79,971 km2 terletak 400 – 500 meter diatas
permukaan laut. Berdasarkan luas kecamatan, kecamatan yang terluas adalah Siantar
Sitalasari 22,723 km2 atau sama dengan 28,41 persen dari total luas Kota
Pematangsiantar. Luas wilayah untuk masing-masing kecamatan dapat diliat di tabel 4.1.
4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Pematangsiantar
Tabel 4.2
Perkembangan Pertumbuhan PDRB tahun 2010-2014
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,65 2,64 3,22 1,67 1,12 Pertambangan dan Penggalian 7,34 7,58 7,57 7,60 5,02
Industri Pengolahan 4,79 3,17 6,37 2,64 6,45
Pengadan Listrik dan Gas 4,00 19,33 -12,78 -13,21 -2,35 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,
Limbah dan Daur ulang
6,50 6,30 5,13 5,68 6,04
Konstruksi 6,60 8,46 6,67 7,66 6,79
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
7,36 7,32 7,79 5,88 6,42
Transportasi dan Pergudangan 8,21 9,23 7,53 8,34 8,35 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
5,94 8,44 6,72 7,81 6,53
Informasi dan Komunikasi 8,75 9,96 8,79 7,78 7,23
Jasa Keuangan dan Asuransi 5,86 8,64 10,17 10,07 2,85
Real Estat 6,32 9,66 6,96 6,94 6,59
Jasa Perusahaan 8,07 10,68 6,04 6,68 6,76
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
7,02 8,93 2,53 3,34 6,92
Jasa Pendidikan 20,24 4,79 4,94 8,34 6,37
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 7,28 16,00 10,58 10,82 7,00
Jasa Lainnya 7,30 9,00 7,83 7,45 7,04
PDRB 7,20 6,80 6,64 5,75 6,37
Kemajuan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan besaran nilai Produk
Domestik Bruto (PDRB). Besaran pertumbuhan PDRB sering diasumsikan sebagai
peningkatan pendapatan perkapita yang berkaitan dengan kesejahteraan yang meningkat.
Pertumbuhan perekonomian di Kota Pematangsiantar pada tahun 2014 mengalami
peningkatan sebesar 6,37% dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 5,75%. Hal ini
disebabkan mayoritas lapangan usaha mengalami peningkatan pertumbuhan, yakni
lapangan usaha industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, lapangan usaha transportasi dan pergudangan,
lapangan usaha jasa perusahaan, lapangan usaha Administrasi pemerintahan; pertahanan
dan jaminan sosial wajib.
Namun demikian beberapa lapangan usaha mengalami pertumbuhan negatif.
Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas merupakan lapangan usaha dengan
pertumbuhan ekonomi terendah sebesar -2,35%. Adapun lapangan usaha lainnya
berturut-turut, diantaranya lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,12%;
Lapangan usaha pertambangan dan penggalian mencatat sebesar 5,02%; lapangan usaha
industri pengolahan sebesar 6,45%; lapangan usaha pengadaan air, pengolahan sampah,
limbah dan daur ulang sebesar 6,04%; lapangan usaha konstruksi sebesar 6,79%;
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar
6,42%; lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 8,35%; lapangan usaha
penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 6,53%; lapangan usaha informasi dan
komunikasi sebesar 7,23%; lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi sebesar 2,85%;
lapangan usaha real estat sebesar 6,59%; lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 6,76%;
lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar
6,92%; lapangan usaha jasa pendidikan sebesar 6,37%; lapangan usaha jasa kesehatan
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, pertumbuhan
ekonomi Kota Pematangsiantar mengalami pola yang sama dengan Sumatera Utara yakni
mengalami perlambatan dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014. Meskipun mengalami
perlambatan pertumbuhan, posisi pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar selalu
berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 6,37% sedangkan nasional
tumbuh sebesar 5,02% pada tahun 2014.
4.3 Inflasi di Kota Pematangsiantar
Tabel 4.3
Indeks Harga Konsumen dan Inflasi
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014
IHK 127,44 132,85 139,13 155,85 121,97
Inflasi (%) 9,68 4,25 4,73 12,02 7,94
Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Pematangsiantar
Inflasi sebagai salah satu produk dari penghitungan Indeks Harga Konsumen
(IHK), merupakan masalah dominan dalam perekonomian suatu wilayah. Laju inflasi dari
arti sempit adalah meningkatnya tingkat harga dan barang dan jasa kebutuhan masyarakat
secara rata-rata. Laju inflasi yang tinggi dan berlangsung secara terus menerus dalam
jangka waktu yang lama akan mengakibatkan stagflasi, sedang apabila tingkat inflasi
sangat rendah akan mengakibatkan resesi ekonomi.
Pada tahun 2013 besaran nilai IHK sebear 155,85 dan nilai inflasi yang terbentuk
sebesar 12,02%. Bila dilihat dari komponen pembentuk inflasi, komoditi bahan makanan
4.4 Ketenagakerjaan Di Kota Pematangsiantar
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT Menurut jenis kelamin tahun 2011, 2012 & 2013
Uraian 2011 2012 2013
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Bekerja 57,387 39,852 54,413 43,887 56,957 44,001
Pengangguran 3,471 6,732 4,484 1,949 3,382 3,763
TPAK (%) 77,93 54,66 75,75 54,03 74,56 54,29
TPT (%) 5,7 14,45 7,61 4,25 5,26 7,88
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar
Pada tahun 2011 sampai 2013 nilai TPAK dan TPT mengalami penurunan. Pada
tahun 2011 nilai TPAK yang mengalami peningkatan sebesar 132,59% dimana yang
berjenis kelamin laki-laki sebesar 77,93% dan yang perempuan sebesar 54,66%. Kembali
mengalami penurun pada tahun 2012 sebesar 129,78% yang berjenis kelamin Laki-laki
sebesar 75,75% sedangkan yang perempuan 54,03%. Dan Kembali lagi mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebesar 128,85% dimana yang berjenis kelamin laki-laki
sebesar 74,56% dan yang perempuan sebesar 54,29%. Begitu juga nilai TPT pada tahun
2011 mengalami sedikit peningkatan sebesar 20,15% dimana yang berjenis kelamin
laki-laki sebesar 5,7% dan yang perempuan sebesar 14,45%. Dan kembali mengalami
penurunan yang rendah pada tahun 2012 sebesar 11,86% dimana yang berjenis kelamin
laki-laki 7,61% dan yang perempuan sebesar 4,25%.
Jika dilihat dari jumlah yang bekerja dibandingkan dengan yang pengangguran,
penduduk Kota Pematangsiantar lebih banyak yang bekerja dibandingkan yang
pengangguran. Dari tahun 2011-2013 tingkat penduduk yang bekerja terus mengalami
kenaikan yang signifikan yang dapat membantu proses pertumbuhan ekonomi di Kota
4.5 Sektor Industri Kota Pematangsiantar
Tabel 4.5
Jumlah Industri di Kota Pematangsiantar
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Kecil 526 526 - - 537
Besar dan Sedang 41 35 35 35 34
Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Pematangsiantar
Pembangunan sektor industri tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
perekonomian sesungguhnya. Pembangunan tekhnologi yang masih padat karya pada
sektor ini berpotensi untuk mengurangi jumlah pengangguran. Dari sisi jumlah,
banyaknya industri pengolahan baik kategori kecil maupun besar tidak mengalami
perubahan. Pada tahun 2012 dan 2013 tidak terdapat data berapa jumlah industri kecil
namun di industri besar jumlah perusahaan yang berkembang masih tetap sama. dan pada
tahun 2014 perusahaan industri kecil bertambah menjadi 537 dan pada industri besar dan
sedang mengalami pengurangan menjadi 34.
Tabel 4.6
Distribusi Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan Tahun 2010, 2011, 2013 & 2014
Industri 2010 2011 2013 2014
Makanan, Minuman dan Tembakau 1.705.265.020 1.085.857.386 494.516.253 1.578.807,7 Tekstil 3.945.849 9.154.090 2.838.244 28.157,4 Kayu 3.634.154 1.018.638 15.007.835 77.831,5 Percetakan 1.347.316 6.444.944 9.136.684 7.189,7 Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet
& Plastik
373.747 1.813.112 654.109 23.837,8
Barang galian bukan Logam - - - 3.836,8
Logam Dasar - - - 3.587,3
Barang dari Logam 1.693.402 3.843.456 3.254.523 -
Pengolahan - 1.035.132 916.947 -
Sumber: Pematangsiantar Dalam Angka
Bila dilihat dari sisi pembentukan nilai tambah sektor industri pengolahan sedang
dan besar itu sendiri, kontribusi yang diberikan oleh industri bahan makanan, minuman
diikuti oleh industri kayu 15.007.835, industri tekstil 9.154.090, industri percetakan
6.444.944, industri barang dari logam 3.843.456, industri Kimia, Minyak Bumi, Batu
Bara, Karet dan Plastik 1.813.112 dan kontribusi paling kecil diberikan oleh industri
logam dasar 3.587,3.
4.6 Perbankan dan Investasi Kota Pematangsiantar
Tabel 4.7
Laporan UMKM Triwulan ke IV
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Kredit Usaha Kecil 31,4% 30,8% 30,3% 29,7% 28,8% Kredit Usaha Menengah 47,1% 48,6% 48,2% 47,5% 47,2% Kredit Usaha Mikro 21,4% 20,6% 21,6% 22,8% 24,0% Sumber: Bank Indonesia
Kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mengembangkan dunia usaha mikro,
kecil dan menengah mendorong lembaga keuangan bank untuk ikut juga berperan aktif
dalam membentuk pemberian kredit kepada usaha/perusahaan mikro, kecil dan
menengah. Dapat dilihat dari laporan UMKM mulai dari tahun 2011-2015. Pada kredit
usaha kecil pada tahun 2011 mendapat kredit sebesar 31,4% namun ditahun berikutnya
sampai tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 28,8%. Pada kredit usaha menengah
pada tahun 2012 mendapat kredit yang lebih besar sebesar 48,6% dibandingkan dengan
tahun yang berikutnya dan sebelumnya. Pada kredit usaha mikro mengalami peningkatan
pada tahun 2015 sebesar 24,0% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mengalami
naik turun persentasi kreditnya.
4.7 Peringkat Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar
Hasil pemeringkatan daya saing investasi yang dilakukan terhadap 30 responden
yang terdapat di Kota Pematangsiantar disajikan berdasarkan peringkat secara umum dan
berdasarkan masing-masing peringkat faktor (5 faktor). Penyajian seperti ini
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing faktor yang berpengaruh
terhadap kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar.
4.7.1 Faktor Kelembagaan
Gambar: 4.1
Diagram Persentase Kelembagaan
Tabel 4.8
Indikator Persentase Kelembagaan
Pada faktor kelembagaan memperoleh peringkat berdasarkan akumulasi
Persentase dari tiap indikator yang tergabung dalam faktor tersebut. Indikator-indikator
dalam faktor kelembagaan dikelompokkan menjadi 6 variabel yaitu: Variabel Aparatur
Daerah, Variabel Peraturan Daerah, Variabel Stabilitas Politik, Variabel Keamanan,
Variabel Sosial Budaya, dan Variabel Kepastian Hukum. Adapun hasil dari faktor
kelembagaan terhadap kegiatan investasi di Kota Pematangsiantar dapat kita lihat pada
gambar di atas. Dari keenam variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:
No Indikator Kelembagaan Persentase
1 Kepastian Hukum 15,74
2 Aparatur Daerah 15,87
3 Peraturan Daerah 16,25
4 Stabilitas Politik 15,61
5 Keamanan 18,96
6 Sosial Budaya 17,54
0 5 10 15 20
Kepastian Hukum
Aparatur Daerah
Peraturan Daerah
Stabilitas Politik Keamanan
1. Variabel Keamanan menempati urutan pertama yaitu sebesar 18,96%. Variabel
keamanan diukur dari seberapa besar jaminan keamanan dalam berusaha dan
bagaimana tingkat keamanan di masyarakat.
2. Variabel Sosial Budaya menempati urutan kedua yaitu sebesar 17,56%. Sosial
Budaya ditinjau dari seberapa besar keterbukaan masyarakat menerima dunia
usaha yang umumnya dilakukan oleh kaum pendatang dari daerah lain,
bagaimana keterbukaan masyarakat terhadap tenaga kerja dari luar dan
bagaimana etos kerja masyarakat lokal yang berbeda dengan kinerja tenaga kerja
pendatang.
3. Variabel Peraturan Daerah menempati urutan ketiga yaitu sebesar 16,25%.
Variabel ini dinilai dari bagaimana kebijakan kepala daerah, bagaimana inisiatif
kepala daerah dan bagaimana hubungan kepala daerah dengan pengusaha.
Kepemimpinan kepala daerah yang kuat akan mampu menciptakan iklim
investasi yang kondusif.
4. Variabel Aparatur Daerah menempati urutan keempat yaitu sebesar 15,87%.
Variabel ini diukur dari sejauh mana respon kepedulian pemerintah daerah
terhadap permasalahan yang ada di kalangan dunia usaha yang ada di daerahnya.
5. Variabel Kepastian Hukum menempati urutan kelima yaitu sebesar 15,74%.
Variabel ini diukur dari konsistensi peraturan yang ada, baik peraturan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, penegakan keputusan peradilan,
kecepatan aparat keamanan dalam merespon setiap gangguan keamanan yang
terjadi dan juga seberapa banyak pungutan liar yang terjadi diluar sistem dan
prosedur, serta perundang-undangan yang berlaku.
6. Variabel Stabilitas Politik menempati pada urutan keenam yaitu sebesar 15,61%.
daerah. Kedua lembaga ini sangat berperan terhadap pembangunan daerah dan
apabila terjadi konflik antara kedua lembaga ini maka akan sangat berpengaruh
terhadap pelayanan birokrasi terhadap pelaku usaha.
Dapat disimpulkan bahwa faktor kelembagaan terdapat empat variabel utama
yang pertama adalah Sosial dan Politik yang terdiri dari variabel keamanan sebesar
18,96% dimana tingkat keamanan di Kota Pematangsiantar sangat baik dan aman yang
kedua variabel sosial budaya sebesar 17,54% dimana tingkat sosial dan budaya yang ada
di Kota Pematangsiantar kurang mengembangkan dan mempertahankan nilai budaya
yang ada; variabel utama yang kedua Peraturan Daerah sebesar 16,25% peraturan daerah
yang ada di Kota Pematangsiantar sangat baik namun terkadang masih kurang ditaati dan
diabaikan; ketiga variabel Aparatur Daerah sebesar 15,87% dan yang terakhir variabel
Kepastian Hukum sebesar 15,74% dalam menegakkan keadilan di Kota Pematangsiantar
masih dalam kondisi baik dan mengikuti peraturan dari sistem keadilan yang berlaku.
4.7.2 Faktor Perekonomian Daerah
Gambar: 4.2
Diagram Persentase Perekonomia Daerah 14,5
15 15,5 16 16,5 17 17,5 18
Potensi Ekonomi
Struktur Ekonomi
Ketersediaan tenaga kerja
Produktivitas Tenaga kerja Kualitas tenaga Kerja
Tabel 4.9
Persentase Perekonomian Daerah
No Indikator Perekonomian Daerah Persentase
1 Potensi Ekonomi 17,53
2 Struktur Ekonomi 17,4
3 Ketersediaan tenaga kerja 15,57
4 Produktivitas Tenaga kerja 16,88
5 Kualitas tenaga Kerja 16,62
6 Tingkat Upah Minimun 15,96
Indikator dalam Faktor Perekonomian Daerah dapat dikelompokkan menjadi 6
indikator yaitu: Potensi Ekonomi, Struktur Ekonomi, Ketersediaan Tenaga Kerja,
Produktivita Tenaga Kerja, Kualitas Tenaga Kerja Lokal, dan Tingkat Upah Minimum
daerah. Hasil dari Faktor Ekonomi Daerah terhadap kegiatan investasi di Kota
Pematangsiantar dapat dilihat dari gambar diatas. Dari keenam indikator tersebut dapat
disimpulkan bahwa:
1. Potensi Ekonomi menempati urutan pertama yaitu sebesar 17,53%. Potensi
ekonomi dapat dilihat dari potensi ekonomi yang berbasis pada sumber daya
alam, maupun potensi akibat bentukan karena didorong pada sumber daya alam,
maupun potensi akibat bentukan karena didorong oleh aktivitas usaha atau
adanya investasi.
2. Struktur Ekonomi menempati urutan kedua yaitu sebesar 17,4%. Indikator ini
diukur dari bagaimana pertumbuhan ekonomi daerah dan bagaimana struktur
ekonomi daerah. tentunya struktur ekonomi daerah yang kuat akan memacu
perekonomian di daerah dan meningkatkan daya beli masyarakat yang baik untuk
menjaga iklim investasi.
3. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja menempati urutan ketiga yaitu sebesar
16,88%. Variabel ini diukur bagaimana hasil kinerja dari tenaga kerja yang
4. Variabel Kualitas Tenaga Kerja menempati urutan keempat yaitu sebesar 16,62%.
Variabel ini diukur bagaimana kualitas dari sumber daya manusia itu sendiri
sejauh mana menguasai teknologi yang berkembang.
5. Variabel Tingkat Upah Minimum menempati urutan kelima yaitu sebesar 15,96%.
Variabel ini diukur dari bagaimana kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan
sebagai biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha, yang biasanya merupakan upah
atau gaji untuk pekerja. Pengupahan yang ditetapkan pemerintah merupakan
faktor penting bagi pengusha untuk menjalankan kegiatan usahanya.
6. Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja menempati urutan terakhir sebesar 15,57%.
Variabel ini diukur dari ketersediaan tenaga kerja di daerah baik tenaga yang
sudah berpengalaman maupun yang belum berpengalaman. Tenaga Kerja dapat
diperoleh dari daerah yang bersangkutan atau dengan cara mendatangkan dari
daerah lain.
Dapat disimpulkan bahwa dalam faktor Perekonomian Daerah dapat disimpulkan
terbagi atas tiga bagian yang pertama memiliki persentasi paling tinggi yaitu variabel
utama ketenagakerjaan dimana didalamnya terdapat variabel Produktivitas tenaga kerja
sebesar 16,88% dimana di Kota Pematangsiantar terdapat tenaga kerja yang produktif
untuk bekerja namun tidak banyak lapangan kerja yang tersedia; yang kedua Kualitas
tenaga kerja sebesar 16,62% masih dikatakan dibawa rata-rata karena masih ada tenaga
kerja yang bekerja lulusan SMA; ketiga tingkat upah minimum sebesar 15,96% masih
mampu memenuhi kebutuhan setiap bulannya karena Kota Pematangsiantar
perkembangan ekonomi masih berkembang tiap tahunnya; dan terakhir ketersediaan
tenaga kerja sebesar 15,57%. Dan variabel utama yang kedua Potensi ekonomi sebesar
4.7.3 Faktor Sistem Keuangan
`
Gambar: 4.3
Diagram Persentase Sistem Ekonomi
Tabel 4.10
Persentase Sistem Keuangan
No Indikator Sistem Keuangan Nilai
1 Variasi Produk Perbankan 13,11
2 Variasi Produk lembaga Keuangan 12,56
3 Sebaran Kantor Cabang 12,75
4 Kualitas Pelayanan Perbankan 13,03
5 Kemudahan Transaksi e-Banking 12,66
6 Kualitas Sistem Informasi Perbankan 12,47
7 Bunga Sistem Informasi Perbankan 11,92
8 Bunga Kredit Terhadap Laba 11,55
Indikator-indikator yang terdapat pada faktor Sistem Keuangan dan dapat
dikelompokkan menjadi 8 variabel, yaitu: variabel variasi produk perbankan, variasi
produk lembaga keuangan, variabel sebaran kantor cabang, variabel kualitas pelayanan,
variabel kemudahan transaksi e-banking, variabel kualitas sistem informasi perbankan,
variabel bunga sistem informasi perbankan, dan variabel bunga kredit terhadap laba.
Hasil dari faktor sistem keuangan terhadap daya saing investasi di Kota Pematangsiantar
[image:32.595.114.501.132.352.2] [image:32.595.131.480.390.545.2]1. Variabel Variasi Produk Perbankan menempati urutan pertama sebesar 13,11%.
Variabel ini diukur sampai sejauh mana mengetahui produk perbankan atau
pelayanan tentang dunia perbankan terhadap daya saing investasi yang ada di
Kota Pematangsiantar.
2. Variabel Kualitas Layanan Perbankan menempati urutan kedua sebesar 13,03%.
Variabel ini diukur untuk mengetahui kualitas dari tiap-tiap layanan perbankan
dari lembaga keuangan yang ada di Kota Pematangsiantar.
3. Variabel Sebaran kantor cabang menempati urutan ketiga sebesar 12,75%.
Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa banyak lembaga keuangan
menempatkan kantor cabangnya untuk membantu proses kemudahan dalam
akses proses penyimpanan uang bagi masyarakat maupun para pelaku usaha.
4. Variabel Kemudahan Transaksi e-Banking menempati urutan keempat sebesar
12,66%. Variabel ini diukur untuk mengetahui kemudahan apa yang dirasakan
dalam bertransaksi e-Banking.
5. Variabel Variasi Produk Lembaga Keuangan menempati urutan kelima sebesar
12,56%. Variabel ini diukur untuk mengetahui variasi apa saja yang
diperlihatkan oleh lembaga keuangan untuk mengajak masyarakat dan pelaku
usaha membantu mengembangkan usahanya.
6. Variabel Kualitas Sistem Informasi Perbankan menempati urutan keenam
sebesar 12,47%. Variabel ini diukur untuk mengetahui kualitas dari sistem
informasi yang dimiliki oleh dunia perbankan yang ada di Kota Pematangsiantar.
7. Variabel Bunga Sistem Informasi Perbankan menempati urutan ketujuh sebesar
11,92%. Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
bunga yang dikeluarkan oleh perbankan yang dapat membantu para pelaku usaha
8. Variabel Bunga Kredit terhadap Laba menempati urutan terakhir sebesar
11,55%. Variabel ini diukur untuk mengetahui seberapa besar bunga yang
diberikan terhadap kredit yang digunakan para pelaku usaha.
Dapat disimpulkan variabel variasi produk perbankan adalah variabel yang
dominan dalam menentukan daya saing investasi di Kota Pematangsiantar terbagi atas
tiga variabel utama yaitu: Yang pertama Infrastruktur perbankan yang didalamnya
terdapat variabel produk perbankan sebesar 13,11%; kualitas pelayanan perbankan
sebesar 13,03%; kemudahan transaksi e-Banking sebesar 12,66%; kualitas sistem
informasi perbankan sebesar 12,47%; dan bunga sistem informasi perbankan 11,92%;
yang kedua Keuangan Daerah yang didalamnya terdapat sebaran kantor cabang sebesar
12.75% dan bunga kredit terhadap laba sebesar 11,55% dimana perkembangan
kantor-kantor yang berada di Kota Pematangsiantar berkembang sangat cepat dan memudahkan
masyarakat untuk bertransaksi; dan yang terakhir ada Infrastruktur Non Perbankan
sebesar 12,56%.
[image:34.595.115.517.492.682.2]4.7.4 Faktor Infrastruktur Fisik
Gambar 4.4
Diagram Persentase Infrastruktur Fisik 17
18 19 20 21 22
Kualitas Jalan Raya
Ketersediaan Air Bersih
Kualitas Akses Komunikasi Ketersediaan Listrik
Tabel 4.11
Persentase Infrastruktur Fisik
No Indikator Infrastruktur Fisik Persentase
1 Kualitas Jalan Raya 18,73
2 Ketersediaan Air Bersih 21,41
3 Kualitas Akses Komunikasi 20,42
4 Ketersediaan Listrik 19,58
5 Kualitas Jaringan Internet 19,86
Indikator–indikator dalam faktor Infrastruktur fisik dapat dikelompokkan menjadi
5 indikator yaitu: Kualitas Jalan Raya, Ketersediaan Air Bersih, Kualitas Akses
Komunikasi, Ketersediaan Listrik dan Kualitaas Jaringan Internet. Hasil dari faktor
infrastruktur fisik terhadap kegiatan investasi dapat dilihat pada gambar dan tabel diatas.
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel Ketersediaan Infrastuktur Fisik diperlukan untuk kelancaran kegiatan
usaha. agar kelancaran kegiatan usaha tercapai maka harus didukung oleh
ketersediaan infrastuktur yang memadai seperti jalan raya, kereta api, sarana
komunikasi dan sumber energi.
2. Variabel Kualitas Infrastruktur Fisik yang tersedia belum tentu menjamin
kelancaran usaha. Maka infrastruktur yang tersedia juga harus memiliki kualitas
yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa pada faktor infrastruktur fisik variabel ketersediaan
fisik terdiri dari beberapa indikator ketersediaan air sebesar 21,41% dan ketersediaan
listrik sebesar 19,58%. Indikator diatas dapat dinilai sebagai variabel ketersediaan fisik
dimana tiap indikator masih memiliki kekurangan masing-masing di tiap bagiannya. Dan
yang berikutnya ada variabel kualitas dari infrastruktur fisik terdiri dari indikator kualitas
akses komunikasi sebesar 20,42% dan kualitas jaringan internet sebesar 19,86% dan
kelancaran usaha namun mendukung kelancaran usaha sebagai acuan untuk daya saing
investasi.
[image:36.595.115.520.188.517.2]4.7.5 Faktor Pendidikan Dasar dan Kesehatan
Gambar 4.5
[image:36.595.150.487.425.500.2]Diagram Persentase Pendidikan Dasar dan Kesehatan
Tabel 4.12
Persentase Indikator Kesehatan dan Pendidikan Dasar No Indikator Kesehatan & Pendidikan Dasar Nilai
1 Kesehatan Masyarakat Daerah 33,33
2 Pendidikan Dasar 34,49
3 Teknologi yang Berkembang 32,17
Indikator-indikator dalam faktor kesehatan dan pendidikan dasar dapat
dikelompokkan menjadi 3 indikator yaitu: Kesehatan Masyarakat Daerah, Pendidikan
Dasar, dan Teknologi yang Berkembang. Hasil dari faktor kesehatan dan pendidikan
dasar terhadap kegiatan investasi dapat dilihat pada gambar dan tabel diatas. Dari gambar
diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel Kesehatan melihat sudah sejauh mana kemampuan dalam pemenuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kota Pematangsiantar sebagai salah satu
pendukung daya saing.
31 32 33 34 35
Kesehatan Masyarakat Daerah
2. Variabel Pendidikan Dasar dipengaruhi oleh beberapa prinsip seperti keunggulan
kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara
efisien dan inovatif, inovatif yang menciptakan pengetahuan baru melalui
tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju, dan investasi jangka panjang
akan meningkatkan daya saing sektor bisnis di Kota Pematangsiantar.
Dapat disimpulkan bahwa pada indikator pendidikan dasar yang lebih dominan
sebesar 34,39% menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar tingkat pendidikannya baik
terkhusus pendidikan dasar, diikuti kesehatan masyarakat daerah sebesar 33,33% bahwa
pelayanan dan fasilitas dari sistem kesehatan baik, dan yang terakhir persentasi dari
teknologi yang berkembang sebesar 32,17% menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar
mampu bersaing di bidang teknologi yang berkembang pada saat ini.
4.8 Strategi Untuk Mengembangkan Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar
Dalam menentukan strategi daya saing investasi ada beberapa kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang menjadi tolak ukur untuk menentukan
[image:37.595.107.513.584.756.2]strategi. Hal tersebut dapat dijelaskan di dalam tabel berikut:
Tabel 4.13
Matriks SWOT Analisis Daya Saing Kota Pematangsiantar
Internal STRENGTHS (S) Kota Pematangsiantar merupakan kota transit perdagangan Transit wisata
Danau Toba Diapit oleh
Kabupaten Simalungun yang memiliki Kekayaan SDA (perkebunan
WEAKNESSES (W) Stabilitas Politik di
Kota Pematangsiantar masih kurang, berdampak belum adanya kepala daerah yang memimpin
Eksternal
dan hasil pertanian) Indek
Pembangunan Manusia (IPM) tinggi
kebijakan daerah Kebanyakan tenaga
kerja yang
diberdayakan dalam dunia usaha adalah tamatan SMP dan SMA
Kualitas
Infrastruktur dan sumber energi masih kurang baik OPPORTUNIES (O)
Akses Komunikasi dan Informasi lebih mudah
Peluang untuk berinvestasi banyak. Perkembangan ekonomi berbasis SDA Perkembangan Industri pengolahan harus ditingkatkan Faktor ekonomi
global pada peluang ekspor manufaktur
STRATEGI SO Mempromosikan
Kota
Pematangsiantar sebagai kota transit perdagangan, transit wisata dan diapit oleh kabupaten yang memiliki kekayaan SDA yang berkembang melalui media informasi jaringan Internet untuk menarik investor untuk menanam saham di Kota Pematangsiantar. STRATEGI WO Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja membuat pelatihan kerja membangun kerjasama kepada investor.
Membuat sanggar untuk membuat kerajinan tangan sebagai wadah untuk para tenaga kerja produktif Yang hasilnya dapat
dijual untuk meningkatkan perekonomian TREATHS (T) Persaingan antardaerah Bencana Alam Kekuatan pesaing
daerah, provinsi dan internasional lebih dahulu maju pada beberapa indikator investasi
Dengan IPM yang tinggi pemerintah harus membuat program beasiswa pendidikan keluar bagi para masyarakat yang kurang mampu dan para pegawai atau PNS di Kota Pematangsiantar dan setelah selesai studi belajar
mengabdi di daerah asal untuk
mendukung dan
Perbaikan kinerja institusi
pemerintahan meningkatka kedisplinan dan mengurangi politik uang dan negosiasi yang dapat merusak kinerja dari
peraturan yang berlaku. Memperbaiki
meningkatkan pengembangan daerah asal.
drynase yang apabila hujan datang akan terjadi banjir. Saluran air-air yang masih tersumbat karena adanya tumpukan sampah, menambah dan memperbaiki tempat pembuangan sampah di tempat umum.
Memperbaiki lampu lalulintas yang ada persimpangan jalan dan memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang rusak. Penertiban
pedagang kaki lima yang masih mau berjualan ditempat yang sudah dilarang untuk berjualan.
Berdasarkan matriks SWOT diatas dapat dijelaskan beberapa strategi untuk
mengembangkan daya saing investasi di Kota Pematangsiantar,yaitu:
1. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dengan membuat
pelatihan tenaga kerja bagi tenaga kerja yang lulusan SMP dan SMA.
Membuat sanggar untuk melatih keterampilan membuat kerajinan tangan
bagi para tenaga kerja produktif dan hasil dari kerajiinan tangan dapat
dijual untuk meningkatkan perekonomian. Kota Pematangsiantar memiliki
produktivitas tenaga kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan daya
saing investasi di Kota Pematangsiantar.
2. Perbaikan kinerja Institusi pemerintah seperti meningkatkan kedisplinan
mengurangi politik uang dan negosiasi yang dapat merusak peraturan yang
berlaku di daerah. Mengingat Kota Pematangsiantar juga belum memiliki
pemimpin daerah. Pemerintah daerah diharapkan dapat memperbaiki
setiap aspek yang masih kurang baik seperti infrastuktur jalan yang
dibeberapa daerah masih ada yang rusak, sistem drynase kalau hujan
masih ada yang terkena banjir, saluran-saluran air masih ada yang
tersumbat karena sampah yang bertebaran dan asal dibuang tidak pada
tempatnya dengan menambah dan memperbaiki tempat sampah yang ada
ditempat umum, penertipan pedagang kaki lima yang masih mau berjualan
ditempat yang sudah dilarang untuk berjualan, perbaikan lampu lalu lintas
jalan dan rambu-rambu lalu lintas yang lainnya.
3. Dalam meningkatkan daya saing investasi daerah Pematangsiantar
pemerintah diharapkan memberikan pengembangan terhadap promosi
daerah. Menampilkan keunggulan apa saja yang ada di Kota
Pematangsiantar untuk menarik investor dalam menanamkan modalnya di
Kota Pematangsiantar. Beberapa keunggulan yang dapat ditawarkan bagi
para investor adalah Kota Pematangsiantar merupakan kota transit
perdagangan untuk beberapa kota dan kabupaten yang ada disekitarnya;
transit wisata ke Danau Toba, diapit oleh kabupaten Simalungun yang
memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh dan hasil pertanian;
Pematangsiantar juga memiliki pertumbuhan ekonomi selalu berada diatas
pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 6,37% sedangkan nasional
4. Dengan mudahnya mendapatkan akses Informasi dan Komunikasi seperti
menggali informasi yang dapat dengan mudah di akses melalui jaringan
internet serta komunikasi yang dijalin melalui hubungan telepon genggam
(handphone) di era keterbukaan informasi dan teknologi pemerintah dan
para pelaku usaha harus mampu mengembangkan kemitraan (Partnership)
kepada para pelaku usaha didaerah lain dan bagi pemerintah membantu
para pelaku usaha dalam memberikan modal dalam mengembangkan
usahanya.
5. Peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembangunan
daerah kearah yang lebih baik.
6. Dan untuk semakin membantu proses pengembangan Kota
Pematangsiantar pemerintah daerah harus membuat program beasiswa
pendidikan keluar daerah kepada masyarakat yang kurang mampu dan
setelah lulus harus berkomitmen mau bekerja di daerah asal untuk
mendukung dan meningkatkan pengembangan daerah dan dapat mengolah
hasil yang ada di daerah menjadi hasil yang lebih bermanfaat dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tingkat Daya Saing Investasi Kota Pematangsiantar terdiri dari 5 variabel
yaitu
faktor Infrastruktur Fisik dimana faktor Infrastruktur sangat
berpengaruh untuk perkembangan daerah sebagai sarana dan
prasarana di Kota Pematangsiantar.
faktor Kesehatan dan Pendidikan Dasar dimana faktor kesehatan
sangat mendukung kenyaman didaerah sedangkan pendidikan
dasar membantu masyarakat untuk berkembang dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
faktor Sistem Keuangan tingkat kesadaran untuk menyimpan uang
di bank sangat baik dirasakan masyarakat di Kota Pematangsiantar
sehingga perkembangan sistem perbankan sangat baik, faktor
keempat Perekonomian Daerah dimana potensi dan struktur
ekonomi sangat memadai di Kota Pematangsiantar. Terlebih
tingkat ketenagakerjaan karena tingkat produktivitas dan kesadaran
untuk bekerja di Kota Pematangsiantar sangat tinggi namun
kualitasnya masih kurang.
faktor Kelembagaan dimana secara keseluruhan memiliki tingkat
2. Strategi yang perlu diterapkan dalam meningkatkan Daya Saing Investasi
Kota Pematangsiantar yaitu:
Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
Perbaikan kinerja Institusi pemerintah
Untuk meningkatkan daya saing investasi Kota Pematangsiantar
harus menunjukkan keunggulan daerah dengan melakukan promosi
dengan menggunakan akses komunikasi dan informasi dari
jaringan internet yang sudah berkembang.
Peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses
pembangunan daerah kearah yang lebih baik.
Memberikan beasiswa pendidikan untuk meningkatkan SDM yang
ada dan setelah lulus mengabdi di daerah untuk mengembangkan
Kota Pematangsiantar
5.2 Saran
1. Perlu diadakan peningkatan kualitas terhadap faktor-faktor yang menjadi
pembentuk daya saing investasi untuk menarik investor asing dan untuk
menjaga iklim investasi di Kota Pematangsiantar.
2. Perlu dilakukan upaya-upaya serius untuk memperbaiki kinerja aparatur
pelayanan birokrasi daerah Kota Pematangsiantar. Perbaikan dapat
dilakukan dengan restrukturisasi instansi pelayanan, misalnnya dengan
membuat standar pelayanan birokrasi yang dapat dijadikan pedoman
3. Pemerintah dari tingkat pusat maupun daerah harus mengupayakan
pengurangan praktik-praktik pungutan liar yang dapat mengganggu kinerja
dunia usaha terutama agar kegiatan dunia usaha di Kota Pematangsiantar
mampu menghadapi persaingan global.
4. Pemerintah daerah harus lebih proaktif dan responsive dalam menghadapi
keluhan dunia usaha di Kota Pematangsiantar yaitu menyangkut masalah
perda-perda yang mendistorsi kegiatan usaha mereka. Pemerintah daera
Kota Pematang Siantar harus lebih transparan dan meningkatkan
partisipasi public dalam menyusun kebijakan daerah, yakni dengan
melibatkan dunia usaha dan stakeholders lainnya.
5. Pemerintah daerah Kota Pematangsiantar, perlu untuk mengalokasikan
lebih besar dana APBD untuk membangun dan memelihara infrastruktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Investasi
Investasi adalah sebuah bentuk pengeluaran modal yang bertujuan untuk
pembelian suatu barang hasil produksi yang akan dijadikan aset untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pada modal awal. Investasi terlibat
dalam berbagai bidang ekonomi, seperti manajemen bisnis dan keuangan baik
untuk rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Secara umum investasi
diartikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang dan modal serta
perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang dan jasa
dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan
perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang
akan datang.
Menurut Sadono Sukirno (2002), investasi adalah sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanaman suatu modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan juga perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
produksi barang modal dan juga jasa yang tersedia dalam perekonomian di masa
depan. Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal yang merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Menurut Boediono (2001) mendefinisikan investasi adalah
pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk
Menurut Henry Simamora (2000), investasi adalah suatu aktiva yang
digunakan oleh perusahaan untuk menambahkan atau pertumbuhan kekayaannya
melalui distribusi hasil investasi misalnya pendapatan bunga, royalty, deviden,
serta pendapatan sewa lainnya. Sebagai apresiasi nilai investasi, atau untuk
manfaat bagi suatu perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh
melalui hubungan dagang. Investasi menempati posisi yang penting dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian daerah. Besar kecilnya investasi dalam
suatu kegiatan ekonomi ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan,
kemajuan teknologi, kondisi ekonomi serta faktor lainnya.
Menurut Salim HS dan Budi Sutrisno (2008) investasi ialah penanaman
modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestik dalam
berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan. Pengertian Investasi dalam Ensiklopedia Indonesia,
Investasi yaitu penanaman modal atau penanaman uang dalam proses produksi
dengan membeli gedung-gedung, mesin-mesin, bahan-bahan cadangan,
penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dalam hal ini cadangan modal
barang diperbesar selama tidak ada modal barang yang harus diganti.
Hakikat investasi dalam definisi ini adalah penanaman modal yang
dipergunakan untuk proses produksi. Dalam hal ini investasi yang ditanamkan
hanya digunakan untuk proses produksi saja. kegiatan investasi dalam realitanya
tidak hanya dipergunakan untuk proses produksi, tetapi juga pada kegiatan untuk
membangun berbagai sarana dan prasarana yang dapat menunjung kegiatan
Investasi adalah variabel ekonomi yang menjadi penghubung antara kondisi
pada saat sekarang ini dengan kondisi di masa yang akan datang, dan juga yang
menghubungkan antara pasar barang dan pasar uang. Peranan suku bunga sangat
penting dalam menjembatani ke dua pasar tersebut. Investasi juga merupakan
komponen PDB yang paling volatile. Dalam konteks makroekonomi, pengertian
investasi adalah “…the flow of spend-ing that adds to the physical stock of capital”. Dengan demikian kegiatan seperti pembangunan rumah, pembelian
mesin, pembangunan pabrik dan kantor, serta penambahan barang inventori suatu
perusahaan termasuk dalam pengertian investasi tersebut, sedangkan kegiatan
pembelian saham atau obligasi suatu perusahaan tidak termasuk dalam pengertian
investasi ini (Dornbusch, 1996).
2.1.1 Jenis-Jenis Investasi
Investasi dalam ekonomi makro menurut Norido Canda Sakti (2010) dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Investasi Otonom (otonomous investment)
Investasi yang tidak dipengaruhi oleh kenaikkan pendapatan nasional dan
tingkat bunga. Dengan kata lain investasi pada saat pendapatan atau bunga
sama dengan nol. Autonomos investment dapat juga diartikan sebagai
investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi
dapat berubah karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan
2. Investasi Terpengaruh (induced investment)
investasi yang terpengaruh adalah investasi yang dipengaruhi oleh
pendapatan nasional, artinya pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan
masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap
barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan
bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak
investasi.
Menurut Mankiw (2000), investasi terdiri dari barang yang dibeli untuk
penggunaan masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga, yaitu business fixed
investment, residental investment dan inventory investment. Business fixed
Investment mencakup sarana dan prasaran yang digunakan perusahaan dalam
produksinya, sementara Residential Investment meliputi pembelian rumah baru,
baik yang akan ditinggali oleh pemiliknya maupun yang akan disewakan,
sedangkan Inventory Investment adalah barang yang disimpan oleh perusahaan di
gedung, meliputi bahan baku, persediaan, barang setengah jadi dan barang jadi.
Menurut Abdul Halim (2005) investasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
investasi aset financial (financial asset) dan investasi pada aset-aset rill (real
assets). Investasi sektor rill adalah jenis investasi dengan pengadaan aset-aset
contohnya seperti tanah, bangunan, mesin dan sebagainya. Invetasi sector
financial adalah jenis investasi yang penanaman modalnya berupa
instrumen-instrumen keuangan di pasar modal maupun pasar uang. Instumen-instrumen-instrumen itu
Menurut Martono dan D.Agus Marjito (2002) menyatakan bahwa investasi
dilihat dari jangka waktunya. Investasi terbagi menjadi 3 macam yaitu: investasi
jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang.
Sedangkan dilihat dari jenis aktivanya, investasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
investasi pada aktiva rill dan investasi dalam aktiva non-rill. Investasi dalam
aktiva rill misalnya investasi dalam tanah, gedung, mesin dan peralata