BAB III METODE PENELITIAN
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, dan trianggulasi.
1. Observasi
Melalui metode observasi peneliti terlibat secara langsung dan mengamati
peneliti ikut ambil bagian dalam mendampingi anak hiperaktif (Sugiyono,
2010: 310).
Menurut Patton dalam Nasution (1988), manfaat observasi adalah sebagai
berikut:
a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu mamahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh subyek yang diteliti.
b. Dengan observasi, akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif. Dengan
demikian, peneliti tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan
sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan
penemuan atau discovery.
c. Dengan observasi, peneliti melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena
telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapakan dalam wawancara.
d. Dengan observasi, peneliti menemukan hal- hal yang sedianya tida akan
terungkap olehresponden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau
ingin ditutup – tutupi karena dapat merugikan mana lembaga.
e. Dalam obeservasi, peneliti menemukan hal – hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih
f. Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya menemukan data
yang kaya, tetapi jua memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan
suasana situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2010: 313-314).
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut
Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu
place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas)
a. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung. Dalam pendidikan, salah satu tempat yang dimaksud adalah
ruang kelas
b. Actor, pelaku atau orang–orang yang sedang memainkan peran tertentu,
seperti guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua murid dan murid.
c. Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung, seperti kegiatan belajar mengajar (Sugiyono, 2010:
314).
Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain
panca indra yang lainnya yaitu telinga, penciuman, mulut, dan kulit (Yin,
2009). Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan
pengumpulan data penelitian apabila memilki kriteria sebagai berikut :
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan lebih
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.
c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi
umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.
d. Pengamatan dapat diteliti dan dikontrol keabsahannya (Bungin, i.
2008:115).
Guba dan Lincoln (dalam Moleong 1981: 191-193) mengemukakan
observasi sebagai berikut:
a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.
Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik atau setelah melihat guru
baru percaya? Tampaknya pengalaman langsung merupakan alat yang
ampuh untuk mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh
kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakannya kepada
subyek. Karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data
tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti
mengalami secara langsung peristiwanya
b. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dengan cermat dan mencatat
perilaku serta kejadian sebagaimana terjadi pada keadaan sebenarnya.
c. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jalan yang terbaik untuk
mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan
d. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-
situasi yang rumit. Terutama dalam pengamatan perilaku.
e. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang bermanfaat
(Moleong. 2013: 174-175).
Tabel 1
Pertanyaan yang digunakan untuk observasi
(digunakan dalam pengamatan terhadap anak hiperaktif) (menggunakan metode Moleong, 2003)
Aspek Pertanyaan – pertanyaan
1. Emosional a. Perilaku seperti apakah yang sering dilakukan oleh anak-anak yang mengalami hiperaktif? b. Apakah yang mereka lakukan ketika sedang
berada bersama dengan teman–temannya? c. Apakah mereka sering mengganggu teman-
temannya di kelas dan seberapa sering mereka melakukannya?
d. Apakah mereka sering marah-marah, mudah tersinggung dengan teman atau lingkungannya?
2. Intelektual Apakah mereka bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik?
3. Sosial a. Di lingkungan sekolah apakah anak-anak hiperaktif bersikap ramah dan bersahabat dengan teman bermain, guru, pendamping dan teman di sekolah?
2. Wawancara
Selain melakukan observasi peneliti juga menggunakan metode
wawancara sebagai cara untuk mendapatkan data dan keterangan yang
diperlukan dalam penelitian ini subyek yang diwawancarai adalah orang tua,
kepala sekolah, guru pendamping dan psikolog yang mendampingi kedua
anak hiperaktif di TK Pius X Magelang.
Pada saat melakukan wawancara peneliti menggunakan buku catatan
untuk mencatat hal–hal yang penting dan recorder untuk merekam pembicaraan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2013: 186).
Wawancara menggunakan pedoman wawancara tidak berstruktur.
Pedoman wawancara tidak berstruktur adalah pedoman wawancara yang
hanya membuat garis besar hal yang akan ditanyakan. Dalam hal ini
kreatifitas pewawancara sangat diperlukan. Oleh karena itu pewawancara
perlu menciptakan suasana rileks agar data yang diperoleh obyektif dan dapat
dipercaya. Wawancara dapat dilaksanakan secara efektif, jika dalam kurun
waktu yang singkat dapat diperoleh data sebanyak–banyaknya (Arikunto, 2002: 202-203)
Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa: Inreviwing provides
the reseacher a means to gain a deeper understanding of how participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through obsevation
alone. Jadi dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal–hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui obervasi
(Sugiyono, 2010: 318).
Tabel 2
Pedoman untuk wawancara (orang tua, guru, dan psikolog) (Menggunakan metode Moleong, 2003)
No Aspek – aspek Pertanyaan panduan
1 Emosional a. Perasaan apakah yang orang tua/guru alami setelah mengetahui anak (didik)-nya mengalami hiperaktif ?
b. Perilaku seperti apakah yang mereka lihat dominan pada anak-anak itu?
c. Bagaimanakah cara untuk mengurangi perilaku yang dominan itu?
d. Bimbingan dan usaha seperti apakah yang dilakukan orang tua dan guru dalam rangka pendampingan kepada anak yang mengalami hiperaktif?
e. Apakah orang tua dan guru sudah bekerjasama dengan baik selama mendampingi anak hiperaktif ini dan bentuk-bentuk kerjasama seperti apa yang sudah dibuat?
2. Intelektual a. Apakah yang mereka lakukan ketika mengetahui ada gejala hiperaktif pada anak-anak tersebut?
b. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh pihak sekolah dan orang tua agar anak-anak hiperaktif ini dapat mencapai tugas perkembangannya?
No Aspek – aspek Pertanyaan panduan
3. Sosial a. Bagaimana perilaku anak hiperaktif ketika sedang bersama dengan banyak orang?
b. Apakah mereka memiliki teman dekat?
c. Usaha seperti apa yang akan orang tua dan guru lakukan supaya anak hiperaktif mampu bersosialisasi?