BAB III METODE PENELITIAN
C. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan sebagai berikut:
1. Wawancara, dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada pengurus PT. Usaha Gemilang Utama untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
2. Studi Pustaka, dengan cara mempelajari dan membaca literatur - literatur, catatan - catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
3. Observasi, pada tahap ini penulis memperoleh berbagai data secara pengamatan dan peninjauan langsung terhadap objek penelitian untuk mengetahui gambaran yang terjadi pada PT. Usaha Gemilang Utama.
D. Metode Analisa Load Balancing
Load balancing menurut adalah penyeimbangan beban dalam jaringan sangat penting bila skala dalam jaringan komputer makin besar demikian juga traffic data yang ada dalam jari (Rijayana, 2005)ngan komputer makin lama makin tinggi. Layanan Load Balancing dimungkinkan pengaksesan sumber daya dalam jaringan didistribusikan ke beberapa host lainnya agar tidak terpusat sehingga unjuk kerja jaringan komputer secara keseluruhan bisa stabil.
Ketika sebuah sebuah server sedang diakses oleh para pengguna, maka sebenarnya server tersebut sebenarnya sedang terbebani karena harus melakukan proses permintaan kepada para penggunanya. Jika penggunanya banyak maka prosesnya pun banyak. Session-session komunikasi dibuka oleh server tersebut untuk memungkinkan para pengguna menerima servis dari server tersebut. Jika satu server saja terbebani, tentu server tersebut tidak bias banyak melayani para penggunanya karena kemampuan melakukan processing ada batasnya. Solusi yang paling ideal adalah dengan membagi-bagi beban yang datang ke beberapa server. Jadi yang melayani pengguna tidak hanya terpusat pada satu perangkat saja. Teknik ini disebut Teknik Load balancing.(Rijayana ,2005)
Adapun manfaat dari Load Balancing :
1. Menjamin Reliabilitias layanan berarti kepercayaan terhadap sebuah sistem untuk dapat terus melayani pengguna dengan sebaik -baiknya. Jaminan
28
realibilitas memungkinkan pengguna dapat melakukan pekerjaan sebaik-baiknya dengan lancar melalui layanan tersebut.
2. Skalabilitas dan ketersediaan Jika dalam sebuah jaringan komputer jika hanya terdapat satu buah server mempunyai pengertian terdapat satu titik masalah. Seandainya tiba-tiba server itu mati maka layanan terhadap pengguna akan terganggu. Dengan melakukan penambahan server dan membentuk server farm maka skalabilitas akan meningkat dan selain itu faktor ketersediaan juga akan meningkat
E. Metode Pengembangan
Metode pengembangan Metode pengembangan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sistem Network Development Life Cycle (NDLC).
Dalam hal ini model pengembangan sistem Network Development Life Cycle (NDLC) sebagai acuan pada proses mengoptimalkan kinerja jaringan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan proses pengembangan system yang penulis butuhkan 2. Sifat NDLC yang fleksibel, dapat diterapkan pada ruang lingkup yang
besar maupun kecil.
Tahap Simulation dimana akan mensimulasikan sistem yang akan dibuat : a. Analisis Pada tahap ini penulis melakukan proses perumusan masalah,
mengidentifikasi konsep mengoptimalkan kinerja jaringan fiber optik, mengumpulkan dan mendifinisikan kebutuhan seluruh komponen sistem sehingga spesifikasi kebutuhan sistem dapat diperjelas dan diperinci. Tahap ini meliputi:
1. Identify Melakukan identifikasi masalah yang dihadapi.
2. Understand Aktifitas memahami mekanisme kerja sistem yang akan dibangunatau dikembangkan.
3. Analyze Melakukan perbandingan pada sistem berjalan serta penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan.
b. Design
Melihat rancangan dari sistem yang akan dibangun dengan menggunakan data-data dari fase sebelumnya.
c. Simulation
Tahap selanjutnya penulis melakukan simulasi sesuai dengan rancangan dari fase sebelumnya.
d. Implementasi Pada tahap ini penulis malakukan setting Serverdari skema kecil yang sebelumnya di persiapkan.
e. Monitoring
Pada monitoring proses pengujian dilakukan dengan menggunakan pendekatan black-box dengan melakukan pengujian pada sistem failover dan mirroring database.
f. Management
Proses kebijakan apakah rancangan ini akan dibangun, penepatan lokasi, kebijakan lainnya dibuat pada tahap ini.
30
D. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset.
Kerangka penelitian akan memberikan manfaat
Gambar 2. 10 Kerangka Berfikir Faktor
Backup data
Proposal
Optimalisasi Jaringan Fiber Optik
Proses
Metode Load Balancing
Result
Optimalisasi Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Load Balancing Objek
Perusahaan
31
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Topologi
Gambar 2. 11 Load Balancing 2 ISP
Rancangan topologi network dapat dilihat pada gambar diatas, secara lengkapnya akan dibahas satu-persatu bagaimana mengkonfigurasikan mikrotik load balancing 2 isp sesuai dengan keadaan seperti gambar tersebut.
Disini akses internet akan dipecah menjadi dua jalur, WORKST-1 dan 2 melalui ISP1, sedangkan WORKST-3 dan 4 melalui ISP2, namun jika salah satu ISP putus atau down, semua akses dari semua WORKST akan dialihkan ke jalur yang hidup, hal ini dapat diatur menggunakan mikrotik load balancing.
32
Berikut langkah yang dilakukan untuk mengkonfigurasi keperluan diatas:
Gambar 2. 12 Konfigurasi Mangle Firewall
Gambar 2. 13 Konfigurasi Nat Firewall
Gambar 2. 14 IP Route Rule
Konfigurasi IP route rule diatas juga berguna untuk melakukan remote login dari internet, dengan syntax diatas router menjadi visible dari dua arah ISP yang berbeda, hasil akhir konfigurasi pada IP Route jika dilihat melalui winbox akan terlihat seperti gambar dibawah :
34
Gambar 2. 15 IP Route melalui Winbox
B. Pembobotan Atribut Bencana
Pembobotan atribut bencana berdasakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang sudah dilakukan dapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 1 Atribut Ancaman Bencana
NO Ancaman Likelihood
(0-10)
8 Banjir 1 6 2 12
Tabel 4. 2 Rincian Keterangan Penilaian Resiko
Nilai Kolom
Likelihood Restoration Time Predictability
Pasti bahkan sebelum bencana terjadi
1 Terjadi > 5 Tahun sekali 1-5 menit Prediksi dapat
dilakukan sebelum bencana terjadi, namun dengan tingkat
Likelhood Restiration Time Predictability
0 Tidak mungkin terjadi Tidak ada Dapat diprediksi dengan
36
6 Terjadi 1 - 2 bulan 1 - 5 hari
7 Terjadi 2 -4 minggu sekali 5 - 10 hari
8 Terjadi 1 - 2 minggu 10 - 17 hari
9 Terjadi 1 - 7 hari sekali 10 - 30 hari 10 Terjadi beberapa kali dalam 24 jam Membutuhkan
waktu > 1 bulan
Dengan kita melihat hasil penilaian pada tebel diatas, dapat disimpulkan bencana mana yang memiliki tingkat ancaman tinggi sehingga patut diwaspadai, dan mana yang dapat diletakkan diprioritas yang lebih rendah.
Untuk mempermudah, di bawah ini adalah salah satu daftar bencana terurut sesuai dengan tingkat ancaman yang dimilikinya
Tabel 4. 3 Bencana terurut tingkat ancaman
No Bencana Likelhoo
6 Kerusakan perangkat lunak/ data
5 4 1 20
7 Kebakaran 1 4 2 8
8 Banjir 1 6 2 12
9 Gunung meletus 1 6 2 12
10 Bencana social 1 4 1 4
11 Serangan keamanan 1 3 3 9
12 Gempa (besar) 1 6 1 6
13 Gempa (ringan) 5 3 1 15
C. Teknik Failover
Netwatch akan mendeteksi status jalur koneksi dengan mengirimkan ping ke IP public yang sudah ditentukan. Apabila dalam interval waktu tertentu hasil dari ping tersebut menyatakan Request Time Out (RTO)
Gambar 2.16 Contoh Tampilan Netwatch ( UP Condition )
Gambar 2.17 Contoh Tampilan Script Back2 Main
38
D. Teknik Load Balancing
Proses pertama membuat 5 jalur dari ISP CSD dan Biznet, yaitu 1 jalur untuk ke ISP Biznet dan 4 jalur ke ISP CSD. Setelah itu perlu dilakukan konfigurasi mangle. Mangle menandakan paket untuk dilakukan proses selanjutnya. Terdapat 3 bagian mangle yang dibuat pada konfigurasi Load Balancing :
• Mangle Input Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang masuk ke interface dan akan ditandai dengan connection-mark.
Gambar 2.18 Mangle Input
Mangle Output
Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang sudah ditandai dengan connection-mark yang dibuat sebelumnya, kemudian mengarahkan ke routing-mark yang baru.
Gambar 2.19 Mangle Output
Chain In Interface Out Interface Action New Connection Mark
Input 1-Biznet - Mark Connection Con_Biznet
Input 3- CSD - Mark Connection Con_CSD
Chain In Interface Out Interface Action New Connection Mark
• Mangle Prerouting
Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang masuk dari interface LAN, kemudiandikelompokkan ke beberapa kelompok PCC dan masing-masing kelompok tersebut dimasukkan ke dalam connection-mark yang sudah dibuat sebelumnya.
• Mangle Prerouting Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang masuk dari
interface LAN, kemudiandikelompokkan ke beberapa kelompok PCC dan masing-masing kelompok tersebut dimasukkan ke dalam connection-mark yang sudah dibuat sebelumnya.
Gambar 2.20 Mangle Prerouting
Chain Interface Per Connction Classifer Action New Connection Mark
Prerouting 2-LAN 5/0 Mark Connection Con_Biznet
Prerouting 2-LAN 5/1 Mark Connection Con_CSD
Prerouting 2-LAN 5/2 Mark Connection Con_CSD
Prerouting 2-LAN 5/3 Mark Connection Con_CSD
Prerouting 2-LAN 5/4 Mark Connection Con_CSD
Output Con_Biznet 2-LAN Mark Routing Jalur_Biznet
Output Con_CSD 2-LAN Mark Routing Jalur_CSD
40
Setelah pengaturan mangle, dilakukan konfigurasi IP Route yaitu cara mengakses internet dengan melalui jalur Gateway yang ditentukan. Untuk Load Balancing ada 4 jalur yang dikonfigurasi, yaitu jalur ke gateway CSD dan Biznet, serta jalur untuk Load Balancing yang ditandai dengan routing-mark untuk jalur_biznet dan jalur_CSD.
Tabel 4. 4 IP Route Load Balancing
Destination Adress Gateway Distance Routing Mark
0.0.0.0/0 122.129.105.221 2 -
0.0.0.0/0 111.111.111.111 1 Jalur_Biznet
0.0.0.0/0 222.222.222.222 1 Jalur_CSD
0.0.0.0/0 192.168.1.1 1
E. Hasil Uji Coba Failover
Pada saat perpindahan jalur koneksi, sistem membutuhkan waktu untuk meng-enable gateway backup line agar koneksi dapat “UP” kembali. Waktu inilah yang disebut Response Time. Semakin kecil durasi dari response time, maka semakin baik sistem tersebut. Berikut adalah tabel data perbandingan response time failover pada PT. Usaha Gemilang Utama :
Tabel 4. 5 Response Time Failover
Percobaan Sebelum Sesudah
1 3 Menit 30s
2 3 Menit 33s
Kolom “Sebelum” adalah dengan menggunakan manual failover yang
dilakukan oleh network administrator perusahaan. Kolom “Sesudah” adalah dengan menggunakan automatic failover. Data response time pada manual failover didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak IT perusahaan, sedangkan data untuk automatic failover didapatkan dari pengukuran menggunakan stopwatch.
Response time pada manual failover membutuhkan waktu kurang lebih 3 menit sesuai dengan pengamatan pihak IT perusahaan. Dari data yang didapat, time response setelah penerapan teknik automatic failover menjadi jauh lebih kecil yaitu memiliki rata-rata 30,7 detik. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa teknil failover yang diterapkan pada PT. Usaha Gemilang Utama sudah berjalan dengan baik.
42
F. Hasil Uji Coba Load Balancing
Tabel 4. 6 Uji Coba Load Balancing
Percobaan CSD (Rx) Biznet (Rx) LAN (Tx)
1 8.2 mbps 2.4 mbps 10.6 mbps
2 7.6 mbps 2.1 mbps 9.9 mbps
3 7.5 mbps 1.9 mbps 9.5 mbps
4 8.1 mbps 2.1 mbps 10 mbps
5 8 mbps 1.9 mbps 10.1 mbps
6 7.9 mbs 2.4 mbps 10.5 mbps
7 8.1 mbps 1.7 mbps 9.8 mbps
8 81 mbps 2.3 mbps 10.5 mbps
9 79 mbps 2 mbps 10 mbps
10 8 mbps 1.9 mbps 9.9 mbps
Rata-Rata 7.94 mbps 2.07 mbps 10.08 mbps
Data di atas adalah data hasil Load Balancing, dimana rata-rata yang didapatkan dari Receiver (Rx) CSD adalah 7.94 Mbps, Rx Biznet adalah 2.07 Mbps, dan Transmitter (Tx) LAN adalah 10.08.
43
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini atribut yang digunakan adalah load balancer dan failover, yang bertujuan untuk menerapkan / memanfaatkan salah satu teknik Load Balancing menggunakan Winbox Kemudian hasil dari didapatkan pada ISP CSD sebesar 8 mbps dan Biznet 2 mbps . Dari data yang di uji diperoleh jika terjadi suatu bencana, server perusahaan akan otomatis memindahkan semua data yang ada di production site akan di backup / di pindahkan. Dari hasil tersebut sehingga disimpulkan bahwa metode load balancing dan failover yang diterapkan berjalan dengan baik
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut :
1. Data yang digunakan untuk penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan data terbaru agar informasi yg dihasilkan informasi terbaru.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya bisa dikembangkan dengan menambahkan metode lain sebagai perbandingan dengan teknik load balancing atau menggunakan metode lainnya.
44
Dari hasil proses Load Balancing ini diharapkan dapat digunakan pihak perusahaan dalam kenyamanan dalam bekerja jika pada saat ada hal yang tidak diinginkan seperti Disaster/Bencana yang dapat merugikan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hauril Maulida Nisfarih, Sukiswo, Ajub Ajulian Zahra. (2015). Analisis Kinerja Jaringan Wireless LAN Berdasarkan Mekanisme Load Balancing Dengan
Algoritma Least Connection Menggunakan Simulator Opnet 14.5. Transmisi,17 (1), e-ISSN 2407-6422 , 43-46.
Mohd.Siddik, Yopi Hendro, Zulfian Azmi. (2015). Load Balance Dan Pembagian Bandwith Pada Jaringan LAN Menggunakan Mikrotik Router Board RB 750.
SAINTIKOM Vol.14, No.1 , 43-52.
Munawar. (2005). Pemodelan Visual dengan UML. Yogyakarta: Graha ilmu.
Nisfari, H. M. (2015). Analisis Kinerja Jaringan Wireless LAN Berdasarkan Mekanisme Load Balancing Dengan Algoritma Least Connection Menggunakan Simulator Opnet 14.5. Transmisi,17 .
Nugroho Bunafit. (2013). Dasar Pemrograman Web PHP - MySQL dengan Dreamwever. Yogyakarta: Gava Media.
Radha, D. R. (2015). Load Balancing with Disaster Recovery using multi cloud.
International Journal of Science and Research ( IJSR ) , Volume 4 Issue 9.
Rijayana, I. (2005). Teknologi Load Balancing Untuk Mengatasi Beban Server.
Bandung.
Sahar Idwan, J. A. (2016). Load Balancing For Disaster Recovery and Management.
Springer , Volume 88.